Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Kimia Dasar dengan judul percobaan


“Pembuatan Larutan” yang disusun oleh :
Nama : Khaerul Faiz
NIM : 1712040002
Kelompok : I (Satu)
Kelas : Pendidikan Fisika B
telah diperiksa dengan seksama oleh Koordinator Asisten dan Asisten
Pendamping maka dinyatakan diterima

Makassar, 08 November 2017


Koordinator Asisten, Asisten,

Ade Fitria S.Pd Ade Fitria S.Pd

Mengetahui
Dosen Pembimbing

Maryono,S.Si,Apt.M.M,M.Si
NIP: 19760307 200501 2 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya
C. LANDASAN TEORI
Larutan adalah campuran homogen (homogebeous mixture). Dikatakan
homogen karena komposisi dan sifatnya seragam, dan disebut campuran
karena mengandung dua atau lebih zat yang proporsinya bisa saja bervariasi.
Pelarut (solvent) adalah komponen yang kuantitasnya terbesar atau yang
menentukan wujud materi larutan. Komponen larutan lainnya, yang
dinamakan zat terlarut (solute), dikatakan terlarut dalam pelarut. (Petrucci,
dkk., 2008 : 153)
Berdasarkan sudut pandang struktur, kehomogenan menunjukkan bahwa
partikel-partikel zat terlarut berada dalam ukuran molekuler dengan diameter
sekitar 5 Angstrom. Molekul-molekul tersebut bergerak secara acak dan
merata dalam fase cair. Tidak terdapat kecenderungan molekul-molekul dan
berkumpul dalam satu daerah tertentu dalam larutan. (Sunarya, 2012 : 3)
Zat-zat yang dilarutkan dapat memiliki sifat-sifat yang sama atau berbeda
dengan sifat-sifatzat sebelum dicampurkan. Contoh, NaCl adalah zat padat
ionik yang jika dilarutkan dalam pelarut air akan memiliki sifat yang tidak
berbeda dengan sebelumnya, yakni larutan ionik. Akan tetapi, jika HCl yang
merupakan senyawa kovalen polar dilarutkan dalam air, sifat kovalennya
hilang yang kemudian berubah menjadi sifat ionik. (Sunarya, 2012 : 1)
Kimiawan membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan
zat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam
pelarut, pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh. Sebelum titik jenuh
tercapai, larutannya disebut larutan tak jenuh. Larutan ini mengandung zat
larutan lewat jenuh, mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang
terdapat di dalam larutan jenuh. (Chang, 2004 : 5)
Zat-zat yang didalam air membentuk ion-ion dinamakan zat elektrolit,dan
larutannya dinamakan larutan elektrolit. Sebaliknya, zat-zat yang di dalam
pelarut air berupa molekul disebut zat nonelektrolit dan larutan yang terbentuk
dinamakan larutan nonelektrolit. Secara eksperimen larutan elektrolit dan
larutan nonelektrolit dapat dibedakan berdasarkan daya hantar listriknya.
Larutan elektrolit seperti beberapa jenis larutan garam, asam , dan basa kuat
dapat menghantarkan listrik. Zat-zat nonelektrolit seperti senyawa organik
pada umumnya di dalam pelarut air tidak dapat menghantar arus listrik.
(Sunarya, 2012 : 5).
Tekanan uap cairan adalah salah satu sifat penting larutan. Tekanan uap
larutan juga penting dan bermanfaat untuk mengidentifikasi larutan. Dalam
hal sistem biner, bila komponennya mirip ukuran molekul dan kepolarannya,
misalnya benzen dan toluen, tekanan uap larutan dapat diprediksi dari tekanan
uap komponennya. Hal ini karena sifat tekanan uap yang aditif. Bila larutan
komponen A dan komponen B dengan fraksi mol masing-masing adalah xA
dan xB berada dalam kesetimbangan dengan fasa gasnya tekanan uap masing-
masing komponen sebanding dengan fraksi molnya dalam larutan.(Takuechi,
2006 : 127)
Konsentrasi larutan yaitu banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah
tertentu larutan. Kimiawan menggunakan beberapa satuan konsentrasi,masing-
masing memiliki keuntungan dan keterbatasannya sendiri. Tiga satuan yang
paling lazim digunakan yaitu persen berdasar massa,molaritas,dan molalitas
Persen berdasar massa juga disebut persen berdasar bobot atau persen
bobot yang didefenisikan sebagai
massa zat terlarut
Persen bedasar massa zat terlarut= × 100%
massa larutan
Persen terhadap massa tidak mempunyai satuan sebab merupakan
perbandingan dari dua kuantitas yang sama.

Molaritas (M) yaitu banyaknya mol zat terlarut dalam 1 L larutan


mol zat terlarut
Molaritas =
liter larutan

Jadi, molaritas mempunyai satuan mol per liter (mol/L)

Molalitas (m) ialah banyaknyamol zat terlarut yang dilarutkan dalam 1 kg


pelarut
mol zat terlarut
Molalitas =
massa pelarut (kg)
Misalnya,untuk menyiapkan 1 molal lartutan berair natrium sulfat kita
perlu melarutkan 1 mol (142,0 g) zat tersebut dalam 1000 g air. Bergantung
pada jenis interaksi zat terlarut-pelarut, volume akhir larutan bisa lebih atau
kurang dari 1000 mL.(Chang, 2004 : 6-7)
Untuk mengaitkan sifat fisis tertentu (seperti tekanan uap) dengan
konsentrasi larutan,memerlukan satuan yang semua komponen larutannya
dinyatakan berdasarkan mol. Kita dapat melakukannya dengan fraksi mol.
Fraksi mol komponen i disingkat x i adalah fraksi semua molekul dalam
larutan yang berjenis i .Fraksi mol komponen j adalah x j dan seterusnya.
x banyaknya komponeni(mol)
i=
total banyaknyasemua komponen larutan(mol)

Jumlah fraksi mol dari semua larutan adalah 1


x i+ x j + x k .... = 1
Persen mol suatu komponen larutan adalah persen dari semua molekul
dalam larutan yang jenisnya diketahui. Persen mol adalah fraksi mol dikalikan
100%. (Petrucci, dkk., 2008 : 155)
Dalam menerangkan pelarutan zat cair dalam zat cair lainnya, Pakar kimia
menggunakan istilah “like dissolved like” sebagai prinsip umum untuk
menyatakan pelarutan. Istilah ini mempunyai makna bahwa zat-zat yang
mempunyai struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam
segala perbandingan, sebab molekul-molekul zat cair yang dicampurkan
mempunyai gaya tarik antarmolekul yang sama atau hampir sama dalam hal
jenis maupun kekuatan ikatannya. Zat padat umumnya mempunyai kelarutan
terbatas dalam pelarut cair. Perbedaan gaya tarik antarmolekul menyebabkan
zat padat mempunyai kelarutan terbatas dalam suatu pelarut. Gaya tarik
antarmolekul dalam zat padat lebih besar daripada gaya tarik anatrmolekul
dalam zat cair untuk suhu yang sama. (Sunarya, 2012 : 7)
Kelarutan didefenisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan
melarut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan
zat, suhu mempengaruhi kelarutan. Secara umum, meskipun tidak semua,
kelarutan zat padatan meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun, tidak
ada korelasi yang jelas antara tanda dari ∆ H Larutan dengan variasi kelarutan
terhadap suhu. Kelarutan gas dalam air biasanya menurun dengan
meningkatnya suhu. Bila air dipanaskan dalam beker, anda dapat melihat
gelembung udara yang terbentuk di sisi kaca sebelum mendidih.dengan
meningkatnya suhu, molekul udara yang terlarut mulai mendidih dan keluar
dari larutan jauh sebelum air itu sendiri mendidih. (Chang, 2004 : 9)
Apabila larutan penuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu
diturunkan maka akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat terlarut dalam
larutan. Tetapi dalam beberapa kejadian semua zat terlarut dalam keadaan
larut. Karena kuantitas zat terlarut dalam hal ini lebih besar daripada larutan
jenuh normal pada suhu tertentu, larutan demikian dinamakan larutan lewat
jenuh. Jika sedikit kristal terlarut ditambahkan ke dalam larutan lewat jenuh,
kelebihan zat terlarut biasanya mengendap. (Petrucci, 2012 )
Untuk semua keperluan praktis, tekanan eksternal tidak mempengaruhi
kelarutan dari cairan dan padatan, tetapi sangat mempengaruhi kelarutan gas.
Hubungan kuantitatif antara kelarutan gas dan tekanan ditunjukkan oleh
hukum Henry yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan
berbanding lurus dengan tekanan gas di atas larutannya.
c ∝P
c = kP
Hukum Henry dapat dipahami secara kualitatif ditinjau dari segi teori
kinetik molekul. Banyaknya gas yang akan terlarut dalam pelarut bergantung
pada seberapa sering molekul-molekul dalam fase gas bertumbukan dengan
permukaan cairan dan terjebak oleh fasa cairan. Sebagian gas mematuhi
hukum Henry, tetapi ada beberapa pengecualian penting. Misalnya, jika gas
yang terlarut bereaksi dengan air, dapat dihasilkan kelarutan yang lebih tinggi.
Kelarutan amonia jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan.
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat
terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut.
Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber
yang sama, dengan kata lain, semua sifat tersebut bergantung pada banyaknya
partikel zat terlarut yang ada, apakah partikel-partikel tersebut atom, ion, atau
molekul. Yang disebut sebagai sifat-sifat koligatif ialah penurunan tekanan
uap,kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. (Chang,
2008 : 10-12)
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Pipet ukur 25 ml 1 buah
c. Labu takar 50 ml 4 buah
d. Gelas kimia 50 ml 1 buah
e. Corong 1 buah
f. Labu semprot 1 buah
g. Batang pengaduk 1 buah
h. Spatula 1 buah
i. Lap kasar dan halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan asam klorida (HCl) 6 M
b. Natrium hidroksida (NaOH) padat
c. Aquades

E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH
a. Menghitung massa NaOH yang akan dipakai untuk membuat 50 ml larutan
NaOH 2 M.
b. Menimbang padatan NaOH sebanyak yang telah dihitung pada gelas kimia 50
ml (terlebih dahulu menimbang gelas kimia kosong).
c. Melarutkan padatan NaOH yang telah dihitung dengan sedikit aquades, diaduk
hingga larut.
d. Memasukkan ke dalam labu takar 50 ml, membilas gelas kimia yang
digunakan dengan aquades dan memasukkan air pembilasan ke dalam labu
takar.
e. Menambahkan aquades dengan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas. Kemudian menambahkan setetes demi setetes sampai berimpit dengan
tanda batas menggunakan pipet tetes. Mengocok larutan dengan cara
membolak balik larutan.
2. Pembuatan HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Menghitung volume HCl 6 M yang akan diambil untuk membuat 50 ml
larutan HCl 2 M.
b. Mengukur dengan menggunakan pipet ukur diukur volume HCl sebanyak
yang telah dihitung dan memasukkan ke dalam labu takar 50 ml.
c. Menambahkan aquades dengan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas. Kemudian menambahkan setetes demi setetes sampai berimpit dengan
tanda batas menggunakan pipet tetes. Mengocok larutan dengan cara
membolak balik larutan.
d. Menghitung volume HCl 2 M yang akan diambil untuk membuat 50 ml
larutan HCl 1 M.
e. Mengukur dengan menggunakan pipet ukur volume HCl sebanyak yang telah
dihitung dan memasukkan kedalam labu takar 50 ml.
f. Menambahkan aquades dengan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas. Kemudian meambahkan setetes demi setetes sampai berimpit dengan
tanda batas menggunakan pipet tetes. Mengocok larutan dengan cara
membolak balik larutan.
g. Mengukur volume HCl 1 M yang akan diambil untuk membuat 50 ml larutan
HCl 0,1 M.
h. Mengukur dengan menggunakan pipet ukur volume HCl sebanyak yang telah
dihitung dan memasukkan ke dalam labu takar 50 ml.
i. Menambahkan aquades dengan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas. Kemudian menambahkan setetes demi setetes sampai berimpit dengan
tanda batas menggunakan pipet tetes. Mengocok larutan dengan cara
membolak balik larutan.

F. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH

N AKTIVITAS HASIL
O
1 Menimbang gelas kimia kosong 41.0 gram
2 Menimbang gelas kimia dengan menambahkan 45.0 gram
NaOH padat
3 Menambahkan sedikit aquades kedalam gelas Larutan NaOH menjadi
kimia 50 mL. Mengaduk sampai padatan panas dan berwarna
NaOH larut keruh
4 Memasukkan larutan NaOH kedalam labu Larutan NaOH menjadi
takar 50 mL sampai berimpit dengan tanda dingin dan warna
batas. menjadi bening
5 Mengocok labu takar dengan membolak- Larutan menjadi
baliknya homogeny dan terdapat
gelembung-gelembung
Tabel 2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, 0.1 M dari HCl 6 M
N AKTIVITAS HASIL
O
1 Menghitung volume yang akan digunakan 16.7 ml
untuk membuat larutan HCl 6 M menjadi 50
ml HCl 2 M
2 Mengukur volume HCl 6 M sebanyak yang 16.7 ml
telah dihitung dengan pipet ukur dan
memasukkan ke dalam labu takar 50 ml
3 Menambahkan aquades sampai berimpit Warna larutan keruh
dengan tanda batas
4 Mengocok labu takar dengan membolak- Larutan HCl 2 M
baliknya dengan warna keruh
dan larutan menjadi
homogen, serta terdapat
sedikit gelembung
5 Menghitung volume yang akan digunakan 25 ml
untuk membuat larutan HCl 2 M menjadi 50
ml HCl 1 M
6 Mengukur volume HCl 2 M sebanyak yang 25 ml
telah dihitung dengan pipet ukur dan
memasukkan ke dalam labu takar 50 ml
7 Menambahkan aquades sampai berimpit Warna larutan sedikit
dengan tanda batas keruh
8 Mengocok labu takar dengan membolak- Larutan HCl 1 M
baliknya dengan warna sedikit
keruh dan larutan
menjadi homogen
9 Menghitung volume yang akan digunakan 5 ml
untuk membuat larutan HCl 1 M menjadi 50
ml HCl 0.1 M
10 Mengukur volume HCl 1 M sebanyak yang 5 ml
telah dihitung dengan pipet ukur dan
memasukkan ke dalam labu takar 50 ml
11 Menambahkan aquades sampai berimpit Warna larutan bening
dengan tanda batas
12 Mengocok labu takar dengan membolak- Larutan HCl 0.1 M
baliknya dengan warna tidak
keruh dan larutan
menjadi homogen

G. ANALISIS DATA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH
Massa NaOH : 4 gram
Massa gelas kimia : 41,0 gram
Untuk mencari massa NaOH padat digunakan persamaan:
W=M×Mr×l
=2 mol /liter × 40 gram/mol × 0.05 liter
=4 gram
2. Pembuatan HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. volume HCl 2 M
V1M1 = V2M2
V2M2
V1 =
M1
50 ml .2 M
=
6M
=16,6 ml
b. volume HCl 1 M
V1M1 = V2M2
V2M2
V1 =
M1
50 ml .1 M
=
2M
= 25 ml
c. volume HCl 0,1 M
V1M1 = V2M2
V2M2
V1 =
M1
50 ml .0,1 M
=
1M
= 5 ml

H. PEMBAHASAN
Praktikum yang telah dilakukan adalah pembuatan larutan dengan tujuan
mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran zat tertentu dari
kristalnya, dan mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran
tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak disebut pelarut.larutan bisa berwujud gas, padat, atau cair
(Chang, 2004 : 90). Prinsip dasar dari pembuatan larutan adalah penimbangan
dan pelarutan. Sedangkan prinsip kerjanya adalah pengenceran sejumlah
tertentu volume larutan induk. Larutan induk adalah larutan yang lebih besar
konsentrasinya dari larutan yang lain. Pengenceran adalah mencapurkan
larutan pekat dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh vole akhir
yang lebih besar.
Praktikum ini dilakukan dua kali percobaan yaitu pembuatan NaOH dari
kristalnya dan pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari
larutan yang lebih besar konsentrasinya. Kegiatan pembuatan larutan NaOH 2
M dari kristalnya dilakukan dengan penimbangan terlebih dahulu padatan
NaOH sebanyak 4 gram. Kemudian ditambahkan aquades, agar NaOH dapat
larut. Aquades berfungsi untuk melarutkan padatan NaOH sehingga menjadi
larutan NaOH 2 M. Pada saat NaOH telah dilarutkan, larutan NaOH
dimasukkan ke dalam labu takar, dan gelas kimia tempat NaOH tadi dibilas
dan dimasukkan ke dalam labu takar dengan tujuab agar sisa larutan yang
menempel pada gelas bisa dimasukkan ke dalam labu takar. Selain itu, labu
takar ditambahkan aquades hingga mencapai titk batas. Kemudian larutan
dikocok dengan tujuan agar larutan bersifat homogen. Selain itu terdapat pula
pengurangan volume pada saat larutan dihomogenkan. Adapun reaksi yang
terjadi :
NaOH ( s) + H 2 O (l) → Na+¿¿ + H 2O
Percobaan yang kedua yaitu pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M
dari larutan HCl 6 M. Pada percobaan ini, sebelumnya melakukan
pengenceran dihitung dulu berpa banyak HCl 6 M yang akan digunakan untuk
membuat larutan HCl 2 M. Adapun rumus yang digunakan yaitu V1M1 =
V2M2 dengan volume 50 mL. Begitupun dengan pembuatan larutan 1 M dan
0,1 M digunakan rumus pengenceran. Untuk membuat larutan HCl 2 M
dibutuhkan 16,67 mL volume HCl, umtuk larutan HCl 1 M adalah 25 mL
sedangkan untuk volume larutan HCl 0,1 M yaitu 5 mL.
HCl + H 2O → H +¿¿ + Cl−¿¿ + H 2O
Terjadi perbedaan setelah dan sebelum dikocok karena diakibatkan oleh
adanya efek pengenceran atau pelarutan.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan kami kami menarik kesimpulan bahwa
pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya akan
mengalami perubahan suhu, volume dan zat akan menjadi homogen.
Sedangkan apabila larutan di buat dari larutan yang konsentrasinya lebih
tinggi tidak terjadi perubahan volume dan suhu namun zat tersebut juga akan
menjadi homogen.
2. SARAN
Kami menyarankan untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti di dalam
lab karena terdapat zat zat yang berbahaya .
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymod. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Penerbit Erlangga. Jakarta
Sunarya, Yayan. 2012. Kimia Dasar 2. CV.Yrama Widya. Bandung
Petrucci, dkk,. 2008. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip & Aplikasi Modern Edisi
Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta

Takeuchi, Yoshito. 2006. BUKU TEKS PENGANTAR KIMIA Yashito Takeuchi,


diterjemahkan dari versi Bahasa Inggrisnya oleh Ismunandar . Muki
Kagaku. Tokyo
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud larutan induk?
Jawab: larutan induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar
tinggi dan akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang
lebih rendah
2. Untuk mengencerkan asam sulfat pekat, tidak boleh air ditambahkan ke dalam
asam sulfat, jelaskan mengapa demikian!
Jawab: karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam
sulfat, dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air
ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi
sangat keras.
3. Sebanyak 0,04 gram NaOH padat dilarutkan dalam aquades sampai volume 1
L. Jika massa jenis larutan dianggap sama dengan massa jenis air, nyatakan
konsentrasi larutan NaOH itu dalam (a) molar; (b) persen massa: dan (c)
bagian per sejuta.
Jawab:
Dik : m = 0,04 gr
Mr NaOH = 40
V=1L
Dit : a. M = ....?
b. % massa = ....?
c. Bpj = ....?
Penyelesaian
m
a. M =
Mr
0,04
=
40
= 0,001
M × Mr
b. % massa =
P × 10
0,001× 40
=
10
= 0,004 %
massa zat
c. BPJ = ×10 6
massa campuran
m
ρ=
V
m = ρ ×V
= 1 gr/m ×1000 m
= 1000 gr
0,04 gr
BPJ = ×10 6
1000 gr
= 0,04 ×10 3
= 40 BPJ

Anda mungkin juga menyukai