Anda di halaman 1dari 15

Penyakit Periodontitis Maternal dan Resiko Preeclampsia :

A Case-Control Study

Vitool Lohsoonthorn1,2, Kajorn Kungsadalpipob3, Prohpring Chanchareonsook4, Sompop


Limpongsanurak5,
Ornanong Vanichjakvong3, Sanutm Sutdhibhisal3, Chulamanee Sookprome4, Nopmanee
Wongkittikraiwan4,
Wiboon Kamolpornwijit6, Surasak Jantarasaengaram6, Saknan Manotaya5, Vatcharapong
Siwawej7,
William E. Barlow8, Annette L. Fitzpatrick2 and Michelle A. Williams2

ABSTRAK
Latar Belakang
Kami menguji apakah pada wanita hamil dengan penyakit periodontal mempunyai resiko
meningkatnya preeclampsia dan kami mengevaluasi secara empiris sejauh mana hubungan
antara penyakit periodontal dan preeclampsia berdasarkan kriteria diagnosis yang
digunakan untuk mendefinisikan penyakit periodontal.
Metode
150 kasus preeclampsia dan 150 normotensive controls yang melahirkan bayi tunggal pada
jangka waktu yang terdaftar. Pemeriksaan periodontal dilakukan 48 jam setelah
melahirkan. Status kesehatan periodontal peserta diklasifikasikan, a priori, menjadi empat
kategori sesuai dengan tingkat dan keparahan penyakit periodontal. Faktor resiko yang
diduga (putative) penyakit periodontal dan preeclampsia telah ditetapkan selama seseorang
dalam keadaan postpartum (periode waktu setelah melahirkan bayi ketika tubuh kembali
normal, hal ini terjadi sekitar 6 minggu atau sampai uterus kembali ke ukuran semula)
dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dan dengan rekam medis
abstrak. Regresi logistik digunakan untuk menmperkirakan odd ratio (ORs) dan 95%
confidence intervals (95% Cls).
Hasil
Tidak ada perbedaan secara klinis yang diamati antara kasus dan kontrol yang berkaitan
dengan parameter periodontal. Setelah mengontrol dari faktor penganggu yang dikenal,
keparahan penyakit periodontal secara klinis tidak berkaitan dengan meningkatnya resiko
preeclampsia (OR=0.92, 95% Cl:0.26-3.28). Selain itu, tidak ada bukti peningkatan linier
pada resiko preeclampsia dengan meningkatnya keparahan penyakit periodontal (P for
trend = 0.65). Ketika perbedaan kriteria diagnosa sebelumnya digunakan dalam suatu studi
lainnya yang digunakan, prevalensi penyakit periodontal bervariasi. Namun, besar dan
arah yang berhubungan dengan penyakit periodontal dan preeklamspia sangat mirip tanpa
memperhatikan kriteria diagnosis yang digunakan untuk menentukan penyakit periodontal.
Kesimpulan
Penelitian ini memperlihatkan tidak adanya bukti yang meyankinkan bahwa penyakit
periodontal berhubungan dengan resiko preeclampsia diantara wanita Thailand.
Preeclampsia, sebuah gangguan vaskular pada ibu hamil dengan tekanan darah

tinggi dan proteinuria, komplikasi ~5-10% dari semua kehamilan, dan hal ini adalah

penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal di seluruh dunia,

terutama terjadi pada negara berkembang (Roberts Jm, et al). Meskipun perkembangan

terbaru tentang memahami penyebab preeclampsia terus berlanjut, tetap saja etiologi

eklampsia masih sulit dipahami. Faktor resiko putative preeclampsia terdiri dari hamil di

usia tua, multifetal pregnancies, maternal pre-pregnancy obesity, hipertensi pregestational,

renal disorders dan diabetes melitus (Abenhaim, et al; Gilbert, et al; Sibai, et al; Sun Y, et

al). Urinary Tract Infection, dan baru-baru ini, penyakit periodontal telah teridentifikasi

sebagai faktor resiko yang berpotensi preeclampsia (Bogges, et al; Conde-Agudelo, et al).

Bukti lainnya melibatkan gangguan placental implantation, placental hypoxemia, insulin

resistance, dan diffuse endothelial dysfunction dalam patogenesis preeclampsia (Redman,

2005; Roberts, 1985; Shah DM, 2007). Bukti yang ada tersebut menunjukkan adanya

etiologi multifaktorial preeclampsia. Selain itu, bukti terbaru mencatat bahwa ada

peningkatan risiko gangguan aterosklerosis pada pria dan wanita tidak hamil dengan

penyakit periodontal (Cairo, et al; Soder, et al), ditambah lagi dengan munculnya suatu

penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat peningkatan resiko preeclampsia dengan

gangguan periodontal telah mengarahkan kepada para peneliti untuk mengemukakan

bahwa inflamasi sistemik kronis, penyakit periodontal sekunder, dapat menjadi etiologi

dan patogenesis penting untuk terjadinya preeclampsia (Bogges, et al, 2003).

Boggess et al (2003) adalah kelompok peneliti pertama yang melaporkan tentang

adanya hubungan penyakit periodontal maternal dan resiko preeclampsia. Wanita dengan

periodontitis parah, yaitu yang mempunyai ≥15 daerah gigi dengan kedalaman poket ≥4

mm, mempunyai 2,4 kali meningkatnya resiko preeclampsia dibandingkan dengan wanita

dengan jaring an periodontal yang sehat (Odds ratio (OR) = 2.4; 95% confidence interval
(CI): 1,1-5,3). Penemuan awal ini telah dikuatkan oleh sebagian besar peneliti lainnya.

Beberapa peneliti berspekulasi bahwa heterogenitas dalam penemuan dari suatu penelitian

dapat berbeda dari populasi yang diteliti dan heterogenitas dalam kriteria diagnosis

penyakit periodontal yang digunakan. Sebagai contoh, pada 10 penelitian yang

dipublikasikan yang fokus pada resiko preeclampsia dalam hubungannya dengan maternal

periodontal disease, peneliti menggunakan setidaknya 5 kriteria diagnosis (Bogges, et al,

2003; Canacki, et al, 2004; Contreras, et al, 2006; Khader, et al, 2006; Lopez, et al, 2002)

yang berbeda ketika mendefinisikan tingkat penyakit periodontal.

Pada dasarnya dari literatur yang tersedia, kami melakukan sebuah case-control

study untuk menentukan apakah maternal periodontal disease adalah faktor resiko untuk

preeclampsia diantara wanita Thailand. Kami juga melakukan serangkaian analisis untuk

mengevaluasi secara empiris tentang sejauh mana hubungan antara penyakit periodontal

dan preeclampsia berdasarkan pada kriteria diagnosis yang digunakan untuk

mendefinisikan penyakit periodontal.

METODE

a. Populasi penelitian dan pemilihan cases and control.

Case control study menggunakan satu kontrol untuk setiap kasus preeclampsia

yang dilakukan diantara wanita yang melahirkan dengan selamat di King Chulalongkorn

Memorial Hospital, Rajavithi Hospital, dan Police General Hospital, Bangkok, Thailand

antara Juli 2006 dan November 2007. Kasus-kasusnya adalah wanita yang dikonfirmasi

didiagnosa preeclampsia dan yang melahirkan bayi tunggal. Kasus preeclampsia

diidentifikasi oleh pemantauan harian yang semuanya masuk baru untuk antepartum,

persalinan, dan ruang melahirkan pada rumah sakit yang berpartisipasi. Dari 158 rumah

sakit yang memenuhi syarat dari kasus yang ditemukan, 154 (97,5%) setuju berpartisipasi
dalam penelitian. Kontrol dilakukan pada wanita yang melahirkan bayi tunggal dengan

jangka waktu (≥37 minggu kehamilan) tanpa bukti preeclampsia atau gangguan hipertensi

lainnya selama kehamilan dan dipilih dari rumah sakit persalinan yang sama. Syarat

kontrol, segera setelah pasien melahirkan, dan direkrut untuk penelitian. Dari 161 kontrol

yang mendekati kriteria, 154 (95,7%) setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Empat kasus preeclampsia yang kemudian dikeluarkan bersama dengan empat

kontrol cocok karena kasus yang ditemukan memiliki diabetes mellitus pregestational (n =

1) atau hipertensi kronis (n = 3) selama pemeriksaan rekam medis. 150 kasus

preeclampsia yang melahirkan bayi tunggal dan 150 normotensive controls (mempunyai

tekanan darah normal, tidak hipertensi ataupun hipotensi) yang melahirkan bayi tunggal

dengan jangka waktu ≥37 minggu kehamilan tetap dilakukan untuk analisis. Semua

partisipan mengisi informed consent, dan panduan penelitian telah diulas dan disetujui oleh

ethical committees of the Faculty of Medicine, Chulalongkorn University, Rajavithi

Hospital, Police eneral Hospital dan the Institutional Review Boards, Division of Human

Subjects Research, University of Washington.

b. Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan informed consent, partisipan terdaftar diundang untuk di

wawancara selama 45 menit perorang, dimana personil peneliti terlatih menggunakan

kuesioner terstruktur untuk memperoleh informasi mengenai maternal sociodemographic,

gaya hidup, riwayat kesehatan gigi dan mulut dan riwayat medis dan reproduktif. Rekam

medis partisipan yang melahirkan dan rekam medis prenatal juga dicatat kembali oleh

perawat yang terlatih di bidang obstetri yang menggunakan formulir yang terstandarisasi.

Informasi dari rekam medis yaitu mencakup berat badan partisipan prakehamilan, tinggi

badan, tekanan darah, komplikasi kehamilan dan kondisi saat baru melahirkan.
Partisipan penelitian menjalani pemeriksaan periodontal secara penuh oleh 1 dari 6

peneliti terlatih dan dilakukan kalibrasi periodontis. Pemeriksaan periodontal dilakukan di

tempat tidur pada saat postpartum menggunakan kaca mulut, UNC-15 prob periodontal

dengan sumber cahaya external, 48 jam setelah melahirkan. Kedalaman probing dan resesi

diukur pada semua gigi kecuali molar ketiga, dilakukan pada 6 lokasi (mesiobuccal,

midbuccal, distobuccal, mesiolingual, midlingual, dan distolingual). Pengukuran ini dibuat

dalam milimeter dan dibulatkan seluruhnya dalam milimeter. Clinical attachment loss

(CAL) dihitung dari pocket depth dan resesi, dan diukur jarak dari cementoenamel

junction ke dasar poket periodontal. Plak dan bleeding on probing (BOP) dicatat secara

dikotomis apakah ada ataupun tidak ada. BOP ditentukan positif jika hemorage muncul

dalam 15 detik setelah probing. Pada akhir pemeriksaan periodontal, setiap partisipan

diberikan instruksi mengenai dental treatment yang dibutuhkan.

c. Analytical Variable Spesification

 Preeclampsia

Diagnosis preeclampsia saat ini dibuat menggunakan “American College of

Obstetricians and Gynecologists Guidelines” (ACOG practice bulletin, 2002).

Pedoman ini mendefinisikan preeclampsia sebagai hipertensi yang dipengaruhi

oleh kehamilan yang disertai proteinuria. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

darah dengan nilai sistolik ≥140 atau diastolik ≥90 mmHg secara terus menerus.

American College of Obstetricians and Gynecologists mendefinisikan proteinuria

sebagai protein urin berkonsentrasi ≥30mg/dl (atau 1+ pada dipstick urin) pada

≥2 pengumpulan spesimen secara acak yang dikumpulkan terpisah setiap ≥4jam.


 Maternal Periodontal Disease

Kondisi kesehatan periodontal partisipan diklasifikasikan, kedalam 4 kategori

yang mengacu pada perluasan dan keparahan penyakit periodontal menggunakan

kriteria Albandar (2007) :

(a) Severe periodontitis (≥2 gigi yang tidak berdekatan dengan daerah

interproximal yang menunjukkan CAL ≥ 6 mm dan PD ≥ 4 mm)

(b) Moderate periodontitis (≥2 gigi yang tidak berdekatan dengan daerah

interproximal yang menunjukkan CAL ≥ 5 mm dan PD ≥ 4 mm)

(c) Mild periodontitis (≥1 gigi dengan daerah interproximal yang menunjukkan

CAL ≥ 4 mm dan PD ≥ 4 mm)

Wanita yang tidak memenuhi kriteria diatas diklasifikasikan jaringan periodontal

sehat (wanita yang tidak terdeteksi level periodontitis). Kami juga mengevaluasi

sejauh mana hubungan antara maternal periondontal disease dengan

preeclampsia tergantung pada berbagai definisi kasus yang digunakan untuk

mengklasifikaskan kondisi kesehatan periodontal wanita. Menggunakan sebuah

dataset tunggal (150 kasus preeclampsia dan 150 normotensive controls), kami

mengklasifikasikan status kesehatan periodontal partisipan menggunakan definisi

kasus yang dianjurkan oleh CDC-AAP working group, Canakci et al,. Contreras

et al, Lopez et al, dan Bogges et al.

 Kovariat lainnya

Kovariat yang dijadikan pertimbangan dalam analisis ini adalah usia ibu serta

riwayat kehamilan dan medis, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan selama

kehamilan, pendapatan rumah tangga tahunan, kebiasaan merokok dan konsumsi

alkohol selama kehamilan. Usia ibu saat dilakukan wawancara dinyatakan dalam
tahun. Paritas adalah jumlah kehamilan sebelumnya yang mencapai lebih dari 22

minggu. Tingkat pendidikan ibu didapat saat wawancara langsung. Body mass

index (BMI) sebelum kehamilan (pra pregnancy) dinyatakan dalam berat badan

(Kg) per tinggi badan kuadrat (m2).

 Analisis Statistik

Distribusi dari karakterisitik sosiodemografi serta riwayat medis dan kehamilan

ibu merujuk pada kasus dan status kesehatan yang telah diperiksa sebelumnya.

Untuk memperkirakan hubungan antara penyakit periodontal ibu dan resiko

preeclampsia, dilakukan prosedur regresi logistik, didapat dari pencocokan kasus

preeclampsia dan kelompok kontrol dari rumah sakit pengirim. Yang

ditunjukkan untuk kalkulasi malsimum disesuaikan dengan faktor-faktor yang

membuat bias. Kami menampilkan Odd ratio (OR) dan 95% CI, yang disesuaikan

dengan faktor perancu (Breslow et al, 1990 dan Rothman et al, 1998). Faktor

perancu dinilai dengan cara memasukan kovariat ke dalam suatu model logistik

sewaktu, kemudian dibandingkan dengan OR yang disesuaikan dan tidak

disesuaikan.

Kovariat berikut merupakan faktor perancu dalam analisis ini seperti, usia

ibu, tingkat pendidikan , perbedaan sifat, status perkawinan , pendapatan rumah

tangga tahunan, pekerjaan selama kehamilan, BMI pra kehamilan, onset

perawatan prenatal, merokok , dan konsumsi alkohol selama kehamilan. Model

regresi logistik akhir, termasuk kovariat yang diubah OR (Odd ratio) nya telah

disesuaikan setidaknya sebanyak 10% (Rothman et al, 1998). Variabel prioritas

(misalnya : Usia ibu, status merokok dan paritas) dijadikan model final. Semua

analisis statistika dilakukan menggunakan software Stata 10.0 (Stata, College


Station, TX). Semua menunjukkan nilai P dalam dua arah dan CI dihitung pada

level 95%.

Tabel 1 Karakteristik Objek Penelitian Berdasarkan kelompok Preeclampsia dan


kelompok kontrol

Kasus Preeclampsia Kelompok Kontrol


(n=150) (n=150)
Karakteristik Ibu Hamil n % n % P Values
Usia Ibu Hamil (tahun) <0.05
<20 14 9.3 11 7.3
20-24 35 23.3 47 31.3
25-29 36 24.0 54 36.0
30-34 32 21.3 20 13.3
≥35 33 22.0 18 12.0

Lama Pendidikan Ibu Hamil (Tahun) 0.15


<6 55 36.7 45 30.0
7-12 78 52.0 62.7 62.7
>12 17 11.3 7.3 7.3

Status Perkawinan
Kawin 84 56 76 50.7 0.64
Belum/Tidak Kawin 61 40.7 69 46.0
Cerai 5 3.3 5 3.3

Pendapatan Rumah Tangga Tahunan


4,038 (3,028-6,056) 4,374(3,028-6,729) 0.54
(USD); Median (IQR)
Bekerja selama kehamilan 95 63.3 104 69.3 0.27
Nulliparous 82 54.7 90 60.0 0.35
Merokok selama kehamilan 1 0.7 5 3.3 0.21
Mengkonsumsi alkohol selama
1 0.7 10 6.7 <0.01
kehamilan

BMI Pra Kehamilan (Kg/m2)


Underweight (<18.5) 11 7.6 31 21.4 <0.001
Normal (18.5-24.9) 86 59.7 93 64.1
Overweight (25.0-29.9) 25 17.4 16 11.0
Obesity (≥30.0) 22 15.3 5 3.4

Onset perawatan prenatal 0.26


Tidak ada 10 6.7 4 2.7
< 14 minggu kehamilan 63 42.0 67 44.7
≥14 minggu kehamilan 77 51.3 79 52.7

Riwayat hipertensi <0.01


Ya 10 14.7 1 1.7
Tidak 58 85.3 59 98.3

N/A (nulliparous) 82 90
HASIL

Karakteristik sosiodemografi, medis, dan reproduksi ibu dengan kasus

preeclampsia dan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 1. Secara

keseluruhan, kelompok kasus preeclampsia dan kelompok kontrol berkaitan dengan

pencapaian pendidikan ibu, status perkawinan, pendapatan rumah tangga tahunan,

pekerjaan selama kehamilan, paritas, status merokok, dan onset perawatan prenatal.

Pada kasus preeclampsia, usia ibu tidak terlalu menentukan, namun semakin tua

semakin berat kasusnya, dan sering ditemukan riwayat hipertensi pada kehamilan

sebelumnya.

Pada tabel 2, dapat terlihat, perbedaan tidak bermakna yang dapat diamati secara

klinis dari kelompok kasus preeclampsia dan kelompok kontrol berkaiatan dengan rata-

rata clinical attachment loss (CAL), rata-rata kedalaman probing, rata-rata jumlah gigi

yang hilang, rata-rata persen dari permukaan yang terdapat plak, serta dari rata-rata

perdarahan saat probing. Selain itu tidak ada perbedaan signifikan dalam persen rata

rata kedalaman probing periodontal (PD) ≥4mm atau Clinical attachment loss (CAL)

≥4mm.

Tabel 2 Parameter Periodontal antara kelompok preeclampsia dan kelompok kontrol ,


Bangkok Thailand, 2006-2007

Kelompok Preeclampsia Kelompok Kontrol


(n=150) (n=150)
Parameter periodontal Rata-rata (95% CI) Rata-rata (95% CI) P Values
Rata-rata kedalaman probing/PD (mm) 2.44 (2.37 , 2.52) 2.49 (2.43 , 2.55) 0.11
Rata-rata Clinical Attachment Loss(mm) 2.44 (2.35 , 2.54) 2.46 (2.39 , 2.53) 0.16
Jumlah gigi hilang 1.65 (1.23 , 2.07) 0.97 (0.71 , 1.23) <0.05
Rata-rata persen permukaan dengan :
PD ≥ 4mm 11.6 (9.3 , 13.9) 10.9 (9.1 , 12.8) 0.61
CAL ≥4mm 11.0 (8.5 , 13.4) 9.7 (7.8 , 11.6) 0.63
Plak 72.9 (69.6 , 76.2) 73.7 (70.8, 76.5) 0.90
Bleeding On Probing (BoP) 33.8 (30.0 , 37.6) 38.1 (34.5 , 41.7) 0.07

Selanjutnya, status kesehatan periodontal partisipan diklasifikasikan kedalam

empat kategori yaitu, periodontal sehat, periodontitis ringan, periodontitis sedang dan

periodontitis parah, sesuai dengan tingkat keparahan penyakit periodontal itu sendiri
(Albandar et al, 2007). Kami menghitung OR untuk preeclampsia untuk setiap tingkat

penyakit periodontal. Seperti terihat dalam tabel 3, terdapat hungan yang berbanding

lurus namun tidak signifikan secara statistik antara periodontitis parah dan resiko

preeclampsia (OR = 0,92, 95% CI: 0,26 -3,28). Selain itu tidak ada bukti hubungan

linear antara resiko preeclampsia dengan meningkatnya keparahan penyakit periodontal

ibu (P untuk trend = 0.65).

Tabel 3 Odds ratio (OR ) dan 95% confidence interval (95% CI) dari kelompok
preeclampsia menurut tingkat keparahan penyakit periodontal , Bangkok,
Thailand, 2006–2007.

Kelompok Kelompok
preeclampsia kontrol (n=150)
(n=150)
Level Penyakit n (%) n (%) Unadjusted OR Adjusted OR
periodontal (95% CI) (95% CI)
Periodontal sehat 32 (21.3) 31 (20.7) 1.00 (referen 1.00 (referen
ce) ce)
Periodontitis ringan 74 (49.3) 81 (54.0) 0.88 (0.44 , 0.83 (0.43 ,
1.59) 1.60)
Periodontitis moderat 32 (21.3) 31 (20.7) 1.00 (0.50 , 0.77 0.35 ,
2.01) 1.69)
Periodontitis parah 12 (8.0) 7 (4.7) 1.65 (0.58 , 0.92 (0.26 ,
4.71) 3.28)
P for trend = 0.48 P for trend = 0.65

Selanjutnya dievaluasi sejauhmana berbagai definisi kasus dan kriteria untuk

menentukan penyakit periodontal yang digunakan dalam penelitian sebelumnya, yang

dilakukan oleh Bogges et al, Contreras et al, Lopez et al, Page et al, dan Canacki et l,

berdampak pada prevalensi penyakit periodontal ibu dan resiko preeclampsia.

Prevalensi penyakit periodontal bervariasi secara substansial ketika kriteria diagnostik

yang berbeda diterapkan. Ketika kita menggunakan kriteria yang diajukan oleh

Albandar, 25,4% dari kasus pada kelompok kontrol diklasifikasikan memiliki penyakit

periodontal sedang atau berat.

Sesuai perkiraan, prevalensi penyakit periodontal sedang atau berat kelompok

kontrol adalah 34,0% menggunakan kriteria Bogges et al.; 6,0% menggunakan kriteria

yang diajukan oleh Contreras et al.; dan 76% menggunakan kriteria yang diajukan oleh
CDC-AAP. Namun, besar dari hubungan antara penyakit periodontal dan preeclampsia

sebagian besar sama ketika kriteria diagnostik penyakit periodontal yang berbeda

digunakan (gambar 1).

Gambar 1 Odds ratios (ORs) dan 95% confidence intervals (95% CIs) dari kelompok
preeclampsia dihubungkan dengan penyakit periodontal menggunakan
berbagai variasi kriteria diagnostik.

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, tidak ditemukan bukti dari keterlibatan antara klinis penyakit

periodontal saat masa kehamilan dan risiko preeclampsia pada wanita Thailand setelah

kemungkinan perancu disesuaikan (Penyesuaian OR = 0.92; 95% Cl: 0.26-3.28). Sebagai

tambahan, tidak ditemukan juga bukti dari kenaikan risiko preeclampsia sejalan dengan

kenaikan keparahan dari penyakit periodontal (P untuk trend = 0.65). Kesimpulan dari

kasus ini tidak mendukung hipotesis penelitian ini bahwa penyakit periodontal adalah

salah satu faktor risiko yang berdiri sendiri untuk terjadinya preeclampsia.

Seperti yang kita ketahui, ada setidaknya 10 penelitian yang memfokuskan pada

topik jumlah risiko preeclampsia dihubungkan dengan status klinis penyakit periodontal

saat masa kehamilan selama masa kehamilan atau pada masa awal post partum. Delapan

dari sepuluh penelitian memiliki hasil yang positif atas hubungan antara penyakit
periodontal saat masa kehamilan dan risiko preeclampsia. Contohnya, Boggess et al., pada

penelitian kohort dari 763 wanita di Carolina Utara, disebutkan bahwa wanita dengan

periodontitis yang parah saat melahirkan, dengan kriteria ≥ 15 gigi dengan PD ≥ 4 mm,

mempunyai 2.4 kali lebih banyak risiko terjadinya preeclampsia bila dibandingkan dengan

wanita dengan jaringan periodontal yang sehat (OR = 2.4; 95% CI: 1.1-5.3).

Bagaimanapun, penyakit periodontal saat kehamilan tidak bisa dihubungkan dengan risiko

preeclampsia. Contreras et al., pada penelitiannya tentang 130 kasus preeclampsia dan 243

kontrol di Cali, Columbia, menyebutkan bahwa wanita dengan periodontitis yang sedang

sampai parah, di kriteriakan ≥ 2 gigi dengan CAL ≥ 6 mm, PD ≥ 4 mm, dan perdarahan

saat probing, mempunyai 3.32 kali lebih banyak risiko terjadinya preeclampsia jika

dibandingkan dengan wanita jaringan periodontal yang sehat (OR = 3.32; 95% CI: 1.79-

6.15). Cota et al., pada penelitiannya tentang 109 kasus preeclampsia dan 479 kontrol di

Brazil, menyebutkan bahwa penyakit periodontal saat masa kehamilan, didefinisikan

sebagai ≥ 4 gigi dengan ≥ 1 tempat dengan PD ≥ 4 mm dan CAL ≥ 3 mm, berhubungan

dengan kenaikan risiko terjadinya preeclampsia (OR = 1.88; 95% CI: 1.15-3.06).

Kebalikannya, Castaldi et al., pada penelitian kohort dari 1562 wanita Argentina, tidak

menemukan adanya hubungan antara penyakit periodontal pada saat kehamilan terjadinya

risiko preeclampsia (OR = 0.99; 95% CI: 0.70-1.40). Khader et al., pada penelitiannya dari

115 kasus preeclampsia dan 230 kontrol di Irbid, Jordan, juga tidak menemukan hubungan

yang signifikan antara parameter periodontal klinis dan risiko preeclampsia.

Alasan dari perbedaan hasil dari masing-masing penelitian masih tidak jelas.

Beberapa peneliti berspekulasi bahwa heterogenitas dari penemuan tersebut kemungkinan

disebabkan dari perbedaan kriteria diagnosis yang digunakan untuk mendefinisikan

penyakit periodontal. Dari 10 penelitian yang diterbitkan\ terfokus pada risiko

preeclampsia dan hubungannya dengan penyakit periodontal saat masa kehamilan, para
peneliti telah menggunakan setidaknya lima kriteria diagnosis yang berbeda untuk

mendefinisikan level dari penyakit periodontal. Bagaimanapun, pada penelitian ini

menunjukkan bahwa ukuran dan arah dari hubungan antara penyakit periodontal dan

preeclampsia hampir sama jika dilihat dari kriteria diagnosis yang digunakan untuk

mendefinisikan penyakit periodontal. Klinis penyakit periodontal saat masa kehamilan,

didefinisikan dari kriteria diagnostik yang sebelumnya telah digunakan dan tidak

berhubungan dengan risiko preeclampsia. Sebagai tambahan, para peneliti berspekulasi

bahwa kegagalan untuk menilai efek modifikasi dari merokok kemungkinan ikut

berkontribusi pada variasi dari hasil masing-masing penelitian. Sebagai contoh, Hyman et

al. melaporkan adanya hubungan antara penyakit periodontal dan penyakit jantung

koroner, bagaimanapun, setelah dilihat dari status merokoknya hubungan tersebut hanya

bukti dari sesama perokok. Ini sama sekali tidak berhubungan dengan penelitian, yang di

buat pada populasi dimana prevalensi dari merokok saat hamil sangat rendah (<4%) dan

penelitian yang dibuat oleh Khader et al., yang dibuat diantara non perokok gagal untuk

mengidentifikasi hubungan antara penyakit periodontal dan preeclampsia.

Boggess et al. menyatakan bahwa wanita yang sedang hamil dengan penyakit

periodontal kemungkinan dapat memindahkan patogen periodontalnya masuk ke unit

uteroplacental, dimana akan merangsang inflamasi pada plasenta atau stres oxidative

selama kehamilan, dimana akan meningkatkan kerusakan plasenta dan manifestasi klinis

dari preeclampsia. Walaupun hipotesis ini adalah mungkin secara biologis, namun

penyebabnya pada penelitian mereka sangat terbatas yang membuat penyebab ini tidak

jelas sepenuhnya apakah penyakit periodontal yang mempengaruhi onset dari

preeclampsia. Pada kenyataannya, penulis tidak menemukan bukti yang positif dari

hubungan antara permulaan penyakit periodontal saat masa kehamilan (<26 minggu

gestasi) dan selanjutnya risiko preeclampsia saat kehamilan. Preeclampsia, dari


definisinya merupakan suatu gangguan dengan onset setelah terpenuhinya 20 minggu

gestasi.

Tidak adanya konsistensi dari hasil penemuan masing-masing penelitian, beberapa

disertai dengan hubungan yang ambigu dari hubungan antara penyakit periodontal saat

masa kehamilan dan risiko preeclampsia menambah kemungkinan penelitian yang

sebelumnya tidak saling berhubungan. Hubungan antara penyakit periodontal klinis dan

preeclampsia mungkin hanya bisa dibuktikan pada beberapa populasi; yang mempunyai

kerentanan terjadinya pre faktor lingkungan lainnya atau faktor risiko genetik. Sebagai

contoh, perbedaan pada distribusi dan virulensi dari pathogen periodontal yang spesifik

kemungkinan berkontribusi pada heterogenitas pada masing-masing penelitian. Thesis ini

didukung oleh penelitian tentang patogen periodontal yang berbeda-beda yang diambil dari

berbagai populasi sampel dari berbagai lokasi geografis. Penelitian selanjutnya akan

menginvestigasi karakteristik yang spesifik dari tipe dan virulensi dari pathogen

periodontal yang mungkin akan membantu untuk menyempurnakan literatur ini ke

depannya.

Penelitian ini mempunyai beberapa kekuatan termasuk sampel kasus preeclampsia

yang relatif banyak, yang hanya mengikutsertakan ahli periodontal yang terlatih untuk

menguji para partisipan. Tingginya angka partisipasi untuk kasus dan kontrol (97.5% dan

95.7%) mengecilkan kekhawatiran tentang hasil yang tidak jelas. Beberapa batasan, harus

dipertimbangkan ketika menginterpretasi hasil dari penelitian ini. Pertama, penelitian ini

tidak mengkarakteristik secara spesifik pathobiologis dari infeksi oral (contohnya jumlah

bakteri atau antibodi level kepada pathogen periodontal). Walaupun parameter perekaman

periodontal full mouth yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan bahwa lebih

efektif saat menentukan penyakit periodontal, beberapa penulis menduga bahwa

pengukuran secara klinis dari periodontitis kemungkinan tidak cukup untuk


menggambarkan efek sistemik dari adanya penyakit periodontal. Karena tanda-tanda klinis

dari penyakit periodontal merupakan hasil interaksi antara pathogen periodontal dengan

imun host dan respon inflamasi, pengukuran interaksi antara mikroorganisme dan respon

host kehamilan mungkin akan menyediakan hasil rata-rata untuk lebih mengkarakteristik

yang kita sebut sebagai penyakit periodontal. Kedua, walaupun kita telah menyesuaikan

dari beberapa perancu yang potensial, kita dapat tidak mengikutsertakan kemungkinan

tersebut sebagai beberapa hasil perancu dari faktor yang tidak dihitung dalam penelitian

(contoh infeksi traktus urinarius) yang mungkin bisa mempengaruhi estimasi risiko yang

dilaporkan. Terakhir, penelitian ini dirancang untuk mempunyai kekuatan statistik 80%

untuk mendeteksi 1.90 kali lipat kenaikan dari risiko preeclampsia yang berhubungan

dengan penyakit periodontal saat masa kehamilan. Walaupun kita mempertimbangkan

bahwa hal tersebut mempunyai kekuatan yang terbatas yang dapat bertanggung jawab bagi

hasil penelitian, kita tidak dapat mengeluarkan kemiripan dari hubungan yang lebih lemah

atau hubungan yang mungkin hanya dapat dilihat diantara subtipe preeclampsia yang

spesifik (contoh timbulnya awal vs timbulnya lambat).

Kesimpulannya, hasil dari penelitian case-kontrol ini tidak menyediakan bukti

yang menjanjikan bahwa penyakit periodontal ada hubungannya dengan risiko

preeclampsia pada wanita Thailand. Penelitian selanjutnya akan menginvestigasi

karakteristik yang spesifik dari patogen periodontal dan imun host dan respon inflamasi

yang mungkin akan membantu untuk menyempurnakan literatur ini kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai