Oleh:
(183110183)
II A
Dosen Pembimbing:
2020
Leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal
dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal atau abnormal. Dalam keadaan normal, sel darah putih
mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau sel darah putih, berfungsi sebagai
pertahanan tubuh, akan terus membelah dalam suatu kontrol yang teratur. Tubuh manusia
akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi
kembali.
Pada penderita leukemia, sumsum tulang memproduksi sel darah putih yang tidak
normal yang disebut sel leukemia. Sel leukemia yang terdapat dalam sumsum tulang akan
terus membelah dan semakin mendesak sel normal, sehingga produksi sel darah normal
akan mengalami penurunan, sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang
diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar
dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah
sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel
lainnya.
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
Faktor Endogen
Faktor Herediter
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
Kelainan Genetik
Mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah yang tidak ditururnkan
Faktor Eksogen
Virus
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute
T- Cell Leukemia .
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko
tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide,
Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus
lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat
dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau
bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah diantaranya sel
darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah
(berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang
dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama menggumpal pada tempat
asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa perifer serta
trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik
lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan trombositopenia atau
ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma
dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang
Gejala Klinis
Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan
tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum penderita leukemia yaitu :
tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, sel darah putih
Anemia, penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya
tubuh)
Pucat.
Sakit kepala.
Mudah berdarah atau memar. Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda
Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar
karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan
Nyeri pada tulang dan/atau sendi, hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum
pembengkakan pada kelenjar limfa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan
lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul
Penurunan berat badan, di akibatkan oleh nyeri perut dimana sel leukemia dapat
terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada
organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak
Penurunan konsentrasi.
bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan
pertolongan medis.
pembengkakan.
ENATALAKSANAAN
Transfusi darah, biasa nya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan massif, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat
tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
Kortikosteroid (prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi
dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Sitostatika. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi berasama-sama dengan
predison. Pada pemberian obat ini sering ditemukan efek samping berupa alopesia
(botak), stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama).
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah
sel leukemia cukup rendah (105 – 106).
Cara pengobatan berbeda-beda ini pada setiap klinik bergantung pengalaman, tetapi
prinsipnya sama, yaitu dengan pola sadar :
Induksi. Dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan berbagai obat tersebut sampai sel blas
dalam sum-sum tulang kurang dari 5%.
Konsolidasi. Bertujuan agar sel yangersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan memberikan
sitostatika setengah dosis biasa.
Reinduksi. Dimaksudkan untuk mencegah relaks biasanya dilakukan setiap 3-4 bulan
dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
Mencegah terjadinya leukemia pada susunan saraf pusat diberikan MTX secara intratekal
dan radiasi cranial.
Pengubatan immunologic.
Pengertian
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi
pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2).
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.
(Perawatan Pediatri Edisi 3)
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.
2.2 Etiologi
Hipersplenisme.
Infeksi virus.
Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).
Bahan kimia.
Autoimnue.
Patofisiologi
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi.
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui,
meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada umumnya
gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 – 6 minggu sebelum
timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan
kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam, perdarahan,
petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.
Manifestasi klinis
c. Epistaksis.
d. Perdarahan mukosa mulut.
e. Menoragia.
f. Memar.
h. Hematuria.
i. Melana
Penatalaksanaan
c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
Splenektomi.
- Indikasi:
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan
gambaran klinis sedang sampai berat.
Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi
untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
- Kontra indikasi:
usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat
tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)