OLEH :
HERMAN
029 STYJ 19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hingga saat ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO), kematian
miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa
kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih
dari dua per tiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit
stroke dan kanker. Penyakit degeneratif seperti stroke juga sudah mulai ditemui
tidak hanya oleh orang yang berusia lanjut namun juga di kalangan umur muda
(Indrawati, 2009).
menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker.
Dari data nasional yang didapat, angka kematian yang diakibatkan oleh penyakit
Faktor resiko terjadinya stroke tidak hanya selalu pada pola makan saja. Ada
berbagai macam faktor pencetus munculnya penyakit stroke seperti stress baik itu
stress psikologi maupun stress pekerjaan dimana stress meningkatkan resiko
Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2011 adalah 0,03% sama
dengan angka tahun 2010. Prevalensi tertinggi tahun 2011 adalah di Kota
tahun 2011 sebesar 0,09%, sama dengan prevalensi tahun 2010. Prevalensi
kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah
yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Dalam
klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit,
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien stroke
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien stroke
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien stroke
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien stroke
d. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien
stroke
e. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien stroke
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Pengertian
otak (GDPO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit
neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan
di tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke non
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
Muttaqin, 2008).
2. Anatomi
(3Ibs). Otak menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar
20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi
pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf cranial. Saraf perifer terdiri
(aferen) yang menuju ke system saraf pusat, dan atau menerima pesan-
pesan neural motorik ( eferen) dari system saraf pusat. Saraf spinal
saraf campuran.
pusat computer dari semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang
serta hipotalamus.
serebellum.
lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan
syaraf.
dibagian sulkussentralis.
Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang
dan dengan
dominan.
b. Batang otak
refleks.
Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam
c. Cerebellum
oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata. Organ ini banyak
d. Saraf otonom
1) Saraf Simpatis
simpatikus. Ganglion
pleksus solare
simpatis :
melalui daerah sacral. Saraf – saraf ini membentuk urat saraf pada
kandung kemih.
bekerja berlawanan).
parasimpatis :
rongga hidung.
nervus IX
nervus X
6) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika
3. Etiologi
1. Thrombosis Cerebral.
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
1) Atherosklerosis
serebral.
2. Emboli
masuk vena.
4. Hypoksia Umum
5. Hipoksia setempat
4. Manifestasi Klinik
antara lain :
1. Hipertensi
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
7. Muntah
suppor, koma)
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari
plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
beberapahari.
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri
dan pons .
2. Stroke Haemoragik
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
8. Komplikasi
terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang
tubuh.
9. Penatalaksanaan Medis
1. Stadium Hiperakut
kepala dan dada pada satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam,
sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip
kecuali bila tekanan sistolik >220 mmHg, diastol > 120 mmHg.
Mean arterial Blood Pressure (MAP) > 130 mmHg (pada 2 kali
sampai tekanan darah sistolik > 110 mmHg. Jika kejang diberi
0
intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 30 , posisi
spektrum luas.
3
cm , hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60
1. Laboratorium
Waktu protrombin
APTT
Kadar fibrinogen
D-dimer
INR
Viskositas plasma
2. Foto Thorax
3. Angiografi serebral
vaskular.
4. Lumbal pungsi
5. CT scan.
6. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
7. USG Doppler
sistem karotis).
8. EEG
1. Pengkajian
psikososial.
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama
kesadaran.
tindakan selanjutnya.
terdahulu.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
6) B6 (Bone)
istirahat.
pemberian asuhan.
hemisfer.
9) Status Mental
perubahan.
nyata.
tubuh.
paralisis, pada
yang sehat.
7) Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan
tuli persepsi.
dan trapezius.
10) Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi
salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Gangguan perfusiTujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
jaringan serebral b.d Gangguan perfusijaringan 1. Pantau TTV tiap jam dan 1. Peningkatan tekanan darah
O2 otak menurun dapat tercapai secara optimal catat hasilnya sistemik yang diikuti dengan
Kriteria hasil : penurunan tekanan
a) Mampu mempertahankan darah diastolik merupakan tanda
tingkat kesadaran peningkatan TIK. Napas tidak
b) Fungsi sensori dan motorik teratur menunjukkan adanya
membaik peningkatan TIK
2. Kaji respon motorik 2. Mampu mengetahui tingkat
terhadap perintah respon motorik pasien
sederhana 3. Mencegah/menurunkan
3. Pantau status neurologis atelektasis
secara teratur 4. Menurunkan statis vena
4. Dorong latihan kaki aktif/
pasif 5. Menurunkan resiko terjadinya
5. Kolaborasi pemberian obat komplikasi
sesuai indikasi
2 Ketidakseimbangan Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
nutrisi : kurang dari 1. Status gizi 1. Pengelolaan gangguan
kebutuhan tubuh b.d 2. Asupan makanan makanan
ketidakmampuan 3. Cairan dan zat gizi 2. Pengelulaan nutrisi
untuk mengabsorpsi Kritria evaluasi: 3. Bantuan menaikkan BB
nutrien a) Menjelaskan komponen Aktivitas keperawatan :
kedekatan diet 1. Tentukan motivasi klien 1. Motivasi klien mempengaruhi
b) Nilai laboratorium untuk mengubah kebiasaan dalam perubahan nutrisi
c) (mis,trnsferin,albumin,dan makan
eletrolit) 2. Ketahui makanan kesukaan 2. Makanan kesukaan klien untuk
d) Melaporkan keadekuatan klien mempermudah pemberian nutrisi
tingkat gizi 3. Rujuk kedokter untuk 3. Merujuk kedokter untuk
e) Nilai laboratorium (mis : menentukan penyebab mengetahui perubahan klien serta
trasferin,albomen dan perubahan nutrisi untuk proses penyembuhan
eletrolit 4. Bantu makan sesuai dengan 4. Membantu makan untuk
f) Toleransi terhadap gizi yang kebutuhan klien mengetahui perubahan nutrisi
dianjurkan. 5. Ciptakan lingkungan yang serta untuk pengkajian
menyenangkan untuk makan 5. Menciptakan lingkungan untuk
kenyamanan istirahat klien serta
utk ketenangan dalam
ruangan/kamar.
3 Hambatan mobilitas Tujuan (NOC): Intevensi (NIC) :
fisik b.d penurunan Klien diminta menunjukkan 1. Terapi aktivitas, ambulasi
kekuatan otot tingkat mobilitas, ditandai 2. Terapi aktivitas, mobilitas
dengan indikator berikut sendi.
(sebutkan nilainya 1 – 5) : 3. Perubahan posisi
ketergantungan (tidak Aktivitas Keperawatan :
berpartisipasi) membutuhkan 1. Ajarkan klien tentang dan 1. Mengajarkan klien tentang dan
bantuan orang lain atau alat pantau penggunaan alat pantau penggunaan alat bantu
membutuhkan bantuan orang mobilitas klien lebih mudah.
lain, mandiri dengan 2. Bantu mobilitas. 2. Membantu klien dalam proses
pertolongan alat bantu atau perpindahan akan membantu klien
mandiri penuh). latihan dengan cara tersebut.
Kriteria Evaluasi : 3. Pemberian penguatan positif
3. Ajarkan dan bantu klien selama aktivitas akan mem-bantu
a) Menunjukkan penggunaan dalam proses perpindahan. klien semangat dalam latihan.
alat bantu secara benar 4. Berikan penguatan positif 4. Mempercepat klien dalam
dengan pengawasan. selama beraktivitas. mobilisasi dan mengkendorkan
b) Meminta bantuan untuk otot-otot
beraktivitas mobilisasi jika 5. Dukung teknik latihan ROM 5. Mengetahui perkembngan
diperlukan. mobilisasi klien sesudah latihan
c) Menyangga BAB ROM
d) Menggunakan kursi roda 6. Kolaborasi dengan tim 6. Kolaborasi dengan tim medis dapat
secara efektif. medis tentang mobilitas membatu peningkatkan mobilitas
klien pasien seperti kolaborasi dengan
fisioterapis
4 Risiko kerusakan Tujuan (NOC) : 1. Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembap dan mungkin
integritas kulit b.d Tissue Integrity : Skin and menggunakan pakaian merasa tidak dapat beristirahat
factor risiko : lembap Mucous Membranes yang longgar atau perlu untuk bergerak
Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan pada 2. Menurunkan terjadinya risiko
a) Integritas kulit yang baik tempat tidur infeksi pada bagian kulit
bisa dipertahankan (sensasi, 3. Jaga kebersihan kulit agar 3. Cara pertama untuk mencegah
elastisitas, temperatur, tetap bersih dan kering terjadinya infeksi
hidrasi, pigmentasi) 4. Mobilisasi pasien (ubah 4. Mencegah terjadinya
b) Tidak ada luka/lesi pada posisi pasien) setiap dua komplikasi selanjutnya
kulit jam sekali
c) Menunjukkan pemahaman 5. Monitor kulit akan adanya 5. Mengetahui perkembangan
dalam proses perbaikan kemerahan terhadap terjadinya infeksi kulit
kulit dan mencegah 6. Oleskan lotion atau 6. Menurunkan pemajanan
terjadinya sedera berulang minyak/baby oil pada derah terhadap kuman infeksi pada
d) Mampu melindungi kulit yang tertekan kulit
dan mempertahankan 7. Kolaborasi pemberian 7. Menurunkan risiko terjadinya
kelembaban kulit dan antibiotic sesuai indikasi infeksi
perawatan alami
5 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) :
komunikasi verbal Komunikasi dapat berjalan 1. Lakukan komunikasi 1. Mencek komunikasi klien
b.d. kerusakan dengan baik dengan wajar, bahasa jelas, apakah benar-benar tidak bisa
neuromuscular, Kriteria hasil : sederhana dan bila perlu melakukan komunikasi
kerusakan sentral a) Klien dapat diulang
bicara mengekspresikan perasaan 2. Mengetahui bagaimana
b) Memahami maksud dan 2. Dengarkan dengan tekun kemampuan komunikasi klien
pembicaraan orang lain jika pasien mulai berbicara tsb
c) Pembicaraan pasien dapat 3. Mengetahui derajat /tingkatan
dipahami 3. Berdiri di dalam lapang kemampuan berkomunikasi
pandang pasien pada saat klien
bicara 4. Menurunkan terjadinya
4. Latih otot bicara secara komplikasi lanjutan
optimal 5. Keluarga mengetahui & mampu
5. Libatkan keluarga dalam mendemonstrasikan cara
melatih komunikasi verbal melatih komunikasi verbal pd
pada pasien klien tanpa bantuan perawat
6. Kolaborasi dengan ahli 6. Mengetahui perkembangan
terapi wicara komunikasi verbal klien
4. Implementasi
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan
klien.
5. Evaluasi
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
C. Dokumentasi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeh.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih
bahasa Tim Penerbit PSIK UNPAD.Jakarta: EGC.