Anda di halaman 1dari 6

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut prasnowo
(2014:24), metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
mengaji suatu objek pada latar ilmiah tanpa ada manipulasi dan tanpa ada
hipotensi, tidak mengharapkan hasil berupa ukuran-ukuran kuantitatif, melainkan
mengutamakan makna (segi kualitas). Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian
bertujuan untuk membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu (suryabrata, 2014:75).
kebhinekaan bermakna keberagaman atau pluralitas, yakni kemajemukan suatu
bangsa. Berbeda namun tetap satu, bukan diartikan sebagai kesamaan dalam arti
pluralisme. Merupakan suatu kesalahan alias salah kaprah, ketika memahami
kebhinekaan sebagai pluralisme. Adanya keberagaman secara budaya, bahasa
daerah, ras, suku, agama dan kepercayaan tetap dalam satu kesatuan, yakni
sebagai bangsa Indonesia. Praktik hidup berbhineka, majemuk, plural atau apapun
sebutannya telah menjadi catatan emas dalam sejarah dunia yang ditorehkan umat
Islam dan para khalifah setelah wafatnya Rasulullah saw. Tak ada diskriminasi,
gap atau hak privilege pada satu kelompok di atas kelompok lain.

3.2 Unit Analisis


Unit analisis adalah skala atau ruang lingkup yang ditetapkan sebagai
fokus kajian memperkuat kebhinekaan indonesia dengan pendidikan pluralisme.
Dalam penelitian ini, unit analisis didapatkan melalui sumber-sumber di media
baca dan beberapa jurnal yang sudah ada untuk mencapai apa yang sudah
dirancang mengenai memperkuat kebhinekaan indonesia dengan pendidikan
pluralisme.

3.3 Sumber dan Jenis Data


Sumber penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sudut pandang pada
jurnal – jurnal yang ada, dan kata-kata serta tindakan para informan sebagai data
primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan informan
sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data – data.

3.4 Instrumen Penelitian


Kebhinekaan bangsa indonesia seharusnya diakui sebagai sebuah fakta
jauh sebelum negeri ini merdeka. Kebhinekaan indonesia lahir sebagai hasil
kesadaran konstruksi filosofi masyarakat terhadapkenyataan kenyataan yang ada
di konteks sosialnya, baik itu melalui gejala alam maupun melalui daya pikir.
karena ia lahir dari sebuah kekayaan filosifi masyarakat, maka sesungguhnya
tidak ada seorang pun atau suatu komunitas apapun berhak melakukan intervensi,
intimidasi, atau menghancurkannya. Selain sebagai fakta, kebhinekaan adalah
juga sebuah tantangan. Bahaya disintegrasi selalu merupakan ancaman, baik rill
maupun potensial. Kondisi objektif indonesia telah membuat interaksi sosial
maupun nasional merupakan sesuatu yang kadangkala sulit diwujudkan.
(Tetep:2017)
3.5 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek
penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat
mengenai hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara
jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara
mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian
yang dianggap penting yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di
instansi yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian.
c. Wawancara
Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data guna
kelengkapan data-data yang diperoleh sebelumnya.

3.6 Teknik Analisis Data.


Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka Analisis data
dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu suatu analisis yang berusaha
mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari data yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan-pernyataan, tafsiran-tafsiran setelah
menggali data dari beberapa orang informan kunci yang ditabulasikan dan
dipresentasekan sesuai dengan hasil temuan (observasi) dan wawancara
mendalam penulis dengan para informan, hasil pengumpulan data tersebut diolah
secara manual, direduksi selanjutnya hasil reduksi tersebut dikelompokkan dalam
bentuk segmen tertentu (display data) dan kemudian disajikan dalam bentuk
content analisis dengan penjelasan-penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan,
sehingga dapat menjawab rumusan masalah, menjelaskan dan terfokus pada
representasi tehadap fenomena yang hadir dalam penelitian.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pancasila merupakan titik temu yang dapat mempersatukan berbagai


golongan dan aliran yang ada di Indonesia, terdiri dari beragam suku, etnis, agama
dan daerah. Kita sepakat bahwa dalam keanekaragaman itu dipersatukan di bawah
ideologi Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena
itu sasanti kita adalah Bhinneka Tunggal Ika.

Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak


suku, agama, ras, tradisi budaya, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya,
namun tetap satu kesatuan sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan
bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.

kita adalah bangsa yang bhinneka, bangsa yang majemuk, yang heterogen dan
plural. Meskipun kita bangsa yang bhinneka, kita mesti bersatu. Oleh karena, pada
28 Oktober 1928, mengikrarkan Sumpah Pemuda, yakni bertanah air satu,
berbangsa satu, dan berbahasa satu: Indonesia. Ketika kita mencapai
Kemerdekaan, kita sepakat untuk membentuk Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik (demokrasi) dan berideologi Pancasila. Sudah menjadi konsensus
nasional bahwa Pancasila dan NKRI adalah final.

4.1 Ancaman Kebhinekaan


Salah satu perekat nasionalisme adalah nilai kebhinekaan kita. Sayangnya,
Bhineka Tunggal Ika yang diagungkan dan digaungkan sejak dulu oleh pendiri
bangsa mulai tidak dipahami dan hanya sebatas diucapkan. Kebhinekaan adalah
sumber persatuan bangsa Indonesia, dan Pancasila adalah landasan dasar yang
sebenarnya telah mengajarkan semuanya, namun lagi-lagi saat ini Pancasila sudah
dianggap usang dan tidak diperlukan.

Orang menyanyikan Indonesia Raya atau membaca teks Pancasila sudah tidak
bergetar seperti saat jaman kemerdekaan, padahal jaman kemerdekaan
menyanyikan harus sembunyi-sembunyi, dan sekarang ini diakui atau tidak diakui
generasi muda Indonesia tidak ada respons baik dengan lagu kebangsaannya.
Inilah tanda-tanda melunturnya nilai kebhinekaan.

Hal lain dalam melemahnya kebhinekaan dan keberagaman adalah lemahnya


penegakkan hukum, banyak kasus SARA yang mengancam kebhinekaan tidak
diselesaikan secara tuntas hingga akarnya, akibatnya muncul kembali di lain
waktu.
Kondisi tersebut diperparah dengan pendidikan Pancasila saat ini sangat minim,
bahkan banyak pelajar dan mahasiswa yang tidak hafal, bagaimana mau merawat
kebhinekaan jika landasan dasar dan ruh kebhinekaan saja tidak hapal dan tidak
paham. Selain itu, kebhinekaan yang ada di Indonesia sudah takdir dan bagaimana
kita merawatnya karena tidak akan mungkin dilakukan penyeragaman ini yang
masih banyak belum dipahami oleh para pemimpin kita.

Indonesia sebagai contoh keberagaman sudah mulai dipertanyakan karena muncul


berbagai kasus yang berpotensi kekerasan baik SARA ataupun yang lain, seperti
geng pelajar yang memakan korban menunjukkan adanya gejala-gejala intoleransi
dan mengoyak keberagaman.

Ada beberapa upaya yang perlu dilakukan agar nilai kebhinekaan dan
multikulturalisme di Indonesia tidak memburuk yaitu : pertama, perlunya literasi
media khususnya bagaimana menggunakan media sosial secara bijaksana.
Bagaimanapun juga, media sosial yang berkembang pesat menjadikan apapun
dapat tersebar masuk langsung ke privat masyarakat, jika tanpa ada filter, kroscek
dan literasi Medsos yang berkesinambungan ke masyarakat, maka yang terjadi
adalah saling klaim kebenaran ataupun kesalahan.

Kedua, saat ini pentingnya mengembalikan pendidikan moral baik dalam informal
dan formal, karena keberagamaan, toleransi dan saling menghormati dapat
tumbuh diawali dari pendidikan terbawah informal yaitu keluarga.

Ketiga, mahasiswa sebagai agen perubahan harus ikut memikirkan kondisi


nasional, jika tidak maka bersiaplah menjadi mahasiswa korban industrial
pendidikan yang tidak mampu mengimplementasikan dharma pendidikan, padahal
pendidikan adalah membebaskan bukan sekedar mencerdaskan. Faktor kunci
membebaskan itulah yang dapat membuat nilai kebhinekaan dan
multikulturalisme kita semakin dinamis dan elastis.

4.2 Upaya Menanamkan Nilai-nilai Kebhinnekaan


Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keberagaman.
Indonesia terdiri atas beranekaragam budaya, bahasa, ras, agama, suku bangsa,
kepercayaan dan lain-lain. Yang dipersatukan dengan semboyan bangsa
Indonesia, yaitu "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda tetapi tetap
satu. Maksudnya walaupun kita berbeda, tetaplah kita sebangsa dan tidak boleh
membeda-bedakan, baik budaya, bahasa, ras, agama, suku, kepercayaan dan
warna kulitnya. Bagi bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika merupakan kalimat
pengikat atau pemersatu. Agar masyarakat utuh dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Negara yang bersatu tidak mudah terpecah belah serta kokoh
dalam menghadapi ancaman.

Tugas kita sebagai warga negara yaitu mengawal terselenggaranya perwujudan


kebhinnekaan itu dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sudah
sepatutnya kita mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, contonya dengan
cara bertoleransi. Toleransi merupakan sifat dasar masyarakat Indonesia. Yang
memiliki arti saling menghormati antar agama, suku bangsa, menghargai hasil
karya orang lain, bergotong royong membangun bangsa tanpa memandang
perbedaan suku dan agama yang ada, tidak saling membedakan bahkan mencaci
karena hal ini dapat menimbulkan konflik dan menjadi sumber atau awal pemecah
kesatuan bangsa.

Pada zaman sekarang ini, seperti yang kita ketahui, generasi penerus bangsa justru
telah melupakan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia. Masuknya pengaruh
budaya barat membuat generasi muda lebih bangga tampil kebarat-baratan dan
menganggap kebudayaan di negeri sendiri sebagai suatu yang telah dianggap
kuno. Hal ini dikarenakan, generasi muda Indonesia kurang mengenali dan
memahami negeri sendiri. Hal inilah yang membuat kaum muda khususnya
kalangan pelajar tidak mengerti nilai dari kebhinnekaan. Nilai-nilai kebhinnekaan
tidak melekat pada diri mereka, bahkan mereka meninggalkan dan melupakan
nilai dari kebhinnekaan. Padahal seharusnya merekalah yang menjunjung tinggi
nilai kebhinnekaan dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Karena kaum muda inilah yang nantinya akan mewarisi dan
memelihara Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh sebab itu, nilai-nilai kebhinnekaan haruslah ditanamkan pada generasi muda
sejak dini, sebagai penerus bangsa nantinya. Nilai luhur bangsa Indonesia harus
dibangun kembali pada generasi muda agar tidak memudar. Generasi muda
haruslah membudayakan keberagaman yang ada. Dengan saling menjaga,
melindungi dan menghormati keberagaman yang ada di Indonesia. Sebagai warga
negara Indonesia kita haruslah bangga terhadap apa yang dimiliki negara kita dan
menjaganya.

Anda mungkin juga menyukai