Anda di halaman 1dari 8

harta(amwal)

Kamis, 06 Maret 2014

fiqih muamalah

COVER
MAKALAH

Harta (amwal)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah: Fiqh Mu’amalah
Dosen: Dra. Siti Rahmah, M.Si.

Disusun oleh

Annisa Rochimah
NIM: 1302110420
Normaidah
NIM:1302110409

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


JURUSAN SYARI’AH
PRODI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
TAHUN 2014/2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang yang telah
melimpahkan nikmat dan hidayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang bejudul “Harta (amwal)” pada mata kuliah “fiqih muamalah”.
Terimakasih pula kami haturkan kepada dosen pembimbing kami ibu Dra. Siti
Rahmah, M.Si. Dan rekan-rekan semua yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi motifasi kedepan
untuk mendpatkan hasil makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat, salah dan khilaf mohon dimaafkan karena
kesempurnaan hanya milik Allah semata.
Wassalamualaikum wr,wb.
                                                                                   Palangka Raya,   Maret 2014

                                                                                                    Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                   Kesempurnaan agama islam dapat dilihat dimana syariat islam diturunkan dalam
bentuk yang umum dan mengglobal permasalahannya. Segala bentuk peraturan aqidah,
hukum, dan syariah tentunya sudah dituangkan kedalam kitab al-Qur’an sebagai tuntunan
umat islam dalam menjalani kehidupan. Kesempurnaan ajaran islam telah Allah tuangkan
kedalam firman-Nya:
‫الم ِدينًا‬
َ ‫اإلس‬
ِ ِ
ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َميِت َو َرض‬
ْ ‫يت لَ ُك ُم‬
ِ
ُ ‫ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَمْتَ ْم‬
ُ ‫لَْي ْو َم أَ ْك َم ْل‬
Artinya:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.”
                   Dalam masalah muamalah, al-Qur’an memberikan Qawa’id Al-‘Ammah (kaidah-
kaidah umum) agar manusia dapat mengembangkan berbagai transaksi yang terjadi diantara
mereka. Diantara pokok pembahasan bidang muammalah yang sangat urgen adalah mengenai
harta. Harta menjadi masalah sentral dalam kehidupan manusia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Harta?
2.      Sebutkan unsur-unsur Harta?
3.      Bagaimana kedudukan dan Anjuran Untuk Memiliki Harta?
4.      Bagaimana usaha manusia dalam mendapatkan harta?
5.      Sebutkan pembagian-pembagian Harta?
6.      Apa fungsi Harta?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui Pengertian Harta,
2.      Dapat mengetahui Unsur-unsur Harta,
3.      Dapat mengetahui Kedudukan dan Anjuran Untuk Memiliki Harta,
4.      Dapat megetahui usaha manusia untuk mendapatkan harta,
5.      Dapat mengetahui Pembagian Harta,
6.      Dapat mengetahui Fungsi Harta.
D.    Batasan Masalah
                   Mengingat begitu banyak dan luasnya materi yang membahas tentang
Harta (amwal) maka kami tim penulis membuat batasan permasalahan, adapun ruang lingkup
pembahasan sesuai dengan yang tercantum didalam rumusan masalah.
E.     Metode Penulisan
                   Adapun metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
metode kepustakaan yakni menggunakan buku-buku perpustakaan sebagai bahan referensi
dan internet web search.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    HARTA
1.      Pengertian Harta (Amwal)
                   Dalam bahasa Arab harta disebut dengan sebutan al-mal. Berasal dari kata  -‫ال‬
َ‫م‬َ
ِ
َ ‫مَي ْي ُل‬   yang mempunyai arti condong, cenderung dan miring.al-mal juga bisa disebut hal
ً‫مْيال‬-
yang menyenangkan manusia, yang mereka pelihara baik itu dalam bentuk materi, maupun
manfaat. Begitu berharganya sebuah harta sehingga banyak manusia yang cenderung ingin
memiliki dan menguasai harta.[1]
                   Sedangkan menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang
dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’ (hukum islam), seperti jual-beli
(al-bay), pinjam-meminjam (‘ariyah), konsumsi dan hibah atau pemberian. Beradasarkan
pengertian tersebut. maka, segala sesuatu yang digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan harta. Seperti uang, tanah, rumah, kendaraan,
perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil peternakan, perkebunan, dan juga pakaian
semuanya termasuk dalam kategori al-amwal.[2]
Adapun secara istilah ahli fiqih, harta yaitu:[3]
1.    Menurut Ulama Hanafiyah, Segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dapat dikenakan ganti
rugi bagi orang yang merusak dan melenyapkannya.
2.    Menurut Ulama Madzhab Maliki, Harta adalah hak yang melekat pada seseorang yang
menghalangi orang lain untuk menguasainya dan sesuatu yang diakui sebagai hak milik
secara ‘uruf (adat).
3.    Menurut Ulama Madzhab Syafi’i, Harta adalah sesuatu yang bermanfaat bagi pemiliknya dan
bernilai.
4.    Menurut Ulama Madzhab Hambali, Harta adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi dan
dilindungi undang-undang.
                   Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harta, yaitu sesuatau yang
mempunyai arti (al-qimah), sesuatu yang mempunyai manfaat dan sesuatu yang diperoleh
dengan usaha tertentu.

2.      Unsur-Unsur Harta
Menurut fuqaha, harta bersendi kepada dua unsur yaitu :
a.       Unsur ‘Aniyah, ialah harta dalam wujud nyata,
b.      Unsur ‘Urf, ialah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian manusia, tidaklah
manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun
manfaat ma’nawiyah.[4]
3.      Kedudukan dan Anjuran Untuk Memiliki Harta
                   Disebutkan harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan didunia
ini, sehingga oleh para ulama ‘ushul fiqh persoalan harta dimasukkan kedalam salah satu ad-dharuriyat al-
khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas : Agama, Jiwa, Akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itu
banyak manusia yang mempertahankan harta dengan segala upaya yang dilakukan, sehingga dalam Al-Qur’an
dan Hadits banyak membicarakan harta serta kedudukannya.[5]
1.      Kedudukan harta didalam Al-Qur’an ialah sebagai berikut:
a.       Harta adalah milik Allah, Manusia bukanlah pemilik mutlak, tetapi dibatasi oleh hak-hak
Allah sehingga wajib dikeluarkan zakatnya dan peruntukan ibadah lain dari harta tersebut.
Allah berfirman didalam Al-Qur’an:
‫ني فِ ِيه‬ ِ ‫ِِ ِ مِم‬ ِ ِ
َ ‫آمنُوا بِاللَّه َو َر ُسوله َوأَنْف ُقوا" َّا َج َعلَ ُك ْم ُم ْستَ ْخلَف‬
Artinya :
                         ”Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari harta mu yang telah Allah pinjamkan kepada mu. (QS. Al-Hadid:7)
b.      Harta sebagai sarana untuk memperoleh bekal menuju kehidupan akhirat. Allah berfirman:
‫ف‬ ِ ‫اَلَّ ِذين يْن ِف ُق""و َن اَ "م"واهَل م ىِف س"بِي ِل‬
ٌ ‫اهلل مُثَّ اَل يُْتبِعُ ْ"و َ"ن َم"ا اَْن َف ُق" ْ"وا َواَل اَ ًذا هَلُ ْم اَ ْ"ج ُ"ر ُه ْم ِعْن َ"د َرهِّبِ ْم َواَل َ"خ ْ"و‬ ْ َ ُْ َ ْ ْ ُ َ ْ
‫علَْي ِه ْم َواَل ُه ْم حَيَْزنُ ْو َن‬.
َ
Artinya:
                         “orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkanya itu dengan menyebut-nyebut pemberianya dan
dengan tidak menyakiti(perasaan sang penerima), mereka memperoleh pahala di sisi tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak(pula) mereka bersedih hati”.
(Q.S Al-Baqarah:262)
c.       Harta merupakan sarana untuk memenuhi kesenangan.
Didalam al-Qur’an Allah berfirman:
َّ ‫ب َوالْ ِف‬
‫ض " " ِة َواخْلَْي" " ِ"ل‬ ِ " " َ‫ات ِمن النِّس " " ِاء والْبنِني والْ َقن‬
ِ ‫"اط ِري الْم َقْنطَ" " ""ر ِة ِمن ال " " َّ"ذ َه‬ ِ ‫ب ال َّش" " "هو‬ ُّ ‫َّاس ُح‬ ِ ‫ُزيِّ َن لِلن‬
َ َ ُ ََ َ َ َ َ ََ
ِ ‫الد ْنيا واللَّهُ ِعْن َده حسن الْم‬ ِ ِ
.‫آب‬ َ ُُْ ُ َ َ ُّ ‫ك َمتَاعُ احْلَيَاة‬ َ ‫الْ ُم َس َّو َم ِة َواأْل َْن َع ِ"ام َواحْلَْر ِث َذل‬
Artinya:
                         ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia
dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Al-Imran:14)
d.      Harta sebagai ujian, pada Q.S.Ath-Taghaabun : 15
.‫َج ٌر َع ِظيم‬ ِ ِ
ْ ‫إِنَّ َما أ َْم َوالُ ُك ْم َوأ َْواَل ُد ُك ْم ف ْتنَةٌ َواللَّهُ ع ْن َدهُ أ‬
Artinya :
                         ”Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian)
disisi Allah-lah pahala yang besar.
e.       Harta sebagai perhiasan, Harta merupakan perhiasan dunia yang hanya bersifat sementara
dan untuk itulah maka sebagai seorang muslim hendaknya dapat memanfaatkan harta dengan
sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Allah. Didalam Q.S. Al-Kahfi:46, Allah berfirman:
ِ ‫ال والْبُنو َن ِزينَةُ احلي‬
ُّ ‫وة‬
‫الد ْنيَا‬ ََ ْ ْ َ َ ُ ‫اَلْ َم‬...
Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan didunia".[6]

2. Kedudukan Harta didalam as-Sunnah


a.       Harta adalah penyebab fitnah :
ُ‫ول إِ َّن لِ ُك ِّل أ َُّم ٍة فِ ْتنَ ةً َوفِ ْتنَ ة‬
ُ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُق‬
َ ‫ت النَّبِ َّي‬ُ ‫ال َس ِم ْع‬ ٍ َ‫ب بْ ِن ِعي‬
َ َ‫اض ق‬ ِ ‫َع ْن َك ْع‬
ِ ‫يث حسن‬ ِ ِ ُ ‫أ َُّمتِي ال َْم‬
.‫يب‬ٌ ‫يح غَ ِر‬ ٌ ‫صح‬ َ ٌ َ َ ٌ ‫يسى َه َذا َحد‬ َ ‫ال أَبُو ع‬
َ َ‫ال ق‬
Artinya:
                   “Dari Ka’ab bin “Iyyadh telah berkata, aku mendengar nabi bersabda,” sesungguhnya bagi
setiap umatku adanya fitnah (ujian) nya dan fitnah bagi umatku adalah masalah harta”.
b.      Harta sebuah nikmat ketika dimanfaatkan oleh orang-orang yang shalih.
‫ رواه أحمد‬.  ‫نعم المال الصالح للمرء الصالح‬
”Sebaik-sebaik harta adalah yang ada pada seorang yang shalih”. (HR. Ahmad)
4.      Cara memperoleh harta
                   Harta merupakan sebuah kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupan
didunia ini. Oleh karena itu, Allah memerintahkan manusia untuk berusaha mencari harta dan
memilikinya. Tentu saja dengan memakai cara yang halal dan tidak melanggar norma-norma
agama.
Allah berfirman:
ِ‫ض َوا ْبتَ ُغوْ ا ِم ْن فَضْ ِل هللا‬ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوْ ا فِي ااْل َر‬ َّ ‫ت ال‬
ِ َ‫ضي‬ِ ُ‫فَا ِ َذا ق‬...
                         “apabila telah diturunkan sembahyang maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi dan carilah karunia Allah”.(Q.S.Al-Jumu’ah:10).
                    seseorang melakukan usaha dalam mencari karunia Allah dengan bersungguh-
sungguh, Allah menyuruh kepada seseorang itu untuk memohon kepada Allah agar
dilimpahkan karunia tersebut itu dalam bentuk rezeki. Hal ini tertulis pada surah An-Nisa’:32
‫وا ْساَلُوْ ا هللاَ ِم ْن فَضْ لِ ِه ِا َّن هللاَ َكانَ بِ ُكلِّ َشي ٍْئ َعلِ ْي ًما‬.
َ
                         “dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. sesungguhnya
Allah mengetahui segala sesuatu”.(Q.S.An-Nisa’:32).
                   Bila seseorang tersebut telah berusaha dan telah meminta pula perkenan dari
Allah, maka Allah akan memberikan karunianya kepada siapaun yang ia kehendaki.
Sebagaimana firmanya:
‫ َذالِكَ فَضْ ُل هللاِ ي ُْؤتِ ْي ِه َم ْن يَ َشآ ُء َوهللاُ ُذوا ْاللفَضْ ِل ْال َع ِظي ِْم‬.
                         “demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Alllah mempunyai karunia yang besar”.(Q.S.Al-Jumu’ah:4).
                   Islam tidak melarang kehendak seseorang untuk memperoleh harta selagi dengan
cara yang halal dan baik. Namun hal tersebut bukan berarti islam tidak membatasi seseorang
dalam mencari harta. Bagaimanapun juga yang menentukan kekayaan dan rezeki adalah
Allah swt. Disamping itu, dalam pandangan islam harta itu bukanlah sebuah tujuan, tetapi
merupakan alat untuk menyempurnakan kehidupan dan untuk mencapai keridhoan Allah.
                   Jika harta tersebut dicari dengan ketentuan Allah yaitu dengan cara yang halal
dan toyib, maka pemanfaatanya pun harus sesuai dengan panduan Allah:
a.       Digunakan untuk kepentingan kebutuhan hidup,
b.      Digunakan untuk memenuhi kewajibanya kepada Allah yaitu dengan zakat,nazar, kewajiban
yang harus ditunaikan untuk keluarga, yaitu istri, anak, dan kerabat.
c.       Dimanfaatkan untuk kebutuhan sosial.
5.      Pembagian harta
Menurut para fukaha, harta ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri dari beberapa bagian,
dan tiap-tiap bagian mempunyai ciri dan hukum sendiri. Pembagian tersebut sebagai berikut:
a.       Mutaqawwim dan gair mutaqawwim
                   Mutaqawwim  ialah“sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut
syara”. Harta yang termasuk mutaqawwim ialah segala harta yang baik jenisnya, baik pula
cara memperolehnya, dan diperbolehkan oleh syara’. Misalkan seperti makanan, pakaian,dll.
                   Sedangkan harta ghair mutaqawwim, ialah harta yang belum dicapai oleh suatu
usaha atau belum sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia, misalkan
mutiara didasar laut, minyak diperut bumi,dll.
                   Atau pun harta tersebut tidak diperbolehkan secara syara’ untuk dimanfaatkan
kecuali dalam keadaan darurat, seperti minuman keras. Bagi orang muslim, harta ghair
mutaqawwim tidak boleh dikonsumsi, kecuali dalam keadaan darurat saja.
b.      ‘iqar dan manqul
                   Menurut Hanafiah, manqul adalah jenis harta yang dapat dipindah, ditransfer dari
satu tempat ke tempat yang lainya baik bentuk fisik dan zatnya berubah ataupun tidak pada
saat terjadi perpindahan. Misalkan uang, harta dagang,hewan ataupun harta yang dapat
ditimbang dan diukur.
                   Sedangkan ‘iqar, adalah harta yang tidak dapat dipindah dari tempat satu ke
tempat yang lainya seperti tanah, rumah, taman,gedung, dll.
c.       Mitsli dan qimi
                   Al-mal al-mitsli ialah harta yang memiliki persamaan, kesetaraan atau kesamaan
dipasar, tidak ada perbedaan pada bagian-bagianya dan kesatuanya. Yaitu perbedaan atau
kekurangan yang bisa terjadi dalam aktifitas ekonomi. Harta mitsli terbagi atas empat bagian.
Yaitu harta yang ditakar(al-makilaat), harta yang ditimbang(al-mauzunaat), harta yang
dihitung(al-‘adadiyaat), dan harta yang dijual permeter(adz-dzira’iyaat).
                   Al-mal al-qimi adalah jenis harta yang tidak memiliki padanan, dan jika terdapat
persamaan antara satu dengan yang lain maka nilai jual nya berbeda. Misalkan antara telur
yang berkualitas baik dan yang berkualitas buruk.
d.      Istihlaki dan isti’mali
                   Al-mal al-istihlaki adalah jenis harta yang tidak bisa dimanfaatkan kecuali dengan
merusak atau merubah bentuk dari barang tersebut. Misalkan seperti makanan dan minuman.
Artinya barang tersebut tidak mendatangkan manfat kecuali dengan merusaknya.
Adapun untuk uang, apabila dalam hal jual beli telah dilaksanakan akad pembelian dan uang
telah berpindah tangan, maka kepemilikanya telah hangus walaupun bentuknya secara fisik
masih sama. Intinya, harta istihlaki adalah harta yang hanya digunakan untuk sekali pakai.
                         Al-mal al-isti’mali adalah harta yang dapat digunakan tanpa harus merusak
bentuk fisiknya. Seperti rumah,kontrakan,dll. Harta isti’mali dapat digunakan beberapa kali
dan bisa digunakan sebagai objek ijarah(sewa).[7]
6.      Fungsi harta
Adapun dari sekian banyak fungsi harta antara lain sebagai berikut:
a.       Berfungsi sebagai penyempurna pelaksanaan ibadah,
b.      Untuk meneruskan kehidupan dari periode ke periode selanjutnya,
c.       Untuk memutar peranan kehidupan antara tuan dan pembantu,
d.      Untuk menumbuhkan silahturahim.[8]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.    Dalam bahasa Arab harta disebut dengan sebutan al-mal. Berasal dari kata  -‫مَيِْي" ""ل‬-‫"ال‬
َ "‫م‬ ُ َ
ً‫ َمْيال‬   yang mempunyai arti condong, cenderung dan miring.al-mal juga bisa disebut hal yang
menyenangkan manusia, yang mereka pelihara baik itu dalam bentuk materi, maupun
manfaat.
2.    Menurut fuqaha, harta bersendi kepada dua unsur yaitu, Unsur ‘Aniyah, ialah harta dalam wujud nyata dan
Unsur ‘Urf, ialah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian manusia, tidaklah
manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun
manfaat ma’nawiyah
3.    Harta menurut kedudukan al-qur’an dan as-sunnah
4.    Usaha-usaha dalam memperoleh harta antara lain: Niat,usaha,memohon kepada Allah agar diberikan karunia
dalam bentuk rezeki, dan tawakkal.
5.    Pembagian-pembagian harta: mutaqawwim dan ghair mutaqawwim, iqar dan manqul, mitsli dan qimi, istihlaki
dan isti’mali.
6.    Fungsi harta antara lain: Berfungsi sebagai penyempurna pelaksanaan ibadah, Untuk meneruskan kehidupan
dari periode ke periode selanjutnya, Untuk memutar peranan kehidupan antara tuan dan pembantu, Untuk
menumbuhkan silahturahim.

DAFTAR PUSTAKA
Hendi suhendi,fiqh muamalah, jakarta; PT. Raja grafindo persada 2002.
Abdul Rahman Ghazaly,dkk, Fiqh Muamalat,jakarta; kencana prenada media group,2010.
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual,jakarta;  PT.Raja grapindo persada,2002.
Dimyauddin djuawaini, pengantar Fiqh Muamalah,yogyakarta; Pustaka pelajar, 2008.

[1] Dimyauddin Djuawaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2008, Hlm. 34-36
[2] Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grapindo Persada; 2002, Hlm. 10.
[3] Abdul Rahman, dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2010, Hlm. 18-19
[4] Dimayauddin Djuawaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2008, Hlm 39-40.
[5] Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontestual, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada; 2002, Hlm
12.
[6] Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada; 2002, Hlm 15.
[7] Dimyauddin djuawaini,pengantar Fiqh Muamalah,yogyakarta,Pustaka pelajar,2008,hal.25
[8] http://fachriceg.blogspot.com/2011/04/kedudukan-dan-fungsi-harta-materi.html?m=1. (diunduh
pada hari rabu, 05 maret 2014,jam.20.06).
Diposting oleh Unknown di 02.07 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog

 ▼  2014 (1)
o ▼  Maret (1)
 fiqih muamalah
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai