Anda di halaman 1dari 12

Ikterus Neonatorum Fisiologis pada Bayi

Stela Angelia Babua,Clarissa Andreas, Rendy Damar Nugraha, Yeremia, Jepri


Roberto Saragih, Peni Sucipto, Novelia Ratna Ury
Kel: A5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No 6, Jakarta-11510

Abstrak
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sclera mata, atau jaringan lainnya yang
menjadi kuning karena peningkatan bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar
bayi, ikterus akan ditemukan pada minggu pertama kehidupan bayi. Ikterus
sebagian lagi bersifat patologis yang dapat menimbulkan gangguan bahkan
menyebabkan kematian. Oleh sebab itu timbulnya ikterus pada bayi harus dipantau
perkembangannya. Sesuai dengan pada saat usia berapa bayi tampak kuning dan
bagaimana hasil pemeriksaan penunjangnya. Sehingga dapat ditentukan terapi apa
yang dapat dan sebaiknya diberikan pada bayi.
Kata Kunci : ikterus, patologis, bilirubin

Abstract
Jaundice is a discoloration of the skin, sclera eyes, or other tissues that become yellow due
to increased bilirubin in the blood. In most infants, jaundice will be found in the first week
of life the baby. Partly pathological jaundice which can cause interference and even cause
death. Therefore, the onset of jaundice in infants should be monitored its development. In
accordance with the time how old the baby looks yellow and how the results of his support.
So that therapy can be determined what can and should be given to the baby.
Keywords : jaundice, phatological, bilirubin
Pendahuluan
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya yang
menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam
sirkulasi darah.1 Pada banyak pasien ikterus dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang teliti ditambah dengan pemeriksaan laboratorium yang sederhana,
diagnosis dapat ditegakkan. Ikterus sebagian lagi bersifat patologis yang dapat
menimbulkan gangguan bahkan menyebabkan kematian. Oleh sebab itu timbulnya
ikterus pada bayi harus dipantau perkembangannya. Sesuai dengan pada saat usia
berapa bayi tampak kuning dan bagaimana hasil pemeriksaan penunjangnya.
Skenario
Seorang bayi usia 5 hari dibawa ke dokter untuk kontrol rutin. Ibu mengatakan
bahwa bayinya mulai tampak kuning pada usia 48 jam.
Pembahasan
Anamnesis

Untuk anamnesis pada pasien anak-anak maka anamnesis yang dilakukan


adalah aloanamnesis, beberapa hal dapat ditanyakan terlebih dahulu kepada orang
tua atau walinya, yaitu:

- Identitas pasien: nama lengkap dan nama panggilan, umur, jenis kelamin,
nama orangtua, alamat, data orangtua (umur, pendidikan dan pekerjaan),
agama dan suku bangsa.
- Riwayat penyakit: keluhan utama; riwayat perjalanan penyakit (lamanya
keluhan berlangsung; bagaimana sifat terjadinya gejala: apakah mendadak,
perlahan-lahan, terus menerus, berupa bangkitan-bangkitan atau serangan,
hilang-timbul, apakah berhubungan dengan waktu (pagi, sore, atau malam);
berat-ringannya keluhan dan perkembangannya: apakah menetap,
cenderung bertambah berat, cenderung berkurang; terdapatnya hal yang
mendahului keluhan; apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan
atau sudah pernah sebelumnya (bila sudah pernah, dirinci apakah intesitas
dan karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara keluhan-keluhan
tersebut); apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling
pasien yang menderita keluhan yang sama; upaya yang telah dilakukan dan
bagaimana hasilnya.
- Riwayat penyakit yang pernah diderita.
- Riwayat kehamilan ibu: kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan
antenatal itu dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter
spesialis. merokok atau minum minuman keras, serta makanan ibu selama
hamil.
- Riwayat kelahiran: tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara
kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, bedah cesar), adanya
kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir. Masa kehamilan juga perlu
ditanyakan (apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lewat bulan). Berat dan
panjang lahir, APGAR score yang bisa dilihat di kartu tempat anak itu lahir,
morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa neonatus
seperti asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus dan lain-lain.
- Riwayat makanan: ASI, PASI, makanan tambahan, jenis dan jumlah, serta
jadwal pemberian.
- Riwayat imunisasi
- Riwayat tumbuh kembang: kurva berat badan dan tinggi badan, serta
kemampuan motor kasar, motor halus, sosial-personal, dan bahasa-adaptif;
perkembangan pubertas
- Riwayat keluarga

Dari pernyataan ibu nya bahwa si bayi tampak aktif, menangis dengan kuat,
dan menyusu pun masih baik. Kemudian ibu juga mengatakan pada bayi tidak ada
demam, tidak ada muntah, bayi masih mendapatkan ASI. Status kemahilan si ibu
adalah 40 minggu dan lahir pervaginam.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik seperti biasa pada bayi juga dilakukan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Pada abdomen: pemeriksaan auskultasi didahulukan (supaya
tidak mengganggu pemeriksaan akibat palpasi

1. Bayi/ anak dibaringkan pada meja pemeriksaan dengan posisi kepala


sebelah kiri dokter (pemeriksa di kanan pasien)
2. Posisi pasien yang nyaman
3. Bila pasien tidak mau berbaring, periksa dalam gendongan/ pangkuan
dulu, atau dalam posisi duduk/ berdiri  kemudian dibaringkan.
a) Inspeksi
- Inspeksi umum: dilihat anak secara umum apa ada perubahan
- Inspeksi lokal: pemeriksaan setempat. (Warna kulit, lesi kulit, bentuk
permukaan torak dan abdomen)
b) Palpasi
Apakah ada benjolan atau masa pada abdomen, memeriksa adakah
pembesaran hati:
- Permukaan: licin/ benjol-benjol
- Konsistensi: lunak, keras, kenyal
- Tepi: tajam, tumpul
c) Auskultasi
Mendengarkan Bising usus, denyut jantung, pernapasan

Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk penilaian
ikterus, Kramer membagi tubuh bayi lahir dalam lima bagian yang dimulai dari
kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit-
pergelangan kaki dan bahi pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk
telapak kaki dan telapak tangan.2

Gambar 1. Pembagian ikterus menurut metode Kremer.


Panduan menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut:
a) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan
cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan
pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.
b) Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah
kulit dan jaringan subkutan.
c) Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak
kuning.

Pada skenario didapatkan hasil pemeriksaan fisik TTV normal, sklera ikteris (+), wajah dan
badan ikterus (+), hepatosplenomegali (-).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bilirubin serum total & direk
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin
direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total
dan bilirubin direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau
spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin. Hati bayi yang baru
lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin yang ditemukan
sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim
disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12
mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl.3
Feces dempul , urin coklat
Ciri-ciri ini dapat menandakan adanya kekurangan bilirubin di dalam usus, yang
berarti terdapat obstruksi atau kerusakan dari saluran atau kandung empedu nya
sendiri.3
Working Diagnosis
Ikterus Fisiologis
Ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir. Ikterus
adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva, dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubiin.1 Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar
bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama >2mg/dL. Pada bayi cukup bulan
yang mendapat susu formula kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-
8mg/dL pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2-3
hari diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1mg/dL selama 1 – 2 minggu.
Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan mencapai
kadar yang lebih tinggi (7-14mg/dL) dan penurunan terjadi lebih lambat. Bisa
terjadi dalam waktu 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu. Pada
bayi yang kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan mengalami
peningkatan dengan puncak yang lebih dan lebih lama, begitu juga dengan
penurunannya jika tidak diberikan fototerapi pencegahan. Peningkatan sampai 10-
12mg/dL masih dalam kisaran fisiologis, bahkan hingga 15mg/dL tanpa disertai
kelainan metabolisme bilirubin. 4
Differential Diagnosis
Ikterus patologis
Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk diagnosis awal dari
banyak penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 24 jam pertama setelah lahir
biasanya disebabkan oleh kelebihan produksi bilirubin.

Ada beberapa keadaan ikterus yang cenderung menjadi patologis, yaitu:

1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama setelah kelahiran


2. Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi
3. Peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5 mg/dL/jam, bilirubin serum
>15mg/dL
4. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,
letergis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, tapkinea
atau suhu yang tidak stabil).5

Breast Feeding Jaundice

Breastfeeding jaundice disebabkan karena bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup
(bedakan dengan breastmilk jaundice yang bayi mendapatkan cukup ASI) dan bayi
terlambat untuk mulai mendapatkan ASI. Ketika bayi tidak mendapatkan cukup
ASI, maka pergerakan sistem pencernaannya berkurang, sehingga bilirubin tidak
banyak dikeluarkan dan menumpuk dalam darah. Bilirubin seharusnya dikeluarkan
bersama feses (kotoran). 6
Breast Milk Jaundice
Breastmilk jaundice adalah proses kekuningan yang biasanya timbul pada bayi
cukup bulan dan diberi ASI dengan teratur dan cukup. Hingga kini, penyebab
pastinya belum diketahui, walaupun ada yang memperkirakan disebabkan oleh
sesuatu hal di ASI yang menghambat pemecahan bilirubin. Biasanya breastmilk
jaundice cenderung diturunkan secara genetis dan terjadi pada 2-4% bayi yang
baru lahir. Breastmilk jaundice biasanya berlangsung selama 4 sampai 12 minggu
setelah lahir. Ibu yang bayinya mengalami breastmilk jaundice maka 70% dapat
berulang kembali pada bayi berikutnya. Adanya kekuningan ini bukan berarti ASI
tidak baik atau ASI harus dihentikan. ASI tetap dilanjutkan untuk bayi ini. Apakah
bilirubinnya tetap harus diperiksa? Ya, kadar bilirubin harus tetap diperiksa untuk
mengetahui angka kadar pastinya. Pengawasan ini diperlukan untuk menghindari
komplikasi, walaupun jarang terjadi.6
Gejala Klinis
Gejala utama yang dapat dilihat pada bayi adalah perubahan warna menjadi kuning
yang dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit. Perubahan ini awalnya
mudah tampak dari mata lalu apabila makin berat dapat menjalar hingga ke dada,
perut, tangan, paha, hingga ke telapak kaki. Penting untuk mengetahui kapan awal
mula terjadinya kuning pada bayi tersebut karena dapat menentukan apakah ikterus
ini bersifat fisiologis atau bersifat patologis.  Selain itu, pada bayi dengan ikterus
neonatorus fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak rewel. Apabila ditemukan kuning
disertai dengan anak lesu, malas menetek, dan rewel, perlu dicurigai sebagai ikterus
neonatorus patologis dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Patofisiologi
1. Pembentukan bilirubin
Bilirubin adalah pigmen Kristal berwarna jingga ikterus merupakan bentuk
akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi.
Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan
bantuan enzim hemeoksigenase. Pada reaksi tersebut terbenyuk besi yang
digunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin dan karbon monoksida (CO)
yang diekskresikan ke dalam paru. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi
bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Biliverdin larut dalam air dan cepat akan
diubah menjadi bilirubin melalaui reaksi bilirubin reduktase. Bayi baru lahir akan
memproduksi 8-10 mg/kgBB/hari, sedangkan orang dewasa sekitar 3-4
mg/kgBB/hari. Peningkatan bilirubin pada bayi baru lahir disebabkan oleh
peningkatan massa eritrosit (hematokrit lebih tinggi) dan pemendekan rentang usia
eritrosit 70-90 hari, dibandingkan dengan 120 hari rentang usia eritrosit dewasa.

2. Transportasi
Bilirubin indirek yang tidak larut air ini kemudian akan diangkut oleh
albumin. Sel parenkim hepar mempunyai cara yang selektif dan efektif dalam
mengambil bilirubin dari plasma, untuk kemudian bilirubin ini akan ditransfer ke
dalam hepatosit sedangkan albumin tidak. Di dalam sel, bilirubin akan terikat pada
ligandin (protein Y, glutation S-transferase B) dan sebagian kecil lagi pada protein
Z. Bilirubin yang masuk hepatosit selanjutnya akan mengalami konjugasi dan
diekskresi ke dalam empedu. Dengan adanya sitosol hepar, ligandin mengikat
bilirubin sedangkan albumin tidak. Pada neonatus, terdapat konsentrasi rendah
ligandin dan juga aktivitas enzim transferase yang rendah, sehingga hal ini
mendasari banyaknya bilirubin indirek bebas dalam darah. Uptake bilirubin yang
masuk ke dalam hepatosit berbanding lurus dengan konsentrasi ligandin.
3. Konjugasi
Selanjutnya dalam sel hepar, bilirubin akan dikonjugasikan dengan asam
glukuronat menjadi bilirubin diglukuronide walaupun sebagian kecil juga ada
dalam bentuk bilirubin monoglukuronide. Bilirubin monoglukuronide ini akan
diubah menjadi bilirubin diglukuronide oleh enzim glukuronil transferase. Ada 2
macam enzim yang terlibat dalam sinsesis bilirubin diglukuronide, yaitu enzim
UDPG:T (uridin difosfat glukuronide transferase yang mengkatalisasi pembentukan
bilirubin monoglukuronide.
4. Ekskresi
Sesudah proses konjugasi maka bilirubin ini akan menjadi bilirubin direk
yang larut dalam air dan dapat diekskresikan dengan cepat ke sistem empedu
kemudian ke usus, dalam usus bilirubin direk ini tidak diabsorpsi dan akan dirubah
menjadi tetrapirol yang tidak berwarna/sterkobilin oleh mikroba kolon dan dilepas
bersama tinja. Sebagian kecil dari bilirubin direk ini akan dihidrolisis atau
didekonjugasi di usus kecil proksimal menjadi bilirubin indirek oleh B-
glukuronidase yang ada di brush border dan direabsorpsi sehingga akan
meningkatkan total bilirubin plasma. Siklus ini disebut siklus enterohepatik. Pada
neonatus dikarenakan aktivitas enzim B-glukuronidase yang meningkat, bilirubin
direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin justru didekonjugasi menjadi
bilirubin indirek sehingga jumlah bilirubin yanng terhidrolisa menjadi bilirubin
indirek akan meningkat dan direabsorpsi sehingga siklus enterohepatik meningkat.
Intake makanan oleh neonatus pada hari-hari pertama kehidupan yang terbatas akan
membuat waktu transit usus lebih panjang sehingga akan berdampak pada siklus
enterohepatik yang meningkat. Siklus ini juga meningkat pada bayi yang kurang
mendapat asupan cairan dan nutrisi.
Pada neonatus dan fetus, produksi bilirubin diduga sama besarnya tetapi faktor
kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas demikian
pula kesanggupan untuk mengkonjugasi, sehingga hampir semua bilirubin janin
dalam bentuk bilirubin indirek dengan mudah melalui plasenta masuk ke sirkulasi
ibu dan diekskresi oleh hepar ibu. Dalam keadaan fisiologis, dapat terjadi adanya
akumulasi bilirubin indirek pada neonatus sampai 2 mg%. Hal inilah yang
membedakan antara metabolisme bilirubin oleh fetus dan neonatus, pada fetus
masalah metabolisme dapat terselesaikan dengan bantuan metabolisme ibu
sedangkan pada neonatus akan terjadi penumpukkan bilirubin dan timbul ikterus.
Pada neonatus, hal ini disebabkan oleh karena belum sempurnanya fungsi hepar
diikuti dengan keadaan hipoksia, asidosis, atau adanya kekurangan enzim
glukuronil transferase maka kadar bilirubin indirek darah akan meningkat. Pada
bayi kurang bulan, kadar albumin serum rendah dan ini menyebabkan adanya
bilirubin indirek bebas dan sangat berbahaya karena dapat melekat pada sel otak.
Oleh karena itu, perlu diberikan albumin atau plasma untuk mencegah bilirubin
indirek bebas ini meninggi kadarnya. Ikterus pada bayi juga disebabkan oleh karena
keadaan kolon bayi yang masih steril tanpa keberadaan flora normal sehingga
bilirubin terkonjugasi akan tetap diam di lumen usus dan dengan enzim B-
glukuronidase maka bilirubin terkonjugasi akan didekonjugasi menjadi bilirubin
tidak terkonjugasi kembali. Pada mukosa usus neonatus terdapat konsentrasi enzim
B-glukuronidase yang lebih tinggi dibanding pada orang dewasa.
Gambar 2. Metabolisme Bilirubin

Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi dalam icterus neonatus ialah kernicterus, dimana terjadi
hiperbilirunemia tidak terkonjugasi dan bilirubin bebas ini mengalami perlengketan
pada sel otak. Terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus
hipokampus, nukleus merah, dan nukleus di dasar ventrikel IV. Secara patologis,
kondisi ini ditandai dengan pewarnaan bilirubin dan nekrosi neuron di ganglia
basal, korteks hipokampus, dan nukleus subtalamikus di otak. Keadaan ensefalopati
bilirubin paling besar kemungkinannya pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah lahir
tetapi dapat juga oleh karena sindrom Crigler-Najjar tipe 1. Kernicterus pernah
dilaporkan terjadi pada bayi dengan kadar biirubin serendah 9 mg/dL pada bayi
prematur dengan asidosis, asfiksia, sindrom distres pernapasan, hipoglikemia,
sepsis, atau hipotermia.

Gejala klinis pada awalnya tidak terlalu jelas namun umumnya didapati adanya
mata yang berputar, letargi, tidak nafsu makan, tangisan bernada tinggi, demam,
kejang, tak mau menghisap, tonus otot yang meninggi, leher kaku, dan akhirnya
opistotonus. Pada umum yang lebih lanjut bila bayi ini masih hidup dapat
ditemukan terjadinya spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai
ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan, bersamaan dengan
ditemukanya gangguan bicara dan retardasi mental. Pasien yang selamat umumnya
menderita serebral palsi tipe koreoatetoid, dengan gejala sisa berupa defek
neurologis lainnya dengan penurunan fungsi kognitif.7

Penatalaksanaan
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif,
minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus
sangat kecil. Pemberian obat umumnya tidak dilakukan pada bayi dengan ikterus yang
fisiologis, namun pada beberapa kondisi dapat diberikan fenobarbital untuk menginduksi
kerja metabolisme bilirubin oleh hati dan pada beberapa studi, fenobarbital dikatakan
efektif untuk menurunkan rata-rata kadar bilirubin serum selama minggu pertama
kehidupan. Fenobarbital dapat diberikan sebelum melahirkan pada ibu ataupun setelah
melahirkan pada bayi. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan
beberapa cara berikut:

Fototerapi

Fototerapi saat ini masih menjadi modalitas terapeutik yang umum dilakukan pada
bayi dengan ikterus dan merupakan terapi primer pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi. Fototerapi terutama harus dilakukan sebelum
bilirubin mencapai konsentrasi kritis, penurunan konsentrasi mungkin belum
tampak pada 12-24 jam, dan harus terus dilanjutkan sampai konsentrasi bilirubin
serum tetap di bawah 10 mg/dL. Walaupun telah digunakan secara luas, terapi sinar
masih belum dapat menggantikan transfusi tukar untuk kasus hiperbilirubinemia
yang memiliki risiko kernicterus.

Transfusi Tukar ( Exchange Transfusion )

 Metode terapi ini bertujuan untuk mengeluarkan bilirubin dari sirkulasi,


dan hanya dilakukan apabila : metode phototerapy intensif gagal
dilakukan, pada bayi dengan hemolisis yang dimediasi sistem imun,
bayi dengan serum bilirubin total lebih atau sama dengan 20 mg/dL di
usia 24 jam kehidupan, dan pada bayi dengan tanda – tanda
neurotoxicity ( kernicterus ).
Pemberian edukasi terhadap keluarga pasien juga perlu diperhatikan, antara lain
mengenai pemberian ASI eksklusif yang cukup terhadap bayi yang menderita
ikterus neonatorum, yang bertujuan untuk menjaga kebutuhan gizi serta
meningkatkan imunitas bayi tersebut.8

Prognosis
Prognosis umumnya baik apabila pasien mendapatkan perawatan sesuai dengan
alur tatalaksana yang telah disetujui bersama. Ikterus fisiologi akan hilang
sepenuhnya dalam waktu kurang lebih 2 minggu.
Kesimpulan
seorang bayi berusia 5 hari dibawa ke dokter untuk kontrol rutin. Ibu mengatakan
bahwa bayinya mulai tampak kuning pada usia 48 jam. Bila kuning terlihat pada
hari ke 2-3 dan menurun pada hari ke 7-14 kehidupan maka disebut ikterus
fisiologis, pada kasus fisiologis tidak perlu penanganan yang lanjut, namun jika
bayi tersebut mengalami ikterus berlanjut hingga 14 hari dapat mengarah ke ikterus
patologis yang harus ditangani dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat yang
bertujuan untuk mencegah keracunan oleh bilirubin.
Dari hasil pembahasan di atas, yaitu bayi 5 hari tersebut mengalami ikterus
neonatal fisiologis.

Daftar Pustaka
1. Hansen TWR. Neonatal jaundice. 19 June 2019. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/974786-overview#a0101
2. Lorna Davies, Sharon Mcdonald. Pemeriksaan kesehatan bayi.
Jakarta:EGC;2011.
3. Haws P. Asuhan Neonatus . Jakarta: EGC; 2008.
4. Blackburn ST, penyunting. Bilirubin metabolism. maternal, fetal, & neonatal
physiology, a clinical perspective. Edisi ke-3. Saunders. Missouri; 2007.
5. IDAI. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008.
6. Tuzun, Funda. Breast Milk Jaundice and Breast Feeding Jaundice. Juornal of
Pediatric Gastroenterology and Nutrition. Edisi ke-3. Europe 2013.
7. Springer SC. Kernicterus. 19 June 2019. Available from
URL:http://emedicine.medscape.com/article/975276-overview
8. Hassan R, Alatas H, penyunting. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Indomedika;2007.

Anda mungkin juga menyukai