Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS


ARTHRITIS GOUT”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II

Dosen Pengampu: Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd

Disusun Oleh:

1. Aprilliiani Salamatussa’diyah
2. Bella Febrianti

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah

ini yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kasus Arthritis

Gout” Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Anak.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang

telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu

dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Balikpapan, 10 Juli 2019

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................2

BAB I: PENDAHULUAN.........................................................................................3

A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3

BAB II: TINJAUAN TEORI.....................................................................................4

A. Anatomi Fisiologi System Persyarafan..........................................................4


B. Konsep Dasar Pada Gout...............................................................................5
1. Definisi.....................................................................................................5
2. Etiologi.....................................................................................................6
3. Klasifikasi................................................................................................6
4. Patofisiologi.............................................................................................7
5. Pathway....................................................................................................8
6. Manifestasi Klinis....................................................................................9
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................10
8. Penatalaksanaan.......................................................................................11
9. Komplikasi...............................................................................................12
C. Konsep Dasar Keperawatan...........................................................................12
1. Pengkajian................................................................................................12
2. Diagnose...................................................................................................14
3. Intervensi..................................................................................................14

BAB III: KESIMPULAN...........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme yang sebagian
besar biasanya terjadi pada laki-laki usia paruh baya sampai lanjut dan
perempuan dalam masa post-menopause. Penyakit metabolik ini disebabkan oleh
penumpukan monosodium urate monohydrate crystals pada sendi dan jaringan
ikat tophi. Berdasarkan onsetnya, artritis gout dibagi menjadi dua, yaitu episode
akut dan kronik.
Gejala yang khas pada artritis gout adalah adanya keluhan nyeri,
bengkak, dan terdapat tanda-tanda inflamasi pada sendi metatarsal-phalangeal
ibu jari kaki (atau yang disebut dengan podagra). Artritis gout fase akut
menyebabkan morbiditas yang tinggi, namun apabila diterapi segera setelah
munculnya gejala dapat menghasilkan prognosis yang baik. Pada fase kronik,
gout dapat menyebabkan destruksi sendi yang berat dan gangguan ginjal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Anatomi Fisiologi pada System Persyarafan?
2. Bagaimanakah Konsep Dasar Tentang Gout?
3. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kasus
Gout?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi pada Sistem Persyarafan.
2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Tentang Gout.
3. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kasus
Gout.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi System Persyarafan


Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua
kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah
makanan dan lainnya.
Sistem Saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang
berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama
dalam sistem saraf.
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat
bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang
satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan
sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua
subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
2. Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin,
disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe
yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
3. Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi
oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang
melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak
penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna
kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam

4
hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan
disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi
sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Jenis sendi sinovial :
a. Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis
b. Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxial
c. Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial
d. Trochoid : rotasi, mono aksis
e. Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis.
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat
bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke
tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan
bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali
Kebelakang (Price, 2005; Azizi, 2004)

B. Konsep Dasar pada Gout


1. Definisi
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan
asam urat yangmenyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, &a'id. 2005;407).
Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi penumpukan
asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang
meningkat , pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan
makanan kaya purin (Sholeh, 2012).
Arthritis Pirai (Gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit
Kristal asam urat didaerah persendian yang menyebabkan terjadinya
serangan inflamasi akut. Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah
suatu penyakit metabolic dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukkan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada
tulang dan sendi.

5
2. Etiologi
Etiologi pada penyakit gout diantaranya, yaitu:
a. Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat.
b. Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau
kerusakan, yang menyebabkankelebihan produksi asam urat.
c. Konsumsi alcohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena
alkoholmengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh
d. Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau
memperburuk gout.Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-
kacangan, rempelo dll.
e. Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk
mengembangkanhiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis
diuretik, salisilat, niasin,siklosporin, levodova.

3. Klasifikasi
Klasifikasi untuk penyakit gout, yaitu:
a. Gout Primer
Gout primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan.
b. Gout Sekunder
Gout yang timbul karena adanya komplikasi dengan penyakit lain
(hipertensi dan aterosklerosi).

6
4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dan ekskresi asam urat yang kurang
dari ginjal menyebabkan akumulasi asam urat yang berlebihan dalam darah,
selanjutnya akumulasi asam urat dalam darah membentuk kristal asam urat
yang mana kristal asam urat (Uric acid crystal) merupakan produk akhir
metabolisme purin yang dan berkumpul atau menumpuk di sendi dan
jaringan pengikat sebagai hasil dari konsumsi purin yang terlalu banyak atau
metabolisme yang tidak normal, kemudian menumpuk dalam tubuh, setelah
itu menimbulkan iritasi lokal pada sendi dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya eksresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya

7
5. Pathway

Perfusi Perifer Tidak


Efektif
Nyeri Gangguan
Citra Tubuh

Gangguan Mobilitas Fisik

8
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri hebat pada malam hari, sehingga penderita sering terbangun saat
tidur.
b. Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba
panas. Keadaan akut biasanya berlangsung 3 hingga 10 hari, dilanjutkan
dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi
berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila berlanjut akan
mengenai beberapa sendi dan jaringan bukan sendi.
c. Disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamakan thopi.
d. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis.

Berdasarkan diagnosis dari American Rheumatism Association (ARA),


seseorang dikatakan menderita asam urat jika memenuhi beberapa kriteria
berikut:
a. Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam cairan sendi.
b. Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam thopi, di tentukan
berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar
terpolarisasi.
c. Di dapatkan 6 dari 12 kriteria di bawah ini :
 Terjadi serangan arthritis akut lebih dari satu kali.
 Terjadi peradangan secara maksimal pada hari pertama gejala
atau serangan datang.
 Merupakan arthritis monoartikuler (hanya terjadi di satu sisi
persendian).
 Sendi yang terserang berwarna kemerahan.
 Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit
atau membengkak.

9
 Serangan nyeri unilateral (di salah satu sisi) pada sendi
metatarsophalangeal.
 Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
 Adanya topus (Deposit besar dan tidak teratur yang berasal
dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi)
dan kapsula sendi.
 Terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih
dari 7mg/dL).
 Pada gambaran radiologis tampak pembengkakan sendi secara
asimetris (satu sisi tubuh saja).
 Pada gambaran radiologis tampak kista subkortikal tanpa
erosi.
 Hasil kultur cairan sendi menunjukkan nilai negative.
Bengkak, kemerahan, panas dan rasa nyeri yang hebat pada
sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki (podagra) adalah tanda
khas gout.

7. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa asam urat dilakukan dengan pemeriksaan lewat laboratorium,
pemeriksaan radiologis, dan cairan sendi. Selain itu, kita juga bisa melakukan
diagnosa melakukan diagnosa melalui roentgen.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat ialah apabila
pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah
diatas 6 mg/dL untuk pria dan lebih dari 5,5 mg/dL untuk wanita.
Bukti adanya kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus
melalui mikroskop polarisasi sudah membuktikan, bagaimanapun
juga pembentukan topus hanya setengah dari semua pasien dengan
gout.

10
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui normal dan
tidaknya fungsi ginjal. Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah
dijadikan penanda ada dan tidaknya gejala aterosklerosis.

b. Pemeriksaan Cairan Sendi


Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop.
Tujuannya ialah untuk melihat kristal urat atau monosodium urate
(kristal MSU) dalam cairan sendi.
Untuk melihat perbedaan jenis arthritis yang terjadi perlu
dilakukan kultur cairan sendi. Dengan mengeluarkan cairan sendi
yang meradang maka pasien akan merasakan nyeri sendi yang
berkurang.
Dengan memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot cairan
sendi tentunya, maka pasien akan lebih cepat sembuh.

c. Pemeriksaan dengan Roentgen


Pemeriksaan roentgen perlu dilakukanuntuk melihat kelainan baik
pada sendi maupun pada tulang dan jaringan di sekitar sendi.

8. Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara
dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan
gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun asam
urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat diberikan pada
stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah mengkonsumsi
obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium interkritik
dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat,
sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam

11
urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat
alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.

9. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis
dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa
Pada umunya keluhan utama yang terjadi adalah nyeri pada daerah
sendi yang mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode
PQRST
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
e. Riwayat Psikososial
f. Pengkajian berdasarkan pola
1) Pola Presepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Keluhan utama nyeri pada pada sendi
b) Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi
atau mengurangi serangan.
c) Riwayat penyakit Gout pada keluarga
d) Obat utntuk mengatasi adanya gejala
2) Pola nutrisi dan metabolic
a) Peningkatan berat badan
b) Peningkatan suhu tubuh
c) Diet

12
3) Pola aktifitas dan Latihan
Respon sentuhan pada sendi dan menjaga sendi yang terkena
4) Pola presepsi dan konsep diri
a) Rasa cemas dan takut untuk melakukan pergerakan
b) Presepsi diri dalam melakukan mobilitas
g. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
 Inspeksi: bila tidak melibatkan sistem pernapasan,biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
 Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri dan kanan
 Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara napas hilang/melemah pada sisi yang sakit,
biasanya di dapat suara ronki atau mengi.
2) B2 (Blood):
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering ditemukan keringat
dingin,dan pusing karena nyeri.
3) B3 (Brain): kesadaran biasanya kompos mentis
 Kepala dan wajah : ada sianosis
 Mata : sclera biasanya tidak ikterik
 Leher : biasanya JVP dalam batas normal

4) B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak


ada keluhan pada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah
mengalami komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu asam
urat, dan GGK yang akan menimbulka perubahan fungsi pada
sistem ini.

5) B5 (bawel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada


gangguan, tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta

13
nbau feses. Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi, warna,
bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri
lambung,dan tidak ada nafsu makan, terutama klien yang memakai
obat analgesik dan anti hiperurisemia.
6) B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan
 Look: keluhan nyeri sendi uyang merupakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya).
 Feel: ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak
 Move: hambatan gerahan sendi biasanya semakin memberat

2. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi dan kontraktur.
c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi. 
   
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri akut b.d agen Pasien mampu 1. Kaji  nyeri pasien
pencedera menjelaskan kadar menggunakan metode
fisiologis dan karakteristik PQRST.
nyeri R/ Memberikan informasi
sebagai dasar dan
pengawasan keefektifan
intervensi.
2. Bantu pasien untuk
mendapatkan posisi yang
nyaman.
R/Untuk menurunkan
ketegangan atau spasme

14
otot dan mendistribusikan
kembali tekanan pada
bagian tubuh.

3. Lakukan tindakan
kenyamanan untuk
meningkatkan relaksasi,
seperti pemijatan, mengatur
posisi, dan teknik relaksasi.
R/Membantu pasien
mwmfokuskan pada subjek
pengurangan nyeri.

4. Cegah agar tidak terjadi


iritasi pada tofi, misalnya
menggunakan sepatu yang
sempit dan terantuk benda
yang keraS.
R/Bila terjadi iritasi maka
akan semakin nyeri.

5. Berikan obat-obatan yang


dianjurkan sesuai indikasi
R/untuk mengurangi nyeri
yang adekuat.
2. Gangguan Pasien mampu 1. Melakukan latihan ROM
mobillitas fisik b.d mempertahankan untuk sendi yang terkena
kekakuan sendi dan kekuatan otot dan gout jika memungkinkan.
kontraktur ROM sendi R/Tindakan ini mencegah
kontraktur sendi dan atrofi
otot.

15
2. Miringkan dan atur posisi
pasien setiap 2 jam sekali
pada pasien tirah baring.
R/Tindakan ini mencegah
kerusakan kulit dengan
mengurangi tekanan.

3. Pantau kemajuan dan


parkembangan kemampuan
klien dalam melakukan
aktivitas.
R/untuk mandeteksi
perkembangan klien.

4. Kolaborasi dengan ahli


fisioterapi untuk latihan
fisik klien.
R/kemampuan mobilisasi
ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan
fisik.

5. Ajarkan pasien atau


anggota keluarga tentang
latihan ROM.
R/Untuk membantu
persiapan pemulangan
pasien.
3. Defisit Pasien mampu 1. Kaji kemampuan pasien
pengetahuan b.d mengkomunikasika dalam mengungkapkan
kurang terpapar n apa yang intruksi yang diberikan.
nformasi dirasakan dan yang R/Mengetahui respond dan
16
diajarkan. kemampuan kognitif pasien
dalam menerima informasi.

2. Berikan jadwal obat yang di


gunakan meliputi nama
obat, dosis, tujuan dan efek
samping.
R/ Tindakan ini dapat
meningkatkan koordinasi
dan kesadaran pasien
terhadap pengobatan yang
teratur.

3. Berikan informasi
mengenai alat-alat bantu
yang mungkin dibutuhkan.
R/mengurangi paksaan
untuk menggunakan sendi
dan memungkinkan
individu untuk ikut serta
secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.

4. Jelaskan pada pasien


menegenai penyakit yang
dialami.
R/memberikan pengetahuan
pasien sehingga dapat
menghindari terjadinya
serangan berulang.

17
5. Dorong pemasukan diet
rendah purin dan cairan
yang adekuat.
R/meningkatkan
penyembuhan.

BAB III
18
PENUTUP

KESIMPULAN
Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolic dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukkan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

Gout terjadi akibat Adanya gangguan metabolisme purin dan ekskresi asam urat
yang kurang dari ginjal menyebabkan akumulasi asam urat yang berlebihan dalam
darah, selanjutnya akumulasi asam urat dalam darah membentuk kristal asam urat yang
mana kristal asam urat (Uric acid crystal) merupakan produk akhir metabolisme purin
yang dan berkumpul atau menumpuk di sendi dan jaringan pengikat sebagai hasil dari
konsumsi purin yang terlalu banyak atau metabolisme yang tidak normal, kemudian
menumpuk dalam tubuh, setelah itu menimbulkan iritasi lokal pada sendi dan
menimbulkan respon inflamasi.

DAFTAR PUSTAKA

19
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/9c3328ce6af0718eaed77
6e316fa075a.pdf
https://www.academia.edu/4675905/LAPORAN_PENDAHULUAN_ATRITIS_
GOUT_print
https://www.academia.edu/11892417/Gout_Arthritis_Asam_Urat_
http://perawattraveler.blogspot.com/2017/06/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html

20

Anda mungkin juga menyukai