Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelayanan kesehatan merupakan suatu alat atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,

maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau

masyarakat (Kemenkes RI, 2018). Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan

pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-

kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai

dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca

persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

(Kemenkes RI, 2017).

Masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-kira setelah 6

minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum waktu 3 bulan.

(Sarwono, 2005). Selama masa pemulihan alat-alat kandungan berlangsung, ibu akan

mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis, sebenarnya

sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui

asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis.

(Sulistyawati, 2015)

Masa nifas ada beberapa kunjungan yaitu, kunjungan nifas (KF1) (6 jam-3

hari setelah persalinan), KF 2 (hari ke 4-28 setelah persalinan), KF 3 (hari ke 29-42

setelah persalinan) (Kemenkes, 2016)


2

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kunjungan masa nifas yaitu faktor

predisposisi (pengetahuan, sikap, pendidikan, paritas, kepercayaan, keyakinan, nilai-

nilai), faktor pendukung (ketersediaan dan jarak fasilitas kesehatan), faktor

pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan) (Notoatmodjo, 2012).

Apabila ibu nifas tidak memeriksakan diri secara rutin maka dikhawatirkan

akan terjadi perdarahan atau mungkin bisa terjadi infeksi, dimana kedua hal tersebut

merupakan penyebab kematian ibu terbesar yang sebenarnya bisa dicegah dengan

melakukan pemeriksaan postpartum (Taufik, 2015).

WHO memperkirakan 10,7 juta perempuan telah meninggal karena

melahirkan. Pada tahun 2015, sebanyak 303.000 kematian ibu terjadi di seluruh

dunia. Kematian wanita usia subur di negara miskin diperkirakan sekitar 25-50%

penyebabnya adalah masalah kesehatan, persalinan, dan nifas (WHO, 2015).

Hasil data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 Cakupan kunjungan nifas

(KF3) di Indonesia menunjukkan adanya penurunan, cakupan KF3 pada tahun 2018,

yaitu 85,92% lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yaitu 87,36%. Penurunan

tersebut disebabkan karena banyaknya faktor, yaitu penetapan sasaran kabupaten/kota

terlalu tinggi, kondisi geografi yang sulit di beberapa wilayah, belum optimalnya

koordinasi dan pelaporan antar kabupaten/kota dan provinsi, dan kurangnya

kesadaran dan pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan

kesehatan pada saat nifas (Kemenkes RI, 2018).

Pemantauan ketat oleh bidan akan sangat membantu mencegah kematian Ibu.

Selain itu, perhatian dari suami dan keluarga juga diperlukan. Bidan dapat
3

memberikan asuhan yang komprehensif selama masa nifas dengan mengenali

komplikasi setelah melahirkan (Astuti Sri, 2015).

Hasil data berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Sumbar tahun 2018 cakupan

kunjungan masa nifas (KF3) di Sumatera Barat berada di urutan 21 (79,37%) atau

masih berada dibawah cakupan nasional sekitar 85,92% (Kemenkes RI, 2018).

Hasil data berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2018,

cakupan kunjungan nifas lengkap (KF 3) rata-rata (90%) selama beberapa tahun

terakhir mulai dari tahun 2015 sampai tahun 2018, pencapaian terendah pada tahun

2018 dengan capaian 89,6% dan tertinggi pada tahun 2017 sebesar 94,0%, untuk

tahun 2018 capaian KF1 sebesar 92,9% dan KF3 sebesar 89,6% (Laporan PWS KIA

Dinas Kesehatan Kota Padang 2015 - 2018).

Hasil data awal yang diperoleh dari Puskesmas Lubuk Buaya yang terdiri dari

4 kelurahan tahun 2016 dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 2.042 dan jumlah KF1

sebanyak 1.762 kunjungan (86,3%), KF3 sebanyak 1.669 kunjungan (81,7%)

(Puskesmas Lubuk buaya 2016). Sedangkan 2017 dengan jumlah ibu bersalin

sebanyak 1.399 dan jumlah KF1 sebanyak 1.105 kunjungan (79%), KF3 sebanyak

1.095 kunjungan (78,3%) (Puskesmas Lubuk Buaya 2017). Dan pada tahun 2018

dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 1.382 dan jumlah KF1 sebanyak 985 kunjungan

(71,2%), KF3 sebanyak 913 kunjungan (66,4%) (Puskesmas Lubuk Buaya 2018)

(Laporan PWS KIA Puskesmas Lubuk Buaya Padang).

Hasil data awal dari kunjungan nifas di Puskesmas Lubuk Buaya Pada tahun

2019 dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 1.368 dan jumlah kunjungan nifas (KF1)

sebanyak 909 kunjungan (66,4%), kunjungan nifas (KF3) sebanyak 898 kunjungan
4

(65,6%) (Puskesmas Puskesmas Lubuk Buaya 2019). Berdasarkan data tersebut

cakupan kunjungan nifas belum mencapai target yaitu 100%.

Dengan demikian maka pengetahuan dan kepatuhan ibu dalam melakukan

kunjungan nifas masih kurang (Data PWS-KIA Puskesmas Lubuk Buaya 2019)

Data awal diatas dapat dilihat bahwa rendah nya cakupan kunjungan nifas di

puskesmas Lubuk Buaya yang belum mencapai target dan terjadi penurunan pada

setiap kunjungan nifas (KF3) sehingga peneliti ingin mengambarkan pengetahuan

serta kepatuhan pada ibu nifas tersebut. Melihat permasalahan tersebut maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu

Nifas Dalam Melakukan Kunjungan Masa Nifas di Puskesmas Lubuk Buaya

Kecematan Koto Tangah Padang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah

bagaimana “Gambaran Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu Nifas Dalam Melakukan

Kunjungan Masa Nifas di Puskesmas Lubuk Buaya Kecematan Koto Tangah Padang

Tahun 2020 ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui gambaran pengetahuan dan kepatuhan ibu nifas dalam

melakukan kunjungan masa nifas di Puskesmas Lubuk Buaya Kecematan Koto

Tangah Padang Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang masa nifas serta
5

kunjungan masa nifas di Puskesmas Lubuk Buaya Kecematan Koto Tangah

Padang.

b. Diketahui distribusi frekuensi kepatuhan ibu nifas dalam melakukan

kunjungan masa nifas di Puskesmas Lubuk Buaya Kecematan Koto Tangah

Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan

dan pengetahuan berkaitan dengan masa nifas dan statistika kesehatan.

1.4.2 Bagi diri sendiri

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang

asuhan kebidanan nifas khususnya tentang kunjungan nifas.

1.4.3 Bagi Institusi

a. Bagi Institusi pelayanan kesehatan puskesmas

Memberi data bagi institusi pelayanan kesehatan puskesmas dan dapat

digunakan sebagai peningkatan kualitas dalam memberikan pelayanan bagi

ibu nifas terutama tentang kunjungan masa nifas.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa

kebidanan, khususnya yang berkaitan dengan kunjungan masa nifas.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Untuk meningkatkan pengetahuan serta kepatuhan ibu nifas, maka penulis

membuat ruang lingkup penelitian yaitu gambaran pengetahuan dan kepatuhan ibu
6

nifas dalam melakukan kunjungan masa nifas di Puskesmas Lubuk Buaya Padang,

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas normal hari ke 6-40 hari post partum,

dilaksanakan pada bulan februari sampai bulan juni tahun 2020, karena pengetahuan

dan kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan nifas masih kurang, yang disebabkan

kerena banyak faktor, yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, umur, paritas,

pemungkiman, dan faktor penguat dari keluarga dan tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai