Anda di halaman 1dari 33

2.

3 Syarat Standar
1. Dapat diobservasi dan diukur
Mutu layanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap
standart layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum
pengukuran mutu dilakukan.
2. Realistik
Maksudnya adalah kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan
diukur terhadap kriteria mutu yang ditentukan, untuk melihat apakah standar
layanan kesehatan dapat dicapai atau tidak.
3. Mudah dilakukan dan dibutuhkan
Maksudnya adalah standar yang ditetapkan harus sesuai kebutuhan dan mudah
untuk dilakukan.
4. Jelas
5. Masuk akal
6. Mudah dimengerti
7. Dapat dicapai
8. Absah
9. Meyakinkan
10. Mantap, spesifik serta eksplisit

2.4 Standar Pelayanan Nifas (3 Standar)


2.4.1 STANDAR 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
a. Tujuan :
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipoglikemia dan infeksi
b. Pernyataan standar :
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
dan menangani hipotermi
c. Prasyarat

5
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk mendampingi
persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera
2. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
a) memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan
skor apgar
b)  menolong bayi untuk memulai terjadinya pernapasan dan
melakukan resusitasi bay baru lahir
c) mengenal tanda-tanda hipotermi dan dapat melakukan tindakan
yang tepat untuk mencegah dan menangani hipotermi
d)  pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
e)  mengenal tanda-tanda hipoglikemia dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat jika hipoglikemia terjadi

3. tersedianya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan  yang bersih


dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk yang
bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih ( satu untuk mengeringkan,
yang lain untuk menyelimuti bayi ), gunting steril/ DTT untuk
memotong tali pust, 2 klem steril/ DTT, benang steril/ DTT ( atau klem
_ untuk mengikat tali pusat, sarung tangan bersih / DTT, thermometer
bersih/ DTT, bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang di DTT,
timbanagn bayi dan pita pengukur yang bersih
4.  obat salep mata : tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%
5.  kartu ibu, kartu bayi, dan buku KIA
6. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang
efektif

Input Proses Output


A. Alat dan Bahan 1. Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung Bayi baru lahir
Tersedianyaperlengkapan tangan bersih/ DTT sebelum menangani bayi baru mendapatkan
dan peralatan untuk lahir perawatan yang

6
perawatan yang bersih dan 2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat ( ruangan tepat dan dapat
aman bagi bayi baru lahir, harus hangat untuk mencegah hipotermi pada bayi bernafas dengan
seperti air bersih, sabun dan baru lahir ) baik
handuk yang bersih, dua 3.  Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di
handuk/ kain hangat yang perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan
bersih (satu untuk handuk bersih yang hangat setelah bayi kering,
mengeringkan, yang lain selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan
untuk menyelimuti bayi), handuk baru yang bersih dan hangat> riset
gunting steril/ DTT untuk membuktikan bahwa 90% bayi baru
memotong tali pust, 2 klem lahirmengalami perubahan dari kehidupan
steril/ DTT, benang steril/ intrauterine menjadi ekstrauterine dengan
DTT ( atau klem _ untuk pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lender
mengikat tali pusat, sarung rutin tidak perlu perlu dan mungkin
tangan bersih / DTT, membahayakan )
thermometer bersih/ DTT, 4.   Segera menilai bayi utnuk memastikan bahwa bayi
bola karet penghisap atau bernafas/ menangis sebelum menit pertama nilai
penghisap DeLee yang di APGAR, jika bayi tidak menangis atau tidak
DTT, timbanagn bayi dan bernafas spontan, hisap mulut dan hidung bayi
pita pengukur yang bersih secara hati-hati menggunakanbola karet pengisap
4.     obat salep mata : tetrasiklin atau penghisap DeLee yang di DTT
1% atau eritromisin 0,5% 5.   Jika bayi mengalami kesulitan memulai
5.      kartu ibu, kartu bayi, dan pernafassan walaupun sudah dilakukan
buku KIA pengeringan, stimulasi atau penghisapan lender
STStandar ruangan harus dengan hati-hati, mulai lalukan resusitasi bayi baru
bersih,hangat,tersedia lahir untuk menanganii asfiksia ( lihat standar 24 )
ventilasi udara 6.  Jika bayi menangis/ bernafas, lakukan pemeriksaan
B. SDM APGAR pada menit pertama setelah lahir
a) Lulusan bidan
7.   7. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat diklem di
minimal D3 dua tempat menggunakan klem steril/ DTT
b) Memiliki STR 8.   8. Pasang benang/ klem tali pusat
9.   Bayi harus tetap diselimuti dengan baik, anjurkan

7
ibu untuk memeluk bayinya dan segera mulai
menyusui. ( riset menunjukkna pemberian ASI
dini penting untuk keberhasilan awal pemberian
ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga merupakan
cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu
tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan, jika bayi tidak
didekap oleh ibunya, selimut ibayi dengan handuk
yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan
baik untuk mencegah kehilangan panas )
10.Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap
keadaan bayi secara umum dengan menggunakan
skor APGAR
11. jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi
setelah plasenta lahri dan kondisi ibu stabil
12. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan
menggunakan thermometer yang diletakkan di
ketiak ( janganmemasukkan thermometer dalam
anus bayi, hal ini merupakan prosedur yang tidak
perlu dan dapat membahayakan bayi ). Bila suhu
bayi <36 C atau jika tubuh atau kaki bayi teraba
dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh
bayi seperti pada “penangaan hipotermi”. Amati
suhu bayi setiap jam sampai suhunya normal dan
stabil
13.Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk
mencari kemungkinan adanya kelainan. Periksa
anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan
ini dengan cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu
hendaknya menyaksika pemeriksaan tersebut
14.Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan
dengan cepat agar bayi tidak mengalami hipotermi

8
15.Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang,
meletakkan bayi pada timbangan yang dingin akan
menyebabkan kehilangan panas. Berat yang
tercatat kemudian dpat disesuaikan dengan
mengurangi jumlah berat handuk/ kain tersebut
16. Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti
dengan baik, pastikan bahwa kepala bayi tertutup
dan berikan bayi kembali untuk dipeluk ibu. Hal in
merupakan cara yang sangat baik untuk mencegah
hipotermi
17.Cuci tangan lagi dengan sabun, air, dan handuk
yang bersih. Dalam waktu satu jam setelah
kelahiran, berikan salep/ obat tetes mata pada mata
bayi baru lahir, untuk mencegah oftalmia
neonatorum : salep mata tetrasikilin 1%, lautan
perak 1%, atau eritromisin 1%. Biarkan obatnya
tetap di mata bayi, jangan dibersihkan salep/ obat
tets mata yang berada di sekitar mata
18. Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai
menyusui. (riset menunjukkna bahwa memulai
pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama
ketelah kelahiran adalah penting untuk
keberhasilan awal pemberian ASI. Kolostrum, ASI
pertama, penting karena mengandung zat
kekebalan untukpencegahan infeksi dan penyakit
pada bayi baru lahir. Pemberian ASI dini akan
mencegah/ menangani hipoglikemia pada bayi
baru lahir
19.Hindari pemberian susu formula pada bayi baru
lahir, hal ini tidak perlu dan mungkin
membahayakan

9
20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi,
sebelum memandikannya, tunggu lebih lama jika
bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu
tbuhny atau mengalami asfiksia pada saat lahir:
periksa suhu tubhbayi sebelum memandikannya,
suhu tubuh bayi baru lahir harus antara 36-37 C.
Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan
pastikan ruangan hangat. Memandikan bayi
dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan
handuk bersih, hangat, dan kering untuk mencegah
kehilangan panas tubuh yang berlebihan
21.Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan
handuk/ kain yang hangat dan bersih
22. Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine
dan meconium dalam 24 jam pertama
kehidupannya., catat waktu pengeluaran urine dan
meconium. Mintalah ibu memperhatikannya bila
persalinan berlangsung di rumah. Bila dalam 24
jam bayi tiak mengeluarkan urine dan meconium,
segera rujuk ke rumah sakit
23. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan
yang diberikan dengan cermat dan lengkap dalam
partograf, Karu Ibu dan Kartu Bayi
24.  Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang
tepat jika ditemukan kelainan dari normal

2.4.2 STANDAR 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama setelah Persalinan


a. Tujuan :

10
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama kala 4
untuk memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan saying ibu dan
saying bayi, memulai pemberian IMD.
b. Pernyataan standar
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang
diperlukan.
c. PRASYARAT
1. Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam setelah persalinan
dan jik amungkin bayi tetap bersama ibu
2.  Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan untuk ibu dan
bayi segera setelah persalinan, termasuk ketrampilan pertolongan pertama
pada keadaan gawat darurat
3.  Ibu didukung/ dianjurkan untuk menyusui dengan ASI dan memberikan
kolostrum
4. Tersedia alt perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan yaitu air
bersih, sabun dan handuk bersih; handuk/ kain bersih untuk menyelimuti
bayi, pembalut wanita yang bersih, pakaian kering dan bersih untuk ibu,
sarung atau kain kering dan bersih untuk alas ibu, kain/ selimut yang kering
untuk menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter air raksa, stetoskop
dan thermometer
5. Tersedianya obat-obatan oksitosika, obat lain yan diperlukan dan tempat
penyimpanan yang memadai
6.  Adanya sarana pencatatn : partograf, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA
7.  Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric dan
kegawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif

Input Proses Output


A. Alat dan Bahan 1) Selalu mencuci tangan sebelum dan Ibu nifas terpantau
a) Tersedia alat sesudah memberikan perawatan dengan baik dan
perlengkapan, pada ibu dan bayi baru lahir. tidak ada

11
misalnya untuk Menggunakan sarung tangan bersih pendarahan.
membersihkan pada saat melakukan kontak dengan
tangan yaitu air darah atau cairan tubuh
bersih, sabun 2) Mendiskusikan semua pelayanan
dan handuk yang diberikan untuk ibu dan bayi
bersih; handuk/ dengan ibu, suami, dan keluarganya
kain bersih 3) Segera setelah lahir, nilai keadaan
untuk bayi, letakkan di perut ibu, dan
menyelimuti segera keringkan bayi dengan
bayi, pembalut handuk bersih yang hangat. Setelah
wanita yang bayi kering, selimuti bayi dengan
bersih, pakaian handuk baru yang bersih dan hangat.
kering dan Bila bayi bernafas/ menangis tanpa
bersih untuk kesulitan, dukung ibu untuk
ibu, sarung atau memeluk bayinya ( lihat standar
kain kering dan 13 ). Jika bayi mengalami kesulitan
bersih untuk bernafas ( lihat standar 24 )
alas ibu, kain/ 4) Sangat penting untuk menilai
selimut yang keadaan ibu beberapa kali selama
kering untuk dua jam pertama setelah persalinan.
menyelimuti Berada bersama ibu da melakukan
ibu, sarung setiap pemeriksaan ini jangan pernah
tangan DTT, meninggalkan ibu sendirian sampai
tensimeter air paling sedikit 2 jam setelah
raksa, stetoskop persalinan dan kondisi ib stabil.
dan Lakukan penatalaksanaan yang tepat
thermometer dan persiapkan rujukan jika
b) Tersedianya diperlukan.
obat-obatan a) melakukan penilaian dan
oksitosika, obat masase fundus uteri setiap 15
lain yan menitt selama satu jam

12
diperlukan dan pertama persalinan,
tempat kemudian setiap 30 menit
penyimpanan selama satu jam kedua
yang memadai setelah persalinan. Pada saat
c) Adanya sarana melakukan masase uterus,
pencatatn : perhatikan berapa banyak
partograf, kartu darah yang keluar dari
ibu, kartu bayi, vagina. Jika fundus tidak
buku KIA teraba keras, terus lakukan
d) Sistem rujukan masase daerah fundus agar
untuk perawatan uterus berkontraksi. Periksa
kegawatdarurata jumlah perdarahan yang
n obstetric dan keluar dari vagina. Periksa
kegawatdarurata perineum ibu apakah
n bayi baru lahir membengkak, hematoma,
yang efektif dan berdarah dari tempat
perlukaan yang sudah dijahit
setiap kali memeriksa
B. SDM perdarahan fundus dan
a) Lulusan bidan vagina
minimal D3 b) jika terjadi perdarahan,
b) Memiliki STR segera lakukan tindakan
c) Telah mengikuti sesuai dengan standar 21.
pelatihan APN Berbahaya jika terlambat
bertindak
c) periksa tekanan darah dan
nadi ibu setiap 15 menit
selama satu jam pertama
setelah persalinan, dan setiap
30 menit selama satu jam
kedua setelah persalinan

13
d) lakukan palpasi kandung
kemih ibu setiap 15 menit
selama satu jam pertama
setelah persalinan dan
kemudian setiap 30 menit
selasa satu jam kedua setelah
persalinan. Bila kandung
kemih penuh dan meregang,
mintalah ibu untuk b.a.k,
jangan memasang kateter
kecuali ibu tidak bisa
melakukannya sendiri.
( retensi urine dapat
mengakibtkan perdarahan
uterus ). Mintalah ibu untuk
b.a.k dalam dua jam sesudah
melahirkan.
e) Periksa suhu tubuh ibu
beberapa saat setelah
persalinan dan sekali lagi
satu jam setelah persalinan.
Jika suhu tubuh ibu > 38 C,
minta ibu untuk minum 1L
cairan, jika suhunya tetap 38
C segera rujuk ibu ke pusat
rujukan terdekat ( jika
mungkin mulai berikan IV
RL dan berikan ibu 1gr
amoksilin dan ampisilin
oral )
5. Secepatnya bantu ibu agar dapat

14
menyusui ( lihat standar 10 & 13 ).
Atur posisi bayi agar dapat melekat
dan mengisap dengan benar. ( semua
ibu membutuhkan pertolongan untuk
mengatur posisi bayi, baik untuk ibu
yang baru pertama kali menyusui
maupun ibu yang sudah pernah
menyusui )
6. Kontraksi uterus dan jumlah
perdarahan harus dinilai, dan jika
ibu mengenakan gurita atau stgen
hal ini sulit dilakukan
7. Bila bayi tidak memperlihatkan
tanda-tanda kehidupan setelah
dlakukan resusitasi, maka beritahu
orangtua bayi apa yang terjadi.
Berikan penjelasan secara jujur dan
sederhana. Biarkan mereka melihat
atau memeluk bayi mereka.
Berlakulah bijaksana dan penuh
perhatian. Biarkan orangtua
melakukan upacara untuk bayi yang
meninggal sesuai dengan adat
istiadat atau kepercayaan mereka.
Setelah orangtua bayi mulai tenang,
bantulah mereka dan perlakukan
bayi dengan baik dan penuh
pengertian terhadap kesedihan
mereka
8. Bantu ibu membersihkan tubuhnya
dan mengganti pakaian, ingatkan ibu

15
untuk selalu menjaga kebersihan
tubh dan mengganti kain pembalut
secara teratur, berikan penjelasan
perubahan-perubahan yang terjadi
pasca persalinan
9. Catat semua temuan dan tindakan
dengan lengkap dan seksama pada
partograf, kartu ibu, dan kartu bayi
10. Sebelum meninggalkan biu,
bahaslah semua bahaya potential dan
tanda-tandanya dengan suami dan
keluarga. Bahaya potensial dan
tanda-tandanya :
a. ibu mengalami perdarahan
hebat
b. mengeluarkan gumpalan
darah
c. pusing
d.   lemas yang berlebihan
e. suhu tubuh ibu >38 C
f. suhu tubuh bayi < 36 C atau
> 37,5 C
g. bayi tidak mau menyusu
h. bayi tidak mengeluarkan
urine atau meconium dala 24
jam pertama
11. pastikan bahwa ibu dan keluarganya
mengetahui bagaimana dan kapan
harus memminta pertolongan
12. jangan meninggalkan ibu dan bayi
sampai mereka dalam keadaan baik

16
dan semua catatan lengkap. Jika ada
hal yang mengkhawatirkan ibu atau
janin, lakukan rujukan ke puskesmas
atau rumah sakit

2.4.3 STANDAR 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
a. Tujuan :
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan
dan penyuluhan ASI Ekslusif
b. Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah
pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB.
c. Prasyarat
1. System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan
pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu
setelah persalinan, baik di rumah, puskesmas, atau rumah sakit
2. Bidan telah terlatih dan terampil dalam :
a. perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi dengan cara
yang benar
b. membantu ibu untuk memberikan ASI
c. mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada
masa nifas
d. penyuluhan dan pelayanan KB/ penjarangan kelahiran

17
3. bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama
dengan juur imunisasi di puskesmas atau fasilitas kesehatan masyarakat
4. tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat
pembuangan benda tajam yang memadai
5. tersedianya tablet besi dan asam folat
6. terseida alt/ perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan,
yaitu sabun, air bersih dan handuk bersih, sarung tanagn bersih/ DTT
7. Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA
8. Sistem rujukan untuk perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu
dan bayi abru lahri yang berjalaan dengan baik

Input Proses Output


A. Alat dan Bahan 1) Pada kunjungan rumah, Ibu dan bayi mendapatkan
a. Tersedia vaksin, sapalah ibu dan suami/ pelayanan masa nifas dan
alat suntik, keuarganya dengan tidak ada komplikasi.
tempat ramah
penyimpanan 2) Tanyakan pada ibu dan
vaksin dan suami/ keluarganya jika
tempat ada masalah atau
pembuangan kekhawatiran tentang ibu
benda tajam yang atau bayinya
memadai 3) Cuci tangan sebelum dan
b.tersedianya tablet sesudah memeriksa ibu
besi dan asam dan bayi
folat 4) Pakai sarung tangan
c. terseida alt/ DTT/ bersih bila
perlengkapan, melakukan kontak
misalnya untuk dengan darah atau cairan
membersihkan tubuh
tangan, yaitu 5) Periksa tanda-tanda vital

18
sabun, air bersih ibu ( suhu tubuh, nadi,
dan handuk dan tekanan darah ).
bersih, sarung Periksa payudara ibu,
tanagn bersih/ amati bila puting retak,
DTT dan tanda-tanda atau
d. Tersedia kartu gejala-gejala saluran ASI
pencatatan, kartu tersumbat atau infeksi
ibu, kartu bayi, payudara. Periksa
buku KIA involusi uterus
e. Sistem rujukan ( oengecilan uterus sektar
untuk perawatan 2 cm/ hari selama 8 hari
komplikasi pertama ). Periksa lochia,
kegawatdaruratan yang pada hari ketiga
ibu dan bayi abru seharusnya mulai
lahri yang berkurang dan berwarna
berjalaan dengan coklat, dan pada hari ke-
baik 8 – 10 menjadi sedikit
dan berwarna merah
B. SDM muda. Jika ada kelainan
a. Lulusan bidan segera rujuk ( lihat daftar
minimal D3 tanda-tanda bahaya dan
b.Memiliki STR tanda-tandanya di akhir
c. Bidan telah terlatih satndar ini ). Jika
dan terampil dicurigai sepsis
dalam : puerperalis gunakan
Perawatan nifas, ( standar 23 ). Untuk
termasuk penanganan perdarahan
pemeriksaan ibu pasca persalinan gunakan
dan bayi dengan standar 22 )
cara yang benar, 6) Tanyakan apakah ibu
membantu ibu meminum tablet sesuai

19
untuk ketentuan ( sampai 42
memberikan hari setelah melahirkan ),
ASI,mengetahui dan apakah
komplikasi yang persediaannya cukup
dapat terjadi pada 7) Bila ibu menderita
ibu dan bayi pada anemia semasa hamil
masa atau mengalami
nifas,penyuluhan perdarahan berat selama
dan pelayanan proses persalinan, periksa
KB/ penjarangan Hb pada hari ketiga.
kelahiran Nasehati ibu supaya
makan makanan bergizi
dan berikan tablet
tambah darah
8) Berikan penyuluhan
kepada ibu tentang
pentingnya menjaga
kebersihan diri, memakai
pembalut yang bersih,
makanan bergizi,
istirahat cukup dan cara
merawat bayi
9) Cucilah tangan, lalu
periksalah bayi.
Periksalah tali pusat pada
setiap kali kunjungan.
( paling sedikit sampa
hari ketiga, minggu
kedua, dan mingg
ukeenam ). Tali pusat
harus tetap kering. Ibu

20
perlu diberitahu
bahayanya
membubuhkan sesuatu
pada tali pusat bayi,
misalnya minyak atau
bahan lain. Jika ada
kemerahan pada tali
pusat, perdarahan atau
tercium bau busuk, bayi
segera dirujuk
10) Perhatikan kondisi umum
bayi, tanyakan pada ibu
pemberian ASI, misalnya
bayi tidak mau menyusu,
waktu jaga, cara bayi
menangis, berapa kali
b.a.k, dan bentuk
fesesnya
11) Perhatikan warna kuit
bayi, apakah ada icterus
atau tidak. Ikterus pada
hari ketiga postpartum
adalah icterus fisiologis
yang tidak memerlukan
pengobatan. Namun, bila
icterus terjadi sesudah
hari ketiga/ kapan saja,
dan bayi mala untuk
menyusu dan tampak
mengantuk, maka bayi
harus segera dirujuk ke

21
rumah sakit
12) Bicarakan pemberian
ASI, dan bila mungkin
perhatikan apakah bayi
menyusu dengan baik
( amati apakah ada
kesulitan atau masalah )
13) Nasehati ibu tentang
pentingnya pemberian
ASI eksklusif sediki 4
sampai 6 bulan.
Bicarakan bahaya
pemberian unsur
tambahan ( susu formula,
air, atau makanan lain )
sebelum bayi berumur 4
bulan
14) Bicarakan tentang KB
dan kapan senggama
dapat dimulai. Sebaiknya
hal ini didiskusikan
dengan kehadiran
suaminya
15) Catat dengan tepat semua
yang ditemukan
16) Jika ada hal-hal yang
tidak normal, segeralah
merujuk ibu dan/ atau
bayi ke puskesmas/
rumah sakit
17) Jika ibu atau bayi

22
meninggal, penyebab
kematian harus diketahui
sesuai dengan standar
kabupaten/
propinsi/nasional

2.4.4 Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatus (9 Standar)


2.4.4.1 STANDAR 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada
Trimester III
a. Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam
trimester 3 kehamilan
b. Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan,
serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
c. Prasyarat :
1. Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
2.  Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi kehamilan
terjadi
3. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
a) mengetahui penyebab, mengenali, tanda-tanda dan penanganan
perdarahan pada trimester III kehamilan
b) pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk pemberian
cairan IV
c) Mengetahui tanda-tanda dan penanganan syok

4. Tersedianya alat perlengkapan penting misalnya sabun air bersih yang


mengalir, handuk bersih, untuk mengeringkan tangan, alat suntuik

23
steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan 18 G,Ringer Laktat atau
NaCl 0,9%, set infus, 3 pasang sarung tanagn bersih.
5.  Penggunaan KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu, buku KIA
6. System rujukan yang efektif, termasuk ban darah berjalan dengan baik
untuk ibu yang mengalami perdarahan selama kehamilan

24
Input Proses Output
A. Alat dan Bahan 2. Cuci tangan setiap kali Kemampuan bidan dalam
1) Tersedianya alat sebelum dan sesudah menerapkan standar ini
perlengkapan penting melakukan kontak dengan adalah ibu yang mengalami
misalnya sabun air bersih pasien. Gunakan sarung perdarahan kehamilan
yang mengalir, handuk tangan bersih kapan pun trimester tiga dapat segera
bersih, untuk menangani benda yang mendapatkan pertolongan,
mengeringkan tangan, terkontaminasi oleh darah kematian ibu dan janin akibat
alat suntuik steril sekali atau cairan tubuh. perdarahan pada trimester tiga
pakai, jarum IV steril 16 3. Memeriksakan dan dapat berkurang, dan
dan 18 G,Ringer Laktat merujuk ibu hamil yang meningkatnya pemanfaatan
atau NaCl 0,9%, set mengalami perdarahan dari bidan sebagai sarana
infus, 3 pasang sarung jalan lahir. (Semua konsultasi ibu hamil.
tanagn bersih. perdarahan yang bukan
2) Penggunaan KMS Ibu show, adalah kelainan)
Hamil/ Kartu Ibu, buku 4. Berikan penyuluhan
KIA dan nasehat tentang bahaya
3) System rujukan yang perdarahan dari jalan lahir
efektif, termasuk ban sebelum bayi baru lahir
darah berjalan dengan kepada ibu atau suami/
baik untuk ibu yang keluarganya pada setiap
mengalami perdarahan kunjungan.
selama kehamilan 5. Nasehat ibu hamil,
B. SDM suaminya atau keluarganya
a. Lulusan Bidan minimal untuk memanggil bidan bila
D3 terjadi perdarahan atau
b. Memiliki STR nyeri hebat di daerah perut
c. dan sudah terlatih dan kapanpun dalam kehamilan.
terampil untuk : 6. Lakukan penilaian
mengetahui penyebab, keadaan umum ibu dan
mengenali, tanda-tanda perkirakan usia
dan penanganan kehamilannya.
perdarahan pada 7. Jangan melakukan
trimester III kehamilan, periksa dalam.
pertolongan pertama 8. Rujuk ibu yang
pada gawat darurat, mengalami perdarahan
25
termasuk pemberian vagina pada trimester III ke
cairan IV,Mengetahui Rumah Sakit terdekat.
2.4.5 STANDAR 17 : Penanganan Kegawatdaruratan pada Eklamsia
a. Tujuan :
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan
memberikan perawatan yang tepat da segera dalam penanganan
kegawatdaruratan bila eklamsia terjadi.
b. Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam, serta
merujuk dana tau memberikan pertolongan pertama.
c. Prasyarat
1. Kebijakan dan protokol nasional / setempat yang mendukung bidan
memberikan pengobatan awal untuk penatalaksanaan
kegawatdaruratan preeklamsia berat dan eklamsia.
2. Bidan melakukan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil termasuk
pemantauan rutin tekanan darah.
3. Bidan secara rutin memantau ibu dalam proses persalinan dan selama
periode postpartum terhadap tanda dan gejala preeklamsia termasuk
pengukuran tekanan darah.
4. Bidan terlatih dan terampil untuk :
a) Mengenal tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia
berat dan eklamsia.
b) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada
preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia.

5. Tersedia perlengkapan penting untuk memantau tekanan darah dan


memberikan cairan IV . Jika mungkin perlengkapan untuk memantau
protein dalam air seni.
6.   Tersedia obat anti hipertensi yang dibutuhkan untuk
kegawatdaruratan misalnya Magnesium Sulfat, Kalsium glukonas.

26
7. Adanya sarana pencatatan : KMS Ibu hamil / Kartu Ibu, Buku KIA dan
Partograf.

Input Proses Output


A. Alat dan Bahan Hasil yang diharapkan
1. Tersedia perlengkapan penting 1. Selalu waspada terhadap yaitu penurunan kejadian
untuk memantau tekanan gejala dan tanda preeklamsia eklamsia. Ibu hamil yang
darah dan memberikan cairan ringan. Pantau tekanan darah mengalami pre-eklamsia
IV . Jika mungkin ibu hamil pada setiap berat dan eklamsia
perlengkapan untuk memantau pemeriksaan antenatal, mendapatkan penanganan
protein dalam air seni. selama proses persalinan, dan yang cepat dan tepat. Ibu
Tersedia obat anti hipertensi masa nifas. dengan tanda-tanda pre-
yang dibutuhkan untuk 1. Selalu waspada eklamsia ringan
kegawatdaruratan misalnya terhadap tanda dan gejala mendapatkan perawatan
Magnesium Sulfat, Kalsium preeklamsia berat. yang tepat. Penurunan
glukonas. 2. Catat tekanan kesakitan dan kematian
Adanya sarana pencatatan : darah ibu, segera periksa akibat eklamsia.
KMS Ibu hamil / Kartu Ibu, adanya gejala dan tanda
Buku KIA dan Partograf. preeklamsia atau eklamsia.
B. SDM Gejala dan tanda preeklamsia
1. Lulusan bidan minimal D3 berat, memerlukan
2. Memiliki STR dan Pelatihan penanganan yang cepat
APN karena besar kemungkinan
3. Kebijakan dan protokol terjadi eklamsia. Kecepatan
nasional/ setempat yang bertindak sangat penting.
mendukung bidan 3. Penanganan preeklamsia berat
memberikan pengobatan dan eklamsia sama :
awal untuk penatalaksanaan a. Cari pertolongan segera untuk
kegawatdaruratan mengatur rujukan ibu rutin ke
preeklamsia berat dan rumah sakit. Jelaskan dengan

27
eklamsia. tenang dan secepatnya kepada
4. Bidan melakukan perawatan ibu, suami dan keluarga
antenatal rutin kepada ibu tentang apa yang terjadi.
hamil termasuk pemantauan b. Berikan ibu pada posisi
rutin tekanan darah. miring kekiri, berikan
5. Bidan secara rutin oksigen (4 – 6 liter/ menit)
memantau ibu dalam proses jika ada.
persalinan dan selama c. Berikan IV ringer laktat 500
periode postpartum terhadap cc dengan jarum berlubang
tanda dan gejala besar (16 dan 18 G)
preeklamsia termasuk 4. Jika terjadi
pengukuran tekanan darah. kejang, baringkan ibu pada
6. Bidan terlatih dan terampil posisi miring ke kiri, di
untuk : bagian tempat tidur atau
a. Mengenal tanda dan lantai yang aman, mencegah
gejala preeklamsia ringan, ibu terjatuh, tapi jangan
preeklamsia berat dan mengikat ibu. Jika ada
eklamsia. kesempatan, letakkan benda
b. Mendeteksi dan yang dibungkus dengan kain
memberikan pertolongan lembut diantara gigi ibu.
pertama pada Jangan memaksakan
preeklamsia ringan, membuka mulut ibu ketika
preeklamsia berat dan kejang terjadi. Setelah kejang
eklamsia. berlalu, hisap lendir pada
mulut dan tenggorokan ibu
bila perlu.
5. Pantau dengan
cermat tanda dan gejala
keracunan MgSO4 sebagai
berikut:
a. Frekuensi pernafasan < 16

28
kali / menit.
b. Pengeluaran air seni < 30 cc /
jam selama 4 jam terakhir.
Jangan berikan dosis MgSO4
selanjutnya bila ditemukan
tanda – tanda dan gejala
keracunan tersebut di atas.
6. Jika terjadi henti
nafas (apnea) setelah
pemberian MgSO4, berikan
Kalsium Glukosa 1 gr (10 cc
dalam laruta 10%) IV
perlahan – lahan sampai
pernafasan mulai lagi.
Lakukan ventilasi ibu dengan
menggunakan ambu bag dan
masker.
7. Bila ibu
mengalami koma, pastikan
posisi ibu dibaringkan miring
ke kiri dengan kepala sedikit
ditengadahkan agar jalan
nafas tetap terbuka.
8. Catat semua obat
yang diberikan, keadaan ibu,
termasuk tekanan darahnya
setiap 15 menit.
9. Bawa segera ibu
kerumah sakit setelah
serangan kejang berikutnya.
Dampingi ibu dalam

29
perjalanan dan berikan obat –
obatan lagi jika perlu.

2.4.6 STANDAR 18 : Penanganan Kegawatdaruratan pada Partus Lama/ macet


a. Tujuan :

Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada
partus lama/ macet.

b. Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan
penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
c. Prasyarat
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas / ketuban pecah.
2. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan trampil untuk :
a) Menggunakan patograf dan catatan persalinan.
b) Melakukan periksa dengan secara baik.
c) Mengenali hal – hal yang menyebabkan partus lama / macet.
d) Mengidentifikasi presentasi abdominal (selain verteks /
presentasi belakang kepala) dan kehamilan.
e) Penatalaksanaan penting yang tepat untuk partus lama dan
partus macet.

3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk beberapa


pasang sarung tangan dan kateter DT / steril.
4. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih
dan aman, seperti air bersih yang mengalir, sabun dan handuk bersih,

30
dua handuk / kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi,
yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk
plasenta.Bidan menggunakan sarung tangan
5.  Tersedianya partograf  dan Kartu Ibu, Buku KIA, Patograf digunakan
dengan tepat untuk setiap ibu dalam proses persalinan.

Input Proses Output


A. Alat dan Bahan 1. Memantau dan mencatat Hasil yang diharapkan yaitu
1. Tersedianya secara berkala keadaan ibu mengenali secara dini tanda
alat untuk pertolongan persalinan dan janin, his dan kemajuan gejala partus lama/ macet
DTT termasuk beberapa pasang persalinan pada partograf dan serta tindakan yang tepat.
sarung tangan dan kateter DT/ catat persalinan. Penggunaan patograf secara
steril. 2. Jika terdapat penyimpangan tepat dan seksama untuk
2. Tersedianya dalam kemajuan persalianan, semua ibu dalam proses
perlengkapan untuk pertolongan maka lakukan palpasi uterus persalinan. Penurunan
persalinan yang bersih dan aman, dengan teliti untuk mendeteksi kematian/ kesakitan ibu dan
seperti air bersih yang mengalir, gejala – gejala dan tanda bayi akibat partus lama/
sabun dan handuk bersih, dua lingkaran retraksi patologis / macet.
handuk / kain hangat yang bersih lingkaran Bandl.
(satu untuk mengeringkan bayi, 2. Jaga ibu untuk mendapat
yang lain untuk dipakai hidrasi yang baik selama
kemudian), pembalut wanita dan proses persalinan, anjurkan
tempat untuk plasenta. Bidan ibu agar sering minum.
menggunakan sarung tangan. 3. Menganjurkan ibu untuk
3. Tersedianya berjalan – jalan dan merubah
partograf  dan Kartu Ibu, Buku posisi selama proses
KIA, Patograf digunakan dengan persalinan dan kelahiran.
tepat untuk setiap ibu dalam Jangan biarkan ibu berbaring
proses persalinan. telentang selama proses
B. SDM persalinan dan kelahiran.

31
Bidan Minimal lulusan D3 4. Mintalah ibu sering buang air
Memiliki STR dan Pelatihan APN kecil selama proses
Bidan sudah dilatih dengan tepat dan persalinan. Kandung kemih
trampil untuk : yang penuh akan
a. Menggunakan patograf dan memperlambat penurunan
catatan persalinan. bayi dan membuat ibu tidak
b. Melakukan periksa dengan secara nyaman. Pakailah kateter
baik. hanya bila ibu tidak bisa
c. Mengenali hal – hal yang kencing sendiri dan kandung
menyebabkan partus lama/ macet. kemih dapat dipalpasi. Hanya
d. Mengidentifikasi presentasi gunakan kateter dan karet.
abdominal (selain verteks/ 5. Amati tanda – tanda partus
presentasi belakang kepala) dan macet dan lama dengan
kehamilan. melakukan palpasi abdominal,
e. Penatalaksanaan penting yang menilai penurunan janin, dan
tepat untuk partus lama dan periksa dalam, menilai
partus macet. penyusupan janin dan
pembukaan serviks paling
sedikit setiap 4 jam selama
fase laten dan aktif persalinan.
Catat semua temuan pada
partograf.
6. Selalu amati tanda – tanda
gawat ibu atau gawat janin,
rujuk dengan cepat dan tepat
jika hal ini terjadi.
7. Cuci tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir
kemudian keringkan, sebelum
dan sesudah melakukan
kontak dengan pasien.

32
Gunakan sarung tangan DTT /
steril untuk semua periksa
dalam. Selalu menggunakan
teknik aseptik pada saat
melakukan periksa dalam.
periksa dengan teliti vagina
dan kondisinya (jika vagina
panas / gejala infeksi dan
kering / gejala ketuban
minimal, maka menunjukkan
ibu dalam keadaan bahaya).
Periksa juga letak janin,
pembukaan serviks serta
apakah serviks tipis, tagang
atau mengalami edema. Coba
untuk menentukan posisi dan
derajat penurunan kepala. Jika
ada kelainan atau bila garis
waspada pada partograf
dilewati persiapkan rujukan
yang tepat.
a) Rujuk dengan tepat untuk
fase laten persalinan yang
memanjang (0 – 4 cm):
berlangsur lebih dari 8 jam.
b) Rujuk dengan tepat untuk
fase  aktif persalinan yang
memanjang kurang dari 1
cm / jam dan garis waspada
pada partograf telah
dilewati.

33
c) Rujuk dengan tepat untuk
kala II persalinan yang
memanjang :
9.jam meneran untuk primipara.
2 jam meneran untuk primipara
1. ja
m meneran untuk multipara.
10. Jika ada tanda
dan gejala persalianan
macet, gawat janin, atau
tanda bahaya pada ibu, maka
ibu dibaringkan miring ke
sisi kiri dan berikan cairan
IV. Rujuk segara ke rumah
sakit , dampingi ibu untuk
menjaga agar keadaan ibu
tetap baik. Jelaskan kepada
ibu, suami / keluarganya apa
yang terjadi dan mengapa
ibu perlu dibawa ke rumah
sakit.
11. Jika dicurigai
adanya ruptura uteri maka
rujuk segera. Berikan
antibiotika dan cairan IV,
biasanya diberikan ampisilin
1 gr IM, diikuti pemberian
500 mg setiap 6 jam secara
IM, lalu 500 mg per oral
setiap 6 jam setelah bayi
lahir.

34
12. Bila kondisi ibu /
bayi buruk dan pembukaan
serviks sudah lengkap, maka
bantu kelahiran bayi dengan
ekstraksi vakum.
13. Bila
keterlambatan terjadi
sesudah kepala lahir :
a) Lakukan episiotomi.
b) Dengan ibu dalam posisi
berbaring telentang, minta
ibu melipat kedua paha,
dan menekuk lutut ke
arah dada sedekat
mungkin ( Manuver Mc
Robert ).
c) Gunakan sarung tangan
steril / DTT.
d) Lakukan tarikan kepala
curam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan.
e) Pada saat melakukan
tarikan pada kepala, minta
seseorang untuk
melakukan tekanan
suprapubis kebawa untuk
membantu kelahiran
bahu. 
Jangan pernah
melakukan dorongan
pada fundus!

35
 Pemberian dorongan
pada fundus nantinya
akan dapat mempengaruhi
bahu lebih jauh dan
menyebabkan ruptura
uteri.
Jika Bayi Tetap Tidak Lahir:
a. Dengan menggunakan
sarung tangan DTT /
steril, masukkan satu
tangan ke dalam vagina.
b. Berikan tekanan pada
bahu anterior ke arah
sternum bayi untuk
mengurangi diameter
bahu.
Kemudian Jika Bahu Masih
Tetap Tidak Lahir :
a. Masukkan satu tangan ke
dalam vagina.
b. Pasang tulang lengan atas yang
berada pada posisi posterio,
lengan fleksi dibagian siku,
tempatkan lengan melintang di
dada. Cara ini akan
memberikan ruang untuk bahu
anterior bergerak di bawah
simfisis pubis.
c. Mematahkan clavicula hanya
dilakukan jika semua pilihan
lain telah gagal.

36
14. Isi partograf,
Kartu ibu, dan catatan
kemajuan persalinan dengan
lengkap dan menyeluruh. Jika
ibu dirujuk ke rumah sakit atau
puskesmas kirimkan satu copy
partograf ibu dan dokumen lain
bersama ibu.

37

Anda mungkin juga menyukai