Anda di halaman 1dari 11

RESUME KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

“Thalasemia dan Anemia”

Oleh:

Nadia Susila Ningsih

(183110183)

II A

Dosen Pembimbing:

Ns. Hj. Tisnawati, SSt, S.Kep, M.Kes

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020
Leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal

dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat

darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum

tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang

berkembang tidak normal atau abnormal. Dalam keadaan normal, sel darah putih

mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau sel darah putih, berfungsi sebagai

pertahanan tubuh, akan terus membelah dalam suatu kontrol yang teratur. Tubuh manusia

akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi

kembali.

Pada penderita leukemia, sumsum tulang memproduksi sel darah putih yang tidak

normal yang disebut sel leukemia. Sel leukemia yang terdapat dalam sumsum tulang akan

terus membelah dan semakin mendesak sel normal, sehingga produksi sel darah normal

akan mengalami penurunan, sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang

diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar

dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah

sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel

lainnya.

Etiologi Penyakit Leukemia

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

Faktor Endogen
Faktor Herediter

Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada

penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma

Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van

Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von

Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) .

Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan

informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola

kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

Kelainan Genetik

Mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah yang tidak ditururnkan

Faktor Eksogen

Virus

Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia

adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute

T- Cell Leukemia .

Bahan Kimia dan Obat-obatan

Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan

peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering

terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko
tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide,

herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik.

Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II )

dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.

Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan

kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML.

Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada

pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus

lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat

dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien

yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang

terekspos radiasi dan para radiologis.

Patofisiologi Penyakit Leukemia

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel

darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau

bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah diantaranya sel

darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah

(berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang

membantu proses pembekuan darah).


Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait

dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya

proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama menggumpal pada tempat

asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar

ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga

mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.

Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa perifer serta

mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat,

mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit dan

trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.

Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik

lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan trombositopenia atau

penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan

terjadinya infeksi karena penurunan imun.

Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan

ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma

dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang

mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang.

Gejala Klinis

Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan

tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum penderita leukemia yaitu :

Demam atau keringat malam.


Sering mengalami infeksi, sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan

tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, sel darah putih

yang terbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi

semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri,

bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar

cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.

Anemia, penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel

darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya

penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam

tubuh)

Pucat.

Sakit kepala.

Mudah berdarah atau memar. Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda

memar saat terbentur ringan).

Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar

karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan

dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).

Nyeri pada tulang dan/atau sendi, hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum

tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.

Pembengkakan Kelenjar limfa. Penderita kemungkinan besar mengalami

pembengkakan pada kelenjar limfa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan

lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul

disini dan menyebabkan pembengkakan.


Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak.

Penurunan berat badan, di akibatkan oleh nyeri perut dimana sel leukemia dapat

terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada

organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak

hilangnya nafsu makan penderita leukemia.

Penurunan konsentrasi.

Kehilangan kendali otot, dan kejang.

Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan

bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan

pertolongan medis.

Sel leukemia juga dapat berkumpul di buah zakar dan menyebabkan

pembengkakan.

ENATALAKSANAAN
Transfusi darah, biasa nya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan massif, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat
tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
Kortikosteroid (prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi
dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Sitostatika. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi berasama-sama dengan
predison. Pada pemberian obat ini sering ditemukan efek samping berupa alopesia
(botak), stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama).
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah
sel leukemia cukup rendah (105 – 106).
Cara pengobatan berbeda-beda ini pada setiap klinik bergantung pengalaman, tetapi
prinsipnya sama, yaitu dengan pola sadar :
Induksi. Dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan berbagai obat tersebut sampai sel blas
dalam sum-sum tulang kurang dari 5%.
Konsolidasi. Bertujuan agar sel yangersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan memberikan
sitostatika setengah dosis biasa.
Reinduksi. Dimaksudkan untuk mencegah relaks biasanya dilakukan setiap 3-4 bulan
dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
Mencegah terjadinya leukemia pada susunan saraf pusat diberikan MTX secara intratekal
dan radiasi cranial.
Pengubatan immunologic.

Pengertian

ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi
pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2).

ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.
(Perawatan Pediatri Edisi 3)

ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.

2.2 Etiologi

a. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik).

b. Tetapi kemungkinan akibat dari:

Hipersplenisme.
Infeksi virus.

Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).

Bahan kimia.

Pengaruh fisik (radiasi, panas).

Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).

Koagulasi intra vascular diseminata CKID.

Autoimnue.

Patofisiologi

ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi.
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui,
meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada umumnya
gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 – 6 minggu sebelum
timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan
kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam, perdarahan,
petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.

Manifestasi klinis

Awitan biasanya akut dengan gambaran sebagai berikut:

a. Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.

b. Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit.

c. Epistaksis.
d. Perdarahan mukosa mulut.

e. Menoragia.

f. Memar.

g. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.

h. Hematuria.

i. Melana

Penatalaksanaan

a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,


hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).

b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.

c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.

Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.

d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.

e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,


prothrombin consumption memendek, test RL (+).

- Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.

- Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.

Splenektomi.

- Indikasi:
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.

Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan
gambaran klinis sedang sampai berat.

Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi
untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.

- Kontra indikasi:

usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat
tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)

Anda mungkin juga menyukai