Oleh:
Nurul Ajeng Susilo, S.Si.,MT.
1
Modul 1
Koagulasi dan Flokulasi
A. PENDAHULUAN
Percobaan ini merupakan salah satu aplikasi teori koagulasi dan flokulasi yang telah diajarkan di
kelas. Koagulan yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu membandingkan kinerja PAC dan
Chitosan dalam pengolahan limbah cair. Flokulan yang digunakan merupakan polimer kationik
untuk pengolahan limbah cair industry.
B. TUJUAN PRAKTIKUM :
Mengetahui proses koagulasi dan flokulasi skala Lab. Pada pengolahan limbah cair
Menentukan dosis optimum penggunaan koagulan dan flokulan
C. TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya dan lazimnya muncul
karena hasil aktivitas manusia. Untuk mengolah air limbah maka dilakukan penyisihan
bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-
koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi
termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk flok-flok
halus yang dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid. Pengadukan cepat (flash
mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat
adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang
diolah. Koagulan yang umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero sulfat dan
PAC.
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan
pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses
pengadukan lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan.
Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang
berukuran besar. Partikel yang berukuran besar akan mudah diendapkan.
2
D. CARA KERJA (DILAKUKAN OLEH MAHASISWA PRAKTIKUM)
Diagram Alir
Mulai
Buat pembahasan
Lakukan evaluasi
Selesai
3
Alat dan Bahan yang digunakan :
4
NO Prosedur Kerja Pengamatan Hasil Analisa
.
akan ditambahkan.
6 Setelah 10 menit
pengendapan, catat bentuk
flok pada dasar gelas dan
catat suhu air sampel uji.
Dengan menggunakan pipet,
keluarkan sejumlah cairan
supernatant yang sesuai
5
NO Prosedur Kerja Pengamatan Hasil Analisa
.
untuk dilakukan analisis pada
parameter warna, kekeruhan,
pH, TDS, dan parameter lain.
HASIL JARTEST
Berikut adalah hasil jartest yang telah kami lakukan pada tanggal :
Tabel hasil Jartest air limbah
Chemical Treatment After Treatment
Warn
Dosage Turbidity
No Suhu Suhu a
Coagulant pH
(oC) (oC) TDS Flock
(ppm) pH (NTU)
(ppm) Size
Air Limbah
Treatment
1. PAC
2. Polimer
F. REFERENSI
[1] Geankoplis, Christie, Transport Process and Unit Operations, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.
6
[2] Metcalf and Eddy, Inc. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th edition,
New York, 2003.
Modul 2
Sedimentasi
A. PENDAHULUAN
Percobaan ini merupakan salah satu aplikasi teori sedimentasi yang telah diajarkan di kelas.
Proses sedimentasi merupakan tahapan lanjutan setelah tahapan koagulasi dan flokulasi.
Sedimentasi dilakukan untuk mengetahui siklus pembersihan clarifier dan waktu pembuangan
lumpur.
B. TUJUAN PRAKTIKUM :
Mahasiswa mengerti dan memahami proses sedimentasi.
Mahasiswa dapat melakukan percobaan sedimentasi dengan benar dan aman.
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan kecepatan pengendapan,
C. TINJAUAN PUSTAKA
Proses sedimentasi padatan dalam lumpur (slurry) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain dengan cara filtrasi, sentrifugasi, settling dan sedimentasi. Pada settling dan
sedimentasi, partikel padat dipisahkan dari fluida/cairannya dengan bantuan gaya gravitasi
yang dikenakan pada partikel padatnya, tanpa adanya saringan pemisah, baik berupa filter
ataupun screen.
Settling dan sedimentasi merupakan metode pemisahan partikel yang mengandalkan
gaya gravitasi sebagai gaya dorong partikel agar dapat mengendap. Settling adalah
istilah/terminologi umum untuk proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan dapat
berupa padatan ataupun cairan, sedangkan fluidanya dapat berupa cairan ataupun gas.
Sedangkan sedimentasi merujuk pada proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan
berupa padatan.
7
D. CARA KERJA (DILAKUKAN OLEH MAHASISWA PRAKTIKUM)
Mekanisme dan Pengukuran Kecepatan Sedimentasi
Bila lumpur (slurry) encer diendapkan secara gravitasi menjadi cairan jernih dan lumpur
dengan konsentrasi padatan tinggi, proses ini disebut sedimentasi atau kadang-kadang
disebut thickening. Untuk menggambarkan mekanisme dan metode pengukuran
kecepatan pengendapan secara praktek, dibuat percobaan seperti ditunjukkan pada
gambar berikut.
Dari plot antara ketinggian interface (z) versus waktu (t) pada gambar diatas, maka dapat
dihitung kecepatan pengendapan pada waktu t = t1 sbb.
z i−z 1
V 1= (1)
t 1−0
8
dan konsentrasi rata-rata suspensi:
z0
c 1= c (2)
zi 0
Dimana c0: konsentrasi awal suspensi.
Pada waktu proses pengendapan sedang berlangsung, secara visual agak sulit mengamati
interface antara zona satu dengan lainnya. Sedangkan pada akhir proses, interface antara
zona A dan zona D mudah diamati. Padahal yang sangat penting diamati dan nantinya
dipakai untuk perhitungan kecepatan pengendapan dan perhitungan konsentrasi suspense
adalah interface antara cairan jernih (zona A) dan suspense (zona B). Untuk itu didalam
pengamatan perlu dicari kiat-kiat tertentu sehingga interface zona A dan zona B dapat
teramati.
Prosedur Percobaan
1. Buat suspensi campuran kapur dan air dengan proporsi (konsentrasi);
a. 10% berat kapur
b. 20% berat kapur
2. Masing-masing campuran masukkan dalam gelas ukur, aduk sebentar dan diamkan. Catat
ketinggian awal suspensi.
9
3. Amati dan catat ketinggian interface antara cairan jernih dan suspensi tiap selang waktu
tertentu. (Awalnya cukup singkat, misalnya tiap 1 menit, lama kelamaan lebih lambat,
misalnya 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 30 menit).
4. Amati terus sampai proses sedimentasi selesai, yaitu ketinggian interface tidak berubah
dan batas antara cairan jernih dan lumpur padat sangat nyata (kira-kira setelah 2-3 jam).
Tugas !!
1. Buat grafik plot ketinggian interface versus waktu.
2. Buat kurva plot konsentrasi rata-rata suspensi versus waktu
3. Lampiran Grafik hubungan antara ketinggian interface dan konsentrasi suspensi terhadap
waktu sedimentasi.
10
F. REFERENSI
[1] Geankoplis, Christie, Transport Process and Unit Operations, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.
[2] Metcalf and Eddy, Inc. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th edition,
New York, 2003.
Modul 3
Filtrasi
A. PENDAHULUAN
Percobaan ini merupakan salah satu aplikasi teori filtrasi yang telah diajarkan di kelas. Proses
filtrasi merupakan tahap pemisahan air limbah dengan padatan berdasarkan perbedaan ukuran
partikelnya.
B. TUJUAN PRAKTIKUM :
Mahasiswa mengerti dan memahami mekanisme proses filtrasi pada air limbah.
Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik filter berdasarkan kualitas air hasil filtrasi.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang
membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk
menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Secara
umum filtrasi adalah proses yang digunakan pada pengolahan air bersih untuk
11
memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air. Pada prosesnya air
merembes dan melewati media filter sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter
dan terkumpul sepanjang kedalaman media yang dilewatinya. Filter juga mempunyai
kemampuan untuk memisahkan partikulat semua ukuran termasuk didalamnya algae,
virus, dan koloid-koloid tanah.
Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:
a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)
b. Sedimentasi
c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
d. Koagulasi dalam filter bed
e. Aktivitas biologis
Prosedur Percobaan
Timbang pasir aktif 50 mg sebanyak 3 kali
Masukan kedalam spuit
Cuci pasir halus hingga bersih dengan aquades
Masukan air sungai/irigasi sebanyak 500 ml kedalam spuit secara perlahan
Ukur kekeruhan dan bandingkan tingkat kekeruhan sebelum dan sesudah perlakuan
12
Perhatikan dan catat juga volume air hasil filtrasi (filtrat)
F. REFERENSI
[1] Geankoplis, Christie, Transport Process and Unit Operations, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.
[2] Metcalf and Eddy, Inc. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th edition,
New York, 2003.
13