Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


KONSEP DAN PRINSIP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

NAMA : FAUZIAH

NIM : 031STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MATARAM

2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
Semua pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan
satu persatu. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Mataram, 10 april 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................................i


Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan……………..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep keperawatn gawat darurat………………………………………………..5
B. Peran dan fungsi perawat gawat darurat..................................................................7
C. Efek kondisi kegawatdaruratan terhadap pasien dan keluarga................................8
D. Pengkajian primer dan sekunder…………………………………………………..8
E. Isu end pf life di keperawatan gawat darurat.........................................................10
F. Prinsip etik pada keperawtan gawat darurat……………………………………...11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................13
B. Saran ..............................................................................................................13
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan atau dapat pula disebut sebagai emergency adalah suatu situasi
yang mendesak yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan, kesejahteraan atau
lingkungan. Suatu insiden dapat menjadi suatu kegawatdaruratan apabila merupakan
suatu insiden dan mendesak atau mengancam nyawa, kesehatan, kesejahteran ataupun
lingkungan; insiden yang sebelumnya menyebabkan hilangnya nyawa seseorang,
kecacatan, merusak kesejahteraan, ataupun merusak lingkungan; atau insiden yang
memiliki probabilitas yang tinggi untuk menyebabkan bahaya langsung ke kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan ataupun lingkungan (Wikipedia 2015).
Kegawadaruratan medis adalah insiden cedera atau sakit yang akut dan menimbulkan
resiko langsung terhadap kehidupan atau kesehatan jangka panjang seseorang (Caroline,
2013). Keadaan darurat tersebut memerlukan bantuan orang lain yang idealnya memiliki
kualisifikasi dalam melakukan pertolongan, hal ini membutuhkan keterlibatan dari
berbagai pelayanan multilevel, baik dari pemberi pertolongan pertama, teknisi sampai
kelayanan kesehatan gawat darurat.
Kegawatdaruratan medis merupakan keadaan harus mendapat intervensi segera. Dalam
merespon kegawatdaruratan telah dibentuk emergency medikal service (EMS) atau di
sebut pula layanan kegawatdaruratan medis. Tujuan utama dari layanan ini adalah
memberikan pengobatan kepada pasien yang membutuhkan perawatan medis mendesak,
dan tujuan menstabilkan kondisi saat itu, dan menyediakan transpor efisien dan efektif
bagi pasien menuju layanan pengobatan definitif.
Layanan kegawatdaruratan medis di tiap-tiap negara dan daerah menyediakan layanan
yang beragam dengan metode yang beragam pula, hal ini ditentukan oleh kebijakan
pemerintah negara masing-masing dengan metode pendekatan yang berbeda pula
tergantung dari kondisi dari negara tersebut. Secara umum, semua layanan
kegawatdaruratn medis menyediakan layanan bantuan hidup dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian konsep keperawatan gawat darurat?
2. Apa saja peran dan fungsi perawat gawat darurat?
3. Bagainmana efek kondisi kegawatdaruratan terhadap pasien dan keluarga?
4. Apa saja pengkajian primer dan sekunder?
5. Apa saja isu end of life di keperawatan gawat darurat?
6. Apa saja prinsip etik pada keperawatan gawat darurat?

C. Tujuan
Untuk memahami dan menyamakan konsep mengenai kegawatdaruratan agar
dapat diketahui dan ditangani dengan cepat dan tepat untuk menghindari perburukan
keadaan bagi masyarakat awam umumnya serta bagi tenaga kesehatan khususnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep perawatan gawat darurat


Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu meka korban akan mati atau cacat/ kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
(Saanin, 2012).
Keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-waktu/ kapan saja
terjadi dimana saja dan dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu kecelakaan,
suatu proses medic atau perjalanan suatu penyakit (Saanin, 2012). Pelayanan gawat darurat
tidak hanya memberikkan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami
pasien tetapi juga memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan
keluarga. Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan professional keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik
kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang tidak urgent, sehingga filosofi tentang
keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang dialami pasien atau
keluarga harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan (Hati, 2011 dalam Saanin, 2012).
System pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam
memberikan pertolongan kedaruratan kepada pasien (Saanin, 2012). Pasien yang tiba-tiba
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya . biasanya di
lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocard Infark). Pasien berada
dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Biasanya dilambangkan
dengan label biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya. Biasanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya, pasien Vulnus
Lateratum tanpa pendarahan. Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan.
Biasanya dilambangkan dengan label hijau. Misalnya, pasien batuk, pilek.
Keperawatan gawat darurat atau emergency nursing merupakan pelayanan keperawatan
yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang mengancam
kehidupan. Kegawatdaruratan medis dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera atau sakit
akut yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah atau
mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien. Pasien gawat darurat merupakan pasien
yang memerlukan pertolongan segera dengan tepat dan cepat untuk mencegah terjadinya
kematian atau kecacatan. Dalam penanganannya dibutuhkan bantuan oleh penolong yang
profesional. Derajat kegawatdaruratan serta kualitas dari penanganan yang diberikan
membutuhkan keterlibatan dari berbagai tingkatan pelayanan, baik dari penolong pertama,
teknisi kesehatan kegawatdaruratan serta dokter kegawatdaruratannya itu sendiri. Respon
terhadap keadaan kegawatdaruratan medis bergantung kuat pada situasinya. Keterlibatan
pasien itu sendiri serta ketersediaan sumber daya untuk menolong. Hal tersebut beragam
tergantung dimana peristiwa kegawatdaruratan itu terjadi, diluar atau didalam rumah sakit
(Caroline 2013).
Karakteristik keperawatan gawat darurat:
1. Tingkat kegawatan dan jumlah pasien sulit diprediksi
2. Keterbatasan waktu, data dan sarana: pengkajian, diagnosis, dan tindakan
3. Keperawatan diberikan untuk seluruh usia
4. Tindakan memerlukan kecepatan dan ketepatan tinggi
5. Saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan
B. Peran dan fungsi perawat gawat darurat
A. Peran perawat
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari:
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.
3. Sebagai educator
Peran ini dilakukan untuk membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga
terjai perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Sebagai coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga terarah sesuai kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, gizi, farmasi, dll.
6. Sebagai konsultan
Berperan sebagai tempat konsultan dengan mengadakan perencanaan
kerjasama perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan.
B. Fungsi perawat
1. Fungsi independen
2. Fungsi dependen
3. Fungsi interdependen
C. Efek kondisi kegawatdaruratan terhadap pasien dan keluarga
1. Efek psikologis
a. Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga)
c. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)
d. (Hudak & Gallo, 1997)
2. Efek non psikologis
a. Ketidakberdayaan
b. Pukulan (perubahan) konsep diri
c. Perubahan citra diri
d. Perubahan pola hidup
e. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien, kesejahteraan
pasien dan keluarga)
f. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi).
D. Pengkajian primer dan sekunder
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
 Chin lift / jaw trust
 Suction / hisap
 Guedel airway
 Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah:
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon :U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi in line harus dikerjakan.
2. Pengkajiansekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes,
Last meal, dan Event/ Environment yang berhubungan dengan kejadian).
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan
pemeriksaan diagnostik.
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu
sebagai berikut :

S : Sign and Symptom.


Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada
thorak, Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi,
Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan
dadanya dan bernafas pendek, Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema
subkutan, Penurunan tekanan darah.
A    : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-
obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.
M   : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially).
Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan
keadaan klien dan tidak menimbulka reaksi alergi. Pemberian obat
dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
P    :Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L    :Last meal (Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E    :Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what happened
E. Isu end of life di keperawatan gawat darurat
1. Konsep Do Not Resucitation
Konsep do not (DNR). atau jangan lakukan resusitasi merupakan suatu
tindakan dimana dokter menempatkan sebuah intruksi berupa informed concent yang
telah disetujui oleh pasien maupun keluarga pasien yang berfungsi untuk
menginformasikan staf medis lain untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru(RJP).
2. Tahapan DNR
Sebelum menulis form DNR dokter harus mendiskusikannya dengan
pasien atau seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluatga
pasien.
3. Peran perawat dalam pelaksanaan DNR
Adalah membantu dokter dalam memutuskan DNR sesuai dengan hasil
pemeriksaan kondisi pasien.
F. Prinsip etik pasa keperawatan gawat darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus
dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam,
perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini
dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa
(henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh.
Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat atau memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada
kondisi yang membahayakan.
7. Jangan di beri minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan
terdapat alat transportasi yang memadai.

Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (kumpulan materi mata kuliah
Gadar: 2006):

1. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan
penurunan kesadaran.
2. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut.
3. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tibatiba tetapi tidak mengancam nyawa atau anggota
badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
4. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan medis dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera atau sakit
akut yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau
mencegah atau mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien. Pasien gawat
darurat merupakan pasien yang memerlukan pertolongan segera dengan tepat dan
cepat untuk mencegah terjadinya kematian atau kecacatan.
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus
dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang
awam, perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena
kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
B. Saran
Kegawatdaruratan harus cepat dan tepat serta harus dilakukan segera oleh setiap
orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis,
dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi
setiap saat dan menimpa siapa saja.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fredy. 2006. Kumpulan Materi Mata Kuliah Gadar. Diakses pada tanggal 18
Januari 2018
Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care). Jakarta : EGC
Institute For Clinical Systems Improvement. 2011. Health Care Protocol: Rapid
Response TeamDiakses tanggal 17 Januari 2018
Margaretha, Caroline. 2013. Konsep Keperawatan Gawat Darurat. Diakses pada tanggal
18 Januari 2018
Panduan Implementasi Kode-Kode Emergency Rumah Sakit Islam Siti Rahmah. 2014.
RSI Siti Rahmah
Panduan Penggunaan Troli Emergency. 2016. Yusrendra
Royal Brisbane and Women’s Hospital Health Service District. 2007. Kode Biru Manual.
Diakses pada tanggal 17 Januari 2018
Saed, MD & Amin, Mohd. 2011. Code Blue System.  Diakses tanggal 17 Januari 2018
Saanin, S. 2012. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). BSB
Dinkes Sprovinsi Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai