PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dan makhluk hidup lainnya sering terpapar/terpajan (exposed) banyak jenis
bahan alami maupun bahan buatan manusia. Jenis bahan tersebut ada yang bersifat racun
ataupun aman. Keracunan berarti keadaan dimana tubuh seseorang sedang mengalami
gangguan diakibatkan suatu zat atau bahan kimia yang tentunya bersifat racun atau tidak
aman. Bahan atau zat yang beracun ini disebut toksik, sedangkan ilmu yang mempelajari
batas aman dari bahan kimia adalah toksikologi (Casarett and Doulls, 1996). Toksikologi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi
dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan (Butler, 1978).
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan (adverse effects) dari
zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan antara berbagai efek potensial yang
merugikan serta terdapatnya beraneka ragam bahan kimia di lingkungan kita membuat
toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas (Kusnoputranto, 1996). Selanjutnya juga
dinyatakan bahwa toksikologi lingkungan umumnya merupakan suatu studi tentang efek dari
polutan terhadap lingkungan hidup serta bagaimana hal ini dapat mempengaruhi ekosistem.
Dengan demikian pembahasan mengenai toksikologi lingkungan merupakan bahasan yang
sangat kompleks.
Semua zat beracun ataupun metabolitnya tentu akan kembali memasuki lingkungan,
sehingga kualitas lingkungan akhirnya bertambah buruk dengan terdapatnya berbagai racun.
Dapat dipahami bahwa, baik racun maupun kontaminan lingkungan dengan zat berbahaya
bukanlah hal yang baru. Sejak beberapa puluh tahun yang lalu, duniapun sudah sepakat
bekerja sama untuk membuat lingkungan menjadi tempat yang tidak berbahaya untuk dihuni.
Perhatian dunia terhadap toksikologi lingkungan didasarkan atas hasil inventarisasi
ataupun perkiraan jumlah produksi zat kimia yang semakin meningkat. Butler
mengemukakan, pada tahun 1978 saja diperkirakan terdapat 300.000 zat kimia yang
digunakan di seluruh dunia dan jumlah ini diperkirakan bertambah setiap tahun dengan 1.000
– 2.000 jenis (Soemirat, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui Hubungan Bahan
Xenobiotik dan Lingkungan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah untuk mengetahui Kepedulian Masyarakat
Terhadap Bahan Xenobiotik.
A. Pengertian Xenobiotik
Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing. Jadi xenobiotik adalah
zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contohnya adalah obat – obatan, insektisida, zat
kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat karsinogen lainnya.
Selain itu xenobiotik dapat berarti suatu bahan kimia yang ditemukan dalam suatu
organisme tetapi biasanya tidak diproduksi atau diharapkan untuk hadir didalamnya.
Xenobiotik juga dapat diartikan sebagai zat yang hadir dalam konsentrasi jauh lebih tinggi
daripada yang biasanya. Secara spesifik, obat – obatan seperti antibiotik dapat menjadi
xenobiotik pada manusia karena tubuh manusia tidak menghasilkan mereka sendiri, bukan
pula bagian dari diet normal.
Xenobiotik istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada organ dicangkokkan dari
satu spesies yang lain. Sebagai contoh, beberapa penelitian berharap bahwa hati dan organ
lainnya dapat ditransplantasikan dari babi ke manusia.
Berdasarkan sumbernya xenobiotik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu xenobiotik
alami dan buatan. Xenobiotik alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan
dan hewan dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan dan hewan
tersebut untuk melawan serangan dari predatornya. Sedangkan xenobiotik buatan adalah
xenobiotik yang dibuat oleh manusia secara sintetis ataupun sampah dari suatu produksi yang
dibuang kelingkungan.
Di dalam lingkungan dikenal zat xenobiotik yaitu zat yang asing bagi tubuh, dapat
diperoleh dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen). Xenobiotik yang
dari luar tubuh dapat dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas manusia dan masuk ke
dalam lingkungan. Bila organisme terpajan oleh zat xenobiotik maka zat ini akan masuk ke
dalam organisme dan dapat menimbulkan efek biologis.
E. Xenobiotik di Lingkungan
Zat xenobiotik adalah masalah untuk sistem pengolahan limbah, karena jumlahnya
banyak, dan masing – masing akan menghadirkan masalah sendiri tentang cara
menghilangkannya. Beberapa zat xenobiotik tahan terhadap degradasi. Xenobiotik seperti
polychlorinated bipheyls (PCB), polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), dan
trichloroethylene (TCE) terakumulasi di lingkungan karena sifat bandelnya dan telah menjadi
masalah lingkungan karena toksisitas dan akumulasi mereka. Ini terjadi terutama di
lingkungan bawah permukaan sumber air, serta dalam sistem biologis, yang berpotensi
berdampak pada kesehatan manusia.
Beberapa sumber utama polusi dan pengenalan xenobiotik ke lingkungan berasal dari
industri besar seperti obat – obatan, bahan bakar fosil pemutihan pulp dan kertas serta
pertanian. Misalnya, mereka dapat berupa organoklorida sintetik seperti plastic dan pestisida
atau bahan kimia organic yang terjadi secara alami seperti polycyclic aromatic hydrocarbon
(PAH) dan beberapa fraksi minyak mentah dan batubara.
Mikroorganisme dapat menjadi solusi yang layak untuk pencemaran lingkungan oleh
produksi xenobiotik, sebuah proses yang dikenal sebagai bioremediasi. Mikroorganisme
mampu beradaptasi dengan xenobiotik yang diperkenalkan ke lingkungan melalui transfer
gen horizontal, untuk memanfaatkan senyawa seperti sumber energi. Proses ini dapat diubah
lebih lanjut untuk memanipulasi jalur metabolisme mikroorganisme untuk mendegradasi
xenobiotik berbahaya dalam kondisi lingkungan spesifik pada tingkat yang lebih diinginkan.
Mekanisme bioremediasi meliputi rekayasa genetika dan mengisolasi mikroba pendegradasi
xenobiotik yang terjadi secara alami. Penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi gen
yang bertanggung jawab atas kemampuan mikroorganisme untuk memetabolisme xenobiotik
tertentu dan telah disarankan agar penelitian ini dapat digunakan untuk tujuan ini. Tidak
hanya jalur saat ini dapat direkayasa untuk diekspresikan dalam organisme lain, tetapi
penciptaan jalur baru adalah pendekatan yang memungkinkan.
Xenobiotik mungkin terbatas di lingkungan dan sulit diakses di berbagai bidang seperti
lingkungan bawah permukaan. Organisme perusak dapat direkayasa untuk meningkatkan
F. Studi Kasus Hubungan Paparan Pestisida Dengan Kandungan Arsen (As) Dalam Urin
dan Kejadian Anemia
(Studi : Pada Petani Penyemprot Pestisida di Kabupaten Brebes) Oleh: Elanda Fikri,
Onny Setiani, Nurjazuli- Universitas Diponegoro Arsen (As) adalah salah satu logam toksik
yang sering diklasifikasikan sebagai logam. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di
perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan
sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet
kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA). Lokasi kasus ini yaitu di Desa Kemukten,
Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Jumlah penduduk daerah itu jiwa. Mata pencaharian
di desa tersebut 89% adalah petani. Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan
bivariat. Studi ini memilki beberapa variabel yaitu variabel bebas berupa faktor resiko
dengan variable terikat berupa efek dan populasi petani penyemprot. Proses ekokinetika dari
paparan pestisida dengan kandungan arsen ini adalah berasal dari sumber berupa pestisida,
air minum, bahan makanan serta industri peleburan logam. Selain itu, paparan juga dapat
melewati media berupa udara air dan makanan. Adapun proses farmakokinetika arsen
didalam tubuh adalah Arsen masuk melalui oral, dermal atau pernapasan. Lalu, masuk ke
A. Kesimpulan
Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing. Jadi xenobiotik
adalah zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contohnya adalah obat – obatan,
insektisida, zat kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat
karsinogen lainnya.
Xenobiotik berasal dari limbah industri, limbah pertanian dan limbah domestic.
Berdasarkan sumbernya xenobiotik alami dibagi menjadi 2 yakni : xenobiotik alami flora
dan xenobiotik alami fauna.
Zat Xenobiotik berupa Racun Logam dan Non-Logam Racun logam sebagai zat
xenobiotik dapat dikelompokkan menjadi: Logam berat dan logam ringan, Logam
esensial dan non esensial dan Logam yang terdapat hanya sedikit (trace mineral) dan
bukan trace mineral.
Xenobiotik dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol proliferasi sel dan mengakibatkan leukemia.
Mikroorganisme dapat menjadi solusi yang layak untuk pencemaran lingkungan
oleh produksi xenobiotik, sebuah proses yang dikenal sebagai bioremediasi.
Mikroorganisme mampu beradaptasi dengan xenobiotik yang diperkenalkan ke
lingkungan melalui transfer gen horizontal, untuk memanfaatkan senyawa seperti sumber
energi. Proses ini dapat diubah lebih lanjut untuk memanipulasi jalur metabolisme
mikroorganisme untuk mendegradasi xenobiotik berbahaya dalam kondisi lingkungan
spesifik pada tingkat yang lebih diinginkan. Mekanisme bioremediasi meliputi rekayasa
genetika dan mengisolasi mikroba pendegradasi xenobiotik yang terjadi secara alami.
Xenobiotik berupa As (arsen) apabila terdapat pada urin dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan anemia.