Anda di halaman 1dari 5

Pelatihan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

Disusun Oleh : dr. Anna Nurina Listyandini

Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien


Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien, maka rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau keseluruh unit kerja di rumah
sakit.Rumah sakit perlu menetapkan komite/tim atau bentuk organisasi lainnya untuk
mengelola program peningkatan mutu dan keselamatan pasien, agar mekanisme
koordinasi pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat
berjalan lebih baik.
Komite PMKP RSUD dr. Murjani:
Ketua : dr. Yudha F. Herlambang
Sekretaris : drg. Ari Wijayanto, M.Kes
Seksi peningkatan mutu
Seksi manajemen resiko
Seksi keselamtan pasien

Komite/tim PMKP mempunyai tugas sebagai berikut:


a) Sebagai motor penggerak penyusunan program PMKP rumah sakit
b) Melakukan monitoring dan memandu penerapan program PMKP di unit kerja
c) Membantu dan melakukan koordinasi dengan pimpinan unit pelayanan dalam
memilih prioritas perbaikan, pengukuran mutu/indikator mutu dan menindak lanjuti
hasil capaian indikator
d) Melakukan koordinasi dan pengorganisasian pemilihan prioritas program di tingkat
unit kerja serta menggabungkan menjadi prioritas rumah sakit secara keseluruhan.
Prioritas program rumah sakit ini harus terkoordinasi dengan baik dalam
pelaksanaanya
e) Menentukan profil indikator mutu, metode analisis dan validasi data dari data
indikator mutu yang dikumpulkan dari seluruh unit kerja di rumah sakit.
f) Menyusun formulir untuk mengumpulkan data, menentukan jenis data dan
bagaimana alur data dan pelaporan dilaksanakan
g) Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait dan menyampaikan
masalah terkait perlaksanaan program mutu dan keselamatan pasien.
h) Terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP
i) Bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah-masalah mutu secara rutin
kepada semua staf.
j) Menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan penerapan program PMKP

Pengukuran Mutu Nasional


1. Kepatuhan identitas pasien
2. Emergency respon time
Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah kecepatan pasien
dilayani sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter. Kecepatan
pelayanan dokter di gawat darurat ≤ 5 menit
3. Waktu tunggu di rawat jalan
Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien mendaftar sampai
dilayani oleh dokter spesialis
4. Kepatuhan penggunaan formularium nasional
Obat yang dapat dilayani oleh farmasi rawat Inap
5. Kepatuhan cuci tangan
Kepatuhan cuci tangan (hand hygiene) 6 langkah dan 5 moment dokter saat
visite di ruang ranap
6. Pencegahan cedera akibat pasien jatuh
Pelaksanaan reasesmen resiko jatuh grading sedang dan tinggi di instalasi
rawat inap
7. Penundaan operasi elektif
Waktu tunggu operasi elektif ≤ 2 hari
8. Ketepatan jam visite dokter
Visite dokter yang dilakukan antara pukul 08.00-14.00 di ruang rawat inap
9. Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium
Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium adalah waktu pelaporan hasil pemeriksaan
laboratorium yang memerlukan penanganan segera dan harus segera dilaporkan
kepada DPJP/Dokter bangsal/perawat (untuk segera disampaikan ke DPJP/dokter
bangsal). ≤ 30 menit
10. Kepatuhan terhadap Clinical Pathway
Kepatuhan terhadap Clinical Pathway adalah kepatuhan para staf medis/DPJP
dalam menggunakan Clinical Pathway untuk memberikan asuhan klinis pasien
secara terstandardisasi dan terintegrasi sehingga dapat meminimalkan adanya
variasi proses asuhan klinis.
11. Kepuasan pasien dan keluarga
Tingkat kepuasan pasien adalah pernyataan puas oleh pasien yang dirawat inap
minimal 3 hari melalui form survei terhadap pelayanan rawat inap terkait SDM,
sarana prasarana, kecepatan, dan empati .
12. Kecepatan respon terhadap komplain

Sasaran Keselamatan Pasien

1. Ketepatan identifikasi pasien

Hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar bisa meningkatkan atau
memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien. Aplikasinya seperti identifikasi
sebelum pemberian atau pengambilan darah, konsumsi obat dan tindakan lainnya.
Salah satu pendukung poin ini adalah penggunaan gelang identitas pasien.

2. Peningkatan komunikasi efektif

Cara ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar komunikasi bisa berjalan
dengan efektif. Hal ini bertujuan agar komunikasi lisan terjadi dengan akurat,
sehingga informasinya bisa diterapkan secara konsisten.

3. Peningkatan keamanan obat atau high alert yang harus diwaspadai

Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan kepada pasien.
Prosedur ini berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian label, penetapan lokasi
dan penyimpanannya.

4. Kepastian terhadap lokasi, prosedur dan pasien operasi

Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid sebelum mendapatkan
tindakan operasi.

5. Pengurangan terhadap risiko infeksi setelah menggunakan pelayanan kesehatan

Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit menular dan infeksi sesuai
dengan pedomannya.

6. Pengurangan risiko jatuh

Setiap tenaga medis harus memahami dan mengaplikasikan sejumlah langkah untuk
memastikan pasien tidak mengalami risiko jatuh. Semua langkah akan diawasi untuk
memastikan keberhasilannya. Dengan begitu segala risiko tersebut tidak akan
menimpa pasien yang tengah dirawatnya

Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien


1. Upaya peningkatan mutu pelayanan
a. Penetapan program prioritas kegiatan yang akan dievaluasi, terdiri dari: indikator
area klinis, area manajerial, dan indikator sasaran keselamatan pasien
b. Diklat PMKP
c. Standarisasi proses asuhan klinis
d. Pengukuran mutu: indikator mutu nasional, prioritas, unit dan SPM

2. Manajemen resiko rumah sakit


a. Menetapkan majemen resiko klinis
b. Melaporkan dan analisis data insiden keselamatan pasien
c. Mengupayakan terlaksananya failure mode effect analisis (FMEA)
d. Koordinasi kegiatan dengan peningkatan mutu

3. Keselamatan pasien
a. Menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
b. Menetapkan jenis kejadian sentinel, melaporkan dan melakukan Root Cause
Analysis (RCA)
c. Menetapkan regulasi jenis kejadian yang tidak diharapkan, , proses pelaporan dan
analisis
d. Menetapkan definisi, jenis yang dilaporkan dan sistem pelaporan dari kejadian
nyaris cidera dan kejadian tidak cidera
e. Melakukan survey budaya keselamatan

Budaya Kesalamatan
1. Budaya pelaporan
Organisasi yang aman tergantung pada kesediaan pekerja untuk melaporkan
kesalahan dan kondisi nyaris cidera (near-miss)
2. Budaya keadilan
Manajemen memberikan dukungan dan penghargaan terhadap pelaporan insiden
oleh staf, mengutamakan pendekatan sistem daripada hukuman terhadap individu
3. Budaya keterbukaan
Atasan menunjukkan sikap tenang ketika informasi keamanan disampaikan karena
atasan menghormati pengetahuan dan wawasan pekerja
4. Budaya pembelajaran
Kesedian organisasi untuk melaporkan insiden dan mengimplementasikan perbaikan
yang sesuai

Sampit, 19 Februari 2020

Anna Nurina Listyandini

Anda mungkin juga menyukai