Anda di halaman 1dari 16

Step 7

1. Apa tujuan dan sasaran dari penggunaan kontrasepsi?


- Menurut Depkes RI (2002), sasaran yang mesti digarap untuk mencapai target tersebut adalah:
a. Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama
dimana istrinya berusia 15-49 tahun harus dimotivasi terus-menerus sehingga
menjadi peserta Keluarga Berencana lestari
b. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi,
pasangan suami istri di atas usia 45 tahun, dan tokoh masyarakat
c. Institusional, yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintahan,
dan swasta. (Depekes RI, 2002)
- Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, kebijakan Keluarga Berencana (Alat kontrasepsi)
diarahkan untuk:
a. Mengatur kelahiran yang diinginkan
b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, serta konseling
Keluarga Berencara dan Kesehatan Reproduksi
d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga
Berencana
e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak
kehamilan. (UU RI nomor 52 tahun 2009)
2. Apa saja syarat-syarat pemilhan kontrasepsi yang baik?
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi?
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi
yaitu:

a. Faktor pasangan

1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.

c. faktor metode kontrasepsi

1) Biaya

2) Efek samping

4. Apa saja macam-macam metode kontrasepsi, efek samping dan mekanismenya, indikasi,
kontraindikasi dan kelebihan dan kekurangannya?
- Metode kontrasepsi

Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
dan metode kontrasepsi dengan alat.Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir
servik. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida (Handayani, 2010).

- Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi


(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan
implant (Handayani, 2010).

- Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung
hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel
(Hartanto, 2002).

- Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan
Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode
ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah
pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama
vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan
sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010, alat kontrasepsi keluarga
berencana).

- EFEK SAMPING
1) Hormonal
 Pil
a) Amenorhea
b) Perdarahan haid yang berat
c) Perdarahan diantara siklus haid
d) Depresi
e) Kenaikan berat badan
f) Mual dan muntah g) Perubahan libido
h) Hipertensi
i) Jerawat
j) Nyeri tekan payudara
k) Pusing
l) Sakit kepala
m) Kesemutan dan baal bilateral ringan
n) Mencetuskan moniliasis
o) Cloasma
p) Hirsutisme
q) leukorhea
r) Pelumasan yang tidak mencukupi
s) Perubahan lemak
t) Disminorea
u) Kerusakan toleransi glukosa
v) Hipertrofi atau ekropi serviks
w) Perubahan visual
x) Infeksi pernafasan
y) Peningkatan episode sistitis
z) Perubahan fibroid uterus. (Handayani, 2010, alat kontrasepsi keluarga berencana)

 Suntik
a) Gangguan haid
b) Leukorhea atau Keputihan
c) Galaktorea
d) Jerawat e) Rambut Rontok
f) Perubahan Berat Badan
g) Perubahan libido.
 Implan
perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea. (Handayani, 2010, alat
kontrasepsi keluarga berencana)
2) AKDR
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting antar menstruasi)
4. Saat haid lebih sedikit (Proverawati dkk, 2010)

3) kontrasepsi mantap

1.    Komplikasi pada waktu pembedahan: Perforasi rahim karena pemasangan atau sewaktu memutar
elevator rahim; perlukaan kandung kemih jika irisan supra pubik terlalu rendah; perlukaan usus (sangat
jarang); perdarahan biasanya akibat robeknya mesosalping; komplikasi anestesi; dan syok;
2.    Komplikasi pasca pembedahan tubektomi; rasa nyeri, hematoma subkutan, infeksi pada luka irisan
atau abses, luka pembedahan terbuka, dan perdarahan intra abdominal. (John Rambulangi,2014)

- Kontra indikasi

1) Pil KB

menyusui, hipertensi, DM, perokok

2)Suntik Kb

penyakit hati, hipertensi


3)AKDR
PRP (peny radang panggul) keputihan, kelainan (mioma, stenosis), risiko PMS (John Rambulangi,2014)
4) IMPLAN

Kehamilan, perdarahan pada traktus genitalia, trombofelbitis aktif/penyakit tromboemboli (dapat


meningkatkan elastisitas vena dan kemampuan pengisian vena menyebabkan statis vena, penyakit hati
akut (bisa menyebabkan kolestatis intrahepatik, karsinoma payudara, penyakit jantung, hipertensi, DM)
(Handayani, 2010, alat kontrasepsi keluarga berencana)

5. Bagaimana cara penggunaan tiap metode alat kontrasepsi?


- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang, dimana dibagi menjadi
2 yaitu : alat kontrasepsi dalam rahim yang mengandung tembaga (AKDR-Cu) dan alat
kontrasepsi dalam rahim yang mengandung levonorgestrel (AKDRLNG) AKDR dapat
digunakan pada wanita nulipara dan multipara. Untuk membantu
menentukan apakah seorang wanita tepat secara medis dan karakteristik aman
menggunakan AKDR harus mengacu pada Kriteria Kelayakan Medis Penggunaan
Kontrasepsi edisi kelima.
 AKDR tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS), terutama HIV. Jika
terdapat risiko IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan tepat sangat
direkomendasikan.
 AKDR-Cu
Waktu Memulai Pemasangan AKDR-Cu
o Wanita sedang dalam masa menstruasi : • Dalam 12 hari pertama siklus
menstruasi terakhir AKDR-Cu dapat dipasang pada wanita, tidak hanya
masa menstruasi. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai
proteksi. • Lebih dari 12 hari dalam masa menstruai: AKDR-Cu dapat
dipasang pada wanita setelah dipastikan wanita tidak hamil. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
o Amenorea (non pascapersalinan) : • AKDR-Cu dapat dipasang kapan saja
setelah dipastikan seorang wanita tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
o Pascapersalinan (menyusui dan tidak menyusui, termasuk setelah seksio
sesaria) Dalam 48 jam setelah melahirkan: AKDR-Cu dapat dipasang,
termasuk segera setelah plasenta dilahirkan. – Jika persalinan secara
seksio sesaria, AKDRCu dapat dipasang setelah plasenta lahir, sebelum
uterus dijahit. • Dalam 48 jam hingga 4 minggu pascapersalinan:
pemasangan AKDR-Cu tidak direkomendasikan kecuali tidak tersedia
atau tidak ada metode kontrasepsi lain (Kriteria Kelayakan Medis untuk
Penggunaan Kontrasepsi Kategori 3). • Lebih dari 4 minggu
pascapersalinan dan belum menstruasi – Menyusui: AKDR-Cu dapat
dipasang bila wanita tersebut yakin tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. – Tidak menyusui: AKDR-Cu
dapat dipasang setelah dipastikan wanita tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. • Pasca persalinan 4 minggu
atau lebih dan siklus menstruasi telah kembali: AKDR-Cu dapat
dianjurkan bagi wanita yang siklus menstruasi sudah kembali. • Wanita
yang mengalami sepsis pascapersalinan tidak dianjurkan untuk dipasang
AKDR-Cu (Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi
Kategori 4).
o Pascakeguguran • AKDR-Cu dapat dipasang segera setelah pasca
keguguran yang terjadi pada trimester pertama. • AKDR-Cu umumnya
dapat dipasang segera setelah abortus yang terjadi pada trimester
kedua. • AKDR-Cu sebaiknya tidak dipasang segera pada kasus sepsis
akibat keguguran (Kriteria Kelayakan Medis Penggunaan Kontrasepsi
Kategori 4). Berganti dari Metode Kontrasepsi Lain • AKDR-Cu dapat
dipasang segera bila telah dipastikan wanita tidak hamil, tanpa perlu
menunggu untuk periode menstruasi berikutnya. Tidak diperlukan
adanya kontrasepsi protektif tambahan.
o Sebagai Kontrasepsi Darurat • Sebagai kontrasepsi darurat, AKDR-Cu
dapat dipasang dalam 5 hari setelah berhubungan seksual tanpa
pelindung. • Apabila waktu ovulasi dapat diperkirakan, AKDR-Cu dapat
dipasang lebih dari 5 hari setelah berhubungan seksual, selama
pemasangan tidak lebih dari 5 hari setelah ovulasi. • Wanita yang
menggunakan AKDR-Cu sebagai kontrasepsi darurat harus memenuhi
syarat kelayakan medis untuk insersi.
AKDRLevonorgestrel (AKDR-LNG)
Waktu Pemasangan AKDRLevonorgestrel
o Wanita sedang dalam masa menstruasi • Dalam 7 hari pertama siklus
menstruasi: AKDRLNG dapat dipasang pada pengguna, tidak hanya masa
menstruasi. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. •
Lebih dari 7 hari dalam masa menstruasi: AKDR-LNG dapat dipasang
pada pengguna setelah dipastikan pengguna tidak hamil. Pengguna
tidak diperbolehkan berhubungan seksual atau perlu menggunakan
kontrasepsi tambahan selama 7 hari setelah pemasangan AKDR-LNG
sebagai perlindungan
o Amenorea (non pasxapersalinan) • AKDR-LNG dapat dipasang setiap
saat jika wanita telah dipastikan tidak hamil. Dia tidak boleh melakukan
hubungan seksual atau harus menggunakan perlindungan kontrasepsi
tambahan selama 7 hari ke depan

o Pascapersalinan (menyusui, tidak menyusui, termasuk pasca seksio


sesaria) • Dalam 48 jam setelah melahirkan: AKDR-LNG dapat dipasang,
termasuk segera setelah plasenta lahir. – Jika persalinan melalui seksio
sesaria, maka AKDR-LNG dapat dipasang setelah plasenta lahir, sebelum
menjahit uterus. • Dalam 48 jam hingga kurang dari 4 minggu
pascapersalinan: Penggunaan AKDR-LNG tidak direkomendasikan
kecuali metode lain yang lebih tepat tidak tersedia (Kriteria Kelayakan
Medis Penggunaan Kontrasepsi Kategori 3). • Lebih dari 4 minggu
pascapersalinan dan belum menstruasi – Menyusui: AKDR-LNG dapat
digunakan bila wanita tersebut yakin tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. – Tidak menyusui: AKDR-LNG
dapat digunakan setelah dipastikan wanita tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. • Pascapersalinan 4 minggu
atau lebih dan siklus menstruasi telah kembali: AKDR-LNG dapat
dipasang seperti yang disarankan untuk wanita lain yang memiliki siklus
menstruasi. • Wanita dengan sepsis pada masa nifas sebaiknya tidak
dipasang AKDR-LNG (Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan
Kontrasepsi Kategori 4).
o Pasca Keguguran • AKDR-LNG dapat dipasang segera setelah keguguran
pada trimester pertama. • AKDR-LNG secara umum dapat dipasang
segera setelah keguguran pada trimester kedua. • AKDR-LNG tidak
boleh dipasang segera setelah sepsis akibat keguguran (Kriteria
Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi Kategori 4).

Pemeriksaan sebelum dilakukan pemasangan AKDR


Efek samping AKDR-Cu : perdarahan dan bercak ringan, perdarahan menstruasi
yang berat dan hebat

Efek samping AKDR-LNG: Amonera, perdarahan bercak ringan, perdarahan


mensturasi lebih banyak dan berat dibanding menstruasi normal

- Kontrasepsi Progestin(KP)
KP terdiri dari : Kontrasepsi progestin termasuk implan progestin, kontrasepsi suntik
progestin (KSP), dan kontrasepsi pil progestin (KPP), KP tidak melindungi dari IMS
termasuk HIV
 Impaln Progestin
Implan progestin adalah jenis kontrasepsi jangka panjang.
Berbagai jenis implan progestin antara lain:
• Levonorgestrel (LNG): Implan yang mengandung LNG adalah Norplant, Jadelle
dan Sino-implant (II) 1. - Norplant adalah implan 6 batang, setiap batang
mengandung 36 mg LNG (tidak lagi diproduksi). - Jadelle adalah implan 2
batang, setiap batang mengandung 75 mg LNG. - Sino-implant (II) adalah implan
2 batang, setiap batang mengandung 75 mg LNG.2
• Etonogestrel (ETG): Implan yang mengandung ETG adalah Implanon® dan
Nexplanon®. Keduanya terdiri dari implan satu batang yang mengandung 68 mg
ETG.
Pemasangan implan : Dalam 7 hari awal siklus menstruasi, pengguna dapat
menggunakan Sino-implant (II), or SI(II); pemasangan juga dapat dimulai kapan
saja setelah pengguna sudah dipastikan tidak hamil. Rekomendasi ini juga
berlaku jika kontrasepsi perlindungan tambahan diperlukan dan bagi pengguna
dalam kondisi yakni amenorea, pasca persalinan, pascakeguguran, beralih dari
metode lain
Pemeriksaan sebelum implan
Efek samping : amonera, perdarahan bercak ringan, perdarahn mensturasi
hebat

 Kontrasepsi suntik progestin


Kontrasepsi suntik ini termasuk depot medroxyprogesterone acetate (DMPA)
dan norethisterone enanthate (NET-EN).

Tiga formulasi terdiri dari:


1. DMPA-IM = 150 mg DMPA diberikan secara intramuskular
2. DMPA-SK = 104 mg DMPA yang diberikan secara subkutan1
3. NET-EN = 200 mg NET-EN diberikan secara intramuskular.

Pemasangan KSP
Waktu untuk mengulang KSP (suntikan ulangan) untuk kelanjutan metode
Interval suntikan ulangan
• Suntikan ulangan DMPA harus diberikan setiap tiga bulan.
• Suntikan ulangan NET-EN harus diberikan setiap dua bulan.
Suntikan ulangan yang lebih awal
• Suntikan ulangan DMPA dan NET-EN dapat diberikan hingga 2 minggu lebih
awal. Suntikan ulangann yang lebih terlambat • Suntikan ulangan DMPA dapat
diberikan hingga 4 minggu terlambat tanpa memerlukan perlindungan
kontrasepsi tambahan. Injeksi NET-EN berulang dapat diberikan hingga 2
minggu terlambat tanpa memerlukan perlindungan kontrasepsi tambahan. •
Jika wanita terlambat lebih dari 4 minggu untuk mengulang suntikan DMPA atau
lebih dari 2 minggu terlambat untuk injeksi NET
 Kontrasepsi Pil progestin
- Kontrasepsi hormonal Kombinasi (KHK)
penggunaan berbagai KHK, termasuk kontrasepsi pil kombinasi (KPK), kontrasepsi
hormonal kombinasi transdermal (KHPK), cincin vagina kontrasepsi kombinasi (CVKK)
dan kontrasepsi suntik kombinasi (KSK).
 Kontrasepsi Hormonal Kombinasi Transdermal (KHKT) dan Cincin Vagina
Kontrasepsi Kombinasi (CVKK)
Rekomendasi pada KPK dalam panduan ini mengacu pada KPK dosis rendah
yang mengandung ≤ 35 μg ethinyl estradiol, dikombinasikan dengan progestin.
Rekomendasi dalam panduan ini adalah sama untuk semua formulasi KPK,
terlepas dari kandungan progestin mereka. KHKT ini melepaskan 20 µg etinil
estradiol dan 150 µg norelgestromin setiap hari. †
CVKK melepaskan 15 µg etinil estradiol dan 120 µg etonogestrel setiap hari. †
KPK, KHKT dan CVKK biasanya diberikan dalam 2124 hari berturut-turut diikuti
oleh 4-7 hari bebas hormon. Namun, rejimen dosis yang memiliki lebih sedikit
atau tidak ada hari bebas hormon juga digunakan.
 Kontrasepsi suntik kombinasi (KSK)
Dua sediaan KSK yang dibahas dalam rekomendasi:
1. Cyclofem = medroxyprogesterone acetate 25 mg plus estradiol cypionate 5
mg
2. Mesigyna = norethisterone enanthate 50 mg plus estradiol valerate 5 mg.
- Kontrasepsi darurat (KD)

Kontrasepsi darurat (KD) atau kontrasepsi setelah senggama, mengacu pada metode
kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah kehamilan dalam beberapa hari
pertama setelah hubungan seksual.

Metode ini juga dapat digunakan dalam kondisi darurat setelah hubungan seksual tanpa
perlindungan, kegagalan atau kesalahan penggunaan kontrasepsi (seperti pil yang lupa
dikonsumsi atau kondom robek), perkosaan atau hubungan seksual paksa. Bagian ini
memberikan rekomendasi untuk empat metode KD: AKDR-tembaga (AKDR-Cu) untuk
KD dan tiga jenis pil kontrasepsi darurat (PKD) berbeda: PKD ulipristal asetat (PKD-
UPA), PKD-Levonorgestrel (PKD-LNG) dan PKD kombinasi estrogen-progestin (PKD
kombinasi).

Ada beberapa pilihan untuk kontrasepsi darurat. AKDR-Cu adalah metode KD yang
efektif dalam mengurangi risiko kehamilan lebih dari 99% jika dipasang dalam 120 jam
setelah hubungan seksual. PKD mengurangi risiko kehamilan secara signifikan. Namun,
penting untuk dicatat bahwa efektivitas masing-masing metode bervariasi sesuai
dengan keadaan individu termasuk jenis PKD yang dipilih, hari siklus menstruasi, dan
lamanya waktu antara hubungan seksual tanpa kondom serta inisiasi PKD. Selain itu,
keefektifan PKD dapat berkurang akibat dari beberapa kondisi seperti: kembali
melakuan hubungan seksual tanpa pelindung dalam siklus yang sama, menggunakan
obat lain (misalnya penginduksi enzim sitokrom P450 3A4 [CYP 3A4]) dan memiliki berat
badan atau indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi

- Standar Days method


Standard Days Method (SDM) adalah jenis metode sadar masa subur. Metode Sadar
Masa Subur - yang meliputi Metode Ovulasi, Metode Dua Hari, dan Metode Suhu Basal
Tubuh- dapat digunakan secara bersamaan dengan pantang senggaa atau kontrasepsi
penghalang selama masa subur. Penggunaan SDM pada wanita dengan siklus
menstruasi 26-32 hari panjangnya tidak dibolehkan melakukan hubungan seksual tanpa
perlindungan pada hari ke-8 sampa ke-19 dari siklus. Untuk pembahasan Metode Masa
Subur selengkapnya, silakan merujuk kepada panduan Keluarga Berencana: A Global
Handbook for Providers.
- Strerilisasi pada pria
Sterilisasi pria atau vasektomi, adalah prosedur berisiko rendah yang meliputi oklusi vas
deferens dan dapat dilakukan dalam secara rawat jalan. Vasektomi tanpa pisau maupun
vasektomi konvensional merupakan suatu tindakan yang cepat, aman dan efektif.
Tindakan ini harus dianggap sebagai metode permanen dan setiap individu serta
pasangan yang mempertimbangkan tindakan ini harus diberikan konseling yang sesuai,
untuk memastikan bahwa setiap klien sudah mengerti betul sehingga membuat
keputusan dengan sukarela. Perhatian khusus harus diberikan terhadap pengguna usia
muda, pria yang belum menjadi ayah, dan klien dengan masalah kesehatan mental,
termasuk kondisi depresif. Selain menerima konseling tentang sifat permanen metode
ini, semua klien harus dikonsultasikan dengan hati-hati tentang ketersediaan metode
yang bersifat jangka panjang lainnya yang juga efektif. Dalam penyediaan pelayanan
vasektomi perlu untuk mempertimbangkan undang-undang nasional dan norma yang
berlaku.

vasektomi merupakan metode yang paling efektif jika dilakukan dengan secara benar
dan pengguna patuh untuk tidak melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan
selama 3 bulan sebelum dipastikan sudah tercapai azoospermia. GDG menilai bahwa
analisis cairan sperma dianggap paling dapat diandalkan dalam menentukan
keberhasilan vasektomi.

(WHO,2016, PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI)


6. Bagaimana fisiologi setelah pakai KB?
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi.
Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating
Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di
samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang
belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010). Selama siklus tanpa kehamilan, kadar
estrogen dan progesteron bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus
kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi
sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi
kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya.
Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of
hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan
merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau
depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang
terlalu dini atauprematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari
endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara,
dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut
kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat
meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita
pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang kadang efek samping
demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal
tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal
dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon
estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan
dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai
bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor
albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi
hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan
candida albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung,
tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan
banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan
serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan
rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
7. Apakah setelah vasektomi dapat ejakulasi?
Setelah vasektomi seorang pria masih dapat ejakulasi tetapi azoosperima. Dan vasektomi bisa
dikatakan efektif apabila tidak berhubungan 2-3 bulan atau dengan ejakulasi 15-30 kali. (syafei,
dkk, 2014, partisipasi suami dalam vasektomi)
8. Apa hubungan pemilihan kontrasepsi dengan fibriadenoma, clamidiasis(IMS), riwayat hepatitis,
DM, dan penggunaan obat antikejang?
- IMS
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal dan riwayat IMS
meningkatlan risiko terjadinya lesi pra-kanker leher rahim. Wanita PUS yang
menggunakan kontrasepsi hormonal >5 tahun memiliki risiko 10,7 kali lebih tinggi
mengalami lesi pra-kanker leher rahim dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal, dan penggunaan <5 tahun meningkatkan risiko sebesar 3,0 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi
hormonal. Secara biomedis, fenomena ini kemungkinan karena kontrasepsi hormonal
memicu terjadinya perubahan pada epitel leher rahim yang terlihat setelah
pemakaian pil kontrasepsi selama 5 tahun berturutturut. Hal ini diduga akibat estrogen
menginduksi onkogenesis secara langsung pada epitel leher rahim. selanjutnya
mempermudah masuknya virus HPV ke basal membran leher rahim. Selain itu IMS
pada wanita kemungkinan juga mempengaruhi daya tahan tubuh dan mempercepat
berkembangnya infeksi virus HPV. Sistem imunitas yang tertekan merupakan
predisposisi infeksi virus onkogenik. (parwati, 2019, kontrasepsi hormonal dengan
riwayat infeksi menular seksual)
- Hipertensi
Hubungan dan pengaruh kontrasepsi terhadap tekanan darah dapat di jelaskan dengan
efek metabolik dan efek kardiovaskular estrogen dan progestin. Efek metabolik
estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan
meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL). Tidak hanya estrogen, progestin 19-
nortestosteron juga memberi efek serupa dengan mempengaruhi rasio LDL-HDL.
Progestin dapat mengubah jumlah relatif HDL total, HDL2, dan HDL3 dan fraksi HDL2
yang memiliki efek proteksi kardiovaskular. Efek kardiovaskular kontrasepsi hormonal
dapat berupa efek tromboembolisme dan efek hipertensif. Efek tromboembolisme
dihubungkan dengan peningkatan produksi fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX,X,XII,
dan XIII, ada juga penelitian yang menyebutkan terjadinya akselerasi agregasi trombosit
dan aktivitas antitrombin III plasma serta aktivator plasminogen endotel mungkin
menurun. Hal ini didukung dengan temuan lesi-lesi khas di tunika intima dan tunika
media pembuluh darah pada trombus oklusif.Keberadaan estrogen dapat meningkatkan
kadar angiotensinogenyang berperan dalam Renin-Angiotensin Aldosteron-System
(RAAS). Peningkatan produksi angiotensinogen akan menyebabkan vasokonstriksi dan
meningkatkan produksi aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium yang
akan meningkatkan volume darah. Keadaan vasokontriksi dan besarnya volume darah
akan memberi efek ganda pada tekanan darah dan menyebabkan kenaikan tekanan
dara (susanti dan satriyanto, 2018)
- DM
kontrasepsi ini mengandung hormon estrogen dan progesteron. Namun hormon yang
paling berpengaruh adalah hormon estrogen dimana hormon tersebut menghasilkan
kadar glukosa darah dan menekan (supresi) respon insulin terhadap peningkatan
tersebut, sehingga kerja kontrasepsi suntik berlawanan dengan kerja insulin.
Perlawanan kerja insulin menyebabkan kerja pankreas semakin berat untuk
memproduksi insulin. Semakin lama, pankreas menjadi tidak berfungsi secara optimal
dan berdampak pada peningkatan kadar glukosa darah (Rahayu, Sundari, & Widiyani,
2015). Peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan karena penggunaan
kontrasepsi hormonal ini terjadi akibat perubahan berat badan, dimana hormon yang
terkandung didalamnya mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
Sehingga lemak banyak yang tertumpuk di bawah kulit. Selain itu juga dapat
merangsang pusat pengendali nafsu makan yang di hipotalamus yang dapat
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya dan menurunkan aktifitas fisik
akibatnya dapat menyebabkan berat badan bertambah (Rahayu, Sundari, & Widiyani,
2015).
- Fibroadenoma
Kejadian FAM dapat dipicu oleh karena penggunaan kontrasepsi hormonal terutama
hormon estrogen dan progesteron bagi wanita. Paparan hormon yang terlalu lama bisa
menyebabkan gangguan abnormal pada payudara wanita. Salah satu akibat negatif dari
hormon adalah dapat menimbulkan terjadinya FAM yaitu tumor jinak payudara yang
sering ditemukan pada usia reproduktif yang disebabkan oleh akibat sensitivitas
jaringan payudara yang berlebihan terhadap estrogen. (ALINI DAN WIDYA, 2018,
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEJADIAN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)
PADA PASIEN WANITA YANG BERKUNJUNG DI POLIKLINIK SPESIALIS BEDAH UMUM
RSUD BENGKALIS)
- Hepatitis
Warna kulit, kuku, dan sklera mata menjadi kekuning-kuningan, karena adanya
progesteron menyebabkan aliran empedu menjadi lambat, dan bila berlangsung lama
saluran empedu tersumbat, sehingga penyimpanannya didalam kantong empedu
terganggu, akibatnya kadar bilirubin darah meningkat dan menimbulkan warna kuning
(frekuensi 1%). Hepar merupakan organ untuk memetabolisme serta mendetoksifikasi
hormon-hormon steroid seperti esterogen dan progesteron. (susanti dan satriyanto,
2018)
- Obat antikejang
Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi maupun yang hanya mengandung
progesteron akan menurun jika berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas
enzim hepatik (misalnya karbamazepin, griseofulvin, modafinil, nelfinavir, nevirapin,
okskarbazepin, fenitoin, fenobarbital, ritonavir, topiramat, rifabutin serta rifampisin).
(Pionas, 2018, kontrasepsi hormonal kombinasi)
9. Bagaimana tingkat efektivitas alat kontrasepsi?
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis
susuk atau implant, IUD, MOP, dan MOW.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini
adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.
Berikut pembahasan singkat mengenai jenis-jenis kontrasepsi tersebut.
(BKKBN, 2004).
- Kondom pria  Kondom pria Kondom adalah selubung tipis dari karet, vinil, atau
produk alamiah dapat berwarna maupun tidak berwarna, biasanya ditambahkan
spermisida untuk perlindungan tambahan, serta digunakan untuk menutupi penis sesaat
sebelum berhubungan. Mekanisme kerja kondom adalah dengan cara menghalangi
masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. Efektivitas kondom
sendiri tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3-4 kehamilan per 100 wanita selama tahun
pertama.
- Pil kb Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1 – 5 kehamilan per
100 wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat. Tetapi
dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7 - 7%.
- Kontrasepsi suntik Efektivitas dari kontrasepsi suntik sangat tinggi mencapai 0,3
kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan. Angka kegagalan metode
ini <1 kehamilan per 100 wanita per tahun.
- Implan  Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai 0,05 – 1 kehamilan per 100
wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan Norplant <1 kehamilan per
100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama pemakaian.
- AKDR  Efektivitas IUD mencapai 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 wanita selama tahun
pertama penggunaannya. Angka kegagalan IUD 1 – 3 kehamilan per 100 wanita per
tahun.
- MOP  Efektivitas sangat tinggi mencapai 0,1 – 0,15 kehamilan per 100 wanita selama
tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan <1 kehamilan per 100 wanita
- MOW  Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP. (BKKBN,2004)
10. Apa hubungan Riwayat IMS, hepatitis, hipertensi, FAM, Keganasan, DM?
- IMS
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal dan riwayat IMS
meningkatlan risiko terjadinya lesi pra-kanker leher rahim. Wanita PUS yang menggunakan
kontrasepsi hormonal >5 tahun memiliki risiko 10,7 kali lebih tinggi mengalami lesi pra-kanker
leher rahim dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, dan
penggunaan <5 tahun meningkatkan risiko sebesar 3,0 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Secara biomedis, fenomena ini
kemungkinan karena kontrasepsi hormonal memicu terjadinya perubahan pada epitel leher
rahim yang terlihat setelah pemakaian pil kontrasepsi selama 5 tahun berturutturut. Hal ini
diduga akibat estrogen menginduksi onkogenesis secara langsung pada epitel leher rahim.
selanjutnya mempermudah masuknya virus HPV ke basal membran leher rahim. Selain itu IMS
pada wanita kemungkinan juga mempengaruhi daya tahan tubuh dan mempercepat
berkembangnya infeksi virus HPV. Sistem imunitas yang tertekan merupakan predisposisi infeksi
virus onkogenik. (parwati, 2019, kontrasepsi hormonal dengan riwayat infeksi menular seksual)
- Hipertensi
Hubungan dan pengaruh kontrasepsi terhadap tekanan darah dapat di jelaskan dengan efek
metabolik dan efek kardiovaskular estrogen dan progestin. Efek metabolik estrogen
menurunkan konsentrasi kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan meningkatkan High
Density Lipoprotein (HDL). Tidak hanya estrogen, progestin 19-nortestosteron juga memberi
efek serupa dengan mempengaruhi rasio LDL-HDL. Progestin dapat mengubah jumlah relatif
HDL total, HDL2, dan HDL3 dan fraksi HDL2 yang memiliki efek proteksi kardiovaskular. Efek
kardiovaskular kontrasepsi hormonal dapat berupa efek tromboembolisme dan efek hipertensif.
Efek tromboembolisme dihubungkan dengan peningkatan produksi fibrinogen dan mungkin
faktor II, VII, IX,X,XII, dan XIII, ada juga penelitian yang menyebutkan terjadinya akselerasi
agregasi trombosit dan aktivitas antitrombin III plasma serta aktivator plasminogen endotel
mungkin menurun. Hal ini didukung dengan temuan lesi-lesi khas di tunika intima dan tunika
media pembuluh darah pada trombus oklusif.Keberadaan estrogen dapat meningkatkan kadar
angiotensinogenyang berperan dalam Renin-Angiotensin Aldosteron-System (RAAS).
Peningkatan produksi angiotensinogen akan menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan
produksi aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium yang akan meningkatkan
volume darah. Keadaan vasokontriksi dan besarnya volume darah akan memberi efek ganda
pada tekanan darah dan menyebabkan kenaikan tekanan dara (susanti dan satriyanto, 2018)
- DM
kontrasepsi ini mengandung hormon estrogen dan progesteron. Namun hormon yang paling
berpengaruh adalah hormon estrogen dimana hormon tersebut menghasilkan kadar glukosa
darah dan menekan (supresi) respon insulin terhadap peningkatan tersebut, sehingga kerja
kontrasepsi suntik berlawanan dengan kerja insulin. Perlawanan kerja insulin menyebabkan
kerja pankreas semakin berat untuk memproduksi insulin. Semakin lama, pankreas menjadi
tidak berfungsi secara optimal dan berdampak pada peningkatan kadar glukosa darah (Rahayu,
Sundari, & Widiyani, 2015). Peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan karena
penggunaan kontrasepsi hormonal ini terjadi akibat perubahan berat badan, dimana hormon
yang terkandung didalamnya mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
Sehingga lemak banyak yang tertumpuk di bawah kulit. Selain itu juga dapat merangsang pusat
pengendali nafsu makan yang di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih
banyak dari biasanya dan menurunkan aktifitas fisik akibatnya dapat menyebabkan berat badan
bertambah (Rahayu, Sundari, & Widiyani, 2015).
- Fibroadenoma
Kejadian FAM dapat dipicu oleh karena penggunaan kontrasepsi hormonal terutama hormon
estrogen dan progesteron bagi wanita. Paparan hormon yang terlalu lama bisa menyebabkan
gangguan abnormal pada payudara wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon adalah
dapat menimbulkan terjadinya FAM yaitu tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
usia reproduktif yang disebabkan oleh akibat sensitivitas jaringan payudara yang berlebihan
terhadap estrogen. (ALINI DAN WIDYA, 2018, FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEJADIAN
FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) PADA PASIEN WANITA YANG BERKUNJUNG DI POLIKLINIK
SPESIALIS BEDAH UMUM RSUD BENGKALIS)
- Hepatitis
Warna kulit, kuku, dan sklera mata menjadi kekuning-kuningan, karena adanya progesteron
menyebabkan aliran empedu menjadi lambat, dan bila berlangsung lama saluran empedu
tersumbat, sehingga penyimpanannya didalam kantong empedu terganggu, akibatnya kadar
bilirubin darah meningkat dan menimbulkan warna kuning (frekuensi 1%). Hepar merupakan
organ untuk memetabolisme serta mendetoksifikasi hormon-hormon steroid seperti esterogen
dan progesteron. (susanti dan satriyanto, 2018)
- Obat antikejang
Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi maupun yang hanya mengandung progesteron akan
menurun jika berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas enzim hepatik (misalnya
karbamazepin, griseofulvin, modafinil, nelfinavir, nevirapin, okskarbazepin, fenitoin,
fenobarbital, ritonavir, topiramat, rifabutin serta rifampisin). (Pionas, 2018, kontrasepsi
hormonal kombinasi)
11. apa hubungan penggunaan terapi griseovulvin dengan penggunaan kontrasepsi?
- Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi maupun yang hanya mengandung
progesteron akan menurun jika berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas enzim
hepatik (misalnya karbamazepin, griseofulvin, modafinil, nelfinavir, nevirapin, okskarbazepin,
fenitoin, fenobarbital, ritonavir, topiramat, rifabutin serta rifampisin).
- Wanita yang menggunakan obat penginduksi enzim jangka panjang dianjurkan untuk
melakukan metode kontrasepsi yang tidak dipengaruhi oleh interaksi obat. Pada wanita yang
tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi alternatif, dianjurkan menggunakan 'tricycling’
(misalnya menggunakan 3 atau 4 paket tablet monofasik tanpa diikuti istirahat dengan interval
pendek 4 hari bebas tablet, tetapi pasien sebaiknya diperingatkan mengenai ketidakpastian
efektivitas regimen ini). Rifampisin dan rifabutin adalah obat penginduksi enzim yang kuat oleh
karena itu metode kontrasepsi alternatif (seperti IUD) selalu dianjurkan. (Pionas, 2018,
kontrasepsi hormonal kombinasi)
- Griseofulvin memodifikasi aktivitas enzim hati pada tikus, 'sehingga induksi enzim dan
penurunan konsentrasi estrogen akibatnya dapat menjelaskan perdarahan intermenstrual
berdasarkan efek penarikan. Amenorea tidak begitu mudah dijelaskan. Menariknya,
bagaimanapun, rifampisin, suatu penginduksi ampuh dari enzim mikrosom hati, menyebabkan
kisaran anomali siklus yang sama dengan perdarahan intermenstrual, amenorea, dan kehamilan
yang tidak diinginkan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. (CP Van Dijke, JC
Weber,2012)

12. Apa hubungan tanda-tanda vital dengan penggunaan kontrasepsi?


Tanda-tanda vital yang dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi yaitu dari tekanan darah
untuk mengetahui apakah seseorang menderita suatu hipertensi yang >160/90, maka tidak
disarankan untuk menggunkana kontrasepsi hormonal. (wahyuni, 2012, )
13. Kontrasepsi apa yang tepat untuk pasien tersebut?
Dengan menggunakan kondom, dikarenakan kondom terdapat riwayat menderita IMS dan
penggunaan obat griseovulfin.

Anda mungkin juga menyukai