NPM : 1810701044
Kelas : Peternakan B
Asisten : Fitria Mayasari
ABSTRACT
The study was conducted to determine the growth and production gamal using liquid
organic fertilizer. The data obtained were analyzed statistically using a completely
randomized design (CRD) and tested further if there is a difference between treatments.
Treatment of different doses of liquid fertilizer, which is 0%, 1%, 3% and 5% with 5
replicates, 75cmx50cm spacing so that each plot consisted of 16 cuttings of the
experiment, the number of 320 eksplant. Implementation of the research carried out for 4
months, with the first 2 months and 2 months uniformity next crop done taking data. Based
on the results of this study concluded that liquid organic fertilizer doses on forage gamal
low so that growth and high forage production was not achieved. A need to increase doses
of more than 5% liquid organic fertilizer.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi gamal dengan
menggunakan pupuk organik cair. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diuji lanjut bila terdapat perbedaan
diantara perlakuan. Perlakuan dosis pupuk cair yang berbeda, yaitu 0%, 1%, 3% dan 5%
dengan 5 ulangan, Jarak tanam 75cmx50cm sehingga setiap petak terdiri dari 16 stek
percobaan, jumlah tanaman 320 stek batang. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4
bulan, dengan 2 bulan pertama penyeragaman tanaman dan 2 bulan berikutnya dilakukan
pengambilan data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dosis pemberian
POC pada hijauan gamal masih rendah sehingga pertumbuhan dan produksi hijauan yang
tinggi tidak tercapai. Perlu adanya peningkatan dosis pemberian POC lebih dari 5%.
:1,81%, Seng (Zn): 0,002%, Tembaga (Cu) : 2,49 ppm, Mangaan (Mn) : 0,003%,
Cobalt (Co): 0,74 ppm, Boron (Bo) : 0,1 %, Molibden: <0,001%, Besi (Fe): 0,26%.
Pemupukan adalah penambahan bahan atau zat pada tanah untuk melengkapi
kandungan unsur hara yang tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan produksi
hijauan pakan (Mulyani, 1999). Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena
kelebihan dosis merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi pengeluaran
disamping berpengaruh negatif terhadap kesuburan tanah. Kastono (1999)
menyatakan bahwa pemupukan mempunyai dua tujuan utama, yaitu: mengisi
perbekalan zat hara tanaman yang cukup dan memperbaiki atau memelihara
keutuhan kondisi tanah, dalam hal struktur, kondisi pH, potensi pengikat terhadap
zat hara tanaman dan sebagainya.
Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan hara yang diserap dari dalam
tanah, termasuk unsur nitrogen.(Djukri dan Purwoko, 2003). Faktor iklim sangat
menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar
daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang
diharapkan.Menurut Ashari (1998) sedikitnya ada 2 unsur yang mempengaruhi
pertumbuhan, yaitu; curah hujan dan distribusi hujan, tinggi tempat dari permukaan
laut.Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan.
Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman
untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan species tidak akan memasuki
masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai
tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua
rangsangan yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari
(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Produksi Hijauan
Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan 20 petak dengan
ukuran 3x4m, luas lahan 240m2, stek gamal sebanyak 320 batang dengan panjang
stek batang 50 cm, pupuk organik cair “Herbafarm” dengan dosis 0%, 1%, 3%, dan
5%.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap dengan penggunaan dosis pupuk cair yang berbeda, yaitu 0%, 1%,
3% dan 5% dengan 5 ulangan.
Metode Penelitian
Analisis Data
H1= minimal ada satu τi≠ 0 (i=1,2,3,4), (yang berarti minimal ada satu perlakukan
dosis pemupukan POC yang mempengaruhi produksi dan perumbuhan
gamal).
Data yang terkumpul diolah untuk menguji hipotesis statistik dengan prosedur
analisis ragam yaitu untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang
diamati dan bila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda
Duncan (DMRT) dan dilanjutkan dengan Uji Polonomial Ortogonal (Steel dan
Torrie,1980).
Kriteria pengambilan keputusan dari hipotesis penelitian:
Bila F hitung ≤ F tabel dengan α = 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak
Bila F hitung >F tabel dengan α = 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbeda nyata (P < 0,05)
Tabel 2. Berat Segar, Bahan Kering dan Produksi Bahan Kering Hijauan Gamal
dengan Pemberian POC.
POC Produksi Berat Segar Kadar Bahan Kering Produksi Bahan Kering
(g) (%) (g)
0% 5520,4a 16,64 920,45 a
1% 5464,8a 19,01 1054,67 a
3% 3316,6b 15,99 534,36 b
5% 4860,0a 19,35 912,21 a
Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbeda nyata (P < 0,05)
Hasil sidik ragam produksi berat segar menunjukkan bahwa pemberian POC
0%, 1%, 3%, dan 5% memberikan hasil yang berbeda nyata (p<0,05). Uji beda
menghasilkan bahwa pemberian POC 3% mengalami penurunan berat segar bila
dibandingkan pemberian kontrol, POC 1%, dan 5%. Setelah data di Uji Berjarak
Sidik ragam, dilakukan analisis Uji Polynomial Ortogonal. Dari Uji Polinomial
Ortogonal diketahui bahwa respon gamal terhadap penambahan POC tidak
mengalami perbedaan nyata (P>0,05). Menjelaskan bahwa pemberian dengan
dosis POC 1%, 3% dan 5% kurang mencukupi kebutuhan tanaman, sedangkan
pertumbuhan legum dapat ditopang dari bintil akar sebagai penambat N
(Rahmawati, 2005).
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian POC sebanyak 0%,
1%, 3% dan 5% memberikan perbedaan nyata (p<0,05) terhadap produksi bahan
kering. Pada uji beda menunjukkan bahwa pemberian POC 3% mengalami
penurunan produksi bahan kering. Setelah dilakukan Uji beda dilakukan analisis
Uji Polinomial Ortogonal untuk mengetahui sejauh mana respon tanaman
terhadap pemberian POC. Dari uji polinomial ortogonal produksi bahan kering
menunjukkan bahwa repon tenaman gamal terhadap pemberian POC tidak
berbeda nyata (p>0,05). Ini menjelaskan bahwa pemberian POC sampai 5% tidak
memberiakan respon terhadap produksi bahan kering hijuan gamal.
Bahan kering tanaman seiring dengan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan
tanaman tergantung faktor-faktor iklim seperti suhu, panjang hari dan persediaan
air, produksi bahan kering tanaman tergantung dari penerimaan penyinaran
matahari dan pengambilan karbondioksida dan air dalam tumbuhan (Haryanti,
2012).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
herni_32@yahoo.co.id
ABSTRACT: The purpose of the study was to determine the effect of cutting interval
on production, and nutrition of gamal (Gliricidia sepium). The study was conducted on
Agriranch sheep farm, Pandan Rejo Subdistrict, Bumi Aji District of Malang Regency
from May 25th to August 25th 2012. Proximate Analysis was carried out at the Animal
Nutrition Laboratory, Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University. The study used
Randomized Block Design (RBD) which consisted of four treatments and three cutting
age groups. The treatments were U60 (60 days of cutting age), U80 (80 days of cutting
age), U100 (100 days of cutting age), and U120 (120 days of cutting age). The study
found that the lowest production of leaves, twigs, dry matter, organic matter, and fibre
were at 60 days of cutting age. Meanwhile the highest production of them was at 120
days of cutting age. However, the lowest crude protein content was found at 120 days
cutting age. The study suggests that gamal was able to provide better nutrition as animal
forages at 80 days of cutting age.
Keywords: Gliricidia sepium, cutting age, dry matter, organic matter, fibre
(a-b): Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata
(P<0,05)
Tabel 2. Kandungan nutrisi gamal pada umur pemotongan yang berbeda (%)
BO SK PK
Perlakuan BK
Dalam % BK
U60 17,50±0,31 p
89,67±0,28a
14,46±0,19a 25,98±0,76a
U80 17,93±0,05p 90,26±0,24b 17,06±0,94b 25,08±0,63a
U100 20,28±0,35q 90,37±0,43b 16,79±0,48b 24,42±0,54a
U120 20,40±0,30q 90,54±0,12b 17,18±0,91b 24,28±0,64a
(a-b): berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05)
(p-q): berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01)
(a) : sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P>0,05)
Tabel 2 memperlihatkan bahwa komplek komponen BO. Kandungan
rataan kandungan BK gamal paling BO gamal pada penelitian ini berkisar
rendah adalah pemotongan U60 dan 89,67- 90,54%. Menurut Hartadi, dkk.,
kandungan BK tertinggi pada (1993), kandungan abu pada tanaman
pemotongan U120. U60 memiliki gamal sebesar 8,4%, Kushartono (2005)
kandungan BK yang rendah, hal ini 8,9%, dan menurut Rangkuti, et al.,
disebabkan karena tanaman yang masih (1984) 6,6%.
muda mempunyai sel aktif untuk Tabel 2 juga menunjukkan
melakukan proses pembelahan sel bahwa kandungan SK tanaman gamal
maupun pembentukan jaringan. dari tertinggi sampai terendah yaitu
Tanaman yang berusia tua terjadi U120, U80, U100, dan U60. Umur
penebalan dinding sel yang pemotongan 120 hari memiliki
mengakibatkan kandungan BK kandungan SK yang tertinggi, hal ini
meningkat. Semakin tinggi umur disebabkan oleh umur tanaman yang
tanaman maka komponen dinding sel semakin tua mempunyai kendungan
suatu hijauan akan semakin tinggi dinding sel yang tinggi. Hal ini
(Djuned, dkk., 2005). Mansyur, dkk. didukung oleh penelitian Djuned, dkk.
(2005) menambahkan adanya (2005) yang menyatakan bahwa
kecenderungan perubahan produksi kandungan fraksi serat pada tanaman
segar dan kering seiring dengan lama murbei terus meningkat seiring dengan
umur pemotongan dikarenakan proporsi lamanya umur pemotongan. Oleh
bahan kering yang dikandung oleh suatu karena itu, semakin tua tanaman maka
tanaman berubah seiring dengan umur kandungan seratnya semakin tinggi.
tanaman. Semakin tua tanaman maka Sehubungan dengan perkembangan
akan lebih sedikit kandungan airnya dan kedewasaan (umur tanaman) hijauan,
proporsi dinding selnya lebih tinggi maka akan terjadi pula peningkatan
dibandingkan dengan isi sel. Bila konsentrasi seratnya.
kandungan dinding sel suatu tanaman Kandungan SK gamal pada
semakin tinggi, maka tanaman tersebut penelitian ini berkisar 14,46–17,18%.
akan lebih banyak mengandung bahan Sedangkan kandungan SK gamal
kering. bervariasi, seperti contoh menurut
Berdasarkan data pada Tabel 2 Hartadi, dkk., (1993) 13,3%,
dapat dilihat bahwa kandungan BO Kushartono
tanaman gamal meningkat seiring (2005) 14,6%, Stewart, et al., (1996)
dengan meningkatnya umur 13,2%, Chadokar (1982) 16,77%, dan
pemotongan. Peningkatan kandungan
Tangendjaja (1991) 18%. Jika
BO disebabkan karena kandungan abu
atau bahan anorganik yang semakin dibandingkan dengan kandungan SK
menurun. Menurut Kartasapoetra leguminosa lainnya seperti Indigofera,
(1991), semakin lama tanaman tidak Calliandra calothyrsus, dan Leucaena
dipotong maka daun akan melakukan leucocephala masing-masing adalah
proses fotosintesis yang semakin lama
15,25–27,97% (Hassen, et al., 2007;
sehingga dapat meningkatkan produksi
gula sederhana yang mengakibatkan
Akbarillah, dkk. 2002), 19,80-24%
kandungan BO meningkat. Tillman
(Gonzalez, et al., 2002;
(1989) menyatakan bahwa hasil
Tangendjaja.1991), dan 22,10-26%
fotosintesis yang berupa PK, lemak,
(Sutardi, 1980; Rukmana. 2005). Data-
BETN dan SK merupakan senyawa
data tersebut menunjukkan bahwa
gamal memiliki kandungan serat yang
relatif rendah. Minor dan Hovell
(1979) menyatakan bahwa gliricidia
memiliki tingkat degradasi dalam
rumen yang
lebih tinggi dibandingkan lamtoro. Hasil analisis kandungan gamal
Anitawati (1981) melaporkan bahwa yang mempunyai kandungan protein
kecernaan gamal untuk ternak kambing kasar yang tinggi dan kandungan serat
adalah 58,5% (bahan kering), 71,5% kasar yang relatif redah, maka tanaman
(protein kasar), 17,9% (serat kasar). ini bisa digunakan sebagai suplemen
Kecernaan gamal pada ternak domba untuk meningkatkan produksi ternak
yang dilaporkan Mathius, dkk. (1981) ruminansia. Seperti yang dilaporkan
adalah 52,5% (bahan kering), 53,9% oleh Uum dan Niniek (1990),
(bahan organik), 58,5% (protein kasar) suplementasi gamal segar sebanyak 3%
dan 30,7% (serat kasar). dari berat badan memberikan pengaruh
Kandungan PK tanaman gamal yang positif terhadap kandungan gizi
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa. dan daya tahan daging domba ekor
kandungan PK menurun seiring dengan gemuk. Wirdahayati dan Bamualim
semakin tua umur tanaman. Semakin (2007) juga menjelaskan bahwa
tua umur tanaman maka produksi penambahan 2 kg gamal dalam ransum
batang dan bunga meningkat, tetapi induk kerbau mempunyai rataan bobot
produksi daun menurun, hal ini yang badan awal sebesar 357 kg dan bobot
mempengaruhi kandungan protein badan akhir sebesar 373 kg
tanaman tersebut. Menurut Mansyur, dibandingkan induk kerbau yang tidak
dkk. (2005), jika interval pemotongan diberi gamal yang bobot awal 417 kg
diperpanjang akan terjadi penurunan dan bobot akhir 425 kg.
kandungan protein kasar. Penurunan
kadar protein kasar selain karena umur Pengaruh berbagai umur
tanaman juga disebabkan oleh pemotongan terhadap produksi
penurunan proporsi helai daun dengan nutrisi gamal
kelopak daun dan batang, dimana pada Produksi BK, BO, SK, dan PK
helai daun mempunyai kandungan gamal disajikan pada Tabel 3. Hasil
protein yang lebih tinggi dibandingkan penelitian menerangkan bahwa terjadi
dengan bagian kelopak daun dan peningkatan produksi nutrisi dengan
batang. seiring lamanya umur pemotongan.
Kandungan PK gamal pada Peningkatan produksi nutrisi disebabkan
penelitian ini berkisar 24,28 – 25,98%. karena produksi segar gamal yang terus
Menurut Hartadi, dkk., (1993) meningkat seiring lamanya umur
kandungan PK gamal 25%, Elevitch pemotongan. Mansyur, dkk. (2005)
dan Francis (2006) 18-24%, dan menyatakan bahwa peningkatan
Natalia, produksi segar tanaman diiring dengan
dkk. (2009) 20-30%. Hal ini peningkatan produksi kering. Elevitch
menunjukkan bahwa gamal and Francis (2006) dan Fuskhah, dkk.
mengandung protein yang sangat tinggi. (2009) menambahkan bahwa umur
Menurut Rukmana (2005), kandungan pemotongan berpengaruh terhadap
protein yang tinggi pada gamal sangat produksi segar dan produksi kering.
cocok untuk suplemen pada hijauan
yang berkualitas rendah. Hal ini
didukung pendapat Aminudin (1990)
yang menyatakan bahwa suplementasi
nutrient dilakukan untuk memperbaiki
keseimbangan nutrient baik energi,
protein, vitamin, dan mineral,
mengurangi defisiensi protein, dan
meningkatkan efisiensi pencernaan.
Tabel 3. Produksi nutrisi gamal pada umur pemotongan yang berbeda (kg/panen/9 m2)
Perlakuan BK BO SK PK
U60 0,98±0,19p 0,88±0,17p 0,14±0,03p 0,26±0,06a
U80 1,38±0,25pq 1,25±0,23pq 0,24±0,04pq 0,35±0,05ab
U100 1,67±0,43pq 1,50±0,38pq 0,28±0,07pq 0,41±0,11bc
U120 2,08±0,48q 1,88±0,43q 0,36±0,09q 0,50±0,11c
(a-c): berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan pengaruh nyata (P<0,05)
(p-q): berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01)