Anda di halaman 1dari 31

Hands on 2 Anamnesis dan Diagnosis

(Oleh Prof Wipawee Nittayananta)

Makalah OMC 2018 / Kasus Non- Ulcer

Disusun oleh:

Kyky Vera Satriyani

160112130043

Pembimbing:

drg. Erna Herawati., M.Kes

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2020
I. Anamnesis dan Diagnosis

Lesi pada mukosa oral sering dianggap sebagai bagian kecil dari

kesehatan umum secara keseluruhan. Terdapat hubungan antara kesehatan

seseorang secara umum dengan kondisi oral dari orang tersebut. Tantangan yang

dihadapi oleh seoramg dokter gigi dalam mendiagnosa sebuah lesi oral

merupakan tantangan tersendiri dikarenakan lesi yang timbul tidak semuanya

memiliki karakteristik tertentu atau kondidi klinis tertentu. Terkadang lesi yang

sebenarnya dapat membahayakan pasien bisa timbul sebagai lesi yang terlihat

biasa saja karena tidak adanya tanda klinis atau gambaran klinis khusus yang

dapat menunjukkan hal tersebut.

Dikarenakan hal tersebut, maka dalam mendiagnosis dari suatu lesi

oral harus dihubungkan dengan beberapa kemungkinan lesi oral lain yang

memiliki kesamaan tanda klinis.

Pengetahuan yang baik tentang penyebab tiap lesi oral dan juga pada

saat melakukan history taking pada pasien dan didukung pemeriksaan klinis

yang menyeluruh dapat memberikan gambaran yang jelas pada saat menetukan

diagnosa dan juga diagnosa pembanding.

Kemampuan untuk membedakan kelainan pada tiap lesi oral

berdasarkan keadaan klinis seperti lesi putih, lesi tidak putih (lesi merah atau lesi

gelap), lesi ulcer dan pembengkakan merupakan cara dasar yang dapat

membantu dokter gigi dalam penentuan diagnosis dari suatu lesi dan juga

diagnosis pembandingnya. Untuk itu maka :


1. Kenali perbedaan dari tiap lesi oral.

2. Oral hygiene ditingkatkan terlebih dahulu.

3. Palpasi dilakukan pada tiap lesi oral dan bukan hanya dilihat atau

diamati saja.

4. Jika terdapat lesi oral, maka pikirkan semua kemungkinan dari

penyakit yang diderita pasien.

Pada beberapa kasus akan diperlukan alat bantu diagnosis berupa

pemeriksaan laboratorium untuk lebih meyakinkan dalam penegakkan diagnosis.

Pada saat pemeriksaan pasien, dokter gigi harus bisa melakukan history taking

yang baik, karena dari hal tersebut akan didapatkan keluhan dan riwayat penyakit

yang baik dari pasien dan akan sangat membantu pada saat menetukan diagnosis,

diagnosis banding dan rencana perawatan dan dalam memberikan penjelasan pada

pasien tentang penyakit yang sedang diderita. Beberapa pertanyaan yang dapat

diajukan dalam history taking adalah sebagai berikut:

- Apakah ada iritasi lokal?

- Apa saja gejala yang muncul?

- Apakah ada penyakit sistemik?

- Sedang mengkonsumsi obat apa saja?

- Apakah anda seorang perokok atau peminum minuman

beralkohol?

- Apaka ada obat-obatan topikal yang digunakan akhir-akhir ini?

- Sudah berapa lama penyakit tersebut muncul?

- Apakah ada kelainan herediter pada keluarga?


Seperti yang dijelaskan diatas, pembagian lesi oral pada pasien dapat

dibedakan menjadi:

a. Lesi putih

Jika terdapat lesi putih pada pasien, maka hal pertama yang dapat

dilakukan adalah mengambil kassa steril dan usapkan pada lesi

tersebut.

o Jika dapat dihapus dengan kassa, maka lesi tersebut

biasanya pseudomembran candidiasis atau chemical

burns.

o Jika tidak dapat dihapus, maka bisa berupa

penebalan epithel (frictional hiperkeratosis, lichen

planus, hairy leukoplakia, actinic keratosis/

cheilitis, smoker’s keratosis, idiopatic leukoplakia,

white sponge nevus, leukodema) atau perubahan

pada subepitel (luka, fibrosis).

b. Lesi non putih (lesi merah atau lesi gelap)

Lesi ini biasanya dikarenakan oleh melanin pada kulit, biasanya

pada pasien dengan penggunaan obat untuk penyakit kongenital,

sehingga menyebabkan apa yang disebut medication melanosis.

Selain itu juga dikarenakan adanya racial pigmentation yang

menyebabkan pewarnaan pada lidah dan gusi. Selain karena


melanin, juga isa dari faktor luar yaitu amalgam yang bias

digunakan pada penambalan gigi sehingga menyebabkan

timbulnya amalgam tatto. Pada lesi non putih terdiri dari:

- Lesi merah

o Mukosa erosif, atropik: dikarenakan defesiensi

nutrisi, anemia, median rhomboid glossitis,

geographic tongue, erosive lichen planus.

o Infeksi/ peradangan ( inflamasi): kandidiasi

eritematous, denture stomatitis

o Trauma : hematoma, ekimosis, ptekie, purpura

o Alergi : contac mucositis, pasien memiliki

riwayat penggunaan agen topikal

o Penuaan (Aging) : lingual varicosities terdapat

pada permukaan bawah lidah, biasanya pada

pasien dengan usia yang sudah senja

o Kongeital : Hemangioma

o Keganasan (malignancy) : eritoplakia, squamos

sell karsinoma, kaposi’s sarcoma

- Lesi gelap

o Melanin, seperti: melanotic macule nevus,

smoker’s melanosis, medication melanosis (pada

pasien dengan penggunaan obat jangka panjang


contohnya kontrasepsi. Bisa terjadi pada bukal,

palatum)

o Metal, seperti : amalgam tatto, heavy metal

toxicosis pada pekerja pabrik yang terpapar

bahan metal.

o Kongenital, seperti: pigmentasi rasial pada

pasien yang memiliki kulit gelap, dimana

pigmentasi terdapat pada mulut, gusi dan lidah,

Peutz-Jeghers syndrome (jarang terjadi)

o Keganasan, seperti: Melanoma (sangat jarang)

c. Lesi ulcer

Untuk lesi ulcer, pertama harus diktehui terleih dahulu apa yang

menyebabkan ulser tersebut, apakah dikarenakan trauma, infeksi

(bakteri, virus, fungus), kelainan imun, kekurangan nutrisi, radiasi

atau kemoterapi, keganasan, atau tidak diketehui penyebabnya.

Jika kita mendapati pasien dengan lesi ulser pada bagian oralnya,

maka yang harus kita lakukan adalah: melakukan history taking

secara menyeluruh, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral yang

baik, mengidentifikasi penyebab yang berhubungan dengan ulser

tersebut sepeeti trauma, atau iritasi lokal, mengurangi penyebab

ulser tersebut, dan lakukan follow up, jika dimungkinkan. Jika dari

hasil perawatan dari dokter gigi tersebut berhasil, yaitu dengan


adanya perbaikan atau sembuh, maka biasanya ulser tersebut

adalah ulser yang berasal dari traumatik. Namun jika menetap atau

malah makin memburuk, maka sebaiknya dilakukan biopsi.

Sebagai pemandu pada saat kita menghadapi pasien dengan ulser,

maka ada beberapa pertanyaan yang dapat diajukan yaitu:

-sudah berapa lama terdapat ulser tersebut?

-ada berapa banyak ulser yg muncul?

-apakah terasa sakit?

-apakah ada yang menyebabkan ulser bertambah parah, seperti

makanan panas atau trauma atau ada faktor lain?

-apakah ini pertama kali terdapat ulser atau pernah ada

sebelumnya?

-lokasinya dimana di dalam mulut?

-apakah berawal dari ulser atau muncul sebagai vesikel atau bula

terlebih dahulu?

-apakah muncul dibagian tubuh yang lain?

Pertanyaan ini dapat diberikan kepada pasien untuk mendapatkan

riwayat munculnya ulser dengan lebih baik pada pasien.

Seperti yang disebutkan diatas, ulser bisa berasal dari beberapa hal

seperti trauma yang menyebabkan timbulnya traumatic ulcer.

Selain itu ada beberapa hal lain seperti:

- Infeksi virus: virus herpes simpleks, herpes zoster,

cytomegalovirus
- Infeksi jamur: deep fungal infection (histoplasma capsulatum,

penicillium marneffei)

- Infeksi bakteri: TB, sipilis

- Kelainan imun: chronic multiple ulcers, preceeded by bullae,

lesi kulit, keterlibatan pada mata

- Ulser karena alergi: ulser akut, adanya riwayat terkena agen

topikal atau obat, bisa sembuh atau menghilang jika

menghentikan penggunaan obat atau agen tersebut.

- Ulser karena keganasan: berupa ulser kronis pada pasien

dewasa dengan riwayat perokok berat, alkoholik atau peminim

minuman beralkohol, mengunyah pinang, penurunan kekebalan

tubuh, infeksi HPV.

d. Pembengkakan jaringan lunak

Untuk pembengkakan pada jaringan lunak biasanya merupakan

manifestasi dari penyakit yang bersifat atau mengarah kepada

keganasan. Diperlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut

seperti histopatologis untik memberikan hasil yang lebih definitif.

Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi

pada tingkat sel, karena hasil pemeriksaan pada tingkat sel yang

terlihat dibawah mikroskop akan memberikan hasil yang lebih

terpercaya. Pembengkakan atau pembesaran jaringan lunak

contohnya:
- Pembengkakan papilar pada permukaan epitelium biasanya

hanya pada bagian superfisial. Untuk mendiagnosisnya,

sebelumnya lihat terleih dahulu apakah lesi berbentuk single

atau multiple. Lesi muncul dalam bentuk :

o Single

a. Squamous papiloma : sering muncul, single,

pada area terbatas, stalk-like attachment.

Gambaran klinis berupa huruf P yang

pedunculate.

b. Verruca vulgaris : area yang luas, bisa muncul

pada kulit, bibir. Gamaran klinis seperti huruf V

terbalik.

o Multiple

a. Condyloma acuminatum : venereal wart, pada

area genital. Gambaran klinis berupa sideways

b. Focal epithelial dysplasia


Gambar 1. Cara membedakan gambaran klinis antara papiloma, verruca dan
condyloma

- Acute inflamatory enlargement biasanya terjadi karena

penyakit periodontal atau berasal dari dental. Dibagi menjadi:

a. Infeksi, contohnya seperti : abses, perikoronitis yang

biasanya terjadi pada gigi molar ke tiga, cellulitis.

b. Non- infeksi, contohnya seperti : mukokel (biasanya pada

bibir atau ventral lidah), ranula, angioedema (biasanya


karena alergi atau terhadap agen yang menyebabkan alergi,

dapat diketahui melalui history taking)

- Reactive hyperplasia, sering terjadi, bisa dikarenakan pasien

memiliki kalkulus yang banyak yang menyebakan

pembengkakan kronis pada gingiva. Dibagi menjadi :

a. Trauma / iritasi kronis, contohnya : dental induce

hyperplasia, traumatic fibroma,pyogenic granuloma,

peripheral ossifiying fibroma, peripheral giant cell

granuloma

b. Multifaktorial ditambah iritasi lokal, contohnya : tumor

hormonal, pregnancy tumor, drug induced gingival

hyperplasia, idiophatic (cheilitis glandularis, cheilitis

grnulomatosa)

- Kista dan tumor jinak submukosa

- Keganasan : squamosa cell carcinoma, non-Hodgkin’s

lymphoma, Kaposi’s sarcoma

Selain itu ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh dokter gigi untuk

dapat dengan baik melakukan anamnesis dan diagnosis pada pasien yaitu:

- Perbanyak ilmu pengetahuan terutama dengan lesi oral

- Lihat riwayat penyakit dari pasien

- Lihat lesi yang muncul, berdasarkan pembagian lesi diatas,

apakah lesi berwarna merah atau lesi berwarna putih. Jika lesi

putih, apakah isa dihilangkan atau tidak. Termasuk yang mana


lesi yang ada pada pasien (bisa dilhat erdasarkan warna,

bentuk).

- Jika berupa ulser, lihat apakah korosif atau tidak, palpasi pada

bagian margin atau border dari lesi tersebut, ada berapa ulser

yang muncul pada pasien. Pada pasien dengan imunosupresif,

lesi yang muncul biasnya multipel.

- Lihat ada atau tidak pembengkakan. Jika ada, maka lihat

permukaan apakah reguler atau ireguler, kemudian cari faktor

lokal, apakah ada karies yang besar dan dalam.

- Lihat pada bagian tubuh lain apakah ada lesi lainnya atau tidak.

Sebagai pengingat untuk dokter gigi dalam melakukan pemeriksaan

dari lesi oral sebagai berikut:

1. Mukosa dalam mulut merupakan cerminan dari keadaan atau kesehatan

dari pasien secara general.

2. Ada hubungan antara kesehatan pasien secara general atau jika ada

penyakit tertentu pada pasien dengan keadaan mukosa dari pasien tersebut.

3. Lesi pada mukosa oral dapat terlihat sama secara klinis, tetapi terdapat

perbedaan dari penyebab lesi oral tersebut.

4. Dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang kuat dan mengerti dengan

jelas penyebab dari tiap manifestasi yang terjadi dengan baik melalui

history taking pada pasien secara menyeluruh dan pemeriksaan klinis

untuk menetapkan diagnosa banding.


5. Membedakan abnormalitas yang terjadi berdasarkan dari keadaan klinis

menjadi lesi putih, lesi non putih, ulser dan pembengkakan sebagai strategi

dasar yang digunakan oleh klinis untuk mengarahkan pada penetapan

diagnosis banding yang tepat.

6. Pemeriksaan laboratorium terkadang diperlukan untuk menetapkan

diagnosis dari tiap lesi secara pasti.

7. Bersihkan terlebih dahulu oral hygiene dari pasien sebelum melakukan

biopsi jaringan.

8. Variasi dari kondisi pasien juga harus dipertimbangkan sebelum

menetapkan dan mengimplementasikan rencana perawatan.


Tugas Diskusi OMC 2018/ Non- ulcer

1. Jenis-jenis diagnosis (Scully Crispian, 2013)

a. Diagnosis klinis adalah : diagnosis yang ditetapkan setelah dilakukan

pemeriksaan klinis dan riwayat penyakit dari pasien

b. Diagnosis patologikal adalah : diagnosis yang ditetapkan setelah

adanya hasil pemeriksaan patologikal.

c. Diagnosis langsung adalah : diagnosis yang ditetapkan setelah

melakukan observasi dari gambaran pathonogmonic. Terkadang bisa

didaptkan untuk kasus tertentu, seperti dentinogenesis imperfecta,

dimana terdapat gambaran berupa warna translusent kecoklatan yang

abnormal pada gigi.

d. Diagnosis kerja adalah : nerupakan diagnosis awal, dimana akan

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

e. Diagnosis deduktif adalah : diagnosis yang ditetapkan dengan

mempertimbangkan data-data yang didaptkan dari riwayat penyakit,

pemeriksaan klinis dan pemeriksaan lebih lanjut.

f. Diagnosis pembanding adalah : diagnosis yang di tetapkan setealh

mempertimbangkan persamaan dan perbedaan dari dua keadaan atau

kondisi yang mirip.

g. Diagnosis dengan eksklusi adalah : diagnosis yang ditetapkan setelah

mengidentifikasi dari suatu penyakit setelah meghilangkan semua

penyebab yang memungkinkan.


h. Diagnosis ex- juvantibus adalah : diagnosis yang ditetapkan setelah

melihat respon dari perawatan yang diberikan terlebih dahulu.

Contohnya pada trigeminal neuralgia yang mungkin atipikal, diagnosis

terkadang dapat ditegakkan setelah adanya respon positif dari

pemberian carbamazepin.

i. Diagnosis provokatif adalah : induksi dari sebuah kondisi untuk

menegakkan diagnosis. Contohnya adanya kemungkinan alergi

terhadap obat.

2. Definisi lesi ulser adalah suatu keadaan dimana adanya kehilangan lapisan

epitelium dan kadang disertai dengan kehilangan jaringan dibawahnya

(stratum basalis), sebagai hasil dari pengelupasn jaringan nekrotik (Scully

Crispian, 2013.)

3. Jenis lesi oral (Scully Crispian, 2013).

Jenis lesi oral


Makula : lesi datar, berbatas jelas, Purpura : perubahan warna

perubahan warna menjadi kemerahan/ kekuningan.

Ada 2 jenis:

1. Ptekie : diameter 1-2 mm

2. Ekimosis : diameter > 2 mm


Papula : lesi padat, menonjol, Plak (papula besar) : lesi padat,

superficial, diameter < 1 cm menonjol, diameter > 1 cmm


Nodula : lesi (hingga dermis) padat, Tumor : massa jaringan padat,

menonjol, diameter < 1 cm, diameter > 1 cm, istilah untuk

epidermis yang menutupi biasanya menggambarkan neoplasama, tumor


tidak cekat dan dapat digerakkan yang menetap dapat bertangkai atau

dari lesinya berulserasi ditengahnya


Vesikel : lentingan berisi cairan Bulla (vesikel besar) : lentingan

pada epidermis, diameter < 1 cm, berisi cairan, diameter > 1 cm

cairan pada umunya limfe atau

serum tetapi juga dapat

mengandung darah dan agen

penginfeksi.
Ulser : hilangnya epitel yang Erosi (vesikel atau bulla yang

meluas hingga stratum basalis, pecah) : hilangnya epitel tidak

merupaka luka terbuka dari jaringan meluas hingga starum basalis,

mukosa yang memerlihatkan lembab dan cekung, dapat sembuh

disintegrasi dan nekrosis jaringan, tanpa diikuti pembentukan jaringan

dapat diikuti pembentukan jaringan parut

parut, yerasa sakit, dan seringkali

memerlukan terapi obat.


Wheals : suatu papula atau plak Pustula : lesi menonjol, berisi

berwarna merah muda, edema, dan purulen

berisi serum, edema pada kulit

hanya muncul singkat dan terasa

gatal
Fisura : suatu celah garis normal Sinus : suatu saluran yang

atau abnormal dalam epidermis memanjang dan berongga, bisa

yang secara khas terjadi pada bibir supuratif pada kista atau abses

dan jaringan perioral


4. Obat-obatan yang menyebabkan iritasi (ulcer) (Jinbu Yoshinori, Demitsu

Toshio., 2014)

Ulser yang disebakan oleh obat-obatan memilki gambaran klinis: single,

ulser terisolasi, biasanya terletak pada bagian tepi lidah, resisten terhadap

pengobatan biasa.

 Obat-oatan yang dapat menyebabkan iritasi (ulser) biasanya

merupakan reaksi alergi dari pengunaan obat tersebut seperti : obat

sulfonamid, anti konvulsan, NSAID-oxycam, β blocker,

immunosupresant, anticholinergic, bronchodilators, platelet

aggregation inhibitors, vasodlitaor, protease inhibitor, antiretrovirals,

antihipertensif

5. Penyakit oral yang berhubungan dengan perokok dan peminum alkohol

 Pada perokok, penyakit oral yang dapat terjadi contohnya (Ozturk

Onur, Fidanci Izzet, Unal Mustafa., 2017) : smoker’s melanosis, hairy

tongue, stomatitis nikotina (biasanya pada perokok cerutu atau

pengguna pipa rokok), pada pengunyah tembakau biasanya mengalami

hiperkeratosis, oral kandidiasis.

 Pada peminum alkohol, penyakit oral yang dapat terjadi contohnya

(Khaimar, R Mahesh, Wadgave Umesh, Khaimar, M Sonam., 2017) :

leukoplakia, firbosis pada oral sub mukosa, eritoplakia, candidiasis,

kanker pada oral.

6. Fungsi dari triamnicolone dan aloclair


 Triamnicolone acetonide (Gage and Pickett, 2005)

- merupakan kortikosteroid sintetik yang bekerja dengan cara

berinteraksi dengan reseptor sterioid sitoplasmik dan

mengaktifkn efek anti inflamasi, anti pruritus dan anti alergi

- penggunaan kortikosteroid ini berfungsi juga untuk

menurunkan imun lokal sehingga memperpendek durasi ulser

- sediaan yang berbentuk pasta atau salep dimaksudkan untuk

diaplikasikan dirongga mulut yang berfungsi sebagai covering

agent untuk mempercepat proses epitelisasi

 Aloclair (Setiadhi Riani dan Firman, R Dani, 2017)

- Merupakan salah satu pilihan obat untuk mengatasi sariawan

- Memiliki kandungan aloe vera yang dapat berfungsi untuk

mempercepat proses penyembuhan luka

- Terdapat kandungan asam hialuronat yang dapat berfungsi

sebagai pelembab

- Sediaan berbentuk gel, difungsikan untuk untuk pengolesan

pada bagian yang mengalami luka yang berfungsi sebagai

covering agent.

7. Definisi, faktor predisposing, patofisiologi, gambaran klinis, perawatan

dari pseudomembran candidiasis dan lichen planus

 Pseudomembran candidiasis (Acharya Samikasha, Lohe, K Vidya,

Bhowate, R Rahul, 2017)

~ Definisi
Merupakan infeksi oportunistik yang sering terjadi pada bagian

mukosa oral, penyakit ini disebabkan oleh bakteri candidiasis

albicans. Fungi ini biasanya memiliki patogen yang lemah, dan

penyakit ini biasanya hanya menyerang pada pasien yang sangat muda,

sangat tua atau sangat sakit, dengan kata lain pasien dengan imun

tubuh yang lemah. Biasanya hanya pada mukosa oral, tetapi jika ada

manifestasi pada sistemik dapat menyebabkan kefatalan.

Pseudomemran kandidiasis merupakan bentuk manifestasi oral primer,

dimana hanya mengenai pada daerah oral dan perioral.

~ Faktor predisposing

a. Lokal : pengunaan gigi palsu, merokok, steroid inhalasi, steroid

topikal, hiperkeratosis, ketidakseimbangan kondisi oral,

kualitas dan kuantitas dari saliva,.

b. General : penyakit immunosupresif, kondisi kesehatan yang

kurang baik, penggunaan obat-obatan immunosupesif,

kemoterapi, kelainan endokrin,.

~ Patofisiologi

Candidiasis albican merupakan salah satu flora normal didalam

mulut. Jika dalam keadaan normal, maka tidak berbahaya, tetapi ketika

terjadi ketidakseimbangan dikarenakan faktor predisposisi yang

muncul, maka akan menimbulkan infeksi, karena patogen dari jamur.

~ Gambaran klinis
Infeksi biasanya muncul sebagai membran dengan perlekatan yang

longgar, yang terdiri dari orgaisme fungal dan debris selular yang

terkadang mengalami inflamasi dan terkadang berdarah ketika

pseudomembran dihilangkan. Infeksi yang lebih ringan kadang

memiliki tampilan yang sulit dibedakan dengan debris makanan. Bisa

disertai dengan rasa tidak nyaman / rasa terbakar.

Gambar pseudomembran candidiasis pada pasien dengan

immunosupresif setelah transpaltasi jantung.

~ Perawatan

a. Eliminasi faktor predisposisi

b. Bila menggunakan steroid inhalasi, maka instruksikan untuk

berkumur setelah pemakaian.

c. Pemberian agen anti fungal :

- Ampotericin B

- Nystatin

- Clotrimazole

- Miconazole

- Ketokonazole
- Fluconazole

- Itraconazole

 Lichen planus (McCullough, J Michael, Alrashdan, S Mohammad,

Crillo Nicola, 2017)

~ Definisi

Oral lichen palnus adalah keadaan inflamasi kronis pada mukosa,

biasanya dikarenakan kondisi imun dengan gambaran klinis yang

bervariasi, seperti : oral lichen planus berupa inflamasi kronis biasanya

terjadi pada bagian mukosa oral dengan karakteristik bisa terjadi relaps

atau menjadi lebih ringan (remmision), sedangkan lesi kutaneous

biasanya self limiting, dan priritic. Diagnosis biasanya ditegakkan

berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan hitologikal.

~ Faktor predisposing

Stress, trauma, obat, diaetes, hepatitis C

~ Patofisiologi

Infiltrasi dan aktivasi sel limfosit T (CD8) autokorektif pada

subepitel  tidak dapat membedakan sel tubuh dengan antigen asing

 degenerasi sel basal karena terjadi apoptosis pada sel basal

(sitotoksik)  menyebakan hperkeratosis (penurunan deskuamasi

keratinosist karena peningkatan adesi membran.

~ Gambaran klinis
a. Retikular (asimptomatik): berbentuk striae wickham yang

tampak seperti jala, sering pada mukosa bukal, bilateral

simetris

b. Papula/plak (asimptomatik): lesi putih yang timbul

c. Atrofik atau eritema (simptomatik): area yang mengalami

inflamasi tertutup epitel tipis berwarna merah, biasanya terdpat

pada attached gingiva (desquamative gingivitis)

d. Erosi (simptomatik): kelanjutan dari tipe atrofik yang lapisan

tipisnya telah terabrasi/terulserasi

e. Bulosa bila pecah  menjadi erosif (ulser)

~ Perawatan

Beberapa obat topikal sudah disarankan untuk digunakan seperti

steroid, calcineuri inhibitor (cyclosporine dan tacrolimus), retinoid,

dan pototerapi ultraviolet. Sebagai pengobatan primer, penggunaan

steroid topikal telah banyak digunakan secara luas. Untuk pengobatan

intermediat, penggunaan steroid kuat seperti clobetasol propionate

banyak digunakan. Selain itu, bisa juga digunakan cyclosporine,

tacrolimus dan retinoid topikal sebagai pengobatan penunjang.

8. Perbedaan klinis dari herpes simpleks dan herpes zoster (Scully Crispian,

2013)

Perbedaan klinis
Herpes simpleks Herpes zoster
- Berasal dari virus herpes - Merupakan infeksi sekunder

simpleks tipe I (pada oral dari penyakit varicella zoster.


dan labial) dan tipe II (pada - Lesi awal berupa makula

daerah genital) pada daerah yang eritem 

- Berupa vesikel yag mudah papula vesikel (2±24 jam)

pecah, berkelompok, berisi  pustul (3 hari)  krusta

cairan  ulser ireguler dan (7±10 hari) biasanya

terasa sakit bertahan 2±3 minggu

- Rasa yang timbul seperti

tersengat, tertusuk, nyeri,

mati rasa.

9. Gambaran klinis dari stomatitis alergika (Kusumadjati Fanni, Wirutomo

Affan, Prihastutu, C Christiana, 2018)

 Ekstra oral: multiple krusta berwarna kemerahan, diameter ± 2mm

terdapat peninggian atau indurasi pada lesi tersebut, tidak terasa perih

 Intra oral: lesi ulseratif, multiple, ukuran ± 5mm, berbentuk bulat

dengan tepi eritem, bagian dalam berwarna keputihan, terdaoat

indurasi dan terasa nyeri.

Tugas diskusi OMC 2018/ non-ulcer

1. Histopatologi pada lichen planus (McCullough, J Michael, Alrashdan, S

Mohammad, Crillo Nicola, 2017)

Gambaran histologi dari lichen planus pertama kali dijelaskan oleh

Dubreuill pada tahun 1906 dan kemudian direvisi oleh Shklar pada tahun
1972. WHO sendiri mengembangkan beberapa set dari kriteria

histopatologi untuk oral lichen planus pada tahun 1978 yang kemudian

diperbaiki kembali pada tahun 2003. Diagnosis definitif pada temuan

histologi dari oral lichen planus meliputi degenerasi liquevactive dari sel

basal, colloid bodies( civatte, hyaline, cytoid), infiltrasi homogen dari

limfosit dan histiosit dengan pola seperti piya yang tebal sepanjang

pertemuan antara epitelium dan jaringan ikat pada bagian superfisial dari

dermis, normal maturasi dari epitelium, sawtooth rete ridges,

hiperkeratosis (orthokeratosis atau parakeratosis). Sebagai tambahan, pada

permukaan epitelium dapat menunjukkan tanda ulserasi dengan tipe yang

sering terjadi adalah tipe erosif.

Beberapa kriteria histologi yang berada diluar dari diagnosis oral lichen

planus adalah tidak adanya liquefaction dari sel basal, infiltrasi

inflamatory polycolonal, cytology abnormal yang mengarah ke dysplasia,

keratinisasi abnormal, flat rete ridges, tidak adanya colloid bodi.


Gambar A. Histopatologi dari oral lichen planus menggunakan
photomicrograph berkekuatan rendah. Terlihat parakeratosis, infiltrasi dari
inflamatory kronis yang berbentuk seperti pita pada subephitelial dan
sawtooth rete ridges.

Gambar B. Menggunakan photomicrograph berkekuatan tinggi


memperlihatkan beberapa colloid bodi (tanda panah) dan degenerasi
liquefective dari sel basal, keratinocytes (kepala panah).

Tabel 1. Kriteria diagnosis dari oral lichen planus oleh WHO (1978)

Kriteria klinis Kriteria histopatologikal


Adanya papula putih. Retikular, Adanya lapisan tebal ortho/

annular, lesi tipe plak, garis pituh parakeratin pada bagian yang

keabu-abuan yang berasal dari normalnya mengalami keratinisasi

papula dan jika tidak biasanya lapisan ini

tipis
Adanya garis putih keabuan dengan Adanya civatte bodies pada lapisan

sedikit indurasi yang berbentuk sal, epitelium dan bagian superfisial

seperti renda (pola retikular) dari jaringan ikat.


Adanya lesi atropik dengan atau Adanya zona infiltrasi seluler well
tanpa erosi dan kemungkinan defined band like yang erada pada

adanya bulla bagian superfisial dari jaringan ikat

yang berisi limfosit


Adanya tanda degenerasi

liquefaction pada lapisan basal sel.

Tabel 2. Kriteria diagnosis dari oral lichen planus oleh WHO yangtelah
dimodifikasi (2003)

Kriteria klinis Kriteria histopatologikal


Adanya lesi bilateral atau lesi yang Adanya zona infiltrasi seluler well

sedikit simetris defined band like yang erada pada

bagian superfisial dari jaringan ikat

yang berisi limfosit


Adanya garis putih keabuan dengan Adanya tanda degenerasi

sedikit indurasi yang berbentuk liquefaction pada lapisan basal sel

seperti renda (pola retikular)


Erosi, atropik, bulla dan lesi seperti Tidak ada displasia dari epitelial

plak diterima sebagai sub tipe jika

ada gambaran lesi retikular pada

mukosa oral.

2. Kandungan pada aloe vera yang memberikan efek anti inflamasi

Dalam aloe vera, memiliki berbagai macam zat aktif yang sangat baik agi

kesehatan tubuh. Zat aktif tersebut antara lain (Melliawati R, 2018):

Zat Komponen dan fungsi


Asam amino 20 asam amino yang dibutuhkan
manusia dan tujuh asam amino

esensial. Asam amino menyediakan

protein untuk memproduksi jaringan

otot.
enzim Aliiase, alkaline fosfat, amilase,

karboksipeptidase, katalase, selulase,

lipase, peroksidae. Membantu

pemecahan gula dan lemak dalam

pencernaan dan meningkatkan

penyerapan nutrisi
Gula Monosakarida : glukosa dan fruktosa

polisakarida mannan/polimannosa.

Berperan dalam aksi antiinflamasi,

antivirus, dan modulasi imun

(acemannan)
Mineral Kalsium, kromium, tembaga, zat

besi, magnesuim, mangan, potasium,

sodium, seng. Berperan penting

dalam kesehatan bersama vitamin

dan lainnya
Hormon Auksin dan giberelin. Berfungsi

dalam penyembuhan luka dan

antiiflamasi
Asam salisilat Senyawa seperti aspirin. Berperan

sebagai analgesik
Lignin Zat berbasis selulos. Bertindak
sebagai pertahanan terhadap

komponen lain
Saponin Glikosida. Berguna sebgai antiseptik
Sterol Menyediakan 4 steroid utama

tumbuhan : kolesterol, kampesterol,

lupeol, β-sistosterol. Merupakan

agen antiinflamasi. Lupeol juga

memiliki sifat antiseptik dan

analgesik
Antrakuinon Terdiri dari aloe emodin, asam

aleotik, alonin, antrasin, antranol,

barbaloin, chrysophamic acid,

emodin, minyak eter, ester dari

cinnamon acid, isobarbalonin,

resistanol. Berperan dalam aktivitas

analgesik, antibakteri, antifungal,

dan antivirus,
Vitamin Terdiri dari vitamin A,C,E,B,kolin,

B12, asam folat. Berguna seagai

antoksidan (A,C,E). Untuk

menetralisir radikal bebas.

- Kandungan antibakteri : antarkuinon yang terdiri dari aloin,

emodin, barbalonin, saponin, tanin dan sterol. Mampu

mengurangi kontaminasi bakteri yang akan menggangu proses

penyembuhan ulser.
- Kandungan antiiflamasi : acemannan, saponin, giberelin,

bradikinin, asam arkadionat dan polisakarida.

Daftar Pustaka

1. Acharya Samikasha, Lohe, K Vidya, Bhowate, R Rahul. 2017. Diagnosis

and Management of Pseudomembran Candidiasis. Available online at:

https://medcraveonline.com/JOENTR/diagnosis-and-management-of-

pseudomembranous-candidiasis.html (diakses pada februari 2020)

2. Gage and Pickett. 2005. Mosby’s Dental Drug Reference 7 th edition. St

Loius Missouri. Esevier Mosby

3. Jinbu Yoshinari, Demitsu Toshio. 2013. Oral Ulcerations Due to Drug

Medications. Available online at:

http://dx.doi.org/10.1016/j.jdsr.2013.12.001 (diakses pada februari 2020)

4. Khaimar, R Mahesh, Wadgave Umesh, Khaimar, M Sonam. 2017. Effect

of Alcoholism on Oral Health: A review. Available online at:

https://www.researchgate.net/publication/318251538_Effect_of_Alcoholis

m_on_Oral_Health_A_Review (diakses pada februari 2020)

5. Kusumadjati Fanni, Wirutomo Affan, Prihastutu, C Christiana. 2018.

Stomatitis Venenata terkait alergi bahan semetasi zink fosfat yang jarang

dtemukan. Available online at:

http://jurnal.unpad.ac.id/jkg/article/download/21483/11771 (diakses pada

februari 2020)
6. McCullough, J Michael, Alrashdan, S Mohammad, Crillo Nicola. 2017.

Oral Lichen Planus. Available online at:

http://fkg.usu.ac.id/images/Bahan_Kuliah/Buku_McCullough/Oral-

Lichen-Planus.pdf (diakses pada feruari 2020).

7. Melliawati R. 2018. Potensi Tanaman Lidah Buaya. Available online at:

http://terbitan.biotek.lipi.go.id/index.php/biotrends/article/download/222/1

92 (diakses pada februari 2020)

8. Ozturk Onur, Fidanci Izzet, Unal Mustafa.. 2017. Effects of Smoking on

Oral Cavity. Available online at:

https://www.researchgate.net/publication/318561899_Effects_of_smoking

_on_oral_cavity (diakses pada februari 2020)

9. Scully Crispian. 2013. Oral and Maxillofacial Medicine The Basic

Diagnosis and Treatment. 3rd edition. Churcill Livingstone. Elsevier.

10. Setiadhi Riani dan Firman, R Dani. 2017. Obat di bidang Penyakit Mulut

dan Penulisan Resepnya. Bandung. Unpad Press

Anda mungkin juga menyukai