Anda di halaman 1dari 13

MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH I


(TPP-3136)

Oleh:
Nurul Ajeng Susilo, S.Si.,MT.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN PULP DAN


KERTAS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
2019

1
Modul 1
Koagulasi dan Flokulasi

A. PENDAHULUAN
Percobaan ini merupakan salah satu aplikasi teori koagulasi dan flokulasi yang telah diajarkan di
kelas. Koagulan yang akan digunakan pada percobaan ini yaitu membandingkan kinerja PAC dan
Chitosan dalam pengolahan limbah cair. Flokulan yang digunakan merupakan polimer kationik
untuk pengolahan limbah cair industry.

B. TUJUAN PRAKTIKUM :
 Mengetahui proses koagulasi dan flokulasi skala Lab. Pada pengolahan limbah cair
 Menentukan dosis optimum penggunaan koagulan dan flokulan

C. TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya dan lazimnya muncul
karena hasil aktivitas manusia. Untuk mengolah air limbah maka dilakukan penyisihan
bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-
koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi
termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk flok-flok
halus yang dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid. Pengadukan cepat (flash
mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat
adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang
diolah. Koagulan yang umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero sulfat dan
PAC.
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan
pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses
pengadukan lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan.
Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang
berukuran besar. Partikel yang berukuran besar akan mudah diendapkan.

2
D. CARA KERJA (DILAKUKAN OLEH MAHASISWA PRAKTIKUM)
Diagram Alir

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Buat Larutan Induk Cek Karakteristik Air


PAC 1% Limbah (awal)

Variasi Dosis PAC : 20


ppm, 30 ppm, 50 ppm, 80
ppm Siapkan air limbah
500 ml – 1000 ml
Variasi Dosis Polimer:

0,1 ppm dan 0,5 ppm

Lakukan Jartes dengan Metode :


Flash Mixing = 150 rpm selama 2
menit
Slow Mixing = 50 rpm selama 7 menit
Settling Time = 10 menit

Amati setiap langkah yang dilakukan.


Amati ukuran flok dan kecepatan
mengendap flok tsb.
Analisis parameter Turbidity, pH,
warna, TDS setelah pengendapan
selesai

Buat pembahasan
Lakukan evaluasi

Pembuatan Laporan Praktium

Selesai

3
Alat dan Bahan yang digunakan :

Daftar Alat Daftar Bahan kimia


1. Alat Jartest 1. Air Sungai / Danau
2. Gelas kimia 500ml 2. PAC (koagulan) dan Chitosan
3. pH meter 3. Polimer Kationik
4. turbiditymeter 4. Air Destilasi/fresh water
5. TSS meter 5. NaOCl
6. TDS meter 6. NaOH
7. Batang pengaduk 7. HCl
8. Gelas ukur 50 ml, 100 ml
9. Pipet volum 1ml, 5 ml, 10ml
10. Stopwatch

METODE JAR TEST


Metode Jar Test yang digunakan adalah :
 Flash Mixing = 150 rpm selama 2 menit
 Slow Mixing = 50 rpm selama 7 menit
 Settling Time = 10 menit

E. TABEL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


TABEL DATA HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM (Metode Pengujian berdasarkan SNI 19-
6449-2000)

NO Prosedur Kerja Pengamatan Hasil Analisa


.
1 Masukkan sampel air ke
dalam gelas kimia dengan
volume yang sama (missal :
1000 ml). Tempatkan gelas
pada alat jar test hingga
baling-baling pengaduk
berada dibagian tengah gelas.
Catat suhu sampel uji saat
pengujian akan dimulai.

2 Siapkan bahan kimia


(koagulan dan flokulan)
sesuai dengan variasi dosis

4
NO Prosedur Kerja Pengamatan Hasil Analisa
.
akan ditambahkan.

3 Operasikan pengaduk multi


posisi pada pengadukan
cepat (Flash mixing) dengan
kecepatan sekitar 120-150
RPM selama satu menit,
kemudian masukkan
Koagulan sesuai dosis yang
sudah ditentukan dan
lanjutkan pengadukan flash
mixing selama 2 menit. Amati
mikroflok yang terbentuk.

4 Kurangi kecepatan sampai


dengan kecepatan minimal
yaitu 50 RPM ,masukkan
flokulan sesuai dosis yang
ditentukan dan lakukan slow
mixing atau pengadukan
lambat selama 7 menit. Amati
makroflok yang terbentuk.

5 Setelah pengadukan lambat


selesai angkat baling-baling
dan lihat pengendapan
partikel flok. Amati dan catat
waktu sampai berapa lama
flok tersebut dapat
mengendap semua.

6 Setelah 10 menit
pengendapan, catat bentuk
flok pada dasar gelas dan
catat suhu air sampel uji.
Dengan menggunakan pipet,
keluarkan sejumlah cairan
supernatant yang sesuai

5
NO Prosedur Kerja Pengamatan Hasil Analisa
.
untuk dilakukan analisis pada
parameter warna, kekeruhan,
pH, TDS, dan parameter lain.

7 Ulangi langkah 1-6 diatas


sampai semua variable
penentu terevaluasi

HASIL JARTEST
Berikut adalah hasil jartest yang telah kami lakukan pada tanggal :
Tabel hasil Jartest air limbah
Chemical Treatment After Treatment
Warn
Dosage Turbidity
No Suhu Suhu a
Coagulant pH
(oC) (oC) TDS Flock
(ppm) pH (NTU)
(ppm) Size
Air Limbah        
               
Treatment            
               
 1. PAC    
       
       
       
       
       
   
 2. Polimer
   
   
   
   
   
   

F. REFERENSI
[1] Geankoplis, Christie, Transport Process and Unit Operations, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.

6
[2] Metcalf and Eddy, Inc. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th edition,
New York, 2003.

Modul 2
Sedimentasi

A. PENDAHULUAN
Percobaan ini merupakan salah satu aplikasi teori sedimentasi yang telah diajarkan di kelas.
Proses sedimentasi merupakan tahapan lanjutan setelah tahapan koagulasi dan flokulasi.
Sedimentasi dilakukan untuk mengetahui siklus pembersihan clarifier dan waktu pembuangan
lumpur.

B. TUJUAN PRAKTIKUM :
 Mahasiswa mengerti dan memahami proses sedimentasi.
 Mahasiswa dapat melakukan percobaan sedimentasi dengan benar dan aman.
 Mahasiswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan kecepatan pengendapan,

C. TINJAUAN PUSTAKA

Proses sedimentasi padatan dalam lumpur (slurry) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain dengan cara filtrasi, sentrifugasi, settling dan sedimentasi. Pada settling dan
sedimentasi, partikel padat dipisahkan dari fluida/cairannya dengan bantuan gaya gravitasi
yang dikenakan pada partikel padatnya, tanpa adanya saringan pemisah, baik berupa filter
ataupun screen.
Settling dan sedimentasi merupakan metode pemisahan partikel yang mengandalkan
gaya gravitasi sebagai gaya dorong partikel agar dapat mengendap. Settling adalah
istilah/terminologi umum untuk proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan dapat
berupa padatan ataupun cairan, sedangkan fluidanya dapat berupa cairan ataupun gas.
Sedangkan sedimentasi merujuk pada proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan
berupa padatan.

7
D. CARA KERJA (DILAKUKAN OLEH MAHASISWA PRAKTIKUM)
Mekanisme dan Pengukuran Kecepatan Sedimentasi
Bila lumpur (slurry) encer diendapkan secara gravitasi menjadi cairan jernih dan lumpur
dengan konsentrasi padatan tinggi, proses ini disebut sedimentasi atau kadang-kadang
disebut thickening. Untuk menggambarkan mekanisme dan metode pengukuran
kecepatan pengendapan secara praktek, dibuat percobaan seperti ditunjukkan pada
gambar berikut.

Gambar 1.2 Skema proses sedimentasi secara batch vs. waktu


Pada awalnya semua partikel jatuh secara bebas (free settling) dalam zona suspensi B.
Beberapa saat kemudian partikel-partikel di zona suspensi B akan terbagi menjadi zona A
yang merupakan cairan jernih, zona B yang masih merupakan suspensi, zona C yang
merupakan zona transisi antara suspensi B dengan zona D, dan zona D sendiri yang
merupakan zona endapan partikel dibagian bawah bejana. Pada akhir proses, yang tinggal
hanya cairan jernih (zona A) yang terpisah secara nyata dengan lumpur dengan
konsentrasi padatan tinggi (zona D).

Dari plot antara ketinggian interface (z) versus waktu (t) pada gambar diatas, maka dapat
dihitung kecepatan pengendapan pada waktu t = t1 sbb.
z i−z 1
V 1= (1)
t 1−0

8
dan konsentrasi rata-rata suspensi:
z0
c 1= c (2)
zi 0
Dimana c0: konsentrasi awal suspensi.

Pada waktu proses pengendapan sedang berlangsung, secara visual agak sulit mengamati
interface antara zona satu dengan lainnya. Sedangkan pada akhir proses, interface antara
zona A dan zona D mudah diamati. Padahal yang sangat penting diamati dan nantinya
dipakai untuk perhitungan kecepatan pengendapan dan perhitungan konsentrasi suspense
adalah interface antara cairan jernih (zona A) dan suspense (zona B). Untuk itu didalam
pengamatan perlu dicari kiat-kiat tertentu sehingga interface zona A dan zona B dapat
teramati.

Alat dan Bahan yang digunakan :


Alat :
a. Gelas ukur 1000ml
b. Stopwatch
c. Ayakan
d. Timbangan
e. Kaca pengaduk
Bahan :
a. Kapur
b. Air

Prosedur Percobaan
1. Buat suspensi campuran kapur dan air dengan proporsi (konsentrasi);
a. 10% berat kapur
b. 20% berat kapur
2. Masing-masing campuran masukkan dalam gelas ukur, aduk sebentar dan diamkan. Catat
ketinggian awal suspensi.

9
3. Amati dan catat ketinggian interface antara cairan jernih dan suspensi tiap selang waktu
tertentu. (Awalnya cukup singkat, misalnya tiap 1 menit, lama kelamaan lebih lambat,
misalnya 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 30 menit).
4. Amati terus sampai proses sedimentasi selesai, yaitu ketinggian interface tidak berubah
dan batas antara cairan jernih dan lumpur padat sangat nyata (kira-kira setelah 2-3 jam).

E. TABEL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


TABEL DATA HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM

NO Prosedur Kerja Pengamatan Hasil Analisa


.
1

Tugas !!
1. Buat grafik plot ketinggian interface versus waktu.
2. Buat kurva plot konsentrasi rata-rata suspensi versus waktu
3. Lampiran Grafik hubungan antara ketinggian interface dan konsentrasi suspensi terhadap
waktu sedimentasi.

10
F. REFERENSI
[1] Geankoplis, Christie, Transport Process and Unit Operations, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.
[2] Metcalf and Eddy, Inc. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th edition,
New York, 2003.

Modul 3
Filtrasi

A. PENDAHULUAN
Percobaan ini merupakan salah satu aplikasi teori filtrasi yang telah diajarkan di kelas. Proses
filtrasi merupakan tahap pemisahan air limbah dengan padatan berdasarkan perbedaan ukuran
partikelnya.

B. TUJUAN PRAKTIKUM :
 Mahasiswa mengerti dan memahami mekanisme proses filtrasi pada air limbah.
 Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik filter berdasarkan kualitas air hasil filtrasi.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang
membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk
menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Secara
umum filtrasi adalah proses yang digunakan pada pengolahan air bersih untuk

11
memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air. Pada prosesnya air
merembes dan melewati media filter sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter
dan terkumpul sepanjang kedalaman media yang dilewatinya. Filter juga mempunyai
kemampuan untuk memisahkan partikulat semua ukuran termasuk didalamnya algae,
virus, dan koloid-koloid tanah.
Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:
a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)
b. Sedimentasi
c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
d. Koagulasi dalam filter bed
e. Aktivitas biologis

D. CARA KERJA (DILAKUKAN OLEH MAHASISWA PRAKTIKUM)

Alat dan Bahan


1.      Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
·         Erlenmeyer 500 ml
·         Beaker glass 50 ml
·         Turbidity meter
·         Dirigen 5 liter
·         Timbangan analitik
·         Spatula
2.      Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
·         Aquades
·         Pasir aktif

Prosedur Percobaan
 Timbang pasir aktif 50 mg sebanyak 3 kali
 Masukan kedalam spuit
 Cuci pasir halus hingga bersih dengan aquades
 Masukan air sungai/irigasi sebanyak 500 ml kedalam spuit secara perlahan
 Ukur kekeruhan dan bandingkan tingkat kekeruhan sebelum dan sesudah perlakuan

12
 Perhatikan dan catat juga volume air hasil filtrasi (filtrat)

E. TABEL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


TABEL DATA HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM

Percobaan Kondisi Kekeruhan/ bau Volume Hasil Analisa


awal warna setelah filtrate (ml)
setelah filtrasi
filtrasi
1

F. REFERENSI
[1] Geankoplis, Christie, Transport Process and Unit Operations, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.
[2] Metcalf and Eddy, Inc. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th edition,
New York, 2003.

13

Anda mungkin juga menyukai