Anda di halaman 1dari 14

SURAT BERHARGA

A. PENGERTIAN
Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai
pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi
pembayaran ini tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan
menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang didalamnya mengandung suatu
perintah kepada pihak ke tiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang
untuk pemegang surat itu.

Syarat-syarat penerbitan surat berharga komersial di Indonesia dapat ditemukan pada


ketentuan pasal 2 sampai dengan pasal 5 dari surat keputusan Direksi Bank Indonesia
No.28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995 yaitu mengenai kriteria:
1. Berjangka waktu paling lama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
2. Mencantumkan
a. Klausula kata-kata “Surat Sanggup” di dalam teksnya yang dinyatakan dalam bahasa
Indonesia atau kata-kata “Surat Berharga Komersial” dalam commercial paper.
b. Janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
c. Penetapan hari bayar
d. Penetapan pembayaran
e. Nama pihak yang harus menerima pembayaran atau penggantinya
f. Tanggal dan tempat surat sanggup diterbitkan
g. Tanda tangan penerbit

Pada dasarnya surat berharga memiliki kesamaan persyaratan umum yang harus ada pada
suatu surat berharga. Persyaratan umum surat berharga itu antara lain:
1. Harus berbentuk tertulis
2. Harus punya nama
3. Tanda tangan jumlah tertentu
4. Perintah/janji tanpa syarat
5. Ada akta perintah atau janji membayar
6. Nama orang yang membayar
7. Hari pembayaran

B.FUNGSI SURAT BERHARGA


Fungsi pokok suatu surat berharga adalah sebagai alat pembayaran, yang kedudukannya
menggantikan uang.selain itu surat berharga juga mempunyai fungsi:
1. Sebagai bukti surat hak tagih
2. Alat memindahkan hak tagih
3. Alat pembayaran
4. Pembawa hak
5. Sebagai alat memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah dan sederhana)

C.BENTUK SURAT BERHARGA


A. Surat berharga dalam KUHD

1. Surat wesel
Surat wessel adalah surat berharga yang memuat kata wessel didalamnya, diberikan
tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dalam mana si penerbit memberi perintah
tanpa syarat kepada tersangkut untuk pada hari bayar membayar sejumlah uang kepada
orang (penerima) yang ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya disuatu tempat tertentu.
Syarat-syarat formil bagi suatu wessel diatur dalam pasal 100 KUHD bahwa.
suatu surat wessel harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Kata "wesel", disebut dalam teksnya sendiri dan di istilahkan dalam bahasa surat
itu.
b. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c. Nama si pembayar/tertarik.
d. Penetapan hari bayar.
e. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
f. Nama Orang/pihak kepada siapa atau pihak lain yang ditunjuk olehnya
pembayaran harus dilakukan.
g. Tanggal dan tempat ditariknya surat wesel.
h. Tanda tangan pihak yang mengeluarkan (penarik).

Kedelapan syarat tersebut diatas harus selalu tercantum dalam surat wesel. Tidak
dipenuhinya salah satu syarat tersebut maka surat itu tidak berlaku sebagai surat wesel
kecuai dalam hal-hal berikut: 
o Kalau tidak ditetapkan hari bayarnya maka wesel itu dianggap harus dibayar
pada hari ditunjukkannya (wesel tunjuk).
o Kalau tidak ditetapkan tempat pembayaran tempat yang ditulis disamping
namavtertarik dianggap sebagai tempat pembayaran dari tempat dimana
tertarik berdomisili.
o Kalau tidak disebutkan tempat wesel itu ditarik, maka tempat yang disebut
disamping nama penarik dianggap tempat ditariknya wesel itu.  
Bagi surat wesel yang penyimpangannya tidak seperti tersebut diatas, maka
surat wesel itu bukan wesel yang sah, dan pertanggungan jawabnya
dibebankan kepada orang yang menandangani surat wesel itu.
2. Surat sanggup
       Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata "aksep” atau Promes dalam
mana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang yang disebut
dalam surat sanggup itu atau penggantinya atau pembawanya pada hari bayar.
Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat sanggup
kepada pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto, menyebutkan
surat sanggub kepada pengganti dengan "surat sanggup" saja, sedangkan surat sanggup
kepada pembawa disebutnya "surat promes".
Surat sanggup mirip dengan surat wesel, tetapi berapa syarat pada surat wesel tidak
berlaku pada surat sanggup, perbedaannya dengan surat wesel adalah:
a. Surat sanggup tidak mempunyai tersangkut.
b. Penerbit dalam surat sanggup tidak memberi perintah untuk membayar, tetapi
menyanggupi untuk membayar.
c. Penerbit surat sanggub tidak menjadi debitur regres, tetapi debitur surat
sanggup.
d. Penerbit tidalk menjamin seperti pada penerbit wesel, tetapi melakukan
pembayaran sendiri sebagai debitur surat sanggup.
e. Penerbit surat sanggup merangkap kedudukan sebagai akseptan pada wesel
yaitu mengikatkan diri untuk membayar.
Sebagaimana dengan surat wesel, Undang-Undang juga mengharuskan adanya berapa
syarat yang harus terdapat dalam surat sanggub supaya dapat disebutkan surat seperti yang
diatur dalam pasal 174 KUH Dagang yaitu :
o Baik clausula: “sanggub”, maupun nama “surat sanggub” atau promes atas
pengganti yang dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan dalam bahasa
dengan mana surat itu disebutkan.
o Janji yang tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
o Penunjukan hari gugur.
o Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.
o Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu harus
dilakukan.
o Penyebutan hari penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu ditanda
tangani.
o Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu. 

3. Surat cek
Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana penerbitannya
memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang
namanya disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya pada saat ditunjukkan. Dalam
pasal 178 KUHD ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu cek dan kalau
salah satu syarat dalam pasal, tersebut tidak dipenuhi, maka kertas itu tidak dapat
diperlakukan sebagai cek. Syarat-syarat cek tersebut adalah:
o Pada setiap cek harus terdapat kata cek dan dinyatakan dalam bahasa cek itu
ditulis.
o Perintah tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
o Nama orang (bankir) yang harus membayar.
o Penunjukkan tempat dimana pembayaran harus terjadi.
o Penyebutan tanggal serta 'tempat dimana cek ditertibkan.
o Tanda tangan dari orang yang menerbitkan cek.

4. Carter partai
Membuat kata charter party yang membuktikan adanya perjanjian pencarteran kapal,
dlaam nama si penandatangan mengikatkan diri untuk menyerahkan sebagian atau seluruh
ruangan kapal untuk dioperasikan sesuai dengan perjanjian.

5. Konosemen
Memuat kata konosemen di dalamnya dan merupakan surat pemegang dari pemegang
konosemen kepada pengangkut agar kepada pemegang untuk diserahkan kepada para
pemegangnya.

6. Delivery order
Mencantumkan kata delivery order di dalamnya dan merupakan surat perintah dari
pemegang delivery order diserahkan barang-barang sebagai yang disebut, yang diambil
dari konosemennya.

7. Surat saham
Surat berharga yang mencantumkan kata saham di dalamnya, sebagai tanda bukti
kepemilikan sahamnya sebagai bagian dari saham dari modalnya.

8. Promes atas unjuk


Surat berharga yang ditanggali dimana penandatangannya sendiri berjanji akan
membayar sejumlah uang yang ditentukan di dalamnya kepada penunjuk, pada waktu
diperlihatkan pada suatu waktu tertentu.

B. Surat Berharga Diluar KUHD

1. Bilyet Giro 

    Bilyet Giro adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah di 
bakukan bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari
rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya, kepada
bank yang sama atau kepada bank lainnya (Purwosutjipto). Dengan demikian pembayaran
dana Bilyet Giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tidak dapat di pindah tangan
kan melalui endosemen (SK Direksi Bank Indonesia No.4/670, Sub 1).
Kedudukan Bilyet Giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya cek adalah alat
pembayaran tunai sedangkan bilyet giro merupakan alat pembayaran yang bersifat giral,
dengan cara memindah bukukan sejumlah dana dari si penerbit.

Pengaturan mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada SEBI No. 4/670
UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972 yang berisikan tentang :
a. Pengertian dari Bilyet Giro 
b. Bentuk Bilyet Giro 
c. Tenggang waktu berlakunya bilyet giro 
d. Pengisian bilyet giro 
e. Kewajiban menyediakan dana dan sanksi bilyet giro kosong 
f. Pembatalan bilyet giro.
g. Tata cara perhitungan bilyet giro antar bank setempat 
h. Penyimpangan bentuk/masa peralihan.

2. Travels Cheque 

Travels cheque atau cek perjalanan adalah surat yang berharga dikeluarkan oleh
sebuah bank, yang mengandung nilai, dimana bark penerbit sanggub membayar sejumlah
uang sebesar nilai nominalnya kepada orang yang tanda tangannya tertera ada cek
perjalanan itu. Apabila diteliti fungsi dan peranan cek perjalanan adalah sebagai berikut:
a. Bahwa seorang yang melakukan perjalanan tidak perlu lagi membawa uang tunai
dalam jumlah yang banyak.
b. Orang tersebut akan merasa dari resiko perampokan dan kehilangan uang.

Syarat-syarat formal yang biasanya terdapat didalam suatu cek perjalanan, adalah
sebagai berikut:
o Nama Travels Cheque secara Tersendiri.
o Nilai nominal dari trav
o els cheque.
o Nama bank yang mengeluarkan.
o Nomor seri dari tanggal pengeluaran cek perjalanan.
o Tanda tangan orang yang berpergian pada waktu pembelian TC tanda
tangan pada waktu penguangan cek perjalanan.
o Perintah membayar tanpa syarat.
o Dapat dibayarkan sebagai alat pembayaran yang sah.
o Tanda tangan dari bank penerbit.

3. Credit Card
Credit card atau kartu kredit adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh issuer yaitu
bank atau lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya adalah sebagai pengganti uang tunai.

4. MCO
Miscellaneous charges order disingkat MCO adalah satu dokumen yang dikeluarkan
oleh masing-masing maskapai penerbangan yang beroperasi secara Internasional, sebagai
alat perintah membayar, untuk mengisi kembali ticket, balance pembayaran dan lain-lain.
Tujuan mengeluarkan MCO tersebut adalah untuk penukaran, pemberian service kepada
orang yang memanfaatkan pesawat udara dan merupakan pengamanan keuangan orang
perorangan/group yang menggunakan fasilitas angkatan udara itu. 

C. Contoh Jenis-Jenis Surat Berharga yang Diperjualbelikan di Pasar Uang

1. Treasury Bills (T-Bills)

T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank
Sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada
tanggal yang telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau
kurang. Instrumen ini sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh
Bank Sentral. Oleh karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan disukai
oleh perusahaan-perusahaan, terutama oleh lembaga-lembaga keuangan untuk dijadikan
sebagai cadangan likuiditas sekuner yg memberikan hasil.

T-Bills (istilah umum digunakan di dunia internasional) kalau di Indonesia adalah SBI
(Sertifikat Bank Indonesia).
2. Commercial Paper

Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan
jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan
membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan
yang mempunyai kredibilitas tinggi. Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari
beberapa hari sampai 270 hari.

Penjualan CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa


diantaranya menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit. Dalam
pelaksanaannya seringkali CP diterbitkan dengan backup fasilitas credit line dari bank
yang jumlahnya mendekati atau sama dengan nilai CP yang diterbitkan. Dalam
perkembangannya di beberapa negara, CP diterbitkan dengan dukungan aset perusahaan
lainnya, misalnya piutang, dsb. Bahkan perkembangan terakhir CP diterbitkan dengan
bank garansi atau jaminan dari perusahaan induknya. Namun kasus ini terjadi bila
investor tertentu meminta jaminan dari nilai CP yang dibeli dalam jumlah besar.
Penerbitan CP dapat dilakukan secara langsung kepada investor maupun secara tidak
langsung dengan menggunakan jasa perantara.

 Kelebihan CP bagi penerbit dan investor antara lain sbb:

Bagi Penerbit:

a)   Tingkat bunga CP lebih rendah daripada prime rate, yaitu tingkat bunga kredit
yang dikenakan perbankan kepada nasabah utamanya, sehingga biaya dana akan
menjadi lebih murah.

b)    Tidak perlu menyediakan jaminan.

c)   Penerbitannya relatif lebih mudah karena pada prinsipnya hanya melibatkan
penerbit dan investor.

d)   Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas persetujuan
investor.

Bagi Investor:
a)   CP menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan misalnya Sertifikat
Deposito, Treasury Bills.

b)    Dapat dijual kembali (didiskontokan) tanpa perlu menunggu jatuh temponya.

c)   Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit CP umumnya perusahaan


dengan rating yang tinggi.

 Kelemahan CP dilihat dari kepentingan investor dan penerbit antara lain:

Bagi investor, CP merupakan instrumen yang tidak disertai dengan jaminan.


Kemungkinan penerbit melakukan rekayasa laporan keuangan untuk memperlihatkan
keadaan likuiditas dan kemampuan perolehan labanya.

Bagi perusahaan penerbit, CP merupakan sumber dana jangka pendek sehingga


perusahaan kurang leluasa untuk dijadikan sebagai modal investasi.

3.  Sertifikat Deposito atau negotiable certificate of deposit (CD)

Deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Jadi mempunyai


ciri pokok dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh
temponya.

Di Indonesia, CD diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto. Perhitungan


diskonto CD tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

4. Banker’s Acceptance (BA)

BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau
importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta
asing. Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata
”accepted” di atas wesel tersebut dan memprosesnya. Dengan demikian bank yang
menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan tak bersyarat untuk
membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo. Hal tersebut
berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor dalam pasar uang
internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default). Jangka waktu akseptasi
biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari.Aksep ini merupakan
instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi.Akseptasi bank sangat aktif
diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat
berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan.Aksep
digunakan dalam perdagangan ekspor impor karena banyak eksportir yang tidak pasti
dan tidak yakin betul terhadap credit standing importir yang dikirimi barang.Eksportir
sangat tergantung paa pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing.
Dengan demikian, aksep adalah instrumen keuangan yang dirancang untuk mengalihkan
resiko perdagangan internasional kepada pihak ketiga yang akan mengambil resiko
tersebut karena ia memiliki keahlian dalam menilai resiko kredit dan menyebarkan resiko
tersebut dalam berbagai pinjaman. Ketiga pihak dalam transaksi tersebut yaitu eksportir,
importir dan bank penerbit, mendapatkan keuntungan dari metode pembiayaan
perdagangan internasional ini sebagai berikut:

a)   Eksportir dapat menerima uangnya segera tanpa penundaan.

b)   Importir dapat menunda pembayarannya sesuai dengan jangka waktu credit line
yang disepakati dengan bank.

c)   Bank penerbit yang memegang Banker’s Acceptance (didiskonto dari eksportir)
merupakan instrumen keuangan yang sangat likuid yang dapat dijual sebelum jatuh
tempo melalui dealer bila membutuhkan likuiditas.

5. Bill of Exchange

Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang ditujukan
oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang pada saat
diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau pembawa.

Karena sifatnya yang likuid, artinya penjual boleh melakukan pembayaran lebih awal
sebelum wesel tersebut jatuh tempo dengan cara mendiskontokannya kepada bank-bank
atau lembaga-lembaga keuangan lainnya sebagai investasi jangka pendek, maka
instrumen ini sangat umum digunakan dalam perdagangan.

Penarikan wesel ini biasanya selalu didahului dengan adanya transaksi jual beli
barang. Dimana penjual akan menjadi penarik wesel dan pembeli barang sebagai tertarik.
Jangka waktu jatuh tempo wesel ini umumnya berkisar 6 hari sampai 180 hari.
Pada prinsipnya Bill of exchange ini akan berubah menjadi Banker’s Acceptance
apabila telah diaksep oleh bank. Oleh karena itu wesel ini dapat diperjualbelikan secara
diskonto.

6. Repurchase Agreement (Repo)

Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan
dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo
adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI,
SBPU, CD, CP dan T-bills.

7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

 Karakteristik SBI:

a)     Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).

b)    Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
bulan.

c)    Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.

d)    Diterbitkan tanpa warkat, artinya SBI diterbitkan tanpa adanya fisik SBI itu sendiri
dan bukti kepemilikan bagi pemegang hanya berupa pencatatan elektronis.

e)    Dapat dipindahtangankan (negotiable). SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi


pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi moneter. SBI yang ditebitkan dan
diperdagangkan dengan sistem lelang, pada dasarnya penggunaannya sama dengan
penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI
dapat secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan
cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR).
SOR adalah tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga
dari peserta lelang. Selanjutnya, SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi
tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.

SOR merupakan kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan penjualan SBI secara
lelang kepada Bank atau Lembaga Keuangan atau melalui Broker, dengan tujuan:

a)   Untuk mengendalikan baik volume uang beredar maupun tingkat bunga melalui
target volume yang diinginkan dan tingkat bunga dalam suatu batas tertentu.

b)   Dengan menyerahkan tingkat bunga pada Prime Dealer untuk jumlah 60%, maka
tingkat bunga menjadi wajar.

Pola pembelian SBI:

 Pembelian melalui Pasar Perdana (langsung ke BI)


 Pembelian melalui Pasar Sekunder
 Pembelian melalui Broker

Sebelum jatuh tempo SBI boleh diperjualbelikan, baik oleh Bank, LKBB, maupun
masyarakat atau dunia usaha setiap saat melalui pasar sekunder. Untuk itu Security
House (perantara) akan membeli atau menjual SBI setiap hari dengan tingkat diskonto
yang berlaku di pasar. Untuk memperlancar perdagangan SBI ini Bank Sentral Indonesia
menunjukkan beberapa market dan broker yang terdiri dari Bank-bank Umum sebagai
lembaga penunjang dalam perdagangan SBI. Market maker disini bertindak sebagai
penggerak pasar sekunder. Dalam hal ini market maker bertindak sebagai dealer yang
berkewajiban sbb:

 Membuat dan mengumumkan quotation.


 Secara aktif mengajukan penawaran dan permintaan SBI di pasar sekunder.
 Membeli dan menjual SBI dari dan kepada pihak yang mencari dan menawarkan SBI
di pasar sekunder.

Pembelian dan penjualan SBI dapat dilakukan baik secara outright maupun repo.
(Transaksi outright adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa jangka waktu SBI yang
bersangkutan, tidak ada kewajiban bagi penjual untuk membeli kembali sebelum jatuh
tempo; sedangkan transaksi repo adalah transaksi dengan perjanjian bahwa penjual wajib
membeli kembali SBI yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan).

8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan


secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia.

SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam
rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.

Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb:

1. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:

o Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari
bank untuk membiayai kegiatan tertentu.
o Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.

2. Surat wesel, dapat berupa:

o Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka
transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.
o Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka
pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan
nasabah berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel
(sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga
Keuangan bukan Bank). Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB
melalui security house (perantara) maupun melalui pasar sekunder, yaitu
diperjualbelikan antara lembaga-lembaga keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau
masyarakat. SBPU ini melalui security house juga bisa dijualbelikan ke Bank Sentral
Indonesia.

9. Call Money (Interbank Call Money Market)

Call Money  adalah penempatan atau peminjaman dana jangka pendek (dalam
hitungan hari) antar bank.

Call Money merupakan instrument bank dalam mengatasi kekurangan atau kelebihan


dana jangka pendek yang bersifat sementara.

Anda mungkin juga menyukai