Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi jangka panjang manusia. Pendidikan
merupakan salah satu komponen terpenting bagi kemajuan hidup manusia di
seluruh dunia. Begitu juga di Indonesia, pendidikan dijadikan sebagai
tongggak pembangunan bangsa dan negara. Salah satu komponen yang
terdapat dalam pendidikan adalah guru.
Guru dalam komponen pendidikan memiliki peranan yang besar dan
strategis. Karena gurulah yang dijadikan sebagai ujung tonggak dalam
pendidikan. Guru mempunyai tugas yang berat dan mulia dalam
mengantarkan anak-anak bangsa ke puncak cita-cita. Untuk dapat
menjalankan tugasnya dengan baik maka seorang guru selayaknya memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawabnya. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap setiap guru akan
menunjukan kualitas profesionalisme seorang guru.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 
telah ditetapkan standar kompetensi pedagogik guru. Standar kompetensi
pedagogik guru merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki guru
dalam menyelenggarakan pembelajaran. Standar kompetensi guru  mencakup
kompetensi inti guru yang dijabarkan ke dalam kompetensi guru. Dengan
adanya kualifikasi dan kompetensi tersebut diharapkan seorang guru menjadi
tenaga pendidik dan pengajar yang professional.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang kualifikasi akademik
dan kompetensi guru khususnya untuk di Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian kualifikasi akademik?
2. Bagaimana standar kualifikasi guru profesional di Indonesia?
3. Apa pengertian kompetensi dan standar kompetensi guru?

KELOMPOK II 1
4. Apa saja yang menjadi standar kompetensi guru?
5. Bagaimana Biografi Tokoh Pendidikan (Rahmah El Yunusiyah) ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kualifikasi akademik.
2. Untuk mengetahui standar kualifikasi guru professional di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengertian kompetensi dan standar kompetensi guru.
4. Untuk mengetahui standar kompetensi guru.
5. Untuk mengetahui Biografi Tokoh Pendidikan (Rahmah El Yunusiyah)

KELOMPOK II 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kualifikasi Akademik


Kualifikasi adalah pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian
atau keahlian yang diperlukan untuk mencapai sesuatu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Sedangkan akademik memiliki arti akademis. Jadi kualifikasi
akademik adalah keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan
baik sebagai pengajar pelajaran, administrasi pendidikan yang diperoleh dari
proses pendidikan.
Kualifikasi akademik sering didefinisikan sebagai ijazah, tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh orang tersebut, dan lainnya. Secara umum
Kualifikasi akademik didefinisikan sebagai ijazah jenjang pendidikan
akademik yang harus dimiliki guru sesuai jenis, jenjang, dan satuan
pendidikan formal ditempat penugasan.1
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Kualifikasi
akademik diartikan sebagai tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undanangan yang berlaku
( Pasal 28 ayat 2 ).
Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen juga
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008, dan Permenag Nomor 16 Tahun 2010, semua guru di Indonesia minimal
berkualifikasi akademik D-IV atau S-1 Pogram Studi sesuai dengan bidang/
jenis mata pelajaran yang dibinanya.2

B. Standar Kualifikasi Akademik Guru Profesioanal di Indonesia


1
M. Gorky Sembiring, Mengungkap Rahasia dan Tips Menjadi Guru Sejati,
(Yogyakarta: Best Publisher, 2009), hal. 164
2
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional :Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia, ( Jakarta : Rajawali Press, 2013 ), hal. 66

KELOMPOK II 3
1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal
mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman
Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah
pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah
menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah
aliyah kejuruan (SMK/MAK), sebagai berikut:3
a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam
bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI)
atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs
Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.

d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA

3
Umar, Pengantar Profesi Keguruan, (Depok: Rajawali Press, 2019), hal. 123

KELOMPOK II 4
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.
e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB
Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK
Guru pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.
2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat
sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi
belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji
kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang
yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang
diberi wewenang untuk melaksanakannya. 4

C. Pengertian Kompetensi dan Standar Kompetensi Guru


Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kewenangan
atau kekuasaan untuk menentukan atau merumuskan suatu hal. Menurut
Poerwadarminta (2007:608), kompetensi berarti kewenangan atau kekuasaan
untuk menentukan atau merumuskan suatu hal. Pengertian dasar kompetensi

4
M. Gorky Sembiring, Ibid, hal. 124

KELOMPOK II 5
(Competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Muhibbin Syah (1995:230),
kompetensi berarti the stateof being legally competent or qualified yaitu
keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.5

Disalam bahasa inggris terdapat minimal tiga peristilahan yang


mengandung makna apa yang dimaksudkan dengan perkataan kompetensi itu:
1. “competence (n) is being compenent, ability (to do the work)”
2. “competent (adj.) refers to (persons) haning ability, powe, authority, skil,
knowledge, etc. (to do what is needed)”
3. “competency is rational performance which satisfactorily meets the
objectives for a desired condition”

Definisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu pada menunjukkan


pada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.
Sedangkan definisi kedua menunjukkan lebih lanjut bahwa kompetensi itu
pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten)
ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan),
kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dan sebagainya. Untuk mengerjakan
apa yang diperlukan. Kemudian definisi ketiga lebih jauh lagi, ialah bahwa
kompetensi itu menjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang
dapatmencapaai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi
(prasyarat) yang diharapkan.6

Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku


seseorang. Menurut Lefrancois, kopetensi adalah kapasitasnuntuk melakukan
sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus
akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan
kapasitas untuk melakukan sesuatu. Menurut Cowell, kompetensi adalah suatu
keterampilan/ kemahiran yang bersifat aktif.

5
Iwan Wijaya, Profesional Teachaer: Menjadi Guru Profesianal, ( Jawa Barat : CV
Jejak, 2018), hal. 20
6
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi Guru, ( Bandung: Alfabeta, 2012), hal.
44

KELOMPOK II 6
Jadi, kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan
potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai yang terkait dengan
profesi tertentu berkenaan dengan bagian- bagian yang dapat diaktualisasikan
dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi
tertentu.7

Ada sekurang-kurangya empat kompetensi yang harus dimiliki seorang


guru, yaitu sebagai berikut.
a. Kompetensi Profesional
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau
dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Yang
dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh
pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau
teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-
landasan kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi guru
yang profesional.
Terdapat banyak pendapat tentang kompetensi yang seharusnya
dikuasai guru sebagai suatu jabatan profesional. Ada ahli yang menyatakan
ada sebelas kompetensi yang harus dikuasai guru, yaitu:
1) Menguasai bahan ajar
2) Menguasai landasan-landasan kependidikan
3) Mampu mengelola program belajar mengajar
4) Mampu mengelola kelas
5) Mampu menggunakan media/sumber belajar lainnya
6) Mampu mengelola interaksi belajar mengajar
7) Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran
8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

7
Syafruddin Nurdin dan Adriantoni, Profesi Keguruan, (Depok : Rajawali Press, 2019).
Hal. 148

KELOMPOK II 7
9) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian 
pendidikan guna keperluan pengajaran
11) Memiliki kepribadian yang tinggi.

b. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan
salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru. Kompetensi
pedagogik merupakan kompetensi khas yang membedakan guru dengan
profesi lainnya. Kompetensi pedagogik diperoleh melalui upaya belajar
secara terus menerus, dan sistematis, baik pada masa pra jabatan maupun
selama dalam jabatan, yang didukung oleh minat, bakat dan potensi
keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan. Aspek
yang terdapat dalam kompetensi pedagogik diantaranya adalah sebagai
berikut.
1) Menguasai karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Indikator yang
muncul dari penguasaan karakteristik peserta didik diantaranya:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik peserta didik di
kelasnya,
b) Guru dapat mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu,
c) Guru memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran,
d) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan
yang sama pada semua peserta didik,
e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan peserta didik,

KELOMPOK II 8
f) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku
peserta didik untuk mencegah agar peilaku tersebut tidak
merugikan peserta didik lainnya.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
Guru mampu menetapkan berbagai model pembelajaran yang
mendidik secara kreatif dan efektif. Guru mampu menyesuaikan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pesrta didik
dan mampu memotivasi mereka untuk belajar. Indikator yang muncul
dari aspek ini diantaranya:
a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguasai
materi sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui
pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
b) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan
rencana terkait keberhasilan pembelajaran,
c) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi
kemauan belajar peserta didik,
d) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait
satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajara
maupun proses belajar peserta didik.
3) Mengembangkan kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun
silabus sesuai dengan tujuan dan membuat serta menggunakan RPP
sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Indikator yang
muncul diantaranya:
a) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai silabus
untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat
mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
b) Guru menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik,

KELOMPOK II 9
c) Guru memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait
dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang medidik
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran
yang mendidik secara lengkap. Guru mampu menyusun dan
menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Indikator dari aspek ini diantaranya:
a) Guru menyusun rancanagn pembelajaran yang lengkap, baik
untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun
lapangan.
b) Guru Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan.
c) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan
peserta didik lain.
d) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang
relevan dengan karakteristik peserta didik.
5) Mengembangkan potensi peserta didik
Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik
dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui
program pembelajaran yang mendukung untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
6) Melakukan komunikasi dengan peserta didik
Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik serta bersikap antusias dan positif. Guru mampu
memberikan respon yang lengkap dan relevan atas pertanyaan atau
komentar peserta didik.
7) Menilai dan mengevaluasi pembelajaran

KELOMPOK II 10
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas
proses dan hasil belajar serta menggunakan informasi hasil penilaian
dan evaluasi untuk merancang program remidial dan pengayaan. Guru
mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses
pembelajarannya.

c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial, yakni
bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma
sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma.
1) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial, yakni
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai guru.
2) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial, yakni menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.
3) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial, yakni
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
4) Kepribadian yang berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki
indikator esensial, yakni bertindak sesuai dengan norma religius (iman
dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.

KELOMPOK II 11
Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam
menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja.
Sehingga semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan
guru dalam kesehariannya. Seorang guru harus mempunyai kemampuan
yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang
guru. Sehingga guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya
tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu,
belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan atau tata tertib, dan
belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil jika guru juga
disiplin dalam melaksanakan tugas dsn kewajibannya. Kemampuan pribadi
meliputi:
1) Kemampuan mengembangan kepribadian,
2) Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi,
3) Kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
Jika kita mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan, kompetensi
kepribadian guru meliputi:
1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya
bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai
pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan
norma,
2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos
kerja,
3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan
yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak,
4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani,
5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan
tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur,

KELOMPOK II 12
ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta
didik.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara harmonis dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Indikasinya, guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara harmonis
peserta didik, sesame pendidik, dan dengan tenaga kependidikan, serta
dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Adapun tiga komponen yang memungkinkan seseorang membangun
dan menjalani hubungan yang positif dengan teman sebaya, yaitu:
1) Pengetahuan tentang keadaan emosi yang tepat untuk situasi sosial
tertentu (pengetahuan sosial),
2) Kemampuan untuk berempati dengan orang lain (empati), dan
3) Percaya pada kekuatan diri sendiri (locus of control).
Standar Kompetensi Guru adalah Suatu ukuran yang ditetapkan atau
dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan
bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional
sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Guru akan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik ketika ia memiliki standar kopetensi.8

D. Standar Kompetensi Guru

Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran


di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK

Kompetensi Inti Guru butir 20 untuk setiap guru mata pelajaran


dijabarkan sebagai berikut.

8
Jejen Musfah, Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, ( Jakarta :Kencana,2012), hal. 209

KELOMPOK II 13
1. Kompetensi Guru mata pelajaran Matematika pada SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK.
a. Menggunakan bilangan, hubungan di antara bilangan, berbagai
sistem bilangan dan teori bilangan.
b. Menggunakan pengukuran dan penaksiran.
c. Menggunakan logika matematika.
d. Menggunakan konsep-konsep geometri.
e. Menggunakan konsep-konsep statistika dan peluang.
f. Menggunakan konsep-konsep aljabar.
g. Menggunakan konsep-konsep kalkulus dan geometri analitik.
h. Menggunakan konsep dan proses matematika diskrit.
i. Menggunakan trigonometri.
j. Menggunakan vektor dan matriks.
k. Menjelaskan sejarah dan filsafat matematika.
l. Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, piranti
lunak komputer, model matematika, dan model statistika.9

E. Tokoh Pendidikan (Rahmah El Yunusiyah)

Sumber : https://images.app.goo.gl/YbStRX4Wc93yVTrWA

Rahmah El Yunusiyah mengenyam pendidikan di sekolah milik kakak


sulungnya, Diniyah School—sekolah agama yang menggunakan sistem
koedukasi. Siswa laki-laki dan perempuan dicampur dalam ruang kelas yang
sama. Saat itu, sedikit sekali perempuan yang belajar di sekolah. Di sekolah
milik kakaknya, Rahmah menangkap ketidaksetaraan. Diskusi kelas

9
Permendiknas No 16 Tahun 2007

KELOMPOK II 14
didominasi para lelaki; guru yang semuanya laki-laki dan murid yang
sebagian besar juga laki-laki.

Murid perempuan kesulitan mendapatkan penjelasan agama secara


mendalam tentang fikih yang berkaitan dengan perempuan. Selain karena
tidak dibahas oleh para guru, murid perempuan pun malu bertanya. Ia lalu
berpikir untuk mendirikan sekolah Islam khusus perempuan. Tujuannya agar
perempuan lebih leluasa belajar, dan lebih percaya diri mengungkapkan
segala pertanyaan serta rasa penasaran mereka tanpa perlu malu dan merasa
rendah diri.

Sekali waktu ia berkata pada kakaknya, “…Saya harus mulai, dan saya
yakin akan banyak pengorbanan dituntut dari diri saya. Jika kakanda bisa,
kenapa saya, adiknya, tidak bisa. Jika lelaki bisa, kenapa perempuan tidak
bisa." Tepat 1 November 1923, ketika usianya 23 tahun, Rahmah mendirikan
Madrasah Diniyah li al-Banat atau Diniyah School Putri. Muridnya 71 orang,
dan sebagian besar merupakan kelompok ibu muda.

Berguru kepada Haji Rasul

Rahmah El Yunusiyah merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, dari


pasangan Rafi’ah dan Muhammad Yunus. Ia lahir pada 26 Oktober 1600 di
Sumatra Barat. Ayah Rahmah adalah seorang ulama besar yang menjabat
sebagai kadi di negeri Pandai Sikat, Padang Panjang. Ia juga seorang haji
yang pernah mengenyam pendidikan agama selama 4 tahun di Makkah.
Dalam Ulama Perempuan Indonesia (2002), Junaidatul Munawaroh menulis
satu bab tentang Rahmah. Ia menggambarkan bahwa perjalanan
intelektualitas dan pemikiran Rahmah sangat dipengaruhi oleh kakak
sulungnya, Zaenuddin Labay.

Labay dikenal sebagai ulama autodidak yang menguasai tiga bahasa


asing; Inggris, Arab, dan Belanda. Kemampuan bahasa asing itu
memudahkannya untuk belajar dari pelbagai literatur. “Rahmah sendiri sangat

KELOMPOK II 15
menyegani dan mengagumi kakaknya. Baginya, Labay adalah guru, pemberi
inspirasi, dan pendukung cita-citanya," tulis Munawaroh.

Hamka dalam Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah


dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera (1982) menggambarkan sosok
Rahmah El Yunusiyah sebagai perempuan Muslim yang revolusioner dan
pantang menyerah. Selain berguru pada abangnya, Rahmah juga berguru
kepada Haji Rasul, Ayahanda Hamka. Pada tahun 1918, jauh sebelum
Rahmah mendirikan sekolah khusus perempuan, ia sering ikut belajar di surau
tempat Haji Rasul atau Abdul Karim Amarullah mengajar.

Rahmah biasanya tak sendirian. Ia kerap datang bersama tiga sahabatnya,


yakni Rasuna Said, Nasinah, dan Upik Japang. Di antara mereka berempat, ia
tampak sebagai pemimpinnya. “Boleh dikatakan bahwa sebelum itu,
belumlah ada kaum perempuan yang belajar agama, nahwu dan sharaf, fiqih,
dan ushul-nya. Sebelum itu, kaum perempuan baru belajar dalam pengajian
umum, mendengar tabligh [ceramah] guru-guru," tulis Hamka.

Dalam Jurnal Kependidikan Islam Vol 2 tahun 2004, Hamruni—dosen


Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menerangkan pemikiran
Rahmah tentang perempuan. Dalam tulisan berjudul "Pendidikan Perempuan
dalam Pemikiran Rahmah El Yunusiyah", Hamruni mengatakan bahwa
Rahmah menilai perempuan punya peran penting dalam kehidupan. Bagi
Rahmah, perempuan adalah pendidik anak yang akan mengendalikan jalur
kehidupan mereka selanjutnya. Maka perlu ada upaya untuk meningkatkan
kemampuan kaum perempuan, baik di bidang intelektual maupun
kepribadian.

Namun, Rahmah tampak masih meyakini bahwa peran-peran domestik


tak bisa dilepaskan dari perempuan. Ia memasukkan keterampilan rumah
tangga ke dalam kurikulum sekolahnya, seperti memasak dan menjahit. Di
masa itu, di tengah masyarakat yang sangat patriarki, pemikiran seperti ini
agaknya masih bisa dimaklumi.

KELOMPOK II 16
Menginspirasi Al-Azhar

Kala itu, mendirikan dan mempertahankan sebuah sekolah bukan perkara


mudah bagi Rahmah. Terlebih ketika kota Padang Panjang dihantam gempa
pada 28 Juni 1926, dan kematian abangnya dua tahun sebelumnya. Ia ke sana
kemari mencari uang untuk membangun lagi sekolahnya, sebab gempa telah
meruntuhkan gedung-gedung asrama. Menurut catatan Hamka, Rahmah
sampai berangkat ke Malaysia menemui sultán-sultan Melayu untuk meminta
bantuan.

Hamka juga menuliskan tentang betapa Rahmah tampak tak punya tujuan
hidup lain selain membesarkan Sekolah Diniyyah. “Setelah bercerai dengan
suaminya yang dibuang ke Digul, dia tidak bersuami lagi. Suaminya atau
anaknya adalah sekolahnya itu," tulis Hamka. Pada 1928, Diniyah Putri
memiliki 200 murid, lalu bertambah menjadi dua kali lipat pada 1935.

Tahun 1955, para petinggi Universitas Al-Azhar, Mesir, datang ke


Padang dan menyempatkan berkunjung ke Sekolah Diniyyah Putri milik
Rahmah. Mereka terkagum-kagum melihat ide dan upaya yang dilakukannya.
Para petinggi universitas tersebut mengakui bahwa Al-Azhar dan Mesir pada
umumnya, masih tertinggal jauh dari sekolah yang digagas oleh Rahmah. Dua
tahun kemudian, Rahmah diundang ke Mesir. Ia mendapat gelar kehormatan
“Syehkhah" dan menjadi perempuan pertama yang mendapatkan gelar itu dari
Al-Azhar. Kedatangan Rahmah dan cerita soal Sekolah Diniyyah
menginspirasi Al-Azhar untuk membuka Kulliyatul Lil Banat—fakultas
khusus untuk perempuan yang direalisasikan pada 1962.

KELOMPOK II 17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan, tidak dipungkiri lagi bahwa guru menempati
posisi yang sangat penting. Guru merupakan tonggak pendidikan yang akan
mencetak manusia-manusia pada masa yang akan datang.
Dalam profesinya, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yang
telah ditentukan standarnya. Semua itu dilakukan supaya mengahsilkan
pendidikan yang berkualitas dan mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu
kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut memiliki indikator-indikator
sendiri dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Dengan keempat kompetensi tersebut diharapkan guru bisa
meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Guru harus
bisa memiliki keempat kompetensi tersebut dan mensinergikan ke dalam
dunia pendidikan.

B. Saran
Sebagai seorang calon guru, tentunya pembaca harus bisa memahami
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Hal ini bertujuan
agar ketika menjadi guru pembaca sudah mengerti tugas seorang guru yang
sangat berat. Dan yang terpenting adalah mempersiapkan segala hal yang akan
digunakan sebagai seorang guru.

KELOMPOK II 18

Anda mungkin juga menyukai