Asuhan Keperawatan Anak Dengan Disfungsi Ginjal - RSJ
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Disfungsi Ginjal - RSJ
Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di luar
selaput perut) yang berjumlah dua buah, terletak di
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan
dalam mengatur komposisi dan volume cairan tubuh
dengan menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam
bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh
tubuh. Bagian ginjal, nefron, merupakan unit dari struktur
ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron.
Melalui nefron ini urine disalurkan ke dalam bagian pelvis
kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk
menyalurkan urine ke bagian luar. Uretra pada perempuan
mempunyai fungsi berbeda dengan laki-laki. Pada laki-laki
uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan
sebagai sistem reproduksi dengan panjang 13,7-16,2 cm
yang terdiri atas tiga bagian yaitu prostat, selaput
(membran), dan bagian yang berongga (ruang); sedangkan
pada perempuan uretra panjang 3,7-6,2 cm yang berfungsi
untuk menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.
Proses Berkemih
Gambar: Sistem Kemih
Sindroma Nefrotik
Merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan
proteinuria, hiperlipi,
hiperlipidemia, dan edema. Sindroma ini dapat terjadi
karcna adanya faktor yang menyebabkan permeabilitas
glomerulus.
Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi
pada anak dengan sindroma nefrotik adalah sebagai
berikut:
1. Kelebihan volume cairan
2. Risiko tinggi kekurangan cairan intravaskular
3. Risiko infeksi
4. Gangguan integritas kulit
5. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)
6. Gangguan gambaran tubuh
7. Intoleransiaktivitas
8. Perubahan proses keluarga
Rencana Tindakan Keperawatan
Kelebihan Volume Cairan
Kelebihan volume cairan tubuh ini dapat disebabkan
oleh terjadinya akumulasi cairan dalam jaringan karena
proses penyakitnya. Tujuan keperawatan yang
diharapkan adalah menurunkan kelebihan jumlah cairan
yang masuk dalam tubuh dan pasien bisa mendapatkan
cairan yang sesuai dengan kebutuhan.
Gambar: Bagan Terjadinya Sindroma Nefrotik
Tindakan :
1. Mkaji asupan dan keluaran cairan yang ada, timbang
berat badan.
2. Kaji adanya edema dengan mengukur lingkar
abdomen pada umbilikus, dan kaji edema daerah
sekitar mata.
3. Monitor berat jenis urine, albumin.
4. Berikan kortikosteroid untuk menurunkan protein
urine.
5. Batasi cairan selama ada edema.
6. Aturlah tetesan cairan.
7. Pertahankan kelembaban bibir.
Tindakan:
1. Monitor tanda vital.
2. Monitor kualitas dan frekuensi nadi.
3. Berikan albumin atau berikan plasma expander.
4. Pantau tekanan darah.
Risiko Infeksi
Risiko terjadi infeksi pada sindroma nefrotik ini dapat
disebabkan adanya penurunan daya tahan tubuh, adanya
kelebihan beban cairan yang ada dalam tubuh. Tujuan
rencana tindakannya adalah mencegah terjadinya
infeksi.
Tindakan:
1. Gunakan prinsip aseptik dalam tindakan.
2. Monitor gejala awal infeksi.
3. Beri penjelasan atau libatkan orang tua dalam
penanganan atau perlindungan terhadap infeksi.
4. Lindungi anak dari kontak yang terinfeksi.
Tindakan:
1. Lakukan perawatan kulit.
2. Hindari pakaian yang sangat ketat.
3. Berikan bedak dan jaga permukaan kulit.
4. Berikan sokongan pada daerah yang mengalami
edema.
5. Aturlah posisi yang sering dan berikan kesejajaran
tubuh.
6. Bersihkan daerah yang mengalami edema.
7. Berikan matras atau penghilang tekanan (tempat
tidur penurun tekanan).
Tindakan:
1. Berikan diet yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan.
2. Batasilah konsumsi natrium selama edema dan terapi
steroid.
3. Berikan zat besi.
4. Berikan makanan dari porsi yang sedikit.
5. Berikan makan yang disukai anak dan menarik.
6. Libatkan orang tua dalam pemberian makan.
Tindakan:
1. Kaji perasaan dan masalah yang terjadi pada diri
anak.
2. Bantulah mengekspresikan perasaan.
3. Doronglah untuk melakukan aktivitas sosialisasi.
4. Berikan penghargaan positif pada penampiiannya.
IntoleransiAktivitas
Terjadinya intoleransi aktivitas pada kasus sindroma
nefrotik ini dapat disebabkan adanya kelelahan akibat
kurangnya energi. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan atau mengondisikan dalam keadaan
istirahat.
Tindakan:
1. Pertahankan tirah baring.
2. Berikan keseimbangan istirahat dan aktivitas apabila
melakukan ambulasi.
3. Berikan aktivitas yang menyenangkan (bermain
sesuai dengan kelompok usia dan sesuaidengan
kemampuan anak).
Tindakan:
1. Rencanakan dan bantu untuk dialisis untuk
mempertahankan fungsi.
2. Monitoring asupan dan keluaran serta pertahankan.
3. Pertahankan bibir agar tetap lembap.
4. Batasi cairan masuk dan atur sesuai dengan
kebutuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
yang tepat dengan rumus sebagai berikut:
Tindakan:
1. Beri diet rendah protein, kalium, dan natrium untuk
menurunkan kebutuhan ekskresi ginjal.
2. Monitor produksi urine.
3. Apabila terjadi peningkatan tekaran darah berikan
obat antihipertensi sesuai ketentuan.
4. Berilah lingkungan yang tenang dan hindari
kecemasan.
5. Lakukan kolaborasi dalam dialisis untuk
mempertahankan fungsi ginjal.
Risiko Infeksi
Risiko terjadi infeksi ini dapat disebabkan oleh karena
menurunnya pertahanan tubuh serta adanya kelebihan
beban cairan yang ada.
Tindakan:
1. Lindungilah dari kontak dengan sumber infeksi atau
tempatkan pada ruangan khusus.
2. Batasi kunjungan.
3. Ajari pengunjung untuk berperilaku aseptik.
4. Pertahankan anak tetap kering dan hangat.
5. Monitor tanda vital dan kemungkinan adanya infeksi.
Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawaran yang terjadi pada
anak dengan gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera
2. Kelebihan volume canran
3. Kurang nutrisi
4. Gangguan gambaran tubuh
5. Perubahan proses keluarga
Gambar: Bagan Terjadinya Gagal Ginjal Kronis
Tindakan:
1. Berikan diet rendah protein, kalium, dan eatrium
untuk menurunkan kebutuhan ekskesi ginjal.
2. Monitorlah produksi urine.
3. Apabila terjadi peningkatan tekanan darah berikan
obat antihipertensi sesuai ketentuan.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan hindari
kecemasan.
5. Lakukan kolaborasi dalam dialisis untuk
mempertahankan fungsi ginjal.
Tindakan:
1. Rencanakan dan bantu untuk dialisis dalam
mempertahankan fungsi.
2. Monitoring asupan dan kelakuan.
3. Pertahankan bibir agar tetap lembap.
4. Batasi cairan masuk dan atur sesuai dengan
kebutuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
yang tepat (lihat rencana gagal ginjal akut).
Kurang Nutrisi
Terjadinya kekurangan nutrisi pada gagal ginjal kronis
ini dapat disebabkan adanya pembatasan pada diet.
Dengan demikian, tujuan yang diharapkan adalah pasien
daoat mengonsumsi makanan dengan tepat.
Tindakan:
1. Berikan diet dengan membatasi protein, fosfor,
garam, dan kalium sesuai dengan ketentuan.
2. Berikan masukan karbohidtrat sebagai kalori untuk
mencegah demineralisasi tulang.
3. Berikan makanan yang cukup asam folat dan besi.
4. Kolaborasi dalam pemberiaan diet saat dialisis.
Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal
yaitu, atas dasar derajat (stage) penakit dan atas dasar
diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas
dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockcroft-Gault sebagai berikut:
(140 umur)
X berat
badan
LFG(ml/mnt/1,
73m2) *)
72X kreatinin
plasma
(mg/dl)
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakti ginjal kronik
diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8%
setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus
baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insiden ini
diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.
Tabel 3. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar
Diagnosis Etiologi
Penyakit Tipe Mayor (contoh)
Penyakit ginjal Diabetes tipe 1 dan 2
diabetes
Penyakit ginjal Penyakit glomerular
non diabetes (penyakit otoimun, infeksi sistemik, obat,
neoplasia)
Penyakit vascular
(penyakit pembuluh darah besar, hipertensi,
mikroangiopati)
Penyakit tubulointerstitial
(pielonefritis kronik, batu, obstruksi, keracunan
obat)
Penyakit kistik
(ginjal polikstik)
Penyakit pada Rejeksi kronik
transplantasi Keracunan obat (siklosporin/ takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya
tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam
perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang
lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional negron yang masih
tersisa (survivin nephrons) sebagai upaya kompensasi
yang diperantarai oleh molekul vasoaktif sebagai sitokin
dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan darah
kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.
Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
negron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudha
tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-
angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan
kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan
progresifitas tersebut. Aktivasi jangka panjang aksis renin
angiotansin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth
factor seperti transforming growth factor β (TGF-β).
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap
terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.
Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya
sklerosis dan fibroisis glomerulus maupun
tubulointerstitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik,
terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada
keadaan mana basal LFG masih normal atua malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi
keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual,
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai
pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala
dan tanda uremia yang nyaa seperti, anemia, peningkatan
tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor, dan kalsium,
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih infeksi
saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan
terjadi gangguan keimbangan air seperti hipo atau
hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antar
alain natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan
terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien
sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi
ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
stadium ginjal.
ETIOLOGI
Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara
satu negara dengan negara lain. Tabel 4 menunjukkan
penyebab utama dan insiden penyakit ginjal kronik di
Amerika Serikat.
Sedangkan Perhimpunan Negrologi Indonesia
(Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis di Indonesia, seperti tabel 5.
Dikelompokkan pada sebab lain diantaranya, nefritis lupus, nefropati urat,
intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyebab yang tidak
diketahui.
Tabel 4. Penyebab Utama Penyakit Ginjal Kronik di Amerika
Serikat
(1995-1999)
Penyebab Insiden
Diabetes mellitus 44%
- Tipe 1 (7%)
- Tipe 2 (37%)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar 27%
Glomerulonefritis 10%
Neftritis interstitialis 4%
Kista dan penyakit bawaan lain 3%
Penyakit sistemik (misal, lapus dan vaskulitis) 2%
Neoplasma 2%
Tidak diketahui 4%
Penyakit lain 4%
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Gambaran Klinis
Gambaran Laboratoris