Disusun Oleh :
Rini Krisnawati
Nim : P05140419043
Dalam makalah “Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif” penulis bermaksud
menjelaskan secara detail akanPenalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Adapun tujuan
selanjutnya adalah untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Akhir kata tak ada gading yang tak retak, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................
A. Pengertian Penalaran.....................................................................................................
B. Penalaran Deduktif.......................................................................................................
C. Penalaran Induktif.........................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah
hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran
Deduktif dan Penalaran Induktif.
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum,
yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala
tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks
penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami
suatu gejala.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari
penalaran deduktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua
penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan
dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan
taat pada hukum-hukum logika
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Deduktif ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Induktif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
2. Memahami arti Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
3. Mampu menjelaskan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan
yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru
yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu
deduktif dan induktif. Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan
memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang
mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini
dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Penalaran juga
merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain itu penalaran merupakan
proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan.
a. Contoh Penalaran
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan Contoh
lainnya yang membedakan manusia dengan hewan adalah yaitu apabila terjadi kabut
burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak
bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tau mengapa sampai terjadinya
kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang
terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan
manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan
manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di
tempat yang benar.
b. Ciri-ciri Penalaran
Sebagai suatu kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri :
1) Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka
dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Atau
dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir
logis, di mana berfikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berfikir
menurut suatu pola tertentu.
2) Bersifat analitik dari proses berfikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan
berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
c. Prinsip-prinsip penalaran
Prinsip dasar pernyataan hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama kali
adalah Aristoteles, yaitu sebagai berikut :
1) Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin ialah principium indentitas. prinsip identitas
berbunyi: ’’sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri’’. Dengan kata lain,
“sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan
yang lain”.
2) Prinsip kontradiksi (principium contradictionis)
Prinsip kontradiksi berbunyi: “sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan
bukan hal hal itu pada waktu yang bersamaan”, atau “sesuatu pernyataan tidak
mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama”.
3) Prinsip eksklusi (principium exclusi tertii)
Prinsip eksklusi tertii, yakni prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak
adanya kemungkinan ketiga. Prinsip ekslusi tertii berbunyi “sesuatu jika
dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada
kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah.
B. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses
penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni
dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih
rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil
atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan
kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup
konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan
dapat pula dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi
yang ditarik dari dua premis disebut simpulan tak langsung, misalnya :
a. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
b. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh :
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
c. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh :
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
d. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh :
Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
e. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh :
Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
Tak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pu yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung
memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah
simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang
kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu
premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuanyang semua orang sudah tahu,
umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana
adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut. Beberapa
jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut :
a. Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan.
Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus
disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah bijaksana.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung
antara premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah
manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan.
Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh :
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :
a) Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor dan term
penengah.
Contoh :
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor = Xantipe.
Term minor = harus giat berlatih.
Term penengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh :
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term yaitu gambar, menempel di dinding, dan
dinding menempel ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik kesimpulan.
b) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan
simpulan.
c) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh :
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh :
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
e) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f) Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh :
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g) Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
h) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik
satu simpulan.
Contoh :
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membernarkan anteseden, simpulannya membenarkan
konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulan juga menolak
konsekuen.
Contoh :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
c. Silogisme Alterntif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif,
simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.
d. Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak
mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena
dia adalah seorang sarjana”. Beberapa contoh entimen :
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen
juga dapat diubah menjadi silogisme.
3. Salah Nalar
Salah Nalar adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru
mengartikan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan dapat terjadi karena faktor
emosional, kecerobohan dan ketidaktahuan.
Contoh : Di SD, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting.
Tanpa menguasai bahasa Indonesia, tidak mungkin seorang siswa dapat memahami
mata pelajaran lainnya dengan baik. Karena mayoritas pelajaran memakai bahasa
Indonesia.
a. Macam – macam Salah Nalar
Salah Nalar dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relavasi, dan
penggunaan otoritas yang berlebihan.
a) Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah Nalar pada hal ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan generaliasa.
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncu, yaitu :
1) Generalisasi Sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan ini terjadi ketika seseorang membuat generalisasi berdasar data
yang sangat sedikit. Contoh : Semua anak yang jenius akan sukses. Hal ini
tentunya belum tentu. Karena ada beberapa faktor yang menentukan
kesuksesan seseorang seperti kecerdasan emosional, lingkuan keluarga dan
lain – lain.
2) Generalisasi Apriori
Kesalahan terjadi ketika seseorang melakukan generalisasi atas gejala yang
belum diuji kebenarannya. Contoh : Semua pejabat pemerintah koruptor; Para
remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang yang
berbuat tanpa pamrih.
3) Kerancuan Analogi
Kerancuan Analogi disebabkan penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal
yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan pokok. Contoh : ”Negara
adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali
harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu
tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak
diperlukan, karena menghambat.
4) Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak
berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini
dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam :
a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh : Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah
tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh : Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali
pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa
memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang
disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara
benar atau persoalan yang terjadi.
d. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat
seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh
masyarakat namun bukan ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena
faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut :
1. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain
2. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan
dengan persoalan yang dibahas.
3. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya
ada 2 macam yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif. Penalaran Deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Jadi kesimpulan penalaran Induktif adalah merupakan proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta
– fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi dimana penalaran.
Sedangkan penalaran Deduktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari suatu
yang umum menuju hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan. Deduksi dimulai
dengan suatu premis, yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya
merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Kegunaan dari Penalaran Induktif dan Deduktif
adalah membuat pembaca lebih memahami tulisan yang kita buat dan lebih memudahkan
kita menempatkan atau mendeskripsikan sesuatu saat membuat tulisan.
B. Saran
Dalam penulisan sebuah Karya Tulis Ilmiah terdapat banyak kalimat penalaran
yang terkadang sulit untuk dimengerti maka dari itu semoga dengan adanya penulisan
makalah ini dapat membantu teman – teman dalam proses penyusunan sebuah Karya Tulis
Ilmiah dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal dan Tasai, S Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Tatang, Atep et all. 2009. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku 3. Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
http://taufiqrachmanug25.blogspot.com/2011/10/penalaran-deduktif-dan-induktif.html
http://rezadnk.wordpress.com/2011/03/12/tugas-softskill-bhs-indonesia/