Anda di halaman 1dari 29

Nama : Mulatsih Siswinarti

NPM : 1810701044
Kelas : Peternakan B
Asisten : Fitria Mayasari

Tugas Asistensi Pakan dan Nutrisi Ruminansia


1. Jurnal penelitian
Jurnal 1 : Pertumbuhan dan Produksi Hijauan Gamal (Gliricidia Sepium) dengan
Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair.
Jurnal 2 : Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Produktivitas Gamal (Gliricidia
Sepium).
Berdasarkan jurnal 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi gamal
dengan pupuk organik cair paling tinggi pada perlakuan >5% hal ini dikarenakan
pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,
membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk
kandang. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kandungan unsur hara
yang ada di dalam tanah, sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman.
Kemudian pada jurnal 2 pemotongan / pemangkasan daun gamal mempunyai
pengaruh terhadap produktivitas gamal, pada perlakuan pemotongan umur 80 hari
memberikan produksi segar dan produksi nutrisi yang tinggi. Peningkatan umur
tanaman diikuti dengan peningkatan pada produksi dan proporsi ranting, serta
penurunan proporsi daunnya. Daun menurun seiring dengan lamanya umur
pemotongan sedangkan proporsi ranting meningkat seiring dengan lamanya umur
pemotongan. Penurunan pada proporsi daun dan ranting akan berhubungan dengan
peningkatan kandungan dinding sel (serat)
2. Prosedur penyusunan ransum sapi potong dengan aplikasi winfeed yaitu :
a. Install aplikasi winfeed dan buka apl tersebut.
b. Klik “new formula with blank feed store”.
c. klik add ingredients dan tuliskan nama bahan pakan sesuai kebutuhan sapi potong.
d. Kemudian klik add nutrient dan tulis nama nutrisi yang terkandung dan tuliskan
berapa jumlahnya dalam kolom value.
e. Lakukan langkah b-e untuk membuat beberapa pakan.
f. Setelah membuat beberapa bahan pakan, klik kotak di sebelah kiri nama bahan
pakan sampai ada tanda ceklis. Kemudia klik tanda ceklis yang ber!arna merah di
kotak pojok kiri atas.
g. Lalu isilah kolom min % dan max % sesuai dengan batasan. dan isi juga min dan
max kandungan nutrisi sesuai dengan yang dibutuhkan.
h. Setelah itu klik gambar kaset atau formulate hingga hasilnya muncul, kemudian
simpan “save as”. Selesai.
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 797 –807 Online at :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN GAMAL (Gliricidia sepium)


DENGAN BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR

N. A. S. H. Winata, Karno dan Sutarno

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT

The study was conducted to determine the growth and production gamal using liquid
organic fertilizer. The data obtained were analyzed statistically using a completely
randomized design (CRD) and tested further if there is a difference between treatments.
Treatment of different doses of liquid fertilizer, which is 0%, 1%, 3% and 5% with 5
replicates, 75cmx50cm spacing so that each plot consisted of 16 cuttings of the
experiment, the number of 320 eksplant. Implementation of the research carried out for 4
months, with the first 2 months and 2 months uniformity next crop done taking data. Based
on the results of this study concluded that liquid organic fertilizer doses on forage gamal
low so that growth and high forage production was not achieved. A need to increase doses
of more than 5% liquid organic fertilizer.

Key Words: Growth, Production, Gamal, Liquid Organic Fertilizer

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi gamal dengan
menggunakan pupuk organik cair. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diuji lanjut bila terdapat perbedaan
diantara perlakuan. Perlakuan dosis pupuk cair yang berbeda, yaitu 0%, 1%, 3% dan 5%
dengan 5 ulangan, Jarak tanam 75cmx50cm sehingga setiap petak terdiri dari 16 stek
percobaan, jumlah tanaman 320 stek batang. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4
bulan, dengan 2 bulan pertama penyeragaman tanaman dan 2 bulan berikutnya dilakukan
pengambilan data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dosis pemberian
POC pada hijauan gamal masih rendah sehingga pertumbuhan dan produksi hijauan yang
tinggi tidak tercapai. Perlu adanya peningkatan dosis pemberian POC lebih dari 5%.

Kata Kunci: Pertumbuhan, Produksi, Gamal, Pupuk Organik Cair.


PENDAHULUAN

Permasalahan kontinyuitas penyediaan hijauan pakan menjadi salah satu


faktor vital dalam usaha peternakan, sehingga perlu disikapi dengan berbagai
inovasi secara optimal. Gamal (Gliricidia sepium) adalah tanaman golongan legum
pohon yang mampu beradaptasi disegala jenis tanah, tahan kering dan selalu
memproduksi hijauan di musim kemarau jika didefoliasi secara teratur.Tanaman
gamal digunakan sebagai tanaman pagar, memiliki potensi pendukung kesuburan
tanah melalui fiksasi nitrogen (N2).
Tanah merupakan media tanam bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman diperoleh dari tanah hasil dari
dekomposisi bahan organik yang akan memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah. Ketersediaan unsur hara tanah di daerah tropis tidak dapat
mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi, sehingga perlu
penambahan pupuk sebagai sumber unsur hara. Penggunaan pupuk yang tepat dan
efisien akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi hijauan pakan. Umumnya
tahap pertumbuhan tanaman dibagi dua, yakni fase vegetatif dan fase generatif.
Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Pada fase ini
terjadi tiga proses penting,yakni pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap
pertama dari diferensiasi sel. Fase berikutnya adalah fase generatif atau fase
reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga,
buah dan biji.
Gamal berasal dari wilayah kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah yang
bermusim kering. Habitat asli gamal adalah hutan gugur daun tropika, dapat
tumbuh mulai dari dataran rendah hingga ketinggian tempat 1.300m dpl,
beradaptasi pada beberapa jenis tanah, termasuk jenis tanah yang kurang subur,
tahan kering, juga tahan asam (Chadhokar, 1982). Gamal merupakan tanaman yang
cocok untuk tanah asam dan marginal (Nusantara, 2009).
Batang gamal berukuran kecil hingga sedang, tingginya dapat mencapai 10-
12m, sering bercabang dari dasar dengan diameter basal mencapai 50-70cm. Kulit
batang halus dengan warna bervariasi, dari putih abu-abu kemerah tua-coklat.
Batang dan cabang-cabang pada umumnya ada bercak putih kecil (Mustofa, 2009).
Daun gamal menyirip ganjil, biasanya perpasangan sepanjang sekitar 30cm melebar
5-20 cm, helai daun berbentuk ovale atau elips, panjang daun 2-7cm,dan lebar
daun 1-3cm. Helai daun, pelepah dan tulang belakang kadang-kadang bergaris-garis
merah. Bunga berwarna merah muda ke unguan, sedikit warna putih, biasanya
dengan titik kuning pucat menyebar di dasar kelopak. Dasar kelopak bunga bulat
dan hampir tegak, dengan ukuran sekitar 20mm, panjang kelopak bunga 15-20mm,
dan lebarnya 4-7mm. Polong muda berwarna hijau kemerahan-unguan, berwarna
kuning-cokelat setelah masak, dan berwarna kuning coklat muda sampai coklat
bila sudah tua. Polong berbentuk pipih hampir bulat, panjang polong 10-18cm,
lebarnya 2cm, jumlah biji 4-10 (Simon and Stewart, 1998).

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik merupakan hasil akhir dari penguraian sisa-sisa tanaman,


limbah dan kotoran ternak, seperti pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau
(Sutedjo, 1995).Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena
mengandung unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Pupuk cair
ini lebih seragam dalam campuran hara daripada pupuk non cair. Hal ini
meningkatkan ketersediaan nutrisi karena keberadaan air, sehingga hubungan yang
tinggi antara jumlah air dan ketersediaan hara,penggunaan pupuk organik cair dapat
menjadi cara yang efisien meningkatkan serapan hara karena komposisi yang
homogen tadi (Kasim et al., 2011). Pupuk organik ini diolah dari bahan baku
berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan
alami lainnya yang diproses secara alamiah selama 4 bulan. Pupuk organik cair
selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu
meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk
kandang (Indrakusuma, 2000). Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan
kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah, sehingga dapat digunakan untuk
pertumbuhan tanaman (Syukur dan Indah, 2006). Pada penelitian Kasim et al.
(2011) menyatakan bahan kering jerami jagung dengan pemberian pupuk organik
cair tidak meningkatkan produksi bahan kering tetapi meningkatkan serapan N dan
P. Kandungan mikrobia pada pupuk Azotobacter Sp ( pengikat N), Pseudomonas
Sp. (Pelarut Phosfat), Azozpirillium Sp., Aspergilus. (Pelarut Phosfat), Penicilium
(Pelarut Phosfat), Bacillus (Pelarut Phosfat), Lactobacillus Sp., Bakteri Selulolitik.C-
Organik. Kandungan hara pupuk: C : 6,93%, P2O: 1,91%, K2O

:1,81%, Seng (Zn): 0,002%, Tembaga (Cu) : 2,49 ppm, Mangaan (Mn) : 0,003%,
Cobalt (Co): 0,74 ppm, Boron (Bo) : 0,1 %, Molibden: <0,001%, Besi (Fe): 0,26%.
Pemupukan adalah penambahan bahan atau zat pada tanah untuk melengkapi
kandungan unsur hara yang tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan produksi
hijauan pakan (Mulyani, 1999). Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena
kelebihan dosis merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi pengeluaran
disamping berpengaruh negatif terhadap kesuburan tanah. Kastono (1999)
menyatakan bahwa pemupukan mempunyai dua tujuan utama, yaitu: mengisi
perbekalan zat hara tanaman yang cukup dan memperbaiki atau memelihara
keutuhan kondisi tanah, dalam hal struktur, kondisi pH, potensi pengikat terhadap
zat hara tanaman dan sebagainya.

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan hara yang diserap dari dalam
tanah, termasuk unsur nitrogen.(Djukri dan Purwoko, 2003). Faktor iklim sangat
menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar
daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang
diharapkan.Menurut Ashari (1998) sedikitnya ada 2 unsur yang mempengaruhi
pertumbuhan, yaitu; curah hujan dan distribusi hujan, tinggi tempat dari permukaan
laut.Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan.
Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman
untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan species tidak akan memasuki
masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai
tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua
rangsangan yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Produksi Hijauan

Produksi hijauan pakan merupakan produksi kumulatif panen selama satu


tahun seluas lahan penanaman. Produksi bahan kering suatu tanaman antara lain
dipengaruhi oleh spesies tanaman, fase tumbuh, kesuburan tanah, air tanah, umur
tanaman, organ tanaman, kondisi lingkungan (Susetyo et al., 1969). Guslim (2007)
Produksi tanaman juga dipengaruhi oleh radiasi matahari dan suhu. Menurut
Reksohadiprodjo (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi kadar bahan kering
antara lain : jenis tanaman, fase pertumbuhan, saat pemotongan, air tanah serta
kesuburan tanah. Kandungan bahan kering tanaman pada musim penghujan relatif
rendah karena pertumbuhan tanaman lebih cepat, air tercukupi dan kondisi
lingkungan lembab sehingga transpirasi berkurang

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2011-Maret 2012 di lahan


percobaan Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan 20 petak dengan
ukuran 3x4m, luas lahan 240m2, stek gamal sebanyak 320 batang dengan panjang
stek batang 50 cm, pupuk organik cair “Herbafarm” dengan dosis 0%, 1%, 3%, dan
5%.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap dengan penggunaan dosis pupuk cair yang berbeda, yaitu 0%, 1%,
3% dan 5% dengan 5 ulangan.

Metode Penelitian

Kegiatan penelitian meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian


dan pengambilan data penelitian. Kegiatan persiapan meliputi persiapan lahan, stek
batang gamal, dan pupuk organik cair. Tahap pelaksanaan dimulai dari pengolahan
lahan sesuai hasil pengacakan perlakuan dan penyediaan stek gamal. Tiap petak
terdiri dari 16 stek batang, sehingga setiap petak terdiri dari 16 stek percobaan
gamal, dengan jarak tanam 1 m x 0,75 m, jumlah tanaman 320 stek batang.
Pemberian pupuk cair selama pemeliharaan dilakukan seminggu sekali, dengan cara
disemprot. Pengambilan data dilakukan setelah penyeragaman gamal pada akhir
bulan kedua setelah penanaman sedangkan pengambilan data dilakukan sealah
penyeragaman yang meliputi daya tumbuh, tinggi tanaman, laju pertumbuhan
tanaman (LPT), bahan kering dan produksi bahan kering

Analisis Data

Model matematika yang menjelaskan nilai pengamatan dari Rancangan Acak


Lengkap adalah sebagai berikut:
Yij = µ +τi + εij ; i = (1,2,3,4) dan j = (1,2,3,4,5)
Keterangan:
Yij = Produksi dan Pertumbuhan Gamal ke-j yang memperoleh perlakuan
pemupukan ke-i
µ = Nilai tengah umum (rata-rata populasi) produksi dan perumbuhan gamal.
τi = Pengaruh aditif dari taraf pupuk organik cair ke-i
εij = Pengaruh galat akibat perlakuan pemberian POC ke-i, yang memperoleh
ulangan ke-j.
Hipotesis Statistik yang akan diuji adalah :
H0= τ1 = τ2 =τ3 =τ4 =0, (yang berarti tidak ada pengaruh perlakuan pemberian dosis
POC terhadap produktifitas dan pertumbuhan gamal).

H1= minimal ada satu τi≠ 0 (i=1,2,3,4), (yang berarti minimal ada satu perlakukan
dosis pemupukan POC yang mempengaruhi produksi dan perumbuhan
gamal).

Data yang terkumpul diolah untuk menguji hipotesis statistik dengan prosedur
analisis ragam yaitu untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang
diamati dan bila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda
Duncan (DMRT) dan dilanjutkan dengan Uji Polonomial Ortogonal (Steel dan
Torrie,1980).
Kriteria pengambilan keputusan dari hipotesis penelitian:
Bila F hitung ≤ F tabel dengan α = 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak
Bila F hitung >F tabel dengan α = 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan gamal dengan pemberian Pupuk Organik Cair (POC)


disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Tanaman Gamal
POC LPT Tinggi Tanaman Jumlah Daun
(g/4tanaman/mingg --------- -----(helai)----
u) (cm)-------
0% 102,25a 170,08 ab 1049 a
1% 117,19 a 178,82 a 972 a
3% 59,37 b 152,05 b 586 b
5% 101,36 a 164,38 ab 906 ab

Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbeda nyata (P < 0,05)

Hasil sidik ragam laju pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa


pemberian POC memberikan hasil yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap laju
pertumbuhan tanaman. Pada uji beda nilai tengah didapatkan bahwa pada
pemberian POC 3% terjadi penurunan laju pertumbuhan tanaman. Setelah
dilakukan Uji Berjarak Duncan dilakukan analisis Uji Polinomial Ortogonal.
Tujuan dari analisis tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat respon
perlakuan pemberian POC terhadap pertumbuhan dan produksi hijauan gamal.
Dari Uji Polinomial Ortogonal diketahui bahwa respon gamal terhadap
penambahan POC tidak mengalami perbedaan nyata (P>0,05). Dosis POC yang
diberikan tidak mampu memacu pertumbuhan tanaman. Kemampuan tanaman
gamal untuk tumbuh diduga berasal dari pasokan N dari bintil akar tanaman,
dimana kemampuan bintil akar sebagai penambat N. Peranan rhizobium terhadap
pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan nitrogen
bagi tanaman inangnya (Rahmawati, 2005). Dosis pemberian pada semua
perlakuan tergolong rendah sehingga tidak mampu meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman.
Hasil sidik ragam tinggi tanaman pada Tabel 1 dapat dilihat pemberian POC
dengan level 0%, 1%, dan 5% tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi
pada pemberian POC 3% mengalami penurunan. Pemberian POC 3% pada laju
pertumbuhan tanaman menurun, tetapi pemberian POC pada semua perlakuan
tidak memberikan respon yang nyata. Laju pertumbuhan merupakan titik dimana
tanaman mulai tumbuh, bila tanaman pada tahap ini tidak mampu tumbuh dengan
baik maka pertumbuhan akan menjadi terganggu. Respon yang tidak nyata
menjelaskan bahwa ketersediaan unsur hara dalam tanah mampu mecukupi
kebutuhan tanaman untuk tumbuh, apabila kondisi tanah menguntungkan untuk
tumbuh, maka pertumbuhan tanaman akan mengalami proses fotosisntesis dengan
optimal sehingga tanaman akan bertambah besar dan tinggi.

Tabel 2. Berat Segar, Bahan Kering dan Produksi Bahan Kering Hijauan Gamal
dengan Pemberian POC.

POC Produksi Berat Segar Kadar Bahan Kering Produksi Bahan Kering
(g) (%) (g)
0% 5520,4a 16,64 920,45 a
1% 5464,8a 19,01 1054,67 a
3% 3316,6b 15,99 534,36 b
5% 4860,0a 19,35 912,21 a
Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbeda nyata (P < 0,05)
Hasil sidik ragam produksi berat segar menunjukkan bahwa pemberian POC
0%, 1%, 3%, dan 5% memberikan hasil yang berbeda nyata (p<0,05). Uji beda
menghasilkan bahwa pemberian POC 3% mengalami penurunan berat segar bila
dibandingkan pemberian kontrol, POC 1%, dan 5%. Setelah data di Uji Berjarak
Sidik ragam, dilakukan analisis Uji Polynomial Ortogonal. Dari Uji Polinomial
Ortogonal diketahui bahwa respon gamal terhadap penambahan POC tidak
mengalami perbedaan nyata (P>0,05). Menjelaskan bahwa pemberian dengan
dosis POC 1%, 3% dan 5% kurang mencukupi kebutuhan tanaman, sedangkan
pertumbuhan legum dapat ditopang dari bintil akar sebagai penambat N
(Rahmawati, 2005).
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian POC sebanyak 0%,
1%, 3% dan 5% memberikan perbedaan nyata (p<0,05) terhadap produksi bahan
kering. Pada uji beda menunjukkan bahwa pemberian POC 3% mengalami
penurunan produksi bahan kering. Setelah dilakukan Uji beda dilakukan analisis
Uji Polinomial Ortogonal untuk mengetahui sejauh mana respon tanaman
terhadap pemberian POC. Dari uji polinomial ortogonal produksi bahan kering
menunjukkan bahwa repon tenaman gamal terhadap pemberian POC tidak
berbeda nyata (p>0,05). Ini menjelaskan bahwa pemberian POC sampai 5% tidak
memberiakan respon terhadap produksi bahan kering hijuan gamal.
Bahan kering tanaman seiring dengan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan
tanaman tergantung faktor-faktor iklim seperti suhu, panjang hari dan persediaan
air, produksi bahan kering tanaman tergantung dari penerimaan penyinaran
matahari dan pengambilan karbondioksida dan air dalam tumbuhan (Haryanti,
2012).

KESIMPULAN

Dosis pemberian pupuk cair organik (POC) sampai 5% masih terlalu


rendah sehingga tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi gamal.
Pemberian POC dengan dosis diatas 5%, pemberian pupuk organik cair (POC)
sebaiknya diberikan sebagai pupuk pelengkap. Perlu adanya penelitian lajut
tentang pemberian POC yang disiramkan pada tanah. Penelitian tentang
pemupukan POC sebaiknya dilakukan 2 musim sehingga diketahui jumlah
produksi pada musim hujan dan kemarau sehingga kontinyuitas produksi hijauan
pertahun dapat diketahui.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari,S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman, Penerbit Rineka Cipta,


Jakarta.
Chadhokar. A.P. 1982. Gliricidia maculata a Promising Legume Fodder Plant.

World Animal Review 44: 36 -42.


Djukri dan B.S. Purwoko. 2003. Pengaruh Naungan Paranet Terhadap Sifat
Toleransi Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Ilmu
Pertanian, Vol. 10 No. 2: 17-25.
Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU Press, Medan.
Haryanti, S dan T. Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun
Kedelai (Glycine max (L) merril) ada Pagi Hari dan Sore. 11 (1): 18-23.
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya
Pratama Alam.Yogyakarta.
Kasim, S. O., A.Haruna., and N.M.A. Majid. 2011. Effectiveness of liquid
organic-nitrogen fertilizer inenhancing nutrients uptake and use efficiency
in corn(Zea mays). African Journal of Biotechnology Vol. 10(12), pp.
2274-2281, Available online at http://www.academicjournals.org/AJB.
(diakses, 21 November 2011, Pukul 05.40 WIB)
Kastono, D. 1999. Budidaya Tanaman Semusim: Bagian Tembakau. Diktat Mata
Kuliah Budidaya Tanaman Semusim. Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan).
Mugnisjah,W. Q. dan A. Setiawan. 1995. Produksi Benih, Penerbit Bumi Aksara
Jakarta, bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat, Institut
Pertanian, Bogor.
Mulyani, M.S. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan keenam. PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Mustofa. 2009. Informasi Spesies Gamal (Gliricidiasepium) (http: //www.
plantamor. com) tanggal akses 4 juli 2009.
Nusantara, S. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa,
Ditjen Peternakan dan Keswan Jl. Raya Palembang-Pangkalan Balai
Km.29 Sembawa.
Rahmawati, N. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Fakultas
Pertanian Sumatera Utara.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
Edisi Ketiga. BPFE. Gajah Mada, Yogyakarta.
Simon, A.J. and J.L. Stewart. 1998. Gliricidia sepium A multi Purpose Forage
Tree Legume (http://www.fao. Org.) Acces date: October, 14th 2009.
Susetyo, Kismono dan B.Soewardi, 1969. Hijauan Makanan Ternak, Direktorat
Peternakan Rakyat Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian.
Jakarta.
Sutedjo. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Syukur, A dan M.N. Indah. 2006. Kajian pengaruh pemberian macam pupuk
organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe di Inceptisol,
Karanganyar. J. Ilmu Tanah. 6 (2): 124-131.
Steel, R.G.D and J.H. Torrie.1980. Princple and Procedures of Statistics.Mc.
Graw Hill Book Company Inc., New York
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2): 25 - 35
ISSN: 0852-3581
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh umur pemotongan terhadap produktivitas gamal (Glir-


icidia sepium)

Mei Via Savitri, Herni Sudarwati dan Hermanto

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya


Jl. Veteran Malang 65145 Indonesia Telp. (0341)553513

herni_32@yahoo.co.id

ABSTRACT: The purpose of the study was to determine the effect of cutting interval
on production, and nutrition of gamal (Gliricidia sepium). The study was conducted on
Agriranch sheep farm, Pandan Rejo Subdistrict, Bumi Aji District of Malang Regency
from May 25th to August 25th 2012. Proximate Analysis was carried out at the Animal
Nutrition Laboratory, Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University. The study used
Randomized Block Design (RBD) which consisted of four treatments and three cutting
age groups. The treatments were U60 (60 days of cutting age), U80 (80 days of cutting
age), U100 (100 days of cutting age), and U120 (120 days of cutting age). The study
found that the lowest production of leaves, twigs, dry matter, organic matter, and fibre
were at 60 days of cutting age. Meanwhile the highest production of them was at 120
days of cutting age. However, the lowest crude protein content was found at 120 days
cutting age. The study suggests that gamal was able to provide better nutrition as animal
forages at 80 days of cutting age.
Keywords: Gliricidia sepium, cutting age, dry matter, organic matter, fibre

PENDAHULUAN Mappangaja, 2005).


Penyediaan dan kualitas hijauan Ketersediaan gamal sebagai
sangat menentukan produktivitas dan pakan ternak perlu didukung oleh
perkembangan ternak ruminansia. Jenis pengelolaan yang baik agar produksi
hijauan yang dapat diberikan kepada dan kualitasnya dapat
ternak selain rumput-rumputan adalah dipertanggungjawabkan. Kualitas dan
tanaman leguminosa yang mempunyai produksi hijauan dipengaruhi oleh jenis
kandungan protein cukup tinggi tanaman, umur tanaman, dan tempat
sehingga dapat dipakai untuk memenuhi produksi (iklim dan kesuburan tanah).
kebutuhan gizi ternak. Salah satu jenis Pemanenan hijauan dipengaruhi oleh
leguminosa yang sudah umum musim, umur pemotongan dan interval
digunakan sebagai pakan ternak dan pemotongan (Kartasapoetra, 1991).
mempunyai multi fungsi bagi peternak Optimalisasi dan efesiensi penggunaan
adalah gamal (Gliricidia sepium). pakan dapat dilakukan apabila diketahui
Gliricidia sepium (gamal) adalah kandungan nutrisi, konsumsi, dan
tanaman yang serbaguna, cepat tumbuh, kecernaan bahan pakan tersebut.
mampu mengikat nitrogen, sumber kayu Informasi manajemen defoliasi
bakar, pakan ternak, pupuk hijau, pohon menyangkut interval dan tinggi
naungan, dan tiang bangunan (Restu pemotongan penting artinya dalam
dan
mengelola tanaman pakan untuk sebelummya sehingga pemotongan
menghasilkan produksi dan kualitas selanjutnya dapat diperhitungkan.
nutrisi yang optimal, bila digunakan Penelitian ini membutuhkan 12 petak
sebagai hijauan pakan (Tarigan, dkk, lahan percobaan dengan masing-masing
2010). Semakin tua umur pemotongan petak berukuran 3x3 m dan jarak tanam
maka semakin tinggi produksi namun 1 m. Setiap petak lahan terdapat 9
berbanding terbalik dengan kualitas tanaman gamal dan setiap petak diberi
pakan (kandungan serat kasar tanda sesuai perlakuan umur
meningkat, protein kasar menurun). pemotongan.
Kualitas pakan dapat diketahui Pemotongan gamal dilakukan
salah satunya dengan menggunakan pada saat umur 60 hari, 80 hari, 100 hari
analisis proksimat. Penelitian ini dan 120 hari setelah pemotongan
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyeragaman. Pemotongan gamal
berbagai umur pemotongan terhadap dilakukan menggunakan gunting ranting
produksi dan kandungan nutrisi dengan tinggi potong 100 cm dari tanah
tanaman gamal (Gliricidia sepium). dan 3 cm dari percabangan. Hasil
pemotongan ditimbang sebagai berat
MATERI DAN METODE segar dan selanjutnya dipisahkan antara
Penelitian ini dilaksanakan pada daun dan batang kemudian ditimbang
tanggal 25 Mei sampai 25 Agustus 2012 lagi. Kemudian diambil 1 kg gamal
di peternakan domba Agriranch, Desa yang digunakan untuk analisis
Pandan Rejo Kecamatan Bumi Aji proksimat di laboratorium Nutrisi dan
Kabupaten Malang dengan ketinggian Makanan Ternak Fakultas Peternakan
tempat 1100 m dpl. Materi penelitian Universitas Brawijaya.
yang digunakan adalah 108 pohon
gamal yang sudah berumur 2 tahun HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan jarak tanam 1x1 m pada lahan
seluas 108 m2 dengan sistem tanaman Pengaruh berbagai umur
tunggal (monokultur).
Penelitian ini menggunakan pemotongan terhadap produksi
Rancangan Acak Kelompok (RAK) tanaman gamal
dengan 4 perlakuan dan 3 kali
ulangan/kelompok. Perlakuan pada Produksi gamal pada penelitian
penelitian ini adalah: 1) U60 (umur ini diperoleh dari hasil pemanenan
pemotongan 60 hari), 2) U80 (umur dengan umur pemotongan berturut-turut
pemotongan 80 hari), 3) U100 (umur yaitu 60 hari, 80 hari, 100 hari, dan 120
hari. Hasil panen per petak percobaan
pemotongan 100 hari), 4) U120 (umur
dipisahkan antara daun dan ranting yang
pemotongan 120 hari). Variabel yang
besarnya masing-masing dapat dilihat
diamati pada penelitian ini adalah
pada Tabel 1.
produksi segar gamal, kandungan
nutrisi, dan produksi nutrisi gamal (BK,
BO, SK, dan PK).
Pelaksanaan penelitian ini
dimulai dari mempersiapkan lahan yaitu
memilih lahan tanaman gamal yang
sudah dipotong paksa (trimming) dan
mencatat tanggal pemotongan
Tabel 1. Produksi segar gamal pada umur pemotongan yang berbeda (kg/panen/9 m2)
Produksi Perlakuan
U60 U80 U100 U120
a b b
Daun 4,06±0,62 5,61±0,85 5,78±1,24 6,76±1,50b
Ranting 1,34±0,40a 2,04±0,53b 2,32±0,64b 2,52±0,77b
Total Tanaman 5,60±1,04a 7,72±1,41ab 8,21±2,09b 9,30±2,24b

(a-b): Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata
(P<0,05)

Tabel 1 menunjukkan bahwa lama mampu memproduksi hijauan


setiap peningkatan umur pemotongan lebih tinggi dan cadangan makanan
juga disertai dengan peningkatan untuk pertumbuhan lebih banyak.
produksi daun, ranting, dan total Namun semakin lama tanaman gamal
tanaman. Peningkatan produksi segar dipotong atau dipotong pada saat
tersebut terjadi karena tanaman gamal tanaman gamal berbunga maka produksi
dengan perlakuan umur pemotongan segar yang dicapai tidak akan maksimal.
yang lama akan memberikan Aminudin (1990) juga menjelaskan
kesempatan tanaman untuk tumbuh dan bahwa umur pemotongan tanaman
berkembang. Harjadi (1989) pakan ternak sebaiknya dilakukan pada
menjelaskan bahwa tanaman akan terus periode akhir masa vegetatif atau
mengalami pembelahan sel, menjelang berbunga untuk menjamin
pemanjangan sel, dan diferensiasi sel pertumbuhan kembali yang optimal dan
pada saat fase vegetatif sehingga terjadi kandungan nutrisi yang tinggi. Winata,
peningkatan biomassa daun dan ranting. dkk. (2012) berpendapat bahwa
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil tanaman tidak akan memasuki masa
dari penelitian Siregar, dkk. (1972), reproduktif jika pertumbuhan
Horn, et al., (1985), Sajimin dan vegetatifnya belum selesai dan belum
Purwantari (2006) bahwa tanaman mencapai tahapan yang matang untuk
pakan yang dipotong pada umur yang berbunga.
lebih

Gambar 1. Laju pertumbuhan produksi segar gamal (g/hari/9m2)


Hasil produksi segar per panen jika diasumsikan per hari dapat dilihat
pada Gambar 1. Produksi segar per hari umur 60 hari, 90 hari dan 120 hari pada
pada terlihat bahwa U60 ke U80 musim kemarau (April-November)
mengalami kenaikan produksi tetapi menghasilkan proposi batang: daun
pada U100 dan U120 produksi segar berturut-turut (25:75)% ; (22:78)% ;
mengalami penurunan. Laju (34:66)%. Ella, et al. (1991)
pertumbuhan menurun disebabkan
karena karbohidrat yang semula menyatakan bahwa peningkatan umur
digunakan untuk pertumbuhan daun, tanaman diikuti dengan peningkatan
batang, dan akar, tanaman juga harus pada produksi dan proporsi ranting,
mempersiapkan kebutuhan karbohidrat serta penurunan proporsi daunnya. Hal
untuk pembentukan bunga, biji, dan ini sesuai dengan tampilan Gambar 1
buah. Harjadi (1989) menyatakan bila diatas yang menerangkan bahwa
suatu tanaman memasuki fase generatif proporsi daun menurun seiring dengan
atau reproduktif sebagian kecil lamanya umur pemotongan sedangkan
karbohidrat digunakan untuk proporsi ranting meningkat seiring
perkembangan batang, daun, dan akar dengan lamanya umur pemotongan.
dan sebagian besar karbohidrat Penurunan pada proporsi daun dan
digunakan untuk perkembangan bunga, ranting akan berhubungan dengan
buah, dan biji. peningkatan kandungan dinding sel
Umur pemotongan 80 hari (serat) (Djuned, dkk., 2005). Mc Illroy
memberikan hasil produksi segar (1972) menyatakan bahwa tanaman
tertinggi dibandingkan dengan umur pakan yang memiliki daun yang lebih
pemotongan lainya. Hasil penelitian banyak mempunyai kualitas pakan yang
pemotongan gamal yang dilakukan baik.
setiap 3 bulan sekali menghasilkan
produksi sebanyak 32,50 ton/ha/tahun Pengaruh berbagai umur
(Sajimin dan Suratmini, 1999) dan 39 pemotongan terhadap kandungan
ton/ha/tahun (Wong, 2012). Pada nutrisi gamal
Gambar 1 diatas rasio daun gamal Tanaman pakan ternak yang
berkisar 72-76% sedangkan rasio dipanen pada umur pemotongan yang
ranting berkisar 24-28%. Proporsi daun lama maka produksi gamal lebih tinggi
dan ranting gamal ini masih dalam dan menurunkan kualitas hijauan.
kisaran hasil yang di laporkan oleh Kualitas hijauan ditentukan dengan
Puger, et al., (2001) pada gamal bahwa adanya nilai nutrisi yang dikandungnya,
pemotongan beberapa diantaranya adalah kandungan
BK, BO, SK dan PK. Kandungan nutrisi
gamal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrisi gamal pada umur pemotongan yang berbeda (%)
BO SK PK
Perlakuan BK
Dalam % BK
U60 17,50±0,31 p
89,67±0,28a
14,46±0,19a 25,98±0,76a
U80 17,93±0,05p 90,26±0,24b 17,06±0,94b 25,08±0,63a
U100 20,28±0,35q 90,37±0,43b 16,79±0,48b 24,42±0,54a
U120 20,40±0,30q 90,54±0,12b 17,18±0,91b 24,28±0,64a
(a-b): berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05)
(p-q): berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01)
(a) : sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P>0,05)
Tabel 2 memperlihatkan bahwa komplek komponen BO. Kandungan
rataan kandungan BK gamal paling BO gamal pada penelitian ini berkisar
rendah adalah pemotongan U60 dan 89,67- 90,54%. Menurut Hartadi, dkk.,
kandungan BK tertinggi pada (1993), kandungan abu pada tanaman
pemotongan U120. U60 memiliki gamal sebesar 8,4%, Kushartono (2005)
kandungan BK yang rendah, hal ini 8,9%, dan menurut Rangkuti, et al.,
disebabkan karena tanaman yang masih (1984) 6,6%.
muda mempunyai sel aktif untuk Tabel 2 juga menunjukkan
melakukan proses pembelahan sel bahwa kandungan SK tanaman gamal
maupun pembentukan jaringan. dari tertinggi sampai terendah yaitu
Tanaman yang berusia tua terjadi U120, U80, U100, dan U60. Umur
penebalan dinding sel yang pemotongan 120 hari memiliki
mengakibatkan kandungan BK kandungan SK yang tertinggi, hal ini
meningkat. Semakin tinggi umur disebabkan oleh umur tanaman yang
tanaman maka komponen dinding sel semakin tua mempunyai kendungan
suatu hijauan akan semakin tinggi dinding sel yang tinggi. Hal ini
(Djuned, dkk., 2005). Mansyur, dkk. didukung oleh penelitian Djuned, dkk.
(2005) menambahkan adanya (2005) yang menyatakan bahwa
kecenderungan perubahan produksi kandungan fraksi serat pada tanaman
segar dan kering seiring dengan lama murbei terus meningkat seiring dengan
umur pemotongan dikarenakan proporsi lamanya umur pemotongan. Oleh
bahan kering yang dikandung oleh suatu karena itu, semakin tua tanaman maka
tanaman berubah seiring dengan umur kandungan seratnya semakin tinggi.
tanaman. Semakin tua tanaman maka Sehubungan dengan perkembangan
akan lebih sedikit kandungan airnya dan kedewasaan (umur tanaman) hijauan,
proporsi dinding selnya lebih tinggi maka akan terjadi pula peningkatan
dibandingkan dengan isi sel. Bila konsentrasi seratnya.
kandungan dinding sel suatu tanaman Kandungan SK gamal pada
semakin tinggi, maka tanaman tersebut penelitian ini berkisar 14,46–17,18%.
akan lebih banyak mengandung bahan Sedangkan kandungan SK gamal
kering. bervariasi, seperti contoh menurut
Berdasarkan data pada Tabel 2 Hartadi, dkk., (1993) 13,3%,
dapat dilihat bahwa kandungan BO Kushartono
tanaman gamal meningkat seiring (2005) 14,6%, Stewart, et al., (1996)
dengan meningkatnya umur 13,2%, Chadokar (1982) 16,77%, dan
pemotongan. Peningkatan kandungan
Tangendjaja (1991) 18%. Jika
BO disebabkan karena kandungan abu
atau bahan anorganik yang semakin dibandingkan dengan kandungan SK
menurun. Menurut Kartasapoetra leguminosa lainnya seperti Indigofera,
(1991), semakin lama tanaman tidak Calliandra calothyrsus, dan Leucaena
dipotong maka daun akan melakukan leucocephala masing-masing adalah
proses fotosintesis yang semakin lama
15,25–27,97% (Hassen, et al., 2007;
sehingga dapat meningkatkan produksi
gula sederhana yang mengakibatkan
Akbarillah, dkk. 2002), 19,80-24%
kandungan BO meningkat. Tillman
(Gonzalez, et al., 2002;
(1989) menyatakan bahwa hasil
Tangendjaja.1991), dan 22,10-26%
fotosintesis yang berupa PK, lemak,
(Sutardi, 1980; Rukmana. 2005). Data-
BETN dan SK merupakan senyawa
data tersebut menunjukkan bahwa
gamal memiliki kandungan serat yang
relatif rendah. Minor dan Hovell
(1979) menyatakan bahwa gliricidia
memiliki tingkat degradasi dalam
rumen yang
lebih tinggi dibandingkan lamtoro. Hasil analisis kandungan gamal
Anitawati (1981) melaporkan bahwa yang mempunyai kandungan protein
kecernaan gamal untuk ternak kambing kasar yang tinggi dan kandungan serat
adalah 58,5% (bahan kering), 71,5% kasar yang relatif redah, maka tanaman
(protein kasar), 17,9% (serat kasar). ini bisa digunakan sebagai suplemen
Kecernaan gamal pada ternak domba untuk meningkatkan produksi ternak
yang dilaporkan Mathius, dkk. (1981) ruminansia. Seperti yang dilaporkan
adalah 52,5% (bahan kering), 53,9% oleh Uum dan Niniek (1990),
(bahan organik), 58,5% (protein kasar) suplementasi gamal segar sebanyak 3%
dan 30,7% (serat kasar). dari berat badan memberikan pengaruh
Kandungan PK tanaman gamal yang positif terhadap kandungan gizi
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa. dan daya tahan daging domba ekor
kandungan PK menurun seiring dengan gemuk. Wirdahayati dan Bamualim
semakin tua umur tanaman. Semakin (2007) juga menjelaskan bahwa
tua umur tanaman maka produksi penambahan 2 kg gamal dalam ransum
batang dan bunga meningkat, tetapi induk kerbau mempunyai rataan bobot
produksi daun menurun, hal ini yang badan awal sebesar 357 kg dan bobot
mempengaruhi kandungan protein badan akhir sebesar 373 kg
tanaman tersebut. Menurut Mansyur, dibandingkan induk kerbau yang tidak
dkk. (2005), jika interval pemotongan diberi gamal yang bobot awal 417 kg
diperpanjang akan terjadi penurunan dan bobot akhir 425 kg.
kandungan protein kasar. Penurunan
kadar protein kasar selain karena umur Pengaruh berbagai umur
tanaman juga disebabkan oleh pemotongan terhadap produksi
penurunan proporsi helai daun dengan nutrisi gamal
kelopak daun dan batang, dimana pada Produksi BK, BO, SK, dan PK
helai daun mempunyai kandungan gamal disajikan pada Tabel 3. Hasil
protein yang lebih tinggi dibandingkan penelitian menerangkan bahwa terjadi
dengan bagian kelopak daun dan peningkatan produksi nutrisi dengan
batang. seiring lamanya umur pemotongan.
Kandungan PK gamal pada Peningkatan produksi nutrisi disebabkan
penelitian ini berkisar 24,28 – 25,98%. karena produksi segar gamal yang terus
Menurut Hartadi, dkk., (1993) meningkat seiring lamanya umur
kandungan PK gamal 25%, Elevitch pemotongan. Mansyur, dkk. (2005)
dan Francis (2006) 18-24%, dan menyatakan bahwa peningkatan
Natalia, produksi segar tanaman diiring dengan
dkk. (2009) 20-30%. Hal ini peningkatan produksi kering. Elevitch
menunjukkan bahwa gamal and Francis (2006) dan Fuskhah, dkk.
mengandung protein yang sangat tinggi. (2009) menambahkan bahwa umur
Menurut Rukmana (2005), kandungan pemotongan berpengaruh terhadap
protein yang tinggi pada gamal sangat produksi segar dan produksi kering.
cocok untuk suplemen pada hijauan
yang berkualitas rendah. Hal ini
didukung pendapat Aminudin (1990)
yang menyatakan bahwa suplementasi
nutrient dilakukan untuk memperbaiki
keseimbangan nutrient baik energi,
protein, vitamin, dan mineral,
mengurangi defisiensi protein, dan
meningkatkan efisiensi pencernaan.
Tabel 3. Produksi nutrisi gamal pada umur pemotongan yang berbeda (kg/panen/9 m2)
Perlakuan BK BO SK PK
U60 0,98±0,19p 0,88±0,17p 0,14±0,03p 0,26±0,06a
U80 1,38±0,25pq 1,25±0,23pq 0,24±0,04pq 0,35±0,05ab
U100 1,67±0,43pq 1,50±0,38pq 0,28±0,07pq 0,41±0,11bc
U120 2,08±0,48q 1,88±0,43q 0,36±0,09q 0,50±0,11c
(a-c): berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan pengaruh nyata (P<0,05)
(p-q): berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01)

Tabel 3 diatas menjelaskan produksi kumulatif bahan kering lebih


bahwa produksi BK tertinggi pada umur tinggi daripada interval pemotongan
pemotongan 120 hari dibandingkan yang pendek.
dengan umur pemotongan 60 hari, 80 Apabila produksi BK per panen
hari, dan 100 hari. Givens, et al., (2000) diasumsikan per hari, seperti yang
menyatakan bahwa semakin tinggi umur diperlihatkan pada Gambar 2. Produksi
pemotongan maka komponen dinding BK tertinggi yaitu pada umur
sel suatu hijauan akan semakin tinggi. pemotongan 120 hari, tetapi produksi
Beever, et al., (2000) menambahkan pada umur 80 hari juga menghasilkan
bahwa semakin tua umur tanaman maka produksi BK yang sama besarnya
kandungan airnya lebih sedikit dan dengan produksi BK pada umur
proporsi dinding sel lebih tinggi pemotongan 120 hari. Melihat
dibandingkan dengan isi sel. Komponen kandungan nutrisinya, umur
dinding sel yang semakin tinggi pemotongan 80 hari lebih efesien dari
mengakibatkan kandungan bahan kering pada umur pemotongan 120 hari.
juga semakin tinggi. Hal ini yang Menurut Puger, et al., (2002),
menyebabkan umur pemotongan 120 pemotongan gamal selama setahun
hari menghasilkan produksi BK dapat dilakukan setiap 2 bulan sekali
tertinggi dibandingkan umur pada musim penghujan dan pada musim
pemotongan lainnya. Hal ini sesuai kemarau dapat dipotong 4 bulan sekali.
dengan pendapat Rochiman, dkk. Ella, et al., (1991) menyampaikan
(2000) yang menyebutkan bahwa bahwa produksi bahan kering gamal
interval pemotongan yang panjang dapat mencapai 11,8 ton/ha/tahun.
memberikan

Gambar 2. Laju produksi nutrisi gamal (g/hari/9 m2)


Tabel 3 juga memperlihatkan Tabel 3 diatas juga menjelaskan
produksi BO per panen mengalami bahwa produksi PK per panen dari
peningkatan produksi dari U60 ke U120. berbagai umur pemotongan
Produksi BO per panen sangat berbeda memperlihatkan kenaikan produksi PK
dengan produksi BO yang diasumsikan seiring lamanya umur pemotongan.
per hari. Gambar 2 memperlihatkan Produksi PK sangat berkaitan dengan
bahwa produksi BO per hari pada produksi daun gamal dimana semakin
perlakuan U60 sampai U80 mengalami banyak produksi daun maka semakin
kenaikan produksi, namun pada U100 banyak produksi PK. Seperti yang
mengalami penurunan produksi BO dan dikatakan oleh Suryana dan Lugiyo
perlakuan U120 produksinya cenderung (2006) yang menyatakan bahwa protein
sama dengan produksi U80. Umur tanaman berhubungan erat dengan
pemotongan yang semakin lama aktivitas jaringan, sehingga daun
menyebabkan semakin lama juga proses mengandung lebih banyak protein
fotosintesis sehingga semakin dibandingkan dengan batang. Gambar 2
meningkatkan kandungan BO. juga memperlihatkan kenaikan produksi
Kandungan BO dan produksi bahan PK per hari terlihat pada U60 sampai
kering yang terus meningkat seiring U80 namun produksinya menurun pada
dengan meningkatnya umur U100 dan U120. Penurunan produksi
pemotongan juga menghasilkan PK per hari disebabkan karena produksi
peningkatan produksi BO. BK yang terus meningkat seiring
Produksi SK per panen dari yang dengan lamanya umur
terendah sampai tertinggi berturut-turut pemotongan.
yaitu U60, U80, U100, dan U120 yang Sebagaimana yang diungkapkan
dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi SK Crowder dan Chheda (1982) bahwa
per hari yang terdapat pada Gambar 2 produksi PK per unit luasan tanah
menjelaskan bahwa U60 sampai U80 sering kali dikaitkan dengan hasil
mengalami kenaikan produksi SK, produksi BK. Menurut Sheriff dan
namun U100 mengalami penurunan Muchow (1996), kualitas hijauan
produksi SK dan pada U120 produksi dipengaruhi oleh ketersediaan mineral
SK cenderung sama dengan produksi tanah.
U80. Peningkatan produksi SK
disebabkan karena terjadinya proses KESIMPULAN
lignifikasi yang semakin tinggi seiring Semakin lama perlakuan umur
lamanya umur pemotongan sehingga pemotongan tanaman gamal, maka
komponen serat kasar akan meningkat. produksi segar dan produksi nutrisinya
Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat semakin tinggi meskipun jika
(1995) bahwa peningkatan lignin dan dikonversikan dalam produksi per hari
selulosa disebabkan semakin tua umur tidak terdapat perbedaan yang nyata.
pemotongan menyebabkan batang akan Namun perlakuan umur pemotongan 80
semakin besar, kambium semakin hari memberikan produksi segar dan
berkembang sehingga batang menjadi produksi nutrisi yang tinggi. Penelitian
keras dan besar. Mc Donal, et al., ini menyarankan pemotongan gamal
(1988) menambahkan bahwa semakin pada umur 80 hari bila digunakan
tua umur pemotongan akan sebagai pakan ternak.
meningkatkan kandungan BK, lignin,
selulosa, dan menurunkan kandungan DAFTAR PUSTAKA
PK. Akbarillah, T., D. Kaharuddin dan
Kusisiyah. 2002. Kajian tepung
daun Indigofera sebagai
25. Indonesia.
suplemen pakan terhadap
produksi dan kualitas telur.
Laporan Penelitian. Lembaga
Penelitian Universitas
Bengkulu, Bengkulu.
Aminudin, S. 1990. Beberapa jenis
metode dan pengawetan
hijauan pakan ternak tropika.
Departe- men Pendidikan dan
Ke- budayaan. Universitas
Jendral Sudirman Purwokerto.
Anitawati, M. 1981. Nilai gizi daun
Glir- icidia (G. maculate HB &
G. se- pium) sebagai bahan
makanan kambing kacang.
Thesis Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta.
Beever, D. E., N. Offer, N. Gill. 2000.
The feeding value of grass and
grass products. Publish for
Brit- ish Grassland soc. By
Beckwell Science.
Chadokar, P.A. 1982. Gliricidia
maculata. A Promissing Leg-
ume Fooder Plant. World Ani-
mal.

Crowder, L. V. and Chheda, H. R. 1982.


Tropical grassland. Husbandry
Longan Inc Washington DC.
Djuned, H., Mansyur, dan H. B. Wi-
jayanti. 2005. Pengaruh umur
pemotongan terhadap
kandungan fraksi serat hijauan
murbei (Morus indica L. Var.
Kanva-2). Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
Elevitch, C.R and Francis, J.K. 2006.
Species profiles for island
agro- forestry.
www.traditional- tree.org.
Diakses pada tanggal 13
November 2012.
Ella, A., G. J. Blair, and W. W. Stur.
1991. Effect of age of forage
tree legumes at the first cutting
on subsequent production.
Tropical Grasslands volume
anatomi tumbuh-tumbuhan.
Fuskhah, E., Soetrisno, R.D., Budhi, Rineka Cipta. Jakarta.
S.P.S., dan Maas, A. 2009. Kushartono, B. 2005. Potensi legumi-
Per- tumbuhan dan produksi
legumi- nosa pakan hasil
asosiasi dengan rhizobium
pada media tanaman salin.
eprints.un-
dip.ac.id/./aPR33(86)Eny_Fu
s- khah_d. diakses pada
tanggal 13 November 2012.
Givens. D.I., E. Owen, R. F. E.
Oxford, and H. M. Omed.
2000. Forage evaluation in
ruminant nutri- tion. CABI
publishing Walling- ford
U.K.
Gonzalez, D.V., R. Palomares
Naveda, E.Navarro, Rosa
Razz. G. Soto Castillo, and
A. Quintero Moreno. 2002.
The use of gliri- cidia sepium
in the supplemen- tary
feeding of crossbreed fe-
male calves. Revista
Cientifica, Fcv- Luz.
Harjadi, S. S. 1989. Pengantar
agronomi.
Gramedia. Jakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo and
A.D. Tillman. 1993. Tabel
komposisi p kan untuk
indone- sia. Cetakan III.
Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Hassen, A., N.F.G. Rethman, W.A.
Van Niekerk and T.J.
Tjelele. 2007. Influence of
season/year and species on
chemical composi- tion and
in vitro digestibility of five
indigofera accessions. Anim.
Feed Sci.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi
tumbuhan berbiji. Rineka
Cipta. Jakarta.
Horn, P. M., D.W. Catchpoole, and
A. Ella.1985. Cutting
management of tree and
shrubs legumes. For- age in
Southeast Asian and South
Pacific Agriculture.
Kartasapoetra, A. G. 1991. Pengantar
nosa pohon sebagai sumber pa- Denpasar, Bali, Indonesia.
kan hijauan. Balai Penelitian Rangkuti, M., I-W. Mathius and J. E.
Ternak Po. Box 22116002. van Eys. 1984. Utilization of
Mansyur, H. Djuned, T. Dhalika, S. Gliri- cidia maculata by small
Hardjosoewignyo, dan L. rumi- nant: Intake, digestibility
Abdullah. 2005. Pengaruh and performance. Proc.
interval pemotongan dan scientific meeting on small
inveksi gulma Chromolaena ruminant re- search.
odorata terhadap produksi dan Puslitbangnak. Bogor .
kualitas rumput Brachiaria Restu, M. dan B. Mappangaja. 2005.
humidicola. Media Peternakan Produksi polong dan biji
Agustus. tanaman gamal (Glirisidia
Mathius, I. W., M. Rangkuti dan A. sepium) dari berbagai
Djajanegara. 1981. Daya provenansi dengan pemupukan
konsumsi dan daya cerna NPK. http://journal.un-
Gliricidia (G. maculate HB & has.ac.id/index.php/pere
K). Lembaran LPP. nnial/article/download/12/9.
Mc Donald, P. Edwards, R. A., and Diakses tanggal 13 April 2012.
Greenhalgh J. F. D. 1988. Ani- Rochiman K., S. Harjosoewignyo, dan
mal nutrition. Second Edition. A. Surkati. 2000. Pengaruh
Longman Scientific and Tech- pupuk kandang, urea, dan
nichal Copublished in the interval pemotongan terhadap
United State with Jihn Willey produksi serta ketahanan
and Sons, Inc. New York. Stylosanthes guyanensis. Bul.
Mc Illroy, R. J. 1972. Introduction Agr. Vol XIV No. 2.
tropical pasture. Terjemahan: Rukmana, R. 2005. Rumput unggul
Pengantar Budidaya Padang hijauan makanan ternak.
Rumput Tropika. Pradnya Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Para- mitha. Jakarta. Sajimin, dan N. D. Purwantari. 2006.
Minor, S. and D. F. D. Hovell. 1979. Produksi hijauan beberapa
Rate of rumen digestion of dif- jenis leguminosa pohon untuk
ferent protein sources using the pakan ternak. Balai Penelitian
in vivo nylon bag technique Ternak. Bogor.
with cattle fed sugar cane. Sajimin, dan N. P. Suratmini. 1999.
Natalia, H., D. Nista, dan S. Hindrawati. Pengaruh umur pemotongan
2009. Keunggulan gamal se- pada produktivitas dua jenis
bagai pakan ternak. http://bptu- legum yang ditanam antara
sembawa.net/v1/data/down- pertanaman kelapa hibrida.
load/20110928094232.pdf. Di- Seminar nasional kiat usaha
akses tanggal 13 April 2012. pe- ternakan. Fakultas
Puger A. W., K. Lana, I. W. Sukanten, Peternakan Unsoed.
M. Suarna, dan I. M. Nitis. Purwokerto.
2001. Effect of cutting interval Sherif, D. W. and R. C. Muchow. 1996.
on the growth and yield of Fisiologi tanaman budidaya
Glir- icidia sepium planted in tropik. Gajah Mada University
guard- row system. Press.
Departemen of Nu- trition and Siregar, M. E. dan A. Djajanegara.
Tropical Forage Sci- ence, 1972. Pengaruh berbagai
Udayana University frekuensi pemotongan terhadap
produksi hijauan rumput
pasture. Buletin
LTP Bogor.
Stewart, J.L., G.E, Allison dan A.J, Si- mons. 1996. Gliricidia sepium. Genetic resources
for farmers. Tropical Forest Paper. Oxford Forest.
Suryana dan Lugiyo. 2006. Pengaruh in- terval pemotongan terhadap produksi rumput
sorghum CV jumbo. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Sutardi, T. 1980. Landasan ilmu nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas
Peternakan IPB, Bogor.
Tangendjaja, B.1991. Komposisi dan si- fat kimia daun gamal. Balai Penelitian Ternak,
Bogor.
Tarigan, A., L. Abdullah, S.P. Ginting, dan I.G. Permana. 2010. Produksi dan komposisi
nutrisi serta kecernaan in vitro Indigo- fera sp pada interval dan tinggi pemotongan
berbeda. http://pe- ternakan.litbang.
Tillman, A. D, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo. 1989. Ilmu makanan ternak dasar. Gadjah
Mada University press. Yogyakarta. Lokakarya Nasional Usaha Ternak
Kerbau 2007.
Uum, U dan Niniek, K. W. 1990. Pengaruh penambahan dedak padi dengan garam mineral
dan daun gamal pada ransum terhadap kualitas daging domba ekor gemuk. Jurnal
Ilmiah Penelitian Ternak grati vol. I No. 1 Juli 1990.
Winata, N.A.S.H., Karno, dan Sutarno. 2012. Pertumbuhan dan produksi hijauan gamal
(glirisidia sepium) dengan berbagai dosis pupuk organik. Animal Agriculture
Journal, Vol.1. No.1, 2012.
Wirdahayati, R.B dan A.M. Bamualim.
2007. Pemanfaatan daun gamal (Gliricidia sepium) sebagai pakan suplemen
ternak kerbau penghasil dadih di Sumatera Barat. Seminar dan-
deptan.go.id/fullteks/jitv/jitv15 3-4.pdf. Diakses tanggal 13 April 2012.
Wong, C. C. 2012. Assessment of gliri- cidia sepium provenance re- talhuleu for forage
production at two cutting heights an inter- val. Livestock Research Centre.
Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai