dimana pola
fikir masyarakat sudah cerdik.dan sudah menganggap plasenta sebagai limbah.
jadi di masyarakat indonesia lotus birth akan sulit sekali di terapkan, karena karakteristik masyarakat
yang sulit menerima perubahan ilmu baru dan akan sulit melanggar adat iatiadat yang sudah ad
metode DCC (delayed cord clamping) dimana penundaan penjepitan dan pemotongan setelah kelahiran
plasenta metode ini belum saya terapkan di tempat praktek saya.
1.Perkembangan Saraf
Para ahli menemukan beberapa menit penundaan pemotongan tali pusar saat lahir, dapat
mempengaruhi perkembangan saraf beberapa tahun kemudian.
Anak-anak yang tali pusarnya dipotong lebih dari tiga menit setelah kelahiran memiliki keterampilan
sosial dan motorik sedikit lebih tinggi, daripada mereka yang tali pusarnya dipotong dalam waktu 10
detik.
Meski kelebihan zat besi di saluran pencernaan bukan hal yang baik. Zat besi yang tersimpan di bagian
tubuh lainnya sangat penting untuk perkembangan otak yang sehat.
Transfusi darah secara alami melalui DCC memberikan sejumlah besar zat besi.
Studi fisiologis pada bayi menunjukkan bahwa transfer dari plasenta sekitar 80 mL darah terjadi pada 1
menit setelah kelahiran.
Darah tambahan ini bisa memasok zat besi ekstra, sebesar 40 sampai 50 mg/kg berat badan.
Kekurangan
Moms dan si kecil berisiko terkena infeksi bila terlalu lama berada dalam kolam.
Tali pusat bisa terputus sebelum bayi dikeluarkan dari air karena harus cepat-cepat diangkat.
Akibatnya, Moms bisa mengalami pendarahan dan anemia, sementara bayi bisa sesak nafas.
Berisiko mengalami sindrom aspirasi mekonium akibat bayi menghirup cairan ketuban yang
terkontaminasi.
Persalinan
Halodoc, Jakarta – Selain normal dan caesar, kini ada satu lagi metode terbaru untuk melahirkan,
yaitu water birth. Banyak ibu yang tertarik dengan metode melahirkan dalam air ini, karena katanya
tidak terlalu sakit. Selain itu, bayi yang lahir akan merasakan kondisi yang sama ketika berada di dalam
cairan ketuban dalam perut ibu. Jika ibu ingin melahirkan dengan metode water birth, yuk ketahui dulu
keuntungan dan risikonya berikut ini:
Berbeda dari persalinan normal dan caesar, dimana ibu melahirkan dengan cara berbaring di tempat
tidur, proses melahirkan secara water birth memberikan pilihan kepada ibu untuk duduk, berjongkok
atau posisi lainnya yang nyaman bagi ibu untuk mengejan di dalam air.
Ibu dapat menentukan posisi yang nyaman. Tubuh ibu akan terasa lebih ringan di dalam air
bahkan dapat mengapung. Hal ini memudahkan ibu untuk bergerak dan mencari posisi yang
nyaman untuk melahirkan. Tapi perlu diingat bahwa posisi lutut ibu harus lebih rendah daripada
pinggul.
Ibu lebih rileks. Ketika masuk ke dalam air yang hangat, ibu dapat merasakan efek rileksasi yang
melemaskan otot-otot di tubuh ibu. Ibu juga jadi bisa bernapas lebih teratur yang bermanfaat
mengurangi rasa sakit saat kontraksi.
Memudahkan Persalinan. Melahirkan di dalam air akan lebih mudah karena ada gaya gravitasi
dalam air yang akan membantu ibu saat mengejan dalam posisi duduk atau berjongkok,
sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat. Metode ini juga akan memudahkan ibu yang
memiliki keterbatasan fisik untuk melahirkan.
Membantu ibu lebih berkonsentrasi. Berada di dalam air membuat wanita merasa mampu
mengendalikan tubuhnya. Ibu juga dapat menciptakan suasana yang lebih private dengan
meredupkan lampu dan menjaga ketenangan dalam ruangan agar ibu bisa berkonsentrasi
melahirkan.
Bayi Menghirup Air (aspirasi). Ada kecemasan bahwa bayi akan bernapas dalam air sehingga
menghirup air ketika dilahirkan melalui proses water birth. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan hal
tersebut, karena bayi tidak langsung mengambil napas saat lahir. Selama masih di dalam air,
bayi akan menerima oksigen dari tali pusar dan belum bernapas. Bayi baru akan bernapas ketika
ia terkena udara atau sampai tali pusarnya dipotong. Namun, jika terjadi masalah pada tali pusar
bayi, sehingga menyebabkannya terlalu lama berada di dalam air, bisa jadi bayi mengambil
napas pertamanya di dalam air.
Radang paru-paru atau pneumonia. Risiko lainnya yang bisa saja terjadi pada bayi karena
proses water birth adalah penyakit radang paru paru atau pneumonia aspirasi. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri dalam kolam, kontaminasi tinja atau sindrom aspirasi mekonium,
yang bisa berkembang dalam 24-48 jam pertama. Untuk mencegah penyakit ini, sterilisasi air
untuk melahirkan harus dijaga agar berada pada suhu 36-37 derajat celcius dan segera angkat
bayi setelah lahir.
Infeksi. Ibu bisa saja mengeluarkan kotoran ketika sedang mengejan. Tidak perlu malu karena
hal tersebut sangat normal. Tapi, air yang sudah terkontaminasi kotoran dapat meningkatkan
risiko bayi terkena infeksi.
Sindrom Aspirasi Mekonium. Jika usus bayi telah melakukan gerakan pertama sebelum lahir
dan bayi menghirup cairan ketuban yang terkontaminasi, maka bayi akan memiliki masalah
pernapasan. Kondisi ini disebut juga sindrom aspirasi mekonium. Dokter atau bidan harus
segera menolong bayi jika melihat air ketuban pecah dan bercampur dengan mekonium yang
berwarna hijau, kental dan lengket untuk mencegah sindrom ini terjadi.
Kerusakan Tali Pusat. Mengangkat bayi setelah dilahirkan sangat penting dalam proses water
birth. Namun, hal ini berisiko merusak tali pusat.
Sebaiknya ibu memilih dokter kandungan bersertifikasi untuk membicarakan kemungkinan untuk
melahirkan dengan menggunakan metode water birth. Ibu juga dapat melakukan persalinan water
birth di rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk metode persalinan tersebut.
persalinan water birth harus di lakukan oleh tenaga medis yang telah memiliki sertifikatuntuk melayani
persalinan water birth.
karena metode persalinan apapun prinsip yang paling penting adalah mendahulukan keselamatan
Persalinan
Halodoc, Jakarta – Selain normal dan caesar, kini ada satu lagi metode terbaru untuk melahirkan,
yaitu water birth. Banyak ibu yang tertarik dengan metode melahirkan dalam air ini, karena katanya
tidak terlalu sakit. Selain itu, bayi yang lahir akan merasakan kondisi yang sama ketika berada di dalam
cairan ketuban dalam perut ibu. Jika ibu ingin melahirkan dengan metode water birth, yuk ketahui dulu
keuntungan dan risikonya berikut ini:
Berbeda dari persalinan normal dan caesar, dimana ibu melahirkan dengan cara berbaring di tempat
tidur, proses melahirkan secara water birth memberikan pilihan kepada ibu untuk duduk, berjongkok
atau posisi lainnya yang nyaman bagi ibu untuk mengejan di dalam air.
Ibu dapat menentukan posisi yang nyaman. Tubuh ibu akan terasa lebih ringan di dalam air
bahkan dapat mengapung. Hal ini memudahkan ibu untuk bergerak dan mencari posisi yang
nyaman untuk melahirkan. Tapi perlu diingat bahwa posisi lutut ibu harus lebih rendah daripada
pinggul.
Ibu lebih rileks. Ketika masuk ke dalam air yang hangat, ibu dapat merasakan efek rileksasi yang
melemaskan otot-otot di tubuh ibu. Ibu juga jadi bisa bernapas lebih teratur yang bermanfaat
mengurangi rasa sakit saat kontraksi.
Memudahkan Persalinan. Melahirkan di dalam air akan lebih mudah karena ada gaya gravitasi
dalam air yang akan membantu ibu saat mengejan dalam posisi duduk atau berjongkok,
sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat. Metode ini juga akan memudahkan ibu yang
memiliki keterbatasan fisik untuk melahirkan.
Membantu ibu lebih berkonsentrasi. Berada di dalam air membuat wanita merasa mampu
mengendalikan tubuhnya. Ibu juga dapat menciptakan suasana yang lebih private dengan
meredupkan lampu dan menjaga ketenangan dalam ruangan agar ibu bisa berkonsentrasi
melahirkan.
Bayi Menghirup Air (aspirasi). Ada kecemasan bahwa bayi akan bernapas dalam air sehingga
menghirup air ketika dilahirkan melalui proses water birth. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan hal
tersebut, karena bayi tidak langsung mengambil napas saat lahir. Selama masih di dalam air,
bayi akan menerima oksigen dari tali pusar dan belum bernapas. Bayi baru akan bernapas ketika
ia terkena udara atau sampai tali pusarnya dipotong. Namun, jika terjadi masalah pada tali pusar
bayi, sehingga menyebabkannya terlalu lama berada di dalam air, bisa jadi bayi mengambil
napas pertamanya di dalam air.
Radang paru-paru atau pneumonia. Risiko lainnya yang bisa saja terjadi pada bayi karena
proses water birth adalah penyakit radang paru paru atau pneumonia aspirasi. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri dalam kolam, kontaminasi tinja atau sindrom aspirasi mekonium,
yang bisa berkembang dalam 24-48 jam pertama. Untuk mencegah penyakit ini, sterilisasi air
untuk melahirkan harus dijaga agar berada pada suhu 36-37 derajat celcius dan segera angkat
bayi setelah lahir.
Infeksi. Ibu bisa saja mengeluarkan kotoran ketika sedang mengejan. Tidak perlu malu karena
hal tersebut sangat normal. Tapi, air yang sudah terkontaminasi kotoran dapat meningkatkan
risiko bayi terkena infeksi.
Sindrom Aspirasi Mekonium. Jika usus bayi telah melakukan gerakan pertama sebelum lahir
dan bayi menghirup cairan ketuban yang terkontaminasi, maka bayi akan memiliki masalah
pernapasan. Kondisi ini disebut juga sindrom aspirasi mekonium. Dokter atau bidan harus
segera menolong bayi jika melihat air ketuban pecah dan bercampur dengan mekonium yang
berwarna hijau, kental dan lengket untuk mencegah sindrom ini terjadi.
Kerusakan Tali Pusat. Mengangkat bayi setelah dilahirkan sangat penting dalam proses water
birth. Namun, hal ini berisiko merusak tali pusat.
Sebaiknya ibu memilih dokter kandungan bersertifikasi untuk membicarakan kemungkinan untuk
melahirkan dengan menggunakan metode water birth. Ibu juga dapat melakukan persalinan water
birth di rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk metode persalinan tersebut.