Gagal Ginjal Fixx
Gagal Ginjal Fixx
DISUSUN OLEH :
2017
1
KATA PENGANTAR
Terima kasih
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). (Menurut Brunner & Suddarth, 2002).
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika
Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10
tahun. Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus. GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada
tahun 2000 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, amsih akan terus naik.
Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.Selain
diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami
GGK (gagl ginjal kronis) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di negeri
Sakura itu, pada akhir tahun 1996 di dapatkan sebanyak 167.000 penderita yang
menerima, terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih
dari 200.000 penderita. (Santoso Djoko, 2008. Hal 2).
Di indonesia peningkatan penderita penyakit ini mencapai angka 20%. Pusat
data dan informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI)
menyatakan jumlah penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu
juta penduduk.berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi
dari perhimpunan nefrologi Indonesia, pada tahu 2008 jumlah pasien hemodialisa (cuci
darah) mencapai 2260 orang dari 2146 orang pada tahun 2007.(Roderick, 2008).
Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau
telah mengalami penyakit ginjal kronik (gagal ginjal) dimana laju filtrasi glomerulus
(15 ml/menit) ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik
3
maka dibutuhkan, Terapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis
dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal
terminal (Nikon D. Cahyaningsih, 2009. hal:1).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisah metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain
melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisa pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi. Pasien gagal ginjal
menjalani proses hemodialisa 1-3 kali seinggu dan sitiap kali nya memerlukan waktu
2-5 jam, kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya (Hadibroto,
2007).
Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010)
seseorang ahli psikologi membagi perilaku manusia menjadi 3 (tiga) domain,ranah
atau kawasan, yakni: Kognitif (cognitive), Affektif (affective), Psikomotor
(psychomotor).Perilaku merupakan totalitas penghayatan atau aktivitas seseorang
yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Dalam Perkembangan selanjutnya oleh para ahli
pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan , ketiga domain ini
diukur dari pertama pengetahuan (knowledge), kedua sikap (attitude) dan ketiga
tindakan (practice).
4
BAB II
PEMBAHASAN
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Corwin, 2001).
Gagal ginjal merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung beberapa tahun) (Price, 2006).
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah
penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit
mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia (Baughman, 2000).
5
B. Etiologi
Menurut Sylvia Anderson (2006) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
6
Nefrosklerosis Benigna merupakan istilah untuk menyatakan berubah ginjal
yang berkaitan dengan skerosis pada arteriol ginjal dan arteri kecil.
Nefrosklerosis Maligna suatu keadaan yang berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi maligna), dimana arteri-arteri yang terkecil (arteriola)
di dalam ginjal mengalami kerusakan dan dengan segera terjadi gagal ginjal.
Stenosis arteri renalis (RAS) adalah penyempitan dari satu atau kedua
pembuluh darah (arteri ginjal) yang membawa darah ke ginjal. Ginjal
membantu untuk mengontrol tekanan darah. Renalis menyempit menyulitkan
ginjal untuk bekerja. RAS dapat menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Sering menyebabkan tekanan darah tinggi dan kerusakan ginjal.
Gangguan jaringan ikat : Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus
eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit radang atau inflamasi
multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan sistem imun.
4. Gangguan congenital dan herediter : Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal
5. Penyakit metabolic : Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
6. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
7. Nefropati obstruktif : Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma,
fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur
uretra, anomaly congenital leher vesika urinaria dan uretra).
7
C. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
1. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua
sisi kolumna vertebralis. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di
daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak
yang tebal, agar terlindung dari trauma langsung. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Setiap ginjal
panjangnya 6 sampai 7,5 sentimeter, dan tebal 1,5 sampai 2,5 sentimeter. Pada orang
dewasa beratnya kira-kira 140 gram. Bentuk ginjal seperti kacang dan sisi dalamnya
atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-
pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Di atas ginjal menjulang
sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri.
Kedua ginjal dilapisi oleh lemak yang bergumna untuk meredam guncangan. Ginjal
merupakan bagian dari sistem saluran kencing (urinary system) yang ada dalam tubuh
kita.
8
Anatomi khusus Ginjal
Organ utama dari sistem saluran kemih terdiri atas dua ginjal, dua saluran dari
ginjal ke kandung kemih (ureter), satu kandung kemih dan satu saluran dari kandung
kemih keluar tubuh (uretra). Panjang uretra pada pria sekitar 20-25 cm yang berfungsi
untuk tempat keluarnya urin yang diproduksi oleh ginjal sekaligus menjadi saluran
keluarnya sperma. Pada wanita uretra jauh lebih pendek sekitar 2,5-3,8 cm dan
terletak di depan organ reproduksi. Berhubung letak uretra pada wanita yang dekat
sekali dengan organ reproduksi dan anus, maka pada wanita kasus infeksi saluran
kencing lebih banyak didapat karena rawan terinfeksi kuman yang berasal dari
saluran pencernaan. Sistem saluran kemih merupakan salah satu sistem ekskresi
tubuh dimana fungsinya yang mengeluarkan racun dan cairan yang harus dibuang
keluar tubuh.
9
perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut kaliks minor dan bersatu membentuk
kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis ginjal.
Penampang ginjal
Ciri-ciri korteks berwarna coklat tua, tersusun atas nefron (satuan unit
struktural dan fungsional ginjal) sebagai alat penyaring darah, korteks terletak di
dalam di antara piramida-piramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk
kolumna ginjal yang terdiri dari tubulustubulus pengumpul yang mengalir ke duktus
pengumpul. Sedangkan ciriciri medulla berwarna coklat agak terang, tersusun atas
tubulus renalis, mengandung massa triangular yang disebut piramida ginjal yang
setiap ujung sempitnya papilla masuk ke dalam kaliks minor dan ditembus duktus
pengumpul urin. Setiap ginjal orang dewasa memiliki sekitar satu juta unit nefron
sebagai unit pembentuk urin. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa
cairan lainnya akan dibuang.
10
Setiap nefron tersusun oleh badan malphigi dan saluran panjang (tubulus)
yang bergulung. Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk
dengan dinding yang berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas
pembuluh darah (glomelurus). Badan malphigi ini tersusun atas glomerulus dan
kapsula Bowman membentuk korpuskulum renalis. Glomerulus merupakan anyaman
pembuluh darah kapiler sebagai lanjutan pembuluh darah arteri ginjal. Kapsula
Bowman berbentuk seperti mangkuk, yang di dalamnya berkumpul gelungan
pembuluh darah kapiler yang halus. Tubulus merupakan saluran lanjutan dari kapsula
Bowman. Saluran panjang yang melingkar-lingkar letaknya bersebelahan dengan
glomerulus. Tubulus proksimal adalah saluran yang dekat dengan badan malphigi,
sangat berliku dan panjangnya sekitar 15 mm. Sedangkan yang jauh dari badan
malphigi disebut tubulus distal, sangat berliku dan panjangnya sekitar 5 mm yang
membentuk segmen terakhir nefron. Kedua tubulus ini dijembatani oleh lengkung
Henle yang berupa leher angsa yang turun ke arah medulla ginjal kemudian naik
kembali menuju korteks. Bagian akhir dari tubulus ini adalah saluran pengumpul
(ductus collectivus) yang terletak pada medulla yang mengalirkan urin ke kaliks
minor menuju kaliks mayor dan menuju piala ginjal. Medulla merupakan tempat
saluran dari kapsula Bowman ini berkumpul. Saluran ini mengalirkan urin ke saluran
yang lebih besar ke arah pelvis atau piala ginjal. Lalu urin disalurkan ke ureter
kemudian ditampung di kandung kemih. Pada jumlah urin tertentu di mana dinding
kandung kemih ini tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kandung kemih
meregang akan memberikan sinyal ke saraf untuk menimbulkan rangsang berkemih
untuk disalurkan ke ureter sebagai saluran pembuangan keluar.
2. Fisiologi ginjal
a. Fungsi ginjal
Menurut Price (2006) ginjal mempunyai berbagai macam fungsi yaitu ekskresi
dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya adalah :
11
1) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan mengubah-
ubah ekskresi air.
2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+
dan membentuk kembali HCO3
4) Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolism protein, terutama urea,
asam urat dan kreatinin.
12
yang berada di kapsul Bowman, mirip dengan yang ada di dalam plasma, hanya saja
cairan ini tidak mengandung protein dan sel darah.
Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu disebut sebagai
rerata filtrasi glomerulus atau glomerular filtration (GFR). Selanjutnya, cairan filtrat
akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan mengalami sekresi di tubulus ginjal,
yang kemudian menghasilkan urine yang akan disalurkan melalui duktus kolegentes.
Cairan urine tersbut disalurkan ke dalam sistem kalises hingga pelvis ginjal.
D. Patofisiologi
Meskipun penyakit ginjal terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang
harus diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah,
kendati jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun
secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap
ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami
13
hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi
peningkatan kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap
nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun
di bawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi
ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah
hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap nefron demikian
tinggi sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus (keseimbangan antara peningkatan
filtrasi dan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus tidak dapat lagi dipertahankan.
Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses konservasi zat terlarut dan air
menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada makanan dapat mengubah keseimbangan
yang rawan tersebut, karena makin rendah GFR (yang berarti maikn sedikit nefron
yang ada) semakin besar perubahan kecepatan ekskresi per nefron. Hilangnya
kemampuan memekatkan atau mengencerkan urine menyebabkan berat jenis urine
tetap pada nilai 1,010 atau 285 mOsm (yaitu sama dengan plasma) dan merupakan
penyebab gejala poliuria dan nokturia (Price, 2006).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Baughman (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi
sistem tubuh yaitu :
14
3. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus,
rasa kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan
pengecap, parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan
darisaluran gastrointestinal.
4. Perubahan neuromuskular : perubahan tingkat kesadaran, kacau mental,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
5. Perubahan hematologis : kecenderungan perdarahan.
6. Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum.
7. Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk; karakter pernafasan menjadi
Kussmaul ; dan terjadi koma dalam, sering dengan konvulsi (kedutan
mioklonik) atau kedutan otot.
Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium-
stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa dan mencakup
menurut Corwin (2001) adalah:
1. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari
normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan
sendiri karena beratnya beban yang mereka terima.
3. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakinn
banyak nefron yang mati.
4. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari
5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh
ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
15
G. Penatalaksanaan Medis
H. Komplikasi
1. Komplikasi Hematologis
16
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh produksi eritropoietin
yang tidak adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoietin
subkutan atau intravena. Hal ini hanya bekerja bila kadar besi, folat, dan
vitamin B12 adekuat dan pasien dalam keadaan baik. Sangat jarang terjadi,
antibodi dapat terbentuk melawan eritropoietin yang diberikan sehingga
terjadi anemia aplastik.
2. Penyakit vascular dan hipertensi
Penyakit vascular merupakan penyebab utama kematian pada gagal ginjal
kronik. Pada pasien yang tidak menyandang diabetes, hipertensi mungkin
merupakan faktor risiko yang paling penting. Sebagaian besar hipertensi pada
penyakit ginjal kronik disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air.
Keadaan ini biasanya tidak cukup parah untuk bisa menimbulkan edema,
namun mungkin terdapat ritme jantung tripel.
Hipertensi seperti itu biasanya memberikan respons terhadap restriksi natrium
dan pengendalian volume tubuh melalui dialysis. Jika fungsi ginjal memadai,
pemberian furosemid dapat bermanfaat.
3. Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan air akibat
hilangnya nefron. Namun beberapa pasien tetap mempertahankan sebagian
filtrasi, namun kehilangan fungsi tubulus, sehingga mengekskresi urin yang
sangat encer, yang dapat menyebabkan dehidrsi.
4. Kulit
Gatal merupakan keluhan keluhan kulit yang paling sering terjadi. Keluhan ini
sering timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau tersier serta dapat
disebabkab oleh deposit kalsium fosfat apda jaringan. Gatal dapat dikurangi
dengan mengontrol kadar fosfat dan dengan krim yang mencegah kulit kering.
Bekuan uremik merupakan presipitat Kristal ureum pada kulit dan timbul
hanya pada uremia berat. Pigmentasi kulit dapat timbul dan anemia dapat
menyebabkan pucat.
17
5. Gastrointestinal
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak lebih sering terjadi
pada pasien gagal ginjal kronik dibandingkan populasi normal. Namun gejala
mual, muntah, anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis
serta angiodisplasia lebih tinggi, keduanya dapat menyebabkan perdarahan.
Insidensi pankreatitis juga lebih tinggi. Gangguan pengecap dapat berkaitan
dengan bau napas yang menyerupai urin.
6. Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan libido,
impotensi, dan penurunan jumlah serta motilitas sperma. Pada wanita, sering
terjadi kehilangan libido, berkurangnya ovulasi, dan infertilitas. Siklus
hormon pertumbuhan yang abnormal dapat turut berkontribusi dalam
menyebabkan retardasi pertumbuhan pada anak dan kehilangan massa otot
pada orang dewasa.
7. Neurologis dan psikiatrik
Gagal ginjal yang tidak diobati dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan
kesadaran, dan bahkan koma, sering kali dengan tanda iritasi neurologis
(mencakup tremor, asteriksis, agitasi, meningismus, peningkatan tonus otot
dengan mioklonus, klonus pergelangan kaki, hiperefleksia, plantar ekstensor,
dan yang paling berat kejang). Aktifitas Na+/K+ ATPase terganggu pada
uremia dan terjadi perubahan yang tergantung hormon paratiroid (parathyroid
hormone, PTH) pada transport kalsium membran yang dapat berkontribusi
dalam menyebabkan neurotransmisi yang abnormal. Gangguan tidur
seringterjadi. Kaki yang tidak biasa diam (restless leg) atau kram otot dapat
juga terjadi dan kadang merespons terhadap pemberian kuinin sulfat.
Gangguan psikiatrik seperti depresi dan ansietas sering terjadi dan terdapat
peningkatan risiko bunuh diri.
8. Imunologis
18
Fungsi imunologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan infeksi sering
terjadi. Uremia menekan fungsi sebagaian besar sel imun dan dialysis dapat
mengaktivasi efektor imun, seperti komplemen, dengan tidak tepat.
9. Lipid
Hiperlipidemia sering terjadi, terutama hipertrigliseridemia akibat penurunan
katabolisme trigliserida. Kadar lipid lebih tinggi pada pasien yang menjalani
dialisis peritoneal daripada pasien yang menjalani hemodialisis, mungkin
akibat hilangnya protein plasma regulator seperti apolipoprotein A-1 di
sepanjang membran peritoneal.
10. Penyakit jantung
Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya jika kadar
ureum atau fosfat tinggi atau terdapat hiperparatiroidisme sekunder yang
berat. Kelebihan cairan dan hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel
kiri atau kardiomiopati dilatasi. Fistula dialysis arteriovena yang besara dapat
menggunakan proporsi curah jantung dalam jumlah besar sehingga
mengurangi curah jantung yang dapat digunakan oleh bagian tubuh yang
tersisa.
19
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jeniskelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tanggalpengkajian :
No. Med. Rec :
Diagnose Medis : GGK ( gagalginjalkronik )
c. Riwayatkesehatan
1) Keluhanutama
Biasanya badan terasa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
2) Riwayatkesehatansekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya :gangguan pernapasan, anemia,
hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis
metabolik.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memiliki riwayat hipertensi.
20
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan.
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (Insomnia /
gelisah ataus amnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi : nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada
kaki, telapak, tangan.
Distritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang
jarang pada penyakit tahap akhir.
c. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Perasaan
yang tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahankepribadian.
d. Eliminasi.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap
lanjut). Abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan,
oliguria, dapat menjadi anuria.
21
e. Makanan/cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut (Pernapasan ammonia).
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
turgor kulit/kelembaban.
Edema (umum, tergantung).
Ulserasi (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kramotot/kejang, sindrom “kaki
gelisah” bebas rasa terbakar pada telapak kaki. Bebas kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropatiperifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, strupor, koma.
Penurunan DTR.
Tanda chvostek dan trousseau positif, kejang, fasikulasi otot, aktivitas
kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kramotot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari).
Tanda : Perilaku berhari-hari/distraksi, gelisah.
22
h. Pernapasan.
Gejala : Napas pendek; dispnea nokturalparoksismal; batuk dengan / tanpa
sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernapasan
kussmaul). Batuk produktif dengan sputum merah mudaencer (edema
paru).
i. Keamanan.
Gejala : Kulit gatal.
Ada / berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritis.
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal (efek GGK/depresi respon imun), petekie, area ekimosis pada
kulit.
Fraktur tulang : deposit fosfal kalsium (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan
lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas.
Gejala : Penurunan libido; amenonea; infertilitas.
k. Interaksisosial.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peranbiasanya dalam keluarga.
l. Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit
polikistik, nefritis, herediter, kalkulus urinaria, malignansi.
23
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Keleb
3. ihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan volume cairan
24
Diagnosa NOC NIC
Penurunan curah Setelah di lakukan tindakan (4050)Manajemen Resiko
jantung b.d perubahan keperawatan 3 x 24 jam di jantung
irama jantung (Domain harap curah jantung pasien 1. Identifikasi kesiapan pasien
4 akitivitas/istirahat teratasi dengan KH : untuk mempelajari gaya
kelas 4 repon kardio (0400)Keefektifan pompa hidup yang di
vaskuler 00029) jantung: modifikasi(diet,merokok,min
1. (040001)Tekanan darah um beralkohol,olahraga dan
sistol dari skala 2 ke kadar kolestrol)
skala 4 2. Intruksikan pasien dan
2. (040019)Tekanan darah keluarga untuk memonitor
diastol dari skala 12 tekanan darah dan denyut
keskala 4 jantung secara rutin dengan
3. (040006)Denyut nadi berolahraga,sebagai
perifer dari skla 1ke mestinya.
skala 4 3. Intruksikan pasien dan
4. (040022)keseimbngan keluarga mengenai stategi
intake dan output untuk membatasi atau
dalam 24 jam dari skala mengurangi merokok.
2 ke skla 4 (1020) Penahapan diet
5. (040024)peningkatan 1. Kaloborasikan dengan tenaga
berat badan dari skla 2 kesehatan lain nuntuk
ke skla 4 meningkatkan diet seepat
mungkin jika tidak ada
komplikasi
2. Tingkatkan diet dari cairan
jernih,cair,lembut sampai
dengan diet reguler atau
khusus untuk anak atau
25
dewasa
Kelebihan volume Setelah di lakukan tindakan (2080)manajemen
cairan b.d gangguan keperawatan 3 x 24 jam di elektrolit/cairan
mekanisme harap cairan pasien teratasi 1. Monitor perubahan status
regulasi(Domain 2 dengan KH : paru ata jantung yang
nutrisi kelas 5 Dehidrasi 1. (0603)keparahan cairan menunjukan kelebihn cairan
00026) berebihan: 2. Timnbang berat bdan harian
2. (060307)peningkatan dan pantau gejala
lingkar perut dari skla 2 3. Berikan cairan yang sesuai
ke skala 4 4. Meminimalka n makanan
3. (060308)edema atau minuman dengan
menyeluruh dari skla 3 diuretik atau pencahar
ke skla 4 (misalnya,teh,kopi,plum,supl
4. (060317)peningktan emen herbal)
tekanan darah dari skla 5. Jaga pencatatan
2 ke skla 4 intake/asupan dan output
5. (060318)peningkatan yang akurat
berat badan dari skla 2 6. Batasi cairan yang sesuuia
ke skala 4 7. Monitgor tanda-tanda vital
8. Konsultasikan pada dokter
jika tanda dan gejala ketudak
seimbangan cairan
memburuk
26
(domain 4 1. (0204)konsekuensi ketidaknyamanan/nyeri
aktivitas/istirahat kelas 4 imobilitas:fisiologi yangdialami pasien selama
respons 2. (020407)Batu di aktivitas
kardiovaskuler/pulmona saluran kemih dari 3. Ajarkan pasien mengenai
l 00092) skala 2 ke skala 4 pengelolaan kegiatan dan
3. (020415)kontraktur teknik dan teknik manajemen
sendi dari skala 3 ke waktu untuk mencvegah
skala 4 kelelahan
4. (020418)thrombosis 4. Tawarkan bantuan untuk
vena dari skla 2 ke meningkatkan
skala 4 tidur(misalnya,musik atau
obat)
27
6. (110122)wajah pucat
dari skla 3 ke 5
DAFTAR PUSTAKA
28
Corwin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta :
EGC
O’callaghan, Chris. 2006. System ginjal. Jakarta : Erlangga
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit,Edisi 4,Buku 2.Jakarta : EGC
Smeltzer,Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth,Edisi 8,Volume 1.Jakarta : EGC
http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/09/ggk.pdf
http://eprits.ums.ac.id/21045/18/11._Naskah_Publikasi.pdf
29