Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

DISFUNGSI GINJAL DAN GANGGUAN SISTEM


KEMIH

SISTEM TUBUH YANG BERPERAN PADA SISTEM


KEMIH
Sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi urine
antara lain: ginjal, ureter, kandung kemih/ kencing, dan
uretra, yang memiliki peran masing-masing.

Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di luar
selaput perut) yang berjumlah dua buah, terletak di
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan
dalam mengatur komposisi dan volume cairan tubuh
dengan menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam
bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh
tubuh. Bagian ginjal, nefron, merupakan unit dari struktur
ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron.
Melalui nefron ini urine disalurkan ke dalam bagian pelvis
kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

Kandung Kemih (Bladder)


Merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot
halus yang berfungsi sebagai penampung air seni (urine).
Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan jaringan
otot, yang paling dalam, memanjang di tengah dan
melingkar disebut sebagai detrusor yang berfungsi untuk
mengeluarkan urine apabila detrusor ini berkontraksi.
Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah
jaringan otot yang berbentuk lingkaran bagian dalam atua
disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga
saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra
dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar
tubuh.

Pengaturan penyaluran rangsangan ke kandung


kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian
dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan
ini otot lingkar menjadi kendur dan terjadi kontraksi
sfinger bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam
kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan
rangsangan motoris kandung kencing dan rangsangan
penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini
menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan
kendurnya sfingter.

Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk
menyalurkan urine ke bagian luar. Uretra pada perempuan
mempunyai fungsi berbeda dengan laki-laki. Pada laki-laki
uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan
sebagai sistem reproduksi dengan panjang 13,7-16,2 cm
yang terdiri atas tiga bagian yaitu prostat, selaput
(membran), dan bagian yang berongga (ruang); sedangkan
pada perempuan uretra panjang 3,7-6,2 cm yang berfungsi
untuk menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.

Seluruh saluran kemih tersebut dialpisi membran


mukosa, dimulai dari meatus urethra sampai menuju ginjal.
Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang
bisa melewati uretra bagian bawah, namun membran
mukosa ini secara terus-menerus akan memberikan suatu
yang baik bagai media pertumbuhan beberapa patogen dan
untuk penyebab infeksi.

Proses Berkemih
Gambar: Sistem Kemih

Berkemih (mictio, micturition, voiding, atau urination)


adalah proses pengosongan vesika uranaria (kandung
kemih). Mekanisme berkemih terjadi karena vesika
uranaria berisi urine kemudian saraf-saraf akhir (reseptor)
di dinding vesika urinaria mendapat rangsangan, dan
rangsangan tersebut diteruskan melalui medula spinalis ke
pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks
serebral. Vesika urinaria menimbulkan rangsangan saraf
akhir pada keadaan vesika urinaria berisi kurang lebih 250-
450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-
anak). Apabila waktu berkemih sudah tepat, otak mengenai
impuls/rangsangan melalui medula spinalis ke
neuromctoriik di daerah sakral, kemudian terjadi koneksasi
otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.

Urine dilepaskan dari resika urinaria, tetapi masih


tertahan sfingter eksternal. Jika waktu dan tempat
memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sfingter
eksternal dan urine dikeluarkan (berkemih).
Komposisi urine:
1. Air (96%).
2. Larutan (4%).
a. Larutan organik.
Urea, amonia, kreatin, asam urat. Urea merupakan
larutan organik yang terbesar.
b. Larutan non-organik
Natrium (sodium), khlorida, kaliurn, sulfat,
magnesium, fosfor. Natrium khlorida merupakan
garam non-organik yang paling banyak.

PENYAKIT YANG LAZIM TERJADI PADA ANAK


DENGAN GANGGUAN SISTEM KEMIH, DISFUNGSI
GINJAL, DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Sindroma Nefrotik
Merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan
proteinuria, hiperlipi,
hiperlipidemia, dan edema. Sindroma ini dapat terjadi
karcna adanya faktor yang menyebabkan permeabilitas
glomerulus.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Sindroma


Nefrotik
Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian anak dengan sindroma nefrotik
dapat ditemukan adanya proteinuria, retensi cairan,
edema, berat badan meningkat, edema periorbital, edema
fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine,
urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan
menurun, dan kepucatan. Pada pemeriksaan laboratorium
dapat ditemukan jumlah protein urine meningkat, berat
jenis urine meningkat, albumin serum menurun, kolesterol
serum meningkat, haemoglobin dan haematokrit terjadi
peningkatan
(hemokonsentrasi), dan laju endap darah meningkat.

Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi
pada anak dengan sindroma nefrotik adalah sebagai
berikut:
1. Kelebihan volume cairan
2. Risiko tinggi kekurangan cairan intravaskular
3. Risiko infeksi
4. Gangguan integritas kulit
5. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)
6. Gangguan gambaran tubuh
7. Intoleransiaktivitas
8. Perubahan proses keluarga
Rencana Tindakan Keperawatan
 Kelebihan Volume Cairan
Kelebihan volume cairan tubuh ini dapat disebabkan
oleh terjadinya akumulasi cairan dalam jaringan karena
proses penyakitnya. Tujuan keperawatan yang
diharapkan adalah menurunkan kelebihan jumlah cairan
yang masuk dalam tubuh dan pasien bisa mendapatkan
cairan yang sesuai dengan kebutuhan.
Gambar: Bagan Terjadinya Sindroma Nefrotik

Tindakan :
1. Mkaji asupan dan keluaran cairan yang ada, timbang
berat badan.
2. Kaji adanya edema dengan mengukur lingkar
abdomen pada umbilikus, dan kaji edema daerah
sekitar mata.
3. Monitor berat jenis urine, albumin.
4. Berikan kortikosteroid untuk menurunkan protein
urine.
5. Batasi cairan selama ada edema.
6. Aturlah tetesan cairan.
7. Pertahankan kelembaban bibir.

 Risiko Tinggi Kekurangan Cairan Intravaskular


Risiko tinggi kekurangan cairan intravaskular ini dapat
disebabkan oleh hilangnya kadar protein dan cairan.
Tujuan keperawatannya adalah untuk mengatasi atau
mencegah kehilangan cairan yang berlebih.

Tindakan:
1. Monitor tanda vital.
2. Monitor kualitas dan frekuensi nadi.
3. Berikan albumin atau berikan plasma expander.
4. Pantau tekanan darah.

 Risiko Infeksi
Risiko terjadi infeksi pada sindroma nefrotik ini dapat
disebabkan adanya penurunan daya tahan tubuh, adanya
kelebihan beban cairan yang ada dalam tubuh. Tujuan
rencana tindakannya adalah mencegah terjadinya
infeksi.

Tindakan:
1. Gunakan prinsip aseptik dalam tindakan.
2. Monitor gejala awal infeksi.
3. Beri penjelasan atau libatkan orang tua dalam
penanganan atau perlindungan terhadap infeksi.
4. Lindungi anak dari kontak yang terinfeksi.

 Gangguan Integritas Kulit


Gangguan integritas kulit ini dapat disebabkan oleh
adanya edema serta menurunnya daya tahan tubuh.
Tujuan rencana tindakan keperawatan diarahkan untuk
mempertahankan integritas kulit.

Tindakan:
1. Lakukan perawatan kulit.
2. Hindari pakaian yang sangat ketat.
3. Berikan bedak dan jaga permukaan kulit.
4. Berikan sokongan pada daerah yang mengalami
edema.
5. Aturlah posisi yang sering dan berikan kesejajaran
tubuh.
6. Bersihkan daerah yang mengalami edema.
7. Berikan matras atau penghilang tekanan (tempat
tidur penurun tekanan).

 Kurang Nutrisi (Kurang dari Kebutuhan)


Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan ini dapat disebabkan oleh hilangnya nafsu
makan. Tujuan rencana tindakan keperawatannya
diarahkan untuk pemenuhan nutrisi secara optimal.

Tindakan:
1. Berikan diet yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan.
2. Batasilah konsumsi natrium selama edema dan terapi
steroid.
3. Berikan zat besi.
4. Berikan makanan dari porsi yang sedikit.
5. Berikan makan yang disukai anak dan menarik.
6. Libatkan orang tua dalam pemberian makan.

 Gangguan Gambaran Tubuh


Terjadinya gangguan gambaran tubuh ini dapat
disebabkan oleh adanya perubahan penampilan, yang
dapat membuat anak menarik diri dari lingkungan.
Tujuan rencana keperawatannya adalah diarahkan pada
pemberian motivasi atas penghargaan dirinya.

Tindakan:
1. Kaji perasaan dan masalah yang terjadi pada diri
anak.
2. Bantulah mengekspresikan perasaan.
3. Doronglah untuk melakukan aktivitas sosialisasi.
4. Berikan penghargaan positif pada penampiiannya.

 IntoleransiAktivitas
Terjadinya intoleransi aktivitas pada kasus sindroma
nefrotik ini dapat disebabkan adanya kelelahan akibat
kurangnya energi. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan atau mengondisikan dalam keadaan
istirahat.

Tindakan:
1. Pertahankan tirah baring.
2. Berikan keseimbangan istirahat dan aktivitas apabila
melakukan ambulasi.
3. Berikan aktivitas yang menyenangkan (bermain
sesuai dengan kelompok usia dan sesuaidengan
kemampuan anak).

 Gagal Ginjal Akut


Merupakan keadaan ginjal yang mengalami penurunan
fungsi atau berhentinya fungsi ginjal secara tiba-tiba
yang dapat menyebabkan gangguan homeostasis, yang
ditandai dengan oliguria atau anuria, gangguan
keseimbangan elektrolit, keseimbangan asam basa serta
gangguan sekresi dari produk sisa yakni urea dan
kreatinin. Penyebab dari keadaan kegagalan ginjal
secara akut dapat dibagi menurut jenisnya yakni
prarenal, intrarenal, dan pascarenal. Pada prarenal,
kegagalan ginjal akibat penurunan aliran darah ke
ginjal; sedangkan intrarenal dapat karena cedera pada
sel-sel ginjal atau kerusakan pada ginjal; dan pascarenal
dapat disebabkan karena obstruksi aliran keluarnya
urine. Proses terjadinya kegagalan ini diawali dengan
gejala oliguri dan anuria terus-menerus.
Gambar: Bagan Terjadinya Ggal Ginjal Akut

Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Gagal


Ginjal Akut
Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajiaa anak dengan gagal ginjal akut (GGA)
dapat ditandai dengan adanya oliuria; anuria, retensi
cairan dan edema, peningkatan berat badan, hipertensi,
ketidakseimbangan elektrolit, letargi, kelelahan, anemia.
Dapat juga terjadi aritmia jantung bila hiperkalemia,
kejang kemungkinan muncul akibat hiponatremia atau
hipokalsemia, gagal tumbuh serta adanya takipne akibat
asidosis metabolik. Dapat terjadi gejala yang tidak khas
seperti mual muntah.
Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi
pada anak dengan gagal ginjal akut adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan
2. Risiko cedera
3. Risiko infeksi
4. Perubahan proses keluarga.

Rencana Tindakan Keperawatan


 Kelebihan Volume Cairan
Terjadinya kelebihan volume cairan tubuh ini dapat
disebabkan oleh kegagalan atau penurunan mekanisme
regulasi ginjal. Tujuan dari rencana tindakan
keperawatannya adalah adanya kemampuan
mempertahankan volume cairan yang tepat.

Tindakan:
1. Rencanakan dan bantu untuk dialisis untuk
mempertahankan fungsi.
2. Monitoring asupan dan keluaran serta pertahankan.
3. Pertahankan bibir agar tetap lembap.
4. Batasi cairan masuk dan atur sesuai dengan
kebutuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
yang tepat dengan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan cairan sehari 25 ml per 100 kal yang


dikeluarkan + jumlah volume urine.

Kebutuhan kalori sehari antara lain:


Berat Badan Kebutuhan Kalori Sehari
3.10 kg 100 kal/kg bb
11.20 kg 1.000 kal + 50 kal/kg bb di atas
> 20 kg 10 kg
1.500 kal + 20 kal/kg bb di atas
20 kg

6. Apabila terjadi asidosis metabolik maka tindakan


yang dapat dilakukan adalah dengan mengoreksi
asidosis bila kadar HCO3 < 12 mEq/L dan pH darah. <
7,2 dan jumlah bikarbonat yang diperlukan adalah
HCO3 ideal – KCO3 aktual x berat badan (kg) x 0,6.
7. Apabila terjadi hiperkalernia seperti ditemukan pada
EKG dan kadar K serum > 7 mEq/L maka perlu
diberikan kalsium glukonas 10% 0,5 ml/kg bb iv untuk
mencegah efek toksik kalium dalam jantung dan
diberikan sodium bikarbonat 7,5% sebanyak 3
mEq/kg bb untuk meningkatkan pH yang akhirnya
kadar kalium serum menurun, kemudian diberikan
glukosa 50% 1 ml/kg bb.
 Risiko Cedera
Risiko tinggi terjadi cedera adalah terjadinya komplikasi
lebih lanjut akibat akumulasi elektrolit dan produk sisa,
yang membutuhkan keseimbangan dalam
mempertahankan cairan elektrolit secara normal.

Tindakan:
1. Beri diet rendah protein, kalium, dan natrium untuk
menurunkan kebutuhan ekskresi ginjal.
2. Monitor produksi urine.
3. Apabila terjadi peningkatan tekaran darah berikan
obat antihipertensi sesuai ketentuan.
4. Berilah lingkungan yang tenang dan hindari
kecemasan.
5. Lakukan kolaborasi dalam dialisis untuk
mempertahankan fungsi ginjal.
 Risiko Infeksi
Risiko terjadi infeksi ini dapat disebabkan oleh karena
menurunnya pertahanan tubuh serta adanya kelebihan
beban cairan yang ada.

Tindakan:
1. Lindungilah dari kontak dengan sumber infeksi atau
tempatkan pada ruangan khusus.
2. Batasi kunjungan.
3. Ajari pengunjung untuk berperilaku aseptik.
4. Pertahankan anak tetap kering dan hangat.
5. Monitor tanda vital dan kemungkinan adanya infeksi.

Gagal Ginjal Kronis


Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan kegagalan
ginjal dalam mempertahankan fungsinya yang timbul
secara kronis yakni terjadi kemunduran fungsi ginjal yang
dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam
mempertahankan tubuh. Terjadinya gagal ginjal kronis ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adanya
penyakit pada glumerolus, adanya hipoplasi renal atau
gangguan ginjal yang diturunkan atau juga trauma dari
ginjal. Terjadinya kemunduran dalam fungsi ginjal dapat
menyebabkan kemampuan untuk memekatkan urine
berkurang sehingga ketidakseimbangan natrium dan cairan
terjadi gangguan. Pada kegagalan ginjal secara kronis
dapat juga menyebabkan hiperkalemia sebagai akibat
penurunan sekresi kalium, kemudian dapat terjadi asidosis
metabolik akibat kerusakan reabsorpsi bikarbonat dan
penurunan produksi amonia. Selain itu terjadi
demineralisasi tulang serta adanya gangguan pertumbuhan
sebagai akibat sekresi hormon paratiroid dan peningkatan
fosfat plasma arau penurunan kalsium serum. Dapat juga
terjadi anemia akibat produksi sel darah merah kurang dan
iain sebagainya.
Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Gagal
Ginjal Kronis
Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian gagal ginjal kronis didapatkan
adanya kelebihan cairan atau ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, terjadi ensefalopati dan neuropati uremik
yang ditandai dengan gatal-gatal akibar penumpukan
bekuan uremik pada kulit, kram, kelemahan otot, bicara
tidak jelas, aprestesia telapak tangan dan kaki, mengantuk,
kejang, pucat, pertumbuhan tulang yang abnormal, nyeri
tulang, dan lain sebagainya.

Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawaran yang terjadi pada
anak dengan gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera
2. Kelebihan volume canran
3. Kurang nutrisi
4. Gangguan gambaran tubuh
5. Perubahan proses keluarga
Gambar: Bagan Terjadinya Gagal Ginjal Kronis

Rencana Tindakan Keperawatan


 Risiko Cedera
Risiko tinggi terjadi cedera ini adalah komplikasi lebih
lanjut akibat akumulasi elektrolit dan produk sisa, yang
membutuhkan keseimbangan dalam mempertahankan
cairan elektrolit secara normal.

Tindakan:
1. Berikan diet rendah protein, kalium, dan eatrium
untuk menurunkan kebutuhan ekskesi ginjal.
2. Monitorlah produksi urine.
3. Apabila terjadi peningkatan tekanan darah berikan
obat antihipertensi sesuai ketentuan.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan hindari
kecemasan.
5. Lakukan kolaborasi dalam dialisis untuk
mempertahankan fungsi ginjal.

 Kelebihan Volume Cairan


Terjadinya kelebihan volume cairan tubuh ini dapat
disebabkan oleh kegagalan atau penurunan mekanisme
regulasi ginjal. Tujuan dari rencana tindakan
keperawatannya adalah adanya kemampuan
mempertahankan volume cairan yang tepat.

Tindakan:
1. Rencanakan dan bantu untuk dialisis dalam
mempertahankan fungsi.
2. Monitoring asupan dan kelakuan.
3. Pertahankan bibir agar tetap lembap.
4. Batasi cairan masuk dan atur sesuai dengan
kebutuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
yang tepat (lihat rencana gagal ginjal akut).

 Kurang Nutrisi
Terjadinya kekurangan nutrisi pada gagal ginjal kronis
ini dapat disebabkan adanya pembatasan pada diet.
Dengan demikian, tujuan yang diharapkan adalah pasien
daoat mengonsumsi makanan dengan tepat.

Tindakan:
1. Berikan diet dengan membatasi protein, fosfor,
garam, dan kalium sesuai dengan ketentuan.
2. Berikan masukan karbohidtrat sebagai kalori untuk
mencegah demineralisasi tulang.
3. Berikan makanan yang cukup asam folat dan besi.
4. Kolaborasi dalam pemberiaan diet saat dialisis.

 Gangguan Gambaran Tubuh


Terjadinya perubahan gambaran tubuh dapat
disebabkan adanya penyakit kroni, kerusakan
pertumbuhan, Sserta adanya persepsi yang salah. Untuk
itu tujuan keperawatannya diarahkan pada
pengembangan harga diri anak.
Tindakan:
1. Dorong kemandirian anak dalam perawatan gagal
ginjal kronis.
2. Izinkan anak untuk berpartisipasi dalam tindakan
dialisis.
3. Tingkatkan harga diri anak dengan memberikan
penguatan positif selama prosedur.

MEKANISME PENYAKIT GINJAL KRONIK


Batasan
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses
patofisiologis dengan etiologi yangberagam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya,
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada
suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal
yagn tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang
terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal
pada penyakit ginjal kronik.
Kriteria penyakit ginjal kronik, seperti yang tertulis pada tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan,
berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:
- Kelainan patologis.
- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan
(image tests).
2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m 2
selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih


dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih dari 60
ml/menit/1,73m2, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal
kronik.

Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal
yaitu, atas dasar derajat (stage) penakit dan atas dasar
diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas
dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockcroft-Gault sebagai berikut:
(140 umur)
X berat
badan
LFG(ml/mnt/1,
73m2) *)
72X kreatinin
plasma
(mg/dl)

*) pada perempuan dikalikan 0,85


Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat
Penyakit
Deraja Penjelasan LFG
t (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal > 90
atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Klasifikasi atas dasar diagnosis, tampak pada tabel 3.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakti ginjal kronik
diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8%
setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus
baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insiden ini
diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.
Tabel 3. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar
Diagnosis Etiologi
Penyakit Tipe Mayor (contoh)
Penyakit ginjal Diabetes tipe 1 dan 2
diabetes
Penyakit ginjal Penyakit glomerular
non diabetes (penyakit otoimun, infeksi sistemik, obat,
neoplasia)
Penyakit vascular
(penyakit pembuluh darah besar, hipertensi,
mikroangiopati)
Penyakit tubulointerstitial
(pielonefritis kronik, batu, obstruksi, keracunan
obat)
Penyakit kistik
(ginjal polikstik)
Penyakit pada Rejeksi kronik
transplantasi Keracunan obat (siklosporin/ takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy

Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya
tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam
perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang
lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional negron yang masih
tersisa (survivin nephrons) sebagai upaya kompensasi
yang diperantarai oleh molekul vasoaktif sebagai sitokin
dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan darah
kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.
Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
negron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudha
tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-
angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan
kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan
progresifitas tersebut. Aktivasi jangka panjang aksis renin
angiotansin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth
factor seperti transforming growth factor β (TGF-β).
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap
terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.
Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya
sklerosis dan fibroisis glomerulus maupun
tubulointerstitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik,
terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada
keadaan mana basal LFG masih normal atua malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi
keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual,
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai
pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala
dan tanda uremia yang nyaa seperti, anemia, peningkatan
tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor, dan kalsium,
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih infeksi
saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan
terjadi gangguan keimbangan air seperti hipo atau
hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antar
alain natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan
terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien
sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi
ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
stadium ginjal.

ETIOLOGI
Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara
satu negara dengan negara lain. Tabel 4 menunjukkan
penyebab utama dan insiden penyakit ginjal kronik di
Amerika Serikat.
Sedangkan Perhimpunan Negrologi Indonesia
(Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis di Indonesia, seperti tabel 5.
Dikelompokkan pada sebab lain diantaranya, nefritis lupus, nefropati urat,
intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyebab yang tidak
diketahui.
Tabel 4. Penyebab Utama Penyakit Ginjal Kronik di Amerika
Serikat
(1995-1999)
Penyebab Insiden
Diabetes mellitus 44%
- Tipe 1 (7%)
- Tipe 2 (37%)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar 27%
Glomerulonefritis 10%
Neftritis interstitialis 4%
Kista dan penyakit bawaan lain 3%
Penyakit sistemik (misal, lapus dan vaskulitis) 2%
Neoplasma 2%
Tidak diketahui 4%
Penyakit lain 4%

Tabel 5. Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di


Indonesia
Tahun 2000
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 46,39%
Diabetes Melitus 18,65%
Obstruksi dan infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab lain 13,65%

PENDEKATAN DIAGNOSTIK

Gambaran Klinis

Gambaran klinis pasien penyakti ginjal kronik


meliputi: a) sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti
diabetes melitus, infeksi traktus uranarius, batu traktus
urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Eritomatosus
Sistemik (LES), dan lain sebagainya. b) Sindrom uremia,
yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload,
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,
kejang-kejang sampai koma. c) Gejala komplikasinya antara
lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung,
asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida).

Gambaran Laboratoris

Anda mungkin juga menyukai