Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melaluihubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi
yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat
menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan
dan bahkan kematian. Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar
daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan
seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali,
sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.
Penyakit menular seksual merupakan penyakit dengan tingkat mortalitas
yang tinggi disetiap tahunnya. Sampai tahun 2012 organisasi kesehatan dunia
(WHO) mencatat jumlah penderita penyakit menular seksual khususnya
HIV/AIDS di seluruh dunia meningkat hingga mencapai 5,2 juta jiwa.
Makassar menduduki peringkat ke teratas di Sulawesi Selatan. Usaha yang
dilakukan pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI dan lembaga-
lembaga lainnya dalam mengurangi penderita PMS dilakukan melalui edukasi
dan promosi yaitu penyuluhan melalui kampanye, media massa dan
penyebaran leaflet. Tetapi usaha tersebut masih saja kurang atau belum
menurunkan angka mortalitas Penyakit Menular Seksual.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan HIV AIDS dan IMS ?
2. Bagaimana Staging Klinis Who Untuk Infeksi HIV?
3. Bagaimana Infeksi Oportunistik Yang Sering Terjadi Di Indonesia?
4. Bagaimana Hubungan Antara TB dan HIV (Dalam Transmisi Diagnosa,
Pengobatan)?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Hubungan HIV AIDS dan IMS
2. Untuk mengetahui Staging Klinis Who Untuk Infeksi HIV
3. Untuk mengetahui Infeksi Oportunistik Yang Sering Terjadi Di Indonesia
4. Untuk mengetahui Hubungan Antara TB dan HIV (Dalam Transmisi
Diagnosa, Pengobatan)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan HIV AIDS dan IMS


HIV-AIDS Merupakan virus yang menyerang dan merusak sistem
kekebalan tubuh. Bila sistem kekebalan tubuh manusia sudah rusak atau lemah
maka manusia akan mudah terserang berbagai macam penyakit yang ada di
sekitar kita. Untuk Mengantisipasi penyebaran penyakit AIDS/HIV
dikalangan Prajurit, maka Makokosekhanudnas II, Makassar mengelar
penyuluhan kesehatan yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Permata
Cibubur. Dalam penyuluhan Kesehatan tentang HIV/AIDS dan IMS yang
dibawakan oleh dr. Dewi Inong Irana, SpKK dari Dinas Kesehatan rumah
sakit Permata Cibubur mengatakan bahwa AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. atau Human
Immuno deficiency Virus adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia
dan membuat tubuh manusia turun sistem kekebalannya sehingga tubuh gagal
melawan infeksi dan virus ini karaktetistiknya adalah memproduksi diri
sendiri di dalam sel manusia sedangkan AIDS atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang di dapat. 1
HIV didapatkan melalui darah, cairan seperma, cairan vagina dan air susu
ibu. Penularan melalui ibu yang terkena HIV kepada bayi yang dikandungnya
dapat terjadi selama proses kehamilan, proses persalinan dan menyusui. AIDS
tidak menular lewat ciuman, pelukan, WC,sentuhan alat makan, nyamuk dan
tinggal serumah. Perilaku beresiko tinggi terinfeksi HIV melalui suka berganti
ganti pasangan. IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah infeksi yang salah satu
cara penularannya melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah
tertular, baik hubungan seks melalui vagina, oral dan anal.Penularan IMS Juga
dapat terjadi melalui darah dan dari ibu kepada bayinya. Hubungan IMS

1
Majoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. (Jakarta. Media Aesculapius. FKUI. 2000)
h. 98

3
dengan HIV saling keterkaitan dimana IMS mempermudah masuknya HIV,
maka penderita IMS lebih mudah terkena infeksi HIV.2

B. Staging Klinis Who Untuk Infeksi HIV


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan RNA
yang spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh manusia. Penurunan
sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan
berbagai infeksi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya AIDS. AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala/tanda
klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik) karena
penurunan sistem imun. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai penyakit
karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal melawan
kuman yang biasanya tidak menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik ini
dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, bakteri dan parasit serta dapat
menyerang berbagai organ, antara lain kulit, saluran cerna/usus, paru-paru dan
otak. Berbagai jenis keganasan juga mungkin timbul. 3
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV akan berlanjut menjadi AIDS bila
tidak diberi pengobatan dengan antiretrovirus (ARV). Kecepatan perubahan
dari infeksi HIV menjadi AIDS, sangat tergantung pada jenis dan virulensi
virus, status gizi serta cara penularan. Dengan demikian infeksi HIV
dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu: i) rapid progressor, berlangsung 2-5 tahun; ii)
average progressor, berlangsung 7-15 tahun; dan iii) slow progressor, lebih
dari 15 tahun.4
World Health Organization menyatakan stadium klinis infeksi HIV yang
dapat digunakan untuk memandu tatalaksana penderita HIV secara
komprehensif berkesinambungan jika tes cepat HIV (rapid test HIV) dengan
metoda tiga reagen secara serial (strategi tiga serial) menunjukkan hasil

2
Manuaba, IBG, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. (Jakarta: Arcan. 1999) h. 56
3
Romauli S, dkk. Kesehatan Reproduksi Mahasisiwi Kebidanan. (Yogyakarta : Mulia
Medika. 2009) h. 112
4
Majoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. (Jakarta. Media Aesculapius. FKUI. 2000)
h. 132

4
reaktif. Stadium klinis ini berguna untuk memandu tatalaksana penderita
HIV secara komprehensif dan berkesinambungan (lihat Tabel 4).5

Tabel 4. Stadium Klinis Infeksi HIV Menurut WHO


Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4
Asimptomatik Sakit ringan Sakit sedang Sakit berat (AIDS)
Berat Tidak ada Penurunan BB Penurunan BB Sindroma wasting
badan penurunan BB 5-10% > HIV
(BB) 10%
Gejala Tidak ada • Luka di • Kandidiasis • Kandidiasis
gejala atau sekitar bibir oral atau esophageal
hanya : (keilitis vaginal • Herpes simpleks
• angularis) • Oral hairy ulseratif lebih dari
Limfadenopat • Ruam kulit leukoplakia satu bulan
i yang • Diare, demam • Limfoma
generalisata gatal (seboroik yang tidak • Sarkoma kaposi
persisten atau prurigo) diketahui • Kanker serviks
• Herpes zoster penyebabnya invasif
dalam 5 tahun lebih dari satu • Retinitis
terakhir bulan cytomegalovirus
• ISPA • Infeksi • Pneumonia
berulang, bakterial yang pnemosistis
misalnya berat • TB ekstra-paru
sinusitis atau (pneumoni, • Abses otak
otitis piomiositis, dll) toksoplasmosis
• Ulkus mulut • TB paru • Meningitis
berulang dalam kriptokokus
satu tahun • Encefalopati HIV
terakhir • Gangguan fungsi
• TB neurologis dan tidak
limfadenopati oleh penyebab lain,
• Gingivitis/ sering kali membaik
periodontitis dengan ART
ulseratif
nekrotika akut

C. Infeksi Oportunistik Yang Sering Terjadi Di Indonesia


5
Widyastuti Y, dkk. Kesehatan Reproduksi. (Yogyakarta: Fitramaya. 2009) h. 56

5
Infeksi Oportunistik atau biasa disingkat dengan IO adalah infeksi yang
terjadi lebih sering terjadi atau banyak menyerang pada individu yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, salah satunya yaitu pada Orang
Dengan HIV AIDS (ODHA). Sebenarnya IO masih kurang umum, dan pada
masa awal HIV AIDS, IO masih banyak menjangkiti karena perawatannya
yang masih belum maksimal, namun dibandingkan dengan sekarang dengan
perawatan yang lebih baik dalam mengurangi jumlah HIV di tubuh seseorang
dan menjaga sistem kekebalan tubuh seseorang agar teteap kuat. Walaupun
begitu, masih banyak ODHA yang IO nya masih berembang, mungkin salah
satunya karena mereka tidak mengetahui bahwa mereka terinfeksi HIV,
sehingga mereka tidak melakukan perawatan atau masih kurang patuh
terhadap perawatan.6
Pada beberapa alasan, sangat penting bagi ODHA atau keluarga ODHA
untuk memahami beragam IO, agar mereka bisa mencegah munculnya IO
dengan bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan atau untuk
mendapatkan perawatan sedini mungkin. Ketika seorang ODHA mendapatkan
IO tertentu, dia akan mendapatkan diagnosis AIDS, tahap yang paling serius
dari infeksi HIV. CDC sendiri telah mengembangkan daftar IO yang
mengindikasikan seseorang menderita AIDS. Tidak peduli berapa banyak
jumlah CD4 yang dimiliki seseorang.7
Ketika infeksi memasuki tubuh orang yang sehat, sel-sel darah putih yang
disebut limfosit merespons untuk melawan infeksi tersebut. Limfosit ini
termasuk sel B dan sel T. Pada pengidap HIV, sel-sel T tertentu akan
mengalami kematian. Hal inilah yang membuat tubuh sulit untuk melawan
adanya infeksi baru. Ketika datangnya infeksi serius dan jumlah sel darah
yang melawan infeksi (dikenal sebagai sel CD4) jumlahnya menurun, maka
seseorang yang telah mengidap HIV tersebut dapat didiagnosis mengalami
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).Selain pada penderita HIV,
penurunan sistem imun juga dapat disebabkan oleh luka bakar parah,
6
Prayetni. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. (Jakarta.
Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1996) h. 44
7
Keluarga berencana dan Kesehatan Reproduksi Berwawasan Jender. (2003) h. 77

6
kemoterapi, diabetes, malnutrisi, hingga kanker seperti leukemia dan multiple
myeloma. Penyebab tersebut pada akhirnya dapat melemahkan sistem
pertahanan tubuh dan mengakibatkan penderitanya terjangkit infeksi
oportunistik.8
Tidak hanya pengidap HIV saja yang bisa terkena infeksi oportunistik ini.
Pasalnya, hampir semua penyakit dapat berkembang menjadi infeksi
oportunistik ketika sistem kekebalan tubuh lemah. Terdapat dua jenis infeksi
oportunistik (IO), yakni IO sistemik yang memengaruhi seluruh tubuh, dan IO
lokal yang cenderung hanya memengaruhi bagian tubuh. Berikut adalah
beberapa penyakit infeksi oportunistik umum yang kerap terjadi, di
antaranya:9
1. Candidiasis
Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
jamur Candida yang bisa muncul di bagian tubuh mana saja. Infeksi ini
merupakan infeksi oportunistik yang umum terlihat pada pasien HIV
dengan jumlah CD4 antara 200 hingga 500 sel/mm 3. Gejala yang paling
jelas adalah bintik-bintik putih di lidah atau tenggorokan. Candidiasis
dapat diobati dengan resep obat antijamur. Untuk mencegah terkena
candidiasis, jagalah kebersihan mulut dan gunakan obat kumur yang
mengandung klorheksidin (antiseptik) yang dapat mencegah infeksi ini.
Tidak hanya di mulut atau tenggorokan saja, infeksi ini juga bisa
menyerang bagian vagina Anda.
2. Infeksi Pneumonia
Infeksi pneumonia adalah infeksi oportunistik yang paling serius
bagi pengidap HIV. Infeksi pneumonia yang biasa terjadi pada penderita
HIV adalah Pneumocystis pneumonia (PCP) dan merupakan penyebab
utama kematian di antara pasien HIV. Namun ternyata, penyakit ini dapat
diobati dengan antibiotik. Adapun gejalanya seperti batuk, demam, dan
kesulitan bernapas.

8
Keluarga berencana dan Kesehatan Reproduksi Berwawasan Jender. (2003) h. 54
9
Manuaba, IBG, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. (Jakarta: Arcan. 1999) h. 78

7
3. Kanker serviks invasif
Ini adalah kanker yang dimulai di dalam leher rahim, yang
kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kondisi kanker ini bisa
dikurangi kemungkinan terjadinya dengan melakukan pemeriksaan serviks
rutin di dokter.
4. Kriptokokosis
Crypto neoformans (crypto) merupakan jamur biasa ditemukan di
tanah dan bila terhirup dapat menyebabkan meningitis, yakni peradangan
serius pada selaput pelindung yang mengelilingi otak dan saraf tulang
belakang.
5. Herpes simpleks
Yakni virus yang dapat menyebabkan luka yang buruk di sekitar
mulut dan alat kelamin Anda. Infeksi ini biasa menular lewat hubungan
seksual atau ditularkan ibu pada proses kelahiran. Selain di mulut dan
kelamin, infeksi ini juga dapat terjadi pada saluran napas.
6. Toksoplasmosis (tokso)
Adalah sebuah parasit yang dapat menyebabkan ensefalitis (radang
otak), serta pandangan kabur dan juga kerusakan mata. Parasit ini
ditularkan melalui hewan peliharaan seperti kucing, tikus, maupun burung.
Selain itu, tokso juga bisa ditemukan pada daging merah dan meskipun
jarang dapat ditemukan pada daging unggas.
7. Tuberkulosis
Infeksi bakteri TBC yang biasa dikenal karena menyerang paru-
paru Anda ini dapat juga menyerang organ lain dan menyebabkan
meningitis.
Menurut penelitian, pria 8 kali lebih mungkin untuk mengembangkan
kanker yang disebut kanker Kaposi. Sedangkan kaum hawa lebih mungkin
untuk mengembangkan infeksi pneumonia dan infeksi herpes, serta infeksi
tertentu yang dapat menyebabkan kanker pada sistem reproduksinya.
Beberapa kuman yang menyebabkan infeksi oportunistik sulit untuk dihindari.

8
Untuk itu, Anda harus menjaga kesehatan diri Anda agar terhindar dari infeksi
berbahaya ini. Di antaranya:10
1. Melakukan kebiasaan hidup yang sehat, termasuk melakukan seks yang
aman. Gunakan kondom secara konsisten dan benar untuk mencegah
paparan infeksi menular seksual.
2. Mencuci dan memasak makanan dengan baik, hindari daging dan telur
mentah atau kurang matang. Hindari juga susu yang tidak dipasteurisasi
dan gunakan alat masak yang benar-benar bersih, seperti pisau dan
talenan.
3. Gunakan sarung tangan untuk mengambil kotoran hewan peliharaan, dan
jauhkan kucing dari dalam ruangan agar tidak membawa kuman yang
dapat membahayakan Anda.
4. Gunakan handuk dan peralatan olahraga secara personal tanpa bergantian
dengan orang lain.
5. Cobalah untuk tidak menelan atau meminum air yang berasal dari kolam,
danau, atau sungai secara langsung.
6. Lakukan vaksin untuk penyakit HIV dan lainnya untuk menjaga sistem
kekebalan tubuh Anda.
7. Jika Anda seorang wanita, lakukan pemeriksaan panggul dan tes pap
smear untuk menghindari adanya kanker atau infeksi yang lainnya.

D. Hubungan Antara TB dan HIV (Dalam Transmisi Diagnosa, Pengobatan)


MTB mempunyai komponen penting yaitu Lipoarabinomannan (LAM)
yang memiliki kemampuan luas menghambat pengaruh imunoregulator. LAM
merupakan kompleks heteropolisakarida yang tersusun dari pospatidilinositol,
berperan langsung dalam pengendalian pengaruh sistem imun sehingga MTB
tetap mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam upaya
mempertahankan kehidupannya tersebut MTB juga menekan proliferasi
limfosit T, menghambat aktivitas makrofag, dan menetralisasi pengaruh toksik

10
Romauli S, dkk. Kesehatan Reproduksi Mahasisiwi Kebidanan. (Yogyakarta : Mulia
Medika. 2009) h. 33

9
radikal bebas. Di sisi lain LAM mempengaruhi makrofag dan sebagai induktor
transkripsi mRNA sehingga mampu menginduksi produksi dan sekresi sitokin
termasuk TNF, granulocyte-macrophage- CSF, IL-1α, IL-1β, IL-6, IL-8 dan
IL-10. Pengaruh sitokin tersebut menghambat peran antimikrobial, memicu
gejala demam, mengakibatkan nekrosis jaringan. Tetapi LAM tidak
menginduksi transkripsi mRNA dari sitokin yang mestinya diproduksi
limfosit seperti limfositokin, IFN-γ, IL-2, IL-3, IL-4. Struktur yang lebih
sederhana dari LAM adalah Limpomannan (LM) dan phosphatidylinositol
mannosides (PIM). LM tidak memiliki Arabian, sementara PIM memiliki
arabain dan residu mannan. LAM, LM dan PIM menginduksi transkripsi
mRNA sitokin sehingga dapat memicu munculnya manifestasi klinis
tuberkulosis seperti demam, penurunan berat badan, nekrosis jaringan dan
kakeksia. Ada tiga mekanisme yang menyebabkan terjadinya TB pada
penderita HIV, yaitu reaktivasi, adanya infeksi baru yang progresif serta
terinfeksi. Penurunan CD4 yang terjadi dalam perjalanan penyakit infeksi HIV
akan mengakibatkan reaktivasi kuman TB yang dorman. Data dari Rwanda
dan Zaire menunjukkan bahwa pengidap HIV yang telah pernah terinfeksi
TB (Mtx positif) ternyata 20 kali lebih sering mendapat TB.11
Pada penderita HIV jumlah serta fungsi sel CD4 menurun secara progresif,
serta gangguan pada fungsi makrofag dan monosit. CD4 dan makrofag
merupakan komponen yang memiliki peran utama dalam pertahanan tubuh
terhadap mikobakterium. Salah satu aktivator replikasi HIV di dalam sel
limfosit TB adalah tumor necrosis factor alfa. Sitokin ini dihasilkan oleh
makrofag yang aktif dan dalam proses pembentukan jaringan granuloma pada
TB. Kadar bahan ini 3-10 kali lebih tinggi pada mereka yang terinfeksi TB
dengan HIV-AIDS dibandingkan dengan yang terinfeksi HIV saja tanpa TB.
Tingginya kadar tumor necrosis factor alfa ini menunjukkan bahwa aktivitas
virus HIV juga dapat meningkat, yang artinya memperburuk perjalanan

11
Romauli S, dkk. Kesehatan Reproduksi Mahasisiwi Kebidanan. (Yogyakarta : Mulia
Medika. 2009) h. 109

10
penyakit AIDS. Pada penelitian lain dijumpai adanya peningkatan kadar
beta 2 mikroglobulin pada penderita HIV/AIDS dengan TB.
Maifestasi TB pada HIV dapat berupa TB paru atau infeksi di luar paru.
TB ekstra pulmonal lebih sering terjadi pada penderita HIV sampai 70%
dibanding populasi umum, dapat berupa limfadenitis TB, infeksi pada
saluran genital, saluran kencing, susunan saraf pusat dan sumsum tulang,
biasanya terjadi pada CD4 <400 sel /mm3. Di negara maju resiko terinfeksi
MTB pada penderita HIV adalah 50% sedangkan orang dengan HIV negatif
hanya 5-10%. Di Asia Tenggara, infeksi sekunder TB mencapai 40%, pada
tahun 2005 di UPIPI RSU Dr Soetomo men manifestasi AIDS akibat infeksi
sekunder TB paru mencapai 25-83%.12
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat melemahkan
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi bakteri dan virus lain. Infeksi HIV
sendiri terdiri dari 3 tahap, tahap pertama gejala awal mirip seperti flu, tahap
kedua adanya masa jendela (dimana gejala minimal atau tidak ditemui), dan
tahap ketiga yang biasa dikenal dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome). Pada tahap ketiga, karena sistem kekebalan penderita menurun,
seseorang sangat rentan untuk terkena penyakit lain, seperti pneumonia,
tuberkulosis, hingga kanker. Oleh karena itu, penderita tuberkulosis biasanya
disarankan juga untuk deteksi HIV. Jika didapatkan hasil (+) diharapkan agar
pengobatan dapat dilakukan untuk kedua penyakit sehingga hasil yang didapat
akan lebih baik.13
Perlu diingat, HIV ditularkan melalui cairan tubuh (darah, cairan sperma,
cairan vagina, air susu ibu, dan dinding anus). HIV dapat ditularkan melalui
hubungan seksual atau penggunaan jarum suntik bergantian. Penderita
tuberkulosis tidak selalu beresiko untuk terkena HIV (jika tidak melakukan hal
yang disebutkan tadi). Namun, penderita HIV/AIDS sangat beresiko untuk
terkena tuberkulosis karena daya tahan tubuh yang menurun (mohon jangan
12
Manuaba, IBG, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. (Jakarta: Arcan. 1999) h. 88
13
Romauli S, dkk. Kesehatan Reproduksi Mahasisiwi Kebidanan. (Yogyakarta : Mulia
Medika. 2009) h. 33

11
dibalik). Beberapa kelompok orang yang sangat dianjurkan untuk melakukan
deteksi HIV, diantaranya:14
1. Memiliki lebih dari 1 pasangan seksual
2. Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan orang yang tidak
jelas latar belakang seksualnya
3. Berhubungan seksual dengan penderita narkoba
4. Pernah berbagi suntik dengan orang lain
5. Mengidap tuberkulosis, hepatitis, atau penyakit menular seksual, seperti
sifilis, gonore, dsb
6. Pernah menerima transfusi darah yang diragukan steril tidaknya

14
Manuaba, IBG, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. (Jakarta: Arcan. 1999) h. 88

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PMS biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya melalui
hubungan heteroseksual, homoseksual atau kontak intim melalui genitalia,
mulut atau rectum.Beberapa penyakit menular seksual yang dibahas didalam
makalah ini mencangkup Gonorhea, Syiphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS
Didalam makalah dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan
penyakit menular seksual antara lain pengeluaran cairan yang tidak normal
dan saluran kencing atau liang senggama (berbau amis, keputihan yang
banyak sekali) rasa nyeri atau sakit pada saat kencing atau saat berhubungan
seksual, lecet, luka kecil yang disertai dengan pembengkakan kelenjar getah
bening,dll.Adapun pencegahan atau penanggulangan PMS tergantung dari
jenis-jenis PMS yang dijelaskan.

B. Saran
Penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan (khususnya mahasiswa
kebidanan) dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk
menambah wawasan dalam penyakit menular seksual dan dapat dicegah atau
ditanggulangi di lingkungan masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Majoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. (Jakarta. Media Aesculapius. FKUI.
2000)

Prayetni. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi.


(Jakarta. Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1996)

Keluarga berencana dan Kesehatan Reproduksi Berwawasan Jender. (2003)

Romauli S, dkk. Kesehatan Reproduksi Mahasisiwi Kebidanan. (Yogyakarta :


Mulia Medika. 2009)

Widyastuti Y, dkk. Kesehatan Reproduksi. (Yogyakarta: Fitramaya. 2009)

Manuaba, IBG, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. (Jakarta: Arcan. 1999)

14
MAKALAH
PENANGGULANGAN PMS DAN HIV AIDS
“Beberapa Penyakit Infeksi yang Erat Kaitannya dengan HIV
untuk Mengembangkan Program HIV”

Disusun Oleh:
Detia Kurnia
1680100014

Dosen :
Nopiwati, SKM., MKM

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2019

15
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
diperadaban saat ini dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, Sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, November 2019

Penulis,

i
16
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan HIV AIDS dan IMS .............................................................. 3
B. Staging Klinis Who Untuk Infeksi HIV.................................................. 4
C. Infeksi Oportunistik Yang Sering Terjadi Di Indonesia......................... 6
D. Hubungan Antara TB dan HIV (Dalam Transmisi Diagnosa,
Pengobatan)............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
17

Anda mungkin juga menyukai