Anda di halaman 1dari 5

Vol. 3 No.

2 tahun 2015 [ISSN 2252-6633]


Hlm. 65-69

PERKEMBANGAN PERKERETAAPIAN PADA MASA


KOLONIAL DI SEMARANG TAHUN 1867-1901
Yusi Ratnawati
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
historiaunnes@gmail.com

ABSTRACT
Semarang chosen as the initial construction of railroads because the city has an important role for
government Kolonila Netherlands. In addition to administration as the city of Semarang also serve
as a center of trade, especially sugar at that time became the main commodity. The development of
railways in Semarang very rapidly even to say Semarang is a center for the development of rail-
ways. There are at least six stations in the city of Semarang is Kemijen station, station Jurnatan,
Jomblang station, Pendikran stations, stations and station Tawang Poncol. Based on the research
that has been done can be obtained information that (1) the history of railways in Indonesia began
with the construction of a rail network that connects between Semarang-Vorstenlanden under the
supervision of NISM. Construction of the railroad network continues to spread throughout the
islands of Java and outside Java. Implementation of development carried out by the SS and SSS
which is owned by the Government. (2) The development of transport, railways in Semarang start-
ed with the construction of a railway between Semarang (Kemijen) and responsibilities. In 1900 the
railway industry in Hyderabad is increasing with the presence of several private companies that
build roads tram. (3) The role perkretaapian in Semarang accelerate the mobility of people in the
city of Semarang. This is because the increase in plantation crops and agriculture encourages the
Government of the Netherlands East Indies add ground transportation that can penetrate into the
interior regions of Central Java at a cost that is cheaper, faster to transport the plantation and agri-
culture in a large capacity so the government built a railroad.
Keywords: Development, Railways.

ABSTRAK
Semarang dipilih sebagai awal pembangunan rel kereta api sebab kota ini memiliki peran penting
bagi pemerintah Kolonila Belanda. Selain sebagai kota administrasi Semarang juga dijadikan se-
bagai pusat perdagangan terutama gula yang pada saat itu menjadi komoditas utama. Perkem-
bangan perkeretaapian di Semarang sangat pesat bahkan bisa dikatakan Semarang merupakan
pusat bagi perkembangan perkeretaapian. Setidaknya ada 6 stasiun di kota Semarang ini yaitu sta-
siun Kemijen, stasiun Jurnatan, stasiun Jomblang, stasiun Pendikran, stasiun Tawang dan stasiun
Poncol. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh informasi bahwa (1)
sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pembangunan jaringan rel yang menghub-
ungkan antara Semarang-Vorstenlanden di bawah pengawasan NISM. Pembangunan jaringan
jalan rel kereta api terus meluas keseluruh Jawa dan pulau-pulau di luar Jawa. Pelaksanaan pem-
bangunan dilakukan oleh SS dan SSS yang merupakan milik Pemerintah. (2) Perkembangan trans-
portasi, kereta api di Semarang di mulai dengan pembangunan jalan kereta api antara Semarang
(Kemijen) dan Tanggung. Tahun 1900 industri perkeretaapian di Semarang semakin bertambah
dengan hadirnya beberapa perusahaan swasta yang membangun jalan-jalan trem. (3) Peranan
perkretaapian di Semarang mempercepat terjadinya mobilitas penduduk dikota Semarang. Hal ini
karena peningkatan hasil perkebunan dan pertanian mendorong Pemerintah Hindia Belanda
menambah transportasi darat yang dapat menembus ke wilayah-wilayah pedalaman Jawa Tengah
dengan biaya yang lebih murah, lebih cepat untuk mengangkut hasil perkebunan dan pertanian
dalam kapasitas yang besar sehingga Pemerintah membangun jalan kereta api.
Kata Kunci: Perkembangan, Perkeretaapian.

Alamat korespondensi 65
Gedung C2 Lantai 1, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang 50229
Journal of Indonesian History, Vol. 3 (2) tahun 2015

PENDAHULUAN rang (Santoso 1983:5).


Semarang dipilih sebagai awal pem-
Pada adad ke-19 kapitalisme di negeri bangunan rel kereta api sebab kota ini memiliki
Belanda berkembang pesat yang akhirnya peran penting bagi pemerintah Kolonila Bel-
mempengaruhi pula kegiatannya di tanah jaja- anda. Selain sebagai kota administrasi Sema-
han Indonesia. Adanya perubahan politik dan rang juga dijadikan sebagai pusat perdagangan
perekonomian yang terjadi di Indonesia adalah terutama gula yang pada saat itu menjadi ko-
atas dorongan kaum indistri dan kapitalis yang moditas utama. Perkembangan perkeretaapian
ada pada waktu itu berkuasa di parlemen Bel- di Semarang sangat pesat bahkan bisa
anda. Hal ini membawa pengaruh bagi Indone- dikatakan Semarang merupakan pusat bagi
sia yakni diterapkannya politik liberal yang perkembangan perkeretaapian. Setidaknya ada
ditandai dengan dikeluarkannya Undang- 6 stasiun di kota Semarang ini yaitu stasiun
undang agraria dan Undang-Undang gula pada Kemijen, stasiun Jurnatan, stasiun Jomblang,
tahun 1870. stasiun Pendikran, stasiun Tawang dan stasiun
Penerapan Undang-Undang ini memba- Poncol.
wa pengaruh masuknya pemerintah liberal di Stasiun Poncol dan stasiun Tawang
Indonesia di mana kegiatan ekonomi mengala- selesai di bangun pada tahun 1914 dan masih
mi perkembangan pesat terutama perkebunan- berfungsi hingga saat ini. Stasiun Tawang
perkebunan besar dan tambang-tambang yang dibangun oleh NISM diresmikan pada tahun
digunakan untuk industri ekspor. Sebagai 1914. Pada tahun yang sama Semarang–
penunjang bagi perkembangan perkebunan dan Cirebon-Stroomtram Maatschappij (SCS) juga
pertambangan yang pesat maka pemerintah menyelesaikan pembangunan stasiun barunya.
Belanda telah membangun berbagai prasarana Dalam perjalanan sejarahnya di stasiun Poncol
sebagai alat transportasi yang sallah satunya ini muncul suatu pemberontakan berupa pem-
yaitu dengan membangun jaringan jalan kereta pgokan yang dilakukan oleh para buruh kereta
api (Kartodirdjo 1987:360). api. Namun aksi pemogokan yang terjadi pada
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dim- tahun 1920 ini dapat diredakan (Inglesson
ulai dari pembangunan rel pertama Semarang- 2004: 48).
Tanggung pada tanggal 17 juni 1864 desa Kem- Mengkaji perkembangan dari
ijen Semarang. Pembangunan rel pertama kare- perkeretaapian di Semarang adalah sangat
ta api di Indonesia, sebagian nesar dilakukan menarik. Semarang pernah dijadikan sebagai
oleh perusahaan-perusahaan swasta. Akan teta- pusat perkembangan kereta apai dan trem, se-
pi pemerintah juga membangun untuk pertama hingga menjadikan Semarang sebagai kota be-
lakinya jalur Surabaya-Pausruan-Malang pada sar utama yang menyangkut jalan kereta api
tahun 1879 (Santoso 1983:3). dan trem dalam sejarah Indonesia. Beberapa
Usulan mengenai pembangunan jaringan bangunan yang berkaitan dengan sejarah
kereta api dilontarkan oleh kolonel Jhn. Van perkeretaapian di Semarang sampai sekarang
Der Wijk dan mendapat dukungan dari J. masih ada beberapa yang dapat disaksikan.
Trom, seorang insinyur kepala bagian Bangunan-bangunan tersebut antara lain :
pengairan dan bangunan. Pada tahun 1860 Ra- bekas kantor NISM didaerah pemuda yang
ja Willem III memerintahkan menteri urusan lebih di kenal dengan sebutan Lawang Sewu,
jajahan T.J Stilcjes untuk mengadakan stasiun Tawang dan stasiun Poncol. Namun
penelitian. Atas penelitian yang dilakukannya, sayang bebrapa bekas stasiun telah berubah
T.J. Stilcjes menyarankan agar pembangunan fungsi menjadi perumahan ataupun kawasan
rel lewat Ungaran-Salatiga. Nederlands In- pertokoan seperti bekas satsiun Jurnatan dan
dische Spoorweg Maatschaj (NISM) sebuah stasiun Pendikran.
perusahaan swasta yang kemudian memulai
pembangunan jalan kereta api di Indonesia dari METODE PENELITIAN
desa Kemijen Semarang pada tanggal 17 Juni Metode yang dipakai dalam penelitian ini
1864. Enam tahun kemudian kereta apai yang adalah metode sejarah. Metode sejarah adalah
pertama melaju pada tanggal 10 Agustus 1870 proses menguji dan menganalisa secara kritis
dan pada tahun 1874 jalur kereta api sudah rekaman dan peninggalan masalampau
sampai di Yogyakarta. Untuk kantor pusat (Gottschalk, 1975: 32). Dengan adanya
NISM menggunakan Gedung Lawang Sewu penelitian berdasarkan metode tersebut di-
terletak di jalan Bojong 160 (sekarang jalan harapkan dapat menghasilkan penullisan ilmi-
Pemuda 160), sampai sekarang gedung ini men- ah dengan suatu kegiatan yang obyektif, sisti-
jadi salah satu peninggalan sejarah kota sema- matis dan logis. Adapun langkah-langkah da-

66
Perkembangan Perkeretaapian… - Yusi Ratnawati

lam metode sejarah meliputi, heuristik, kritik stasiun Pendrikan, stasiun Jomblang, stasiun
sumber, interpretasi, dan historiografi. Tawang, dan stasiun Poncol. Berbicara
mengenai sejarah perkeretaapian tentunya tidak
PEMBAHASAN dapat dilepaskan dari stasiun Kemijen. Hal ini
disebabkan stasiun ini merupakan stasiun tertua
Perkembangan Perkeretaapian di Semarang sekaligus yang pertama di Indonesia dan Sema-
Pelopor perkeretaapian di Indonesia ada- rang. Desa kemijen, tempat stasiun tersebut
lah NV Nederlandsch Indische Spoorweg berdiri masih ada sampai saat ini, tepatnya be-
Maatschappij, suatu badan usaha swasta yang rada disekitar jalan Ronggowarsito. Namun
berdiri pada tahun 1862. Berdasarkan konsesi sayang bekas dari bangunan stasiun Kemijen
yang diberikan oleh Pemerintah kolonial Bel- sudah tidak ada lagi. Sebagian besar disebabkan
anda, NISM membuka jalur kereta api yang oleh genangan air dari rawa-rawa di sekitar
pertama yang menghubungkan antara Sema- bekas bangunan tersebut, disamping bahan
rang-Vorstenlanden. Pembukaan jalur kereta bangunannya sendiri yang tidak permanen.
api inilah yang menandai dimulainya sejarah Pembangunan perkeretaapian oleh
perkeretaapian di Inonesia dan sekaligus di Pemerintah Kolinial Hindia Belanda selain
Semarang. Berdasarkan Conssesie Gouverment bertujuan untuk memenuhi keperluan kaum
Besluit No.1 tanggal 28 Agustus 1862 proses kolonial, juga dimaksudkan untuk memajukan
pembangunan dilaksanakan dari desa Kemijen pertumbuhan perekonilmian penduduk di
menuju ke stasiun Tanggung (berada di daerah Negara jajahan yaitu Indonesia. Semenjak
Purwodadi). dioperasikannya jaringan kereta api abad ke-19,
Pada awal digunakannya kereta api se- alat angkut ini menjadi pilihan utama
bagai salah satu sarana transportasi di Sema- penduduk. Hal ini dimungkinkan karena pen-
rang, diantara penduduk pribumi berkembang dapatan pribumi yang lebih baik, biaya perjal-
anggapan bahwa kereta api merupakan ken- anan dengan menggunakan transportasi kereta
daraaan hantu. Munculnya anggapan ini kare- api lebih murah dan lebih cepat dibanding
na pada saat pembangunan jalan kereta api menggunakan alat transportasi lain yang sudah
banyak memakan korban jiwa. Orang-orang ada.
yang bekerja dalam pembangunan jaringan rel Di sepanjang rel, khalayak ramai terbiasa
yang mati dianggap menjadi tumbal bagi ke- menjadikannya sebagai saran angkutan sehari-
lancaran proyek ini. sehari. Anak-anak sekolah, pegawai
Lahirnya kaum pribumi terpelajar yang pemerintah dan swasta menjadikan kereta api
semakin banyak akibat pelaksanaan politik etis jarak dekat sebagai alat transportasi pulang per-
lambat laun mengikis anggapan konyol gi setiap harinya. Selanjutnya di berbagai sta-
masyarakat tentang kereta api. Seiring dengan siun kecil yang terpencil letaknya, dikenal
pesatya kemajuan perdagangan kota Semarang adanya hari-hari pasar tertentu waktunya. Pada
semenjak ditetapkan menjadi Gemente pada hari-hari pasar ini para pedagang kecil berbon-
tahun 1906, mobilitas penduduk di kota inipun dong-bondong mendatangi stasiun-stasiun ter-
berkembang cepat. Semakin lama banyak orang pencil, dengan barang dagangannya yang dida-
-orang pribumi yang memilih kereta api atau- tangkan dari kota-kota. Biasanya para peda-
pun trem untuk memudahkan kegiatan mereka. gang pria membawa barang-barang pikulan,
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sedangkan para pedagang wanita dengan ba-
pemanfaatan jasa kereta api antara golongan rang-barang gendongannya maupun dipikul di
pribumi dan golongan masyarakat Eropa tetap atas kepala.
ada pembedaan fasilitas ke dalam kelas-kelas Kalangan pribumi banyak mendapat kes-
tertentu. Untuk kereta api penumpang empatan atau peluang kerja dengan bero-
dibedakan dalam tiga kelas yaitu kelas I, kelas prasinya kereta api. Perusahaan kereta api
II, dan kelas III. Selain kelas-kelas ini juga milik pemerintah Staats Spoorwegen (SS) tercatat
tersedia kereta khusus yang digunakan oleh orang yang bekerja sebanyak 30.100 pegawai.
para pedagang yang akan ke pasar dan lain- Dari jumlah tersebut sebaanyak 100 orang in-
lain. Masyarakat bumi putera tidak dibolehkan sinyur golongan atas dan 2.500 orang golongan
menaiki kereta kelas I meskipun mereka dapat menengah terdiri dari bangsa Belanda, sisanya
membayarnya (Tim Telaga Bakti Nusantara sebanyak 27.500 orang pegawai berasal dari
Jilid 1 1997:111). kalangan pribumi yang menjadi tenaga inti un-
Beberapa bangunan stasiun yang ada di tuk mengoprasikan kereta api ( Tim Telaga
Semarang sekitar tahun 1900 adalah sebagai Bakti Nusantara 1997: 84-85).
berikut : stasiun Kemijen, stasiun Jurnatan,

67
Journal of Indonesian History, Vol. 3 (2) tahun 2015

Daya Angkut Jaringan Kereta Api Di Sema- 157-159). Maka angkutan barang kereta api
rang Tahun 1867-1901 (Manusia Dan Barang) memerlukan banyak gerbong kereta, karena
Barang barang-barang yang diangkutnya beraneka
Kereta api di Pulau Jawa bertalian erat ragam. Oleh karena itu, bentuk gerbong barang
dengan kebutuhan akan sarana pengangkutan harus disesuaikan dengan muatan yang di-
barang-barang atau hasil produksi. Peningkatan angkutnya. Ada beberapa tipe gerbong dalam
hasil perkebunan dan pertanian, mendorong kereta api, tipe-tipe gerbong yang dimaksud
pemerintah Hindia Belanda menambah trans- diantarannya yaitu :
portasi darat yang dapat menembus ke wilayah- Gerbong “G” untuk memuat barang-
wilayah pedalaman Jawa Tengah dengan biaya barang dan pintunya dapat ditutup.
yang lebih murah, lebih cepat untuk Gebong “P” untuk memuat barang-
mengangkut hasil perkebunan dan pertanian barang yang berupa batangan atau yang
dalam kapasitas yang besar sehingga bentuknya panjang.
pemerintah membangun jalan kereta api. Pem- Gerbong “V” untuk memuat ternak.
bangunan lintas rel kereta api ini bertujuan un- Gerbong “Z” untuk memuat pasir.
tuk mengangkut hasil bumi dari wilayah Gerbong “K” untuk memuat benda-benda
pedalaman yang akan diekspor melalui cair seperti minyak, bensin dan lain se-
pelabuhan Semarang, dan memajukan pertum- bagainnya.
buhan ekonomi penduduk pribumi di Sema- Tipe gerbong-gerbong tersebut di atas ke-
rang. Dalam hal ini kegiatan penyaluran hasil- banyakan milik pemerintah (SS), namun ada
hasil perkebunan ke pelabuhan-pelabuhan un- juga gerbong-gerbong barang yang pemiliknya
tuk selanjutnya diekspor ke luar negeri melalui bersifat lokal (swasta), seperti gerbong ketel (K)
pelabuhan-pelabuhan yang terletak di pantai milik Sawahlunto atau Ombilin (Tim Telaga
utara Pulau Jawa, seperti Tanjung Mas di Se- Bakti Nusantara, 1997: 110).
marang dan Tanjung Priok di Jakarta. Barang-
barang ekspor yang penting diantarannya gula, Penumpang
kopi, tembakau, kulit pohon kina, lada, minyak Di pulau jawa kereta api banyak berperan
kelapa sawit, karet, dan batu bara. Angkutan sebagai alat angkutan umum, dan mengemban
gula dan batu bara dilakukan secara massal fungsi sebagai sarana angkutan cepat jarak
dengan kereta api. Kapasitas produksi pabrik jauh. Kalangan pribumi di Jawa sangat
gula yang terbesar berada di Jawa Tengah dan menggemari kereta api pasar untuk perjalanan
Jawa Timur. Dari jumlah tersebut sebagian jarak dekat dan kereta api campuran. Kalangan
besar diangkut dengan kereta api dan 90% dari pribumi mengangkut hasil pertanian dan me-
hasil diangkut ke pelabuhan dengan masarkannya ke tempat-tempat ramai di sekitar
menggunakan kereta api untuk diekspor ke luar jalan kereta api. Selain itu terdapat murid-
negeri (Tim Telaga Bakti Nusantara, 1997:120). murid atau pelajar sebagai pelanggan tetap
Kereta api memiliki kapasitas yang besar yang bepergian ke sekolah lanjutan di kota-kota
dan kecepatan yang tinggi. Kereta api swasta besar. Mereka bersama pegawai-pegawai kan-
Semarang-Surakarta menggunakan ukuran tor dan penumpang-penumpang lain naik kere-
yang terbesar di Jawa dan daya jelajahnya 30 ta api penumpang biasa yang perjalannnya su-
km per jam. Sebagai perbandingan, sebuah ger- dah di atur sehingga dapat memenuhi kebu-
obak lokal yang ditarik dua ekor sapi atau ker- tuhan para pemakai.
bau memiliki kapasitas 5 sampai 7 pikul barang Kereta api ekspres dan kereta api cepat
(kira-kira 300 sampai 420 kilogram). Kuli rata- disediakan khusus untuk melayani masyarakat
rata hanya mampu membawa ½ sampai 1 kelas menengah ke atas dan pedagang-
pikul barang (kira-kira 31 sampai 62 kilo- pedagang menengah ke atas. Fasilitas kereta
gram) dan hanya mampu menempuh 18 sam- penumpang diperbaiki, waktu tempug diper-
pai 24 km per 24 jam. Pengangkutan barang- pendek, kecepatan ditambah, dan saat berhenti
barang dari Semarang-Surakarta (berjarak 110 di stasiun abtara dipersingkat. Dengan
km) karenanya ditempuh sekitar 3,5 jam cara0cara tersebut mutu pelayanan dapat dit-
dengan kereta api, akan tetapi sampai sekitar 6 ingkatkan dan masyarakat pemakai semakin
hari dengan gerobak lokal atau 4 hari dengan menyenanginya (Tim Telaga Bakti Nusantara,
kuli. Sama halnya pengangkutan antara Sema- 1997: 121-122).
rang dan Kedungjati (berjarak 35 km) ditempuh Kereta penumpang berupa kereta atau
dalam waktu 1 jam dengan kereta api, akan gerbong yang digunakan untuk mengangkut
tetapi dengan gerobak lokal atau kuli memer- manusia. Kereta penumpang diperlukan dalam
lukan 1 sampai 1 ½ hari (Djoko Suryo, 1989: jumlah banyak, di dalam kereta penumpang

68
Perkembangan Perkeretaapian… - Yusi Ratnawati

diberi gang sebagai ruang untuk berjalan di ten- mengangkut hasil perkebunan dan pertanian
gah-tengahnya. Di bagian kiri dan kanan gang dalam kapasitas yang besar sehingga
ditempatkan kursi-kursi bagi para penumpang. pemerintah membangun jalan kereta api. Pem-
Khususnya bagi rakyat kecil atau penduduk bangunan lintas kereta api ini bertujuan untuk
bumi putera di pasang tiga garis yang membu- mengangkut hasil bumi dari wilayah pedala-
jur sejajar kereta. man yang akan diekspor melalui pelabuhan
Kereta penumpang di bagi ke dalam kelas- Semarang dan memajukan pertumbuhan
kelas, ada tiga macam kelas yaitu : perekonomian penduduk pribumi di Semarang.
Kereta kelas I atau seri A. Fungsi kereta api adalah untuk mengangkut
Kereta kelas II atau seri B, dan hasil-hasil perkebunan, pertanian, barang, dan
Kereta kelas III atau seri C. ternak.
Di luar ketiga seri tersebut di atas, ter-
dapat kereta tipe lain seperti : DAFTAR PUSTAKA
Seri D untuk barang-barang bagasi atau
hantaran. Gotschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakar-
Seri F sebagai kereta makan. ta: Universitas Indonesia Press.
Seri M sebagai kereta khusus untuk para Inglesson, John. 2004. Tangan Dan Kaki Terikat.
pedagang kecil yang akan ke pasar dan lain- Dinamika Buruh, Sarekat Kerja Dan
lain. Perkotaan Masa Kolonial. Terjemahan
Pada Kereta api penumpang ada tiga ke- Iskandar P. Nugroho. Jakarta: Komuni-
las, kelas terakhir lazimnya diperuntikkan bagi tas Bambu.
kaum pribumi dengan papan bertuliskan Inland- Kartodirdjo, Sartono . 1987. Pengantar Sejarah
ers (Sartono Kartodirdjo, 1990 : 367). Perbe- Indonesia Baru 1500-1900
daan kelas juga didasarkan atas perbedaan tarif, (Dari Emporium sampai Imporium) Jilid
yang terperinci di bawah ini : 1. Jakarta : Gramedia.
Kelas 1 5 ½ sen per km Kartodirjdo, Sartono dan Djoko Suryo. 1991.
Kelas 2 3 sen per km Sejarah Perkebunan di Indonesia: kajian
Kelas 3 1 sen per km Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Me-
Pada masa kolonial masyarakat bumi put- dia
era tidak dibenarkan menggunakan kereta kelas Poesponegoro, Mawarti Djoened dan Nugroho
I , sekalipun mereka mampu membayar mereka Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indo-
tidak doperbolehkan untuk menaikinya ( Tim nesia IV. Jakarta: Balai Pustaka
Telaga Bakti Nusantara, 1997 : 111-112). -------------------, 1984. Sejarah Nasional Indonesia
VI. Jakarta: Balai Pustaka.
PENUTUP Suryo, Djoko. 1984. Sejarah Sosial Pedesaan Ka-
risidenan Semarang 1830-1900.
Simpulan Yogyakarta : PAU. SS. UGM.
Peranan perkeretaapian di Semarang Santoso, Roesdi. 1988. Kereta Api Dari Masa
mempercepat terjadinya mobilitas penduduk Kemasa. (tidak terbit).
dikota Semarang. Hal ini karena peningkatan Tim, Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah
hasil perkebunan dan pertanian mendorong Perkeretaapian Indonesia Jilid I.
pemerintah Hindia Belanda menambah trans- Bandung. CV. Angkasa.
portasi darat yang dapat menembus ke wilayah- Tim, Telaga Bakti Nusantara. 1997.
wilayah pedalaman Jawa Tengah dengan biaya Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid II.
yang lebih murah, lebih cepat untuk Bandung. CV. Angkasa.

69

Anda mungkin juga menyukai