ABSTRAK
Makanan adalah kebutuhan pokok untuk hidup manusia. Makanan dapat ditemui di
restoran ataupun di pedagang kaki lima di tepi jalan yang mempunyai risiko penyakit
yang ditransmisikan oleh bakteri patogen ketika tidak diolah dengan higienis. Alat makan
merupakan salah satu risiko yang dapat menjadi sarana pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme jika tidak dicuci dengan baik. Hal ini disebut dengan
food-borne disease. Cara yang dapat digunakan untuk menekana terjadinya food-borne
disease adalah dengan melakukan desinfeksi. Salah satu desinfektan yang dapat
digunakan adalah daun jeruk purut yang dapat menurunkan angka kuman. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis efektivitas daun jeruk purut terhadap angka kuman
pada peralatan makan.
Metode penelitian ini adalah eksperimental menggunakan rancangan non
equivalent control group. Data dianalisis menggunakan uji annova dengan tes LSD (Least
Significant Difference).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yang signifikan bahwa daun jeruk
purut dapat menurunkan angka kuman dan terjadi perbedaan yang signifikan pada
kelompok kontrol. Kelompok yang dapat menurunkan nilai angka kuman tertinggi adalah
dengan konsentrasi 100 mg / 100 ml .
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah variasi konsentrasi daun
jeruk purut dapat menentukan nilai penurunan angka kuman. Dalam penelitian ini,
konsentrasi daun jeruk purut yang efektif untuk menirunkan angka kuman 100 mg / 100
ml.
PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan dasar langsung maupun tidak langsung
bagi kelangsungan hidup manusia, (Purnawijayanti, 2001).
sehingga setiap orang perlu dijamin Keberhasilan suatu proses pencucian
dalam memperoleh pangan yang bermutu dapat dilihat dengan semakin rendahnya
dan aman. Bahan pangan yang tidak jumlah mikroba dalam alat makan
diproduksi dengan cara yang baik dan tersebut yang dapat diketahui dengan uji
benar dapat menjadi sumber angka kuman. Di Indonesia telah dibuat
mikroorganisme dan kontaminan kimia peraturan dalam bentuk Permenkes RI
yang dapat berbahaya dan menyebabkan No. 1096/Menkes/SK/V/2011 yang
penyakit kepada manusia. Terjadinya mengatakan bahwa untuk persyaratan
kasus-kasus keracunan makanan peralatan makan jumlah koloni/cm 2
seharusnya tidak perlu terjadi apabila permukaan alat harus nol dan tidak
produk pangan diolah dengan prosedur mengandung E. coli (DepkesRI, 2011).
pengolahan yang benar (Badan Peralatan makan dapat menjadi media
POM,2007). penularan penyakit bila tidak dibersihkan
Makanan yang berada di rumah makan, dengan baik. Upaya pencegahan
restoran atau di pinggiran jalan akan penularan penyakit melalui alat makan
menjadi media tempat penularan penyakit biasanya menggunakan deterjen atau
patogen apabila tidak diolah dan sanitiser. Cara ini dapat menghasilkan
ditangani dengan baik karena dalam limbah air yang dapat menimbulkan
penanganan makanan dapat pencemaran lingkungan. Upaya desinfeksi
memasukkan dan menyebarkan terhadap peralatan makan dapat
mikroorganisme patogen. Penularan menggunakan desinfektan kimia maupun
penyakit tersebut dapat terjadi secara desinfektan alami. Salah satu desinfektan
dkk, 2015). Pencucian peralatan makan dengan zat pencuci atau detergen;
yang benar harus menggunakan air Rinsing yaitu mencuci peralatan yang
banyak, mengalir, dan selalu diganti telah digosok detergen sampai bersih
(DepKes RI, 2006). Ketidaktahuan dengan cara dibilas dengan air bersih.
pengelola makanan dalam upaya Pada tahap ini penggunaan air harus
membersihkan peralatan makan dapat banyak, mengalir, dan selalu diganti.
menjadi penyebab terjadinya gangguan Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas
kesehatan dan penyakit akibat bawaan dengan cara menggosok-gosok dengan
makanan (DepKes RI, 2004). tangan sampai terasa kesat, tidak licin;
Menurut DepKes RI (2006) teknik Sanitizing/Desinfection yaitu tidak untuk
pencucian yang benar adalah dengan membebashamakan peralatan setelah
Scraping yaitu memisahkan sisa kotoran proses pencucian; Towelling
dan sisa-sisa makanan yang terdapat (mengeringkan), yaitu mengusap kain lap
pada peralatan yang akan dicuci; Flusing bersih atau mengeringkan dengan
yaitu mengguyur air ke dalam peralatan menggunakan kain atau handuk dengan
yang akan dicuci sehingga terendam maksud untuk menghilangkan sisa-sisa
seluruh permukaan peralatan. Sebelum kotoran yang mungkin masih menempel
peralatan yang akan dicuci telah sebagai akibat proses pencucian seperti
dibersihkan dari sisa makan; Washing noda detergen, noda klor, dan
yaitu mencuci peralatan dengan cara sebagainya.
menggosok dan melarutkan sisa makanan
Perbedaan Angka Kuman pada Piring Sebelum dan Sesudah diberi Variasi
Konsentrasi Perasan Daun Jeruk Purut
Perbedaan angka kuman pada piring bahwa minyak atsiri daun jeruk purut
sebelum dan sedudah dicuci dengan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
variasi konsentrasi perasan daun jeruk Staphylococcus aureus dan Escherichia
purut secara statistik menunjukkan ada coli.
perbedaan yang signifikan dengan nilai p Flavonoid dapat menyebabkan terjadinya
value 0,00. Hal ini sesuai dengan analisa kerusakan permeabilitas dinding sel
tabel yang menunjukkan rata-rata angka bakteri (Ardo, 2005). Tanin bekerja
kuman pada setiap variasi konsentrasi dengan cara menghambat pertumbuhan
berbeda. bakteri dengan melakukan denaturasi
Adanya perbedaan angka kuman pada protein dan menurunkan tegangan
piring sebelum dan sesudah dicuci permukaan, sehingga permeabilitas
dengan perasan daun jeruk purut karena bakteri meningkat. Kerusakan dan
daun jeruk purut mengandung senyawa peningkatan permeabilitas sel bakteri
polifenol 1,96%, saponin 2,15%, minyak menyebabkan pertumbuhan sel menjadi
atsiri 0,88%, flavonoid 1,05, tanin, terhambat dan akhirnya dapat
kumarin 0,31%, asam sitrat 2,03%, menyebabkan kematian sel (Akiyanma et
steroid 0,24, dan triterpenoid 0,41%. Hal al, 2001). Menurut Cowan (1999) dalam
ini sejalan dengan penelitian Sulistiyani penelitian Agung (2015) kumarin
(2004) bahwa daun jeruk purut merupakan senyawa fenolik yang
mengandung senyawa yang berfungsi menghambat pertumbuhan mikroba
sebagai desinfektan. Menurut penelitian dengan menginaktivasi enzim dan
Sulistiyani, dkk (2004) menjelaskan merusak dinding sel.
bahwa daun jeruk purut mengandung Asam sitrat bersifat merusak atau
polifenol yang dapat digunakan sebagai mengganggu kestabilan zat pelindung
desinfektan. dari dinding sel (Blaszyk et al, 1998).
Saponin berperan sebagai antimikroba Menurut Menurut Putra (2007) dalam
pada Stapylococcus aureus, senyawa penelitian Dwi Budi Wiyanto (2010)
saponin bekerja sebagai antimikroba mekanisme kerja steroid dalam
dengan cara merusak membran menghambat mikroba adalah dengan
sitoplasma dan membunuh sel (Soetan et merusak membran plasma sel mikroba,
al, 2006). sehingga menyebabkan bocornya
Minyak atsiri dapat menghambat sitoplasma keluar sel yang selanjutnya
beberapa jenis bakteri merugikan seperti menyebabkan kematian sel.
Escherichia coli, Salmonella sp, Triterpenoid dapat menghambat
Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Pasteurella (Agusta, 2000) yang sejalan aureus dan Escherichia coli (Wiwik, 2010).
dengan penelitian Ratna, dkk (2011)