Anda di halaman 1dari 33

LBM 2

Step 1
1. Fibroadenoma adlah tumor jinak yang sering terjadi pada wanita gabungan kelenjar
glandula dan fibrosa. Karena hormone estrogen yang tinggi.
2. Terapi griseofulvin adalah obat untuk mengobati infeksi jamur pada kepala,
selangkangan, lipatan paha. Contoh tinea cruris, tinea capitis, tinea corporis
3. Kontrasepsi berasal dari kata kontra (mencegah) konsepsi (pertemuan sel telur yang
matang dan sel sperma yang bias mengakibatkan keghmilan). Kontasepsi adalah metode
atau cara untuk mencegah kehamilan sebagai akibat pertemua sel telur yang matang dan
sperma. Mecegah kehamilan dengan cara menempelya sel telur yang dibuahi ditempelkan
di endomentrium
Step 2
1. Apa saja syarat-syarat pemilhan kontrasepsi yang baik?
2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi?
3. Apa hubunga pemilihan kontrasepsi dengan fibriadenoma, riwayat hepatitis, DM, dan
penggunaan obat antikejang?
4. Apa saja macam-macam metode kontrasepsi, efek samping dan mekanismenya, indikasi,
kontraindikasi dan kelebihan dan kekurangannya?
5. apa hubungan penggunaan terapi griseovulvin dengan penggunaan kontrasepsi?
6. Apa hubungan tanda-tanda vital dengan penggunaan kontrasepsi?
7. Kontrasepsi apa yang tepat untuk pasien tersebut?
8. Apa tujuan dan sasaran dari penggunaan kontrasepsi?
9. Bagaimana cara penggunaan tiap metode alat kontrasepsi?
10. Bagaimana tingkat efektivitas alat kontrasepsi?
11. Apa hubungan Riwayat IMS, hepatitis, hipertensi, FAM, Keganasan, DM,

Step 3
1. Apa tujuan dan sasaran dari penggunaan kontrasepsi?
Tujuan :
1) Menunda kehamilan
2) Menjarangkan kehamilan
3) Menghentikan kehamilan
4) Mengatur jarak kehamilan
Sasrannya:
- Pasangan usia subur yg ingin menunda kehamilan,
- Ibu yang punya anak banyak
- Ibu punya resiko tinggi terhadap kehmilan

2. Apa saja syarat-syarat pemilhan kontrasepsi yang baik?


1) Aman  tidak ada komplikasi berat saat digunakan
2) Berdaya guna  jika digunakan sesuai dgn aturan akan mencegah kehamilan
3) Dapat diterima  bukan hanya diterima klien tapi diterima oleh lingkungan, budaya
Diterima secara awal  tergantung pada motivasi oleh orang tersebut
Diterima secara Lanjut  banyak factor (umur, motivasi, budaya, agama, factor
daerah desa/kota)
4) Terjangkau harganya oleh masyarakat
5) Bila Metodenya dihentikan klien akan segera kembali kesuburannya kecuali
kontrasepsi mantap

3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi?


Factor pasangan :
- Umur
- Gaya hidup
- Frekuensi senggama
- Jumlah keluarga yg diinginkan
- Pengalaman dgn kontrasepsi
Factor kesehatan
- Status kesehatan
- Riwayat haid
- Riwayat keluarga
- Px fisik
- Px panggul
Factor metode kontrasepsi
- Efektivitas
- Efek samping minor
- Kerugian
- Komplikasi
- Biaya
4. Apa saja macam-macam metode kontrasepsi, efek samping dan mekanismenya, indikasi,
kontraindikasi dan kelebihan dan kekurangannya?
Metode kontrasepsi dibagi 3;
1) Sederhana
Tanpa alt : metode amenore laktasi (MAL), Ssenggama terputus, pantang
berkala/system kalender
Dengan alat : kondom, diafragma, cream, jelly, dan cairan berbusa,
2) Efektif : pil KB, AKDR, Suntikan KB, Implan (AKBR)
3) Kontap (kontrasepsi mantap) dengan oprasi : TUBEKTOMI (pada wanita )
VASEKTOMI (Pada pria)

Keutungan hormonal :
- Mudah didapat
- Mengguranggi nyeri haid dan kehilangan darah pada haid
Kerugian Hormonal
- Tidak cocok pada pasien yang pelupa
Kontraindikasi :
Wanita menyusui, sakit jantung, keganasan,
Efek samping : mual, pusing, Sakit kepala

IUD
Keuntungan :
Tidak ada factor lupa, metode jangka Panjang, menggurangi kunjungan ke klinik, dan
lebih murah
Kontraindikasi :
Wanita hami, infeksi saluran kemih
Efek sampingnya :
Perdarahan

Suntik
Efek samping :
Mual, BB bertambah,
Implant
Efek samping :
Menyebabkan pola haid yang tidak tertur, nyeri
Keuntungan :
Jangka lama (5 tahun)
Kontraindikasi :
Ibu hamil, perdarahan vagina, riwayat keganasan
Vasektomi
Kerugian :
Tidak bias kembali normal
Kelebihan :
Tidak mengganggu senggama
Efek samping :
Bengkak, nyeri

Tubektomi
Efek samping :
Nyeri, komplikasi lain , meningkatkan KET
Keuntungan :
Tidak menggangu senggama

Mekanisme
Pil KB  Menambah hormone estrogen dan progesterone  feed back negative  tidak
terjadi ovulasi
Progesterone  ES : PERDARAHAN  secara fisiologis tidak ada kontraksi uterus
Gagal jantung  aldosterone like (estrogen)  retensi Na DAN air  hipertensi dan
bengkak
Etinil estradiol  dikonjugasi beberapa jangka Panjang  tekanan darah tinggi

Estrogen dan progestreon  merangsang ductus mamae  menyebabkan nyeri payudara


Estrogen berlebih  menyebabkan BB meningkat
KB  menyebabkan keputihan  estrogen meninhkat  lender vagiana akan mengental
AKDR
- Cu es : radang panggul

5. Bagaimana cara penggunaan tiap metode alat kontrasepsi?


Hormonal
- Suntikan : setiap 3 bulan disuntik IM, Injeksi 5 setiap 12 minggu,
- Oral /pil ; kombinasi diminum 3 x seminggu , pil mini setiap hari termasuk pada
saat haid
- Morning after pil : diberika dalam keadaan darurat saja (pemerkosaan dan
kondom bocor)
- Implant : dikasih pada siklus haid pada hari ke 7
AKDR
Cu /tembaga : dalam menstruasi dipasang pada silklus 12
Amonera boleh dipasang kapan saja
Pasca persalinan  48 jam pasca persalinan
Alat kontrasepsi darurat 120 jam setelah berhubungan seksual
LNG (levonogestrone) :setelah menstrusasi setelah 7 hari menstruasi
Amenore boleh kapan saja asalkan
Pasca persalinan  48 jam dan lebih dari 4 minggu
Antibiotic profilaksis 1 bulan

Progestin
1) KPS :
DMPA  suntik diulang 3 bulan sekali
NETEN suntik diulang 2 bulan sekali

2) KPP
3) Implan :
implant LNG
Implan
Amenore  diberikan kapan saja asal tidak berhubungan
Pasca persalinan  menyusui : kurang dari 6 mgg, tidak menyusi kurang dari 21 hari
KHK
1) PIL
2) Transdermal/KHKT
3) CVKK (Cincin vagina kontrasepsi kombinasi)  diberikan 20-21 hari berturut-turut
4) Suntik  diulang tiap 4 mgg

Kontrasepsi darurat
1) AKDR Cu
2) PKD
- PKD upa
- Levonogestral
- Kombinasi
Standar day methode :
Metode sadar ovulasi, tidak boleh melakukan hubungan seksual pada hari ke 8 -19
Vasektomi : dapat berhasil asal pasien patuh tidak berhubungan seksual selama 3 bln.
Azoospermia
Bagaimana fisiologi setelah pakai KB?
Apakah setelah vasektomi dapat ejakulasi?

6. Apa hubungan pemilihan kontrasepsi dengan fibriadenoma, riwayat hepatitis, DM, dan
penggunaan obat antikejang?
Clamidia :
Berhubungan penularan seksual, ada riwayat clamidia dapat menularkan bakteri ke orang
lain.
Jangan diberika kontrasepsi yang sintetik.
Riwayat IMS minum kontrasepsi hormanal  lesi kanker pada leher Rahim
Estrogen  perubahan pada epitel kuboid jadi squamous simplek yang mudah terinfeksi
dan terkena trauma
FAM :
Paparan estrogen yang lama  abnormal pada payudara  pertumbuhan payudara 
tumor jinak
Hepatitis :
IMS yang dapat menularkan ke orang lain
Hepar memetabolisme hormone  akan gagal
DM :

Kontrasepsi jangka Panjang  mempengaruhi insulin  insulin menurun 


meningkatkan glukosa darah  terjadi peningkatan BB dan merubah KH dan lemak
Progesterone  mensupresi insulin
Obat kejang :
Anti konvulsan dan kontrasepsi digabung  dapat terjadi peradarahan dan kontarsepsi
nnya gagal
7. Bagaimana tingkat efektivitas alat kontrasepsi?
1) Sangat efektif
- Implant
- Vasektomi
- Suntikan kombinasi
- Tubektomi
- Pil progesterone
- AKDR
2) Efektivitas dalam pemakaian biasa dan sangat efektif bila digunkan scara tepat dan
konsisten
- MAL
- Pil kontrasepsi kombinasi
- Pil progesterone (bukan masa laktasi)
3) Efektif dipakai jika digunakan tepat dan konsisten
- Kondom pria
- Senggama terputus
- Diafragma
- KB alamiah dan spermisida

1.1 : sangat efektif


2-9 : efektif
>9 : kurang efektif
Skala :
0-0,9 : sangat efektif
1-9 : efektif
10-25 : cukup efektif
26-31 : kurang efektif

8. Apa hubungan Riwayat IMS, hepatitis, hipertensi, FAM, Keganasan, DM?


9. apa hubungan penggunaan terapi griseovulvin dengan penggunaan kontrasepsi?
10. Apa hubungan tanda-tanda vital dengan penggunaan kontrasepsi?
11. Kontrasepsi apa yang tepat untuk pasien tersebut?
STEP 5
1. Apa tujuan dan sasaran dari penggunaan kontrasepsi?
2. Apa saja syarat-syarat pemilhan kontrasepsi yang baik?
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi?
4. Apa saja macam-macam metode kontrasepsi, efek samping dan mekanismenya, indikasi,
kontraindikasi dan kelebihan dan kekurangannya?
5. Bagaimana cara penggunaan tiap metode alat kontrasepsi?
6. Apa hubungan pemilihan kontrasepsi dengan fibriadenoma, riwayat hepatitis, DM, dan
penggunaan obat antikejang?
7. Bagaimana tingkat efektivitas alat kontrasepsi?
8. Apa hubungan Riwayat IMS, hepatitis, hipertensi, FAM, Keganasan, DM?
9. apa hubungan penggunaan terapi griseovulvin dengan penggunaan kontrasepsi?
10. Apa hubungan tanda-tanda vital dengan penggunaan kontrasepsi?
11. Kontrasepsi apa yang tepat untuk pasien tersebut?
STEP 6
1. Apa tujuan dan sasaran dari penggunaan kontrasepsi?
Ada 2 tujuan dalam program KB Nasional, yaitu :
o Mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan kebijakan kependudukan
ganda mendorong terlaksananya pembangunan Nasional dan daerah yang
berwawasan kependudukan.
o Mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga kecil
bahagia sejahtera.

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung,
tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah PUS yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluarga sejahtera.

Sumber :
- Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
- Muryanta, Andang. (2010). Menggapai target MDGs dalam program KB Nasional.

2. Apa saja syarat-syarat pemilhan kontrasepsi yang baik?


Syarat-Syarat Alat Kontrasepsi
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena
masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.
Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
 Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan
 Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan.
 Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya
di masyarakat.
 Terjangkau harganya oleh masyarakat
 Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap
Sumber : Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang Digunakan Pasangan Usia Subur [Skripsi]. Semarang: UNDIP.
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi?
Faktor-faktornya yaitu:
- Pengetahuan
Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan
mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan
digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan
efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat
pelayanan yang lebih sesuai karena wawasan sudah lebih baik, sehingga
kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan.
- Sikap
Sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau suka
atau tidak suka terhadap sesuatu. Dalam hal ini menyangkut alat kontrasepsi.
Sikap responden sangat berpengaruh terhadap alat kontrasepsi yang akan dipilih.
Responden yang memiliki sikap yang baik terhadap sesuatu dapat disebabkan
oleh kepercayaan positif yang dimiliki oleh responden. Begitupun sebaliknya, jika
kepercayaan terhadap sesuatu bersifat negatif, maka menimbulkan sikap yang
negatif pula. Sikap kurang baik responden terhadap jenis kontrasepsi disebabkan
oleh pengetahuan responden yang tidak menyeluruh mengenai KB, rasa takut,
rasa tidak nyaman, dan adanya pengaruh orang lain yang diketahui melalui cerita
yang menyebabkan timbulnya sikap negatif terhadap alat kontrasepsi
- Dukungan petugas pelayanan KB
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan berupa
pemberian informasi berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi. Petugas
kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan menjelaskan
tentang alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap
akhir pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam
pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai MKJP Non
Hormonal setelah mendapat dorongan maupun anjuran dari petugas kesehatan.
Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir
proses pemakaian alat kontrasepsi.
- Ketersediaan layanan KB
Ketersediaan Layanan KB dalam hal ini adalah sarana prasarana, jarak, dan alat.
Jika sarana dan prasarana nyaman dan alat lengkap, steril dan bermacam –
macam, maka akan banyak juga minat masyarakat untuk menggunakan MKJP
Non Hormonal. Jarak menuju ke layanan KB pun tidak ada halangan, hanya saja
khusus untuk MOW/MOP harus dikirim ke Rumah Sakit yang jauh dari rumah
responden.
- Dukungan suami
Dukungan suami merupakan salah satu faktor eksternal dalam pemilihan alat
kontrasepsi dimana menjadi penguat untuk mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku. Banyak informasi menyebutkan bahwa keputusan didapat dari istri
atas campur tangan suami. Sebagai partner dalam penggunaan alat kontrasepsi
juga akan merasakan langsung pengaruh penggunaan alat kontrasepsi IUD oleh
istri
- Dukungan tokoh agama/tokoh masyarakat
Dukungan suami merupakan salah satu faktor eksternal dalam pemilihan alat
kontrasepsi dimana menjadi penguat untuk mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku. Banyak informasi menyebutkan bahwa keputusan didapat dari istri
atas campur tangan suami. Sebagai partner dalam penggunaan alat kontrasepsi
juga akan merasakan langsung pengaruh penggunaan alat kontrasepsi IUD oleh
istri
Sumber : Setiasih S, Widjanarko B, Istiarti T. 2016. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKIP) pada Wanita
Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Kendal Tahun 2013. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016

4. Apa saja macam-macam metode kontrasepsi, efek samping dan mekanismenya, indikasi,
kontraindikasi dan kelebihan dan kekurangannya, cara penggunaan dan efektivitasnya?
Menurut Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
No. 24 Tahun 2017:
Pasal 38
(1) Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (3) terdiri atas:
a. kontrasepsi mantap;
b. AKDR; dan
c. AKBK.
(2) Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (3) terdiri atas:
a. suntikan;
b. pil; dan
c. kondom.
(3) Kontrasepsi mantap sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat (1) huruf a, terdiri
atas:
a. metode operasi wanita atau tubektomi; dan
b. metode kontrasepsi pria atau vasektomi;
Pasal 39
(1) Jenis pilihan metode kontrasepsi hormonal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (4), terdiri atas:
a. progestin; dan
b. kombinasi, terdiri dari progestin dan esteregon
(2) Jenis pilihan metode kontrasepsi non hormonal sebagaimana dmaksud dalam
Pasal 37 ayat (4), terdiri atas:
a. kontrasepsi mantap;
b. AKDR;
c. kondom; dan
d. metode amenoroe laktasi.

Pasal 40
(1) Kontrasepsi hormonal Progestin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. pil;
b. injeksi; dan
c. implan.
(2) Kontrasepsi hormonal kombinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)
huruf b, terdiri atas:
a. pil;dan
b. injeksi.
(3) Kontrasepsi Mantap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf a,
terdiri atas:
a. tubektomi; dan
b. vasektomi.

Jenis-Jenis Kontrasepsi
Hormonal
- Pil
Konsep umum dari kontrasepsi yaitu kombinasi antara progesterone dan esterogen yang
disebut dengan pil yang 99% efektif mencegah kehamilan selama pil diminum dengan
benar, terkadang memiliki efek samping seperti sakit kepala atau muntah
Ada juga progesterone pil yang lebih sedikit efek samping dan efektif mencegah
kehamilan
 Indikasi : Indikasi penggunaan kontrasepsi pil adalah usia reproduksi, telah
memiliki anak, ibu yang menyusui tetapi tidak memberikan asi esklusif, ibu yang
siklus haid tidak teratur, riwayat kehamilan ektopik.
 Kontraindikasi : Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang sedang
hamil, perdarahan yang tidak terdeteksi, diabetes berat dengan komplikasi,
depresi berat dan obesitas.
 Kerugian :
o Tidak melindungi Anda dari penyakit kelamin.
o Harus diminum setiap hari di jam yang sama dan tidak boleh terlewat jika
ingin mendapatkan perlindungan penuh.
o Bisa meningkatkan tekanan darah.
o Menyebabkan berbagai efek samping seperti sakit kepala, mual, nyeri
pada payudara, dan perubahan mood yang drastis di awal-awal pemakaian.
o Terkadang mengakibatkan adanya perdarahan di luar haid pada bulan-
bulan pertama pemakaian.
o Dalam beberapa kasus dapat meningkatkan risiko pembekuan darah dan
kanker payudara.
 Keuntungan :
o Mampu mengurangi gejala PMS (sindrom pramenstruasi).
o Melindungi Anda dari penyakit radang panggul.
o Mengurangi risiko fibrosis, kista ovarium, dan penyakit payudara
nonkanker.
o Sama sekali tidak mengganggu seks karena dikonsumsi dengan cara
diminum.
o Periode menstruasi lebih teratur, ringan, dan tidak terlalu menyakitkan.
o Mengurangi risiko kanker indung telur, rahim, dan usus besar.
o Bisa langsung program hamil setelah berhenti mengonsumsi pil KB.
 Efek samping : Berikut beberapa kemungkinan efek samping (yang seharusnya
tidak menjadi alasan untuk tidak melanjutkan KB) yang umum selama 3 putaran
pertama digunakan dan biasanya kemudian hilang:
o Muncul bercak-bercak darah/spotting
o Mual dan/atau pening
o Payudara menjadi lebih empuk (tidak kenyal)
o Sakit kepala ringan
o Berat badan bertambah
o Bosan, stres
o Perubahan periode menstruasi
 Efektivitas :
o Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)
o Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi masuknya
sperma
o Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan
 Cara Penggunaan : OC harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti
petunjuk nama hari yang tertera di blisternya. Untuk memulai blister
pertama Anda, mulailah minum pil pada hari pertama haid, misalnya: Anda
mendapat haid pada hari Rabu maka ambil pil yang dibawahnya ada tanda
Rabu. Lanjutkan minum pil setiap hari sampai habis (21 hari) yang pasti
jatuh pada hari Selasa. Kemudian berhenti minum pil selama 7 hari (akan
terjadi menstruasi). Setelah 7 hari bebas pil ini, lanjutkan minum pil dari
kemasan yang baru pada hari Rabu lagi, jadi untuk blister ke-2 dst, selalu
ikuti siklus 21 hari minum pil +7 hari bebas tablet.
- Patch kontrasepsi
Selain pil ada juga cara lain untuk mengurangi pengeluaran hormon, seperti patch
kontrasepsi yang ditempel di lengan atas secara perlahan mengeluarkan esterogen dan
progesterone dan setiap patch tersebut berlangsung 1 minggu.
 Indikasi : bagi yang sulit minum dengan pil
 Kontraindikasi :
o Usia >35 tahun dan merokok
o Riwayat nyeri dada atau serangan jantung, stroke dan TD tinggi
o Riwayat pembekuan darah
o Riwayat kanker payudara, rahim atau hati
o BB >90kg
o Memiliki penyakit hati atau migrain
o Komplikasi terkait ginjal, mata, saraf atau pembuluh darah
o Mengalami kuning pada bagian putih mata
o Berencana menjalani operasi besar
o Konsumsi obat atau suplementas
 Kerugian : satu dari 100 wanita akan hamil meskipun menggunakan patch KB dan
tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IMS)
 Keuntungan :
o Tidak mengganggu aktivitas seksual
o Tidak perlu kerjasama pasangan
o Tidak repot digunakan tiap hari
o Koyo KB memberikan dosis hormon yang stabil
o Lebih mudah digunakan untuk wanita yang kesulitan menelan pil
o Kontrasepsi ini dapat dihentikan kapan saja dan cepat subur jika dilepas
 Efek samping :
o Risiko pembekuan darah, serangan jantung, stroke, kanker hati, penyakit
kandung empedu dan tekanan darah tinggi
o Iritasi kulit
o Nyeri payudara
o Nyeri haid
o Sakit kepala
o Mual muntah
o Sakit perut
o Perubahan suasan hati
o Berat badan bertambah
o Pusing
o Jerawat
o Diare
o Kejang otot
o Infeksi dan keputihan vagina
o Kelelahan
o Retensi cairan dalam tubuh
 Efektivitas :
Patch efektif untuk mencegah kehamilan, tetapi kurang efektif pada perempuan
dengan berat badan lebih dari 90 kg. Risiko menggunakan patch hampir sama
dengan risiko menggunakan COCs. Pacth tidak melindungi diri dari infeksi
menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS.
 Cara penggunaan :
Biasanya ditempelkan di:
• perut bagian bawah seperti tampak pada gambar,
• pantat,
• lengan atas, dan
• di badan bagian atas/dada (tetapi bukan di payudara).
- Kontrasepsi injeksi/suntik
Dengan cara menginjeksi progesterone di lengan atas dengan setiap dosis berlangsung
selama 2-3 bulan
 Indikasi : Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi yang telah
mempunyai anak, ibu yang menyusui, ibu post partum, perokok, , nyeri haid yang
hebat, dan ibu yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
 Kontraindikasi : Kontra indikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil,
perdarahan yang belum jelas penyebabnya, menderita kanker payudara dan ibu
yang menderita diabetes militus disertai komplikasi.
 Kerugian :
o Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
o Harus kembali ke sarana pelayanan.
o Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
o Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
o Dapat menyebabkan ketidakteraturan masalah haid
o Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular
seksual, hepatitis B, atau infeksi HIV.
o Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
o Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaaan dengan obat-obat
epilepsi dan obat tuberklosis.
o Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
o Kemungkinan terlambat pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
 Keuntungan :
o Sangat efektif (99,6%)
o Risiko kesehatan kecil
o Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami isteri
o Periksa dalam tidak dibutuhkan pada saat pemeriksaan awal
o Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
o Tidak mempengaruhi pemberian ASI, kecuali suntikan Cyclofem
o Reaksi suntik sangat cepat (<24 jam)
o Dapat digunakan oleh wanita tua (>35 tahun), kecuali Cyclofem
o Mencegah kehamilan ektopik
o Jangka panjang
o Sangat efektif walaupun klien terlambat suntik 1 minggu dari jadwal yang
telah ditentukan
o Sangat berguna untuk klien yang tidak ingin hamil lagi, tetapi belum
bersedia untuk mengikuti sterilisasi (tubektomi).
 Efek samping :
Amenorhe (perubahan siklus menstruasi)
Amenorhe adalah efek samping yang umum dan biasanya muncul pada suntikan
yang ketiga. Jika kemungkinan kehamilan tidak dipertimbangkan, tidak ada
asalan untuk menghentikan metode KB ini, kecuali jika klien tidak bisa
menerimanya, maka perlu dibantu untuk memilih metode KB yang lain.

Spotting dan pendarahan ringan.


Ini juga efek sampin yang umum, terutama setelah suntikan pertama. Gejala efek
samping ini sering hanya sementara dan jarang sekali mengakibatkan risiko pada
kesehatan.

Pendarahan berat dan lama (lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih banyak dari
pendarahan normal selama menstruasi)
Efek samping ini juga tergolong umum setelah suntik pertama, meskipun
terdengar serius. Jika pendarahan terus berlanjut atau menjadi lebih berat,
pengobatan dengan estrogen, pil kombinasi atau obat anti inflamatori non steroid
mungkin perlu dilakukan. Untuk mencegah anemia, perlu dilihat riwayat diet
klien dan jika perlu dapat diberikan suplemen zat besi. Jika situasi ini tidak dapat
diterima klien, maka perlu ditawarkan metode KB yang lain yang lebih cocok.

Efek samping minor


Termasuk penambahan berat bada dan sakit kepala ringan. Gejala ini tidak
berbahaya dan klien tidak seharusnya menghentikan metode KB ini.
 Mekanisme Kerja :
o Mencegah ovulasi
o Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
o Menjadikan selaput lendir rahim tipis
o Menghambat pengangkutan gamet oleh tuba
 Efektivitas : Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara, macam-macam
suntikan tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka kegagalan kurang
dari 0,1 % per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan.
 Cara penggunaan :
1) Waktu Pemberian
o Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin
o Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah
keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
o Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
2) Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus
o Daerah bokong/pantat
o Daerah otot lengan atas
- Kontrasepsi implant/susuk
Merupakan pilihan yang paling lama dengan melibatkan alat kecil yang ditempatkan di
bawah kulit lengan yang kemudian secara perlahan melepaskan progesterone hingga tiga
tahun
 Indikasi : Indikasi kontrasepsi implant adalah wanita usia subur, wanita yang
ingin kontrasepsi jangka panjang, ibu yang menyusui, pasca keguguran
 Kontraindikasi : Kontra indikasi kontrasepsi implant adalah ibu yang hamil,
perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, adanya penyakit hati yang berat,
obesitas dan depresi.
 Kerugian : Tidak dianjurkan untuk penderita penyakit hati, kanker payudara,
perdarahan tanpa sebab, penggumpalan darah, penderita tekanan darah tinggi,
penyakit kandung empedu, kolesterol tinggi, siklus menstruasi tidak teratur, sakit
kepala, penyakit jantung. Beberapa jenis susuk, yang tampak dari luar atau terasa
bila diraba. Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah
haid, serta amenorea.
 Keuntungan :
o Tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali
segera setelah pengangkatan. Pencegahan kehamilan terjadi dalam waktu
24 jam setelah pemasangan.
o Melindungi wanita dari kanker rahim.
o Aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui.
o Tidak mengganggu aktivitas seksual.
o Daya guna tinggi
o Perlindungan jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
o Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
o Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
o Bebas dari pengaruh estrogen
o Tidak menggangu kegiatan senggama
o Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
o Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
o Mengurangi nyeri haid
o Mengurangi jumlah darah haid
o Mengurangi/memperbaiki anemia
o Melindungi terjadinya kanker endometrium
o Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
o Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
o Menurunkan angka kejadian endometriosis.
 Efek samping :
o Nyeri kepala, peningkatan/penurunan berat badan, nyeri payudara, mual-
mual, pening/pusing kepala, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
o Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
o Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS
o Klien tidak menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai
dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
o Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis atau
obat epilepsy
o Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 wanita
pertahun)
o Keluar bercak-bercak darah atau pendarahan yang lebih banyak selama
menstruasi.
o Hematoma/pembekakan dan nyeri.
o Gangguan pola Haid :
• Tidak haid
• Pendarahan yang tidak lama
• Kemungkinan infeksi pada bekas luka pemasangan
• Perdarahan
• Siklus menstruasi lebih panjang
• Rambut rontok
• Gairah seksual turín
• Jerawat dan depresi.
 Mekanisme kerja : Sama dengan pil namun susuk ditanamkan di dalam kulit,
biasanya di lengan atas. Implan mengandung progesteron yang akan terlepas
secara perlahan dalam tubuh.
 Efektivitas :
o Lendir serviks menjadi kental
o Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
o Mengurangi transportasi sperma
o Menekan ovulasi
o 99 % Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
 Cara penggunaan : susuk ditanamkan di dalam kulit
Non Hormonal
Dengan cara mencegah sperma bertemu dengan sel telur tanpa menggunakan hormon
seperti :
- Kondom
Untuk penis yang menjebak sperma
 Indikasi : semua pria yg bersedia, semua org yg rentan IMS
 Kontraindikasi : alergi latex
 Kerugian : mudah robek, mengurangi sensasi sexual, bisa menimbulkan alergi,
kondom bekas bisa jd limbah
 Keuntungan : murah , mudah didapat ,tdk ada efek samping
 Efek samping : tidak ada, kecuali yg alergi
 Mekanisme kerja : kondom di pake saat penis ereksi. Setelah ejakulasi kondom
dipegangi agar sperma tidak tumpah
 Efektivitas : Bagi siapa saja. Alergi terhadap karet kondom adalah hal yang sangat
jarang terjadi. Sebaiknya jika ada keluhan iritasi dan rasa tidak nyaman usai
berhubungan, Anda wajib konsultasi dengan dokter dan mencari alternatif
kontrasepsi lainnya.
- Female Kondom
dipakai dalam vagina dan kegunaannya sama seperti kondom
 Indikasi : semua wanita yg bersedia, semua org yg rentan IMS
 Kontraindikasi : alergi latex
 Kerugian : mudah robek, mengurangi sensasi sexual, bisa menimbulkan alergi,
kondom bekas bisa jd limbah
 Keuntungan : murah , mudah didapat ,tdk ada efek samping
 Efek samping : tidak ada, kecuali yg alergi
 Efektivitas : Bagi siapa saja. Alergi terhadap karet kondom adalah hal yang sangat
jarang terjadi. Sebaiknya jika ada keluhan iritasi dan rasa tidak nyaman usai
berhubungan, Anda wajib konsultasi dengan dokter dan mencari alternatif
kontrasepsi lainnya.
- Diafragma
seperti gelas plastic cup yang diletakkan di serviks untuk menghalangi sperma masuk ke
uterus (tidak dapat diandalkan, perlu spermisida untuk membunuh sperma)
 Indikasi : semua wanita yg subur dan yg bersedia
 Kontraindikasi : Ca cervix, cervisitis
 Kerugian : susah pemakaiannya
 Keuntungan : tdk mengurangi sensasi senggama, mencegah IMS
 Efek samping :
 mekanisme kerja : dmasukkan ke liang vagina dg jari telunjuk dan tengah
kemudian d letkkan pd ceviks shg menahan sperrma agr tdk mencapai sal
produksi atas
 Efektivitas : Dapat digunakan siapa saja dan untuk meningkatkan efektifitasnya,
gunakan bersamaan dengan kondom serta spermatisida.
 Cara penggunaan : Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup
mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama
- Spermisida
bisa menjadi alat kontrasepsi tersendiri, namun hanya efektif selama 7 atau 10 kali
 Indikasi :
Spermisida cocok untuk pasangan yang memutuskan metode pelindung dan:
o Punya motivasi tinggi menggunakan spermisida secara efektif.
o Fertilitas alami perempuan yang menurun karena usia dan menyusui
o Kemungkinan kehamilan tidak akan menempatkan kesehatan perempuan
pada risiko tinggi
 Kontraindikasi :
Kontraindikasi spermisida meliputi:
o Klien yang berisiko tinggi terhadap HIV
o Klien yang positif HIV
o Klien dengan AIDS
 Kerugian :
o Beberapa spermisid hrs dipakai 10 - 15 menit sblm mulai intercourse
o Pemakaiannya hrs dipakai ulang setiap 1 – 2 jam
o Tdk memproteksi PMS
o Dpt meningkatkan resiko infeksi saluran kencing
o Bisa menyebabkan iritasi
 Keuntungan :
o Meningkatkan lubrikasi selama intercourse
o Bisa digunakan tanpa sponge/ cap/diafragma
o Bisa beli bebas
 Efek samping : Efek samping penggunaan spermisida adalah jarang dan sedikit.
Salah satunya adalah iritasi lokal disebabkan sensitivitas vagina atau alergi.
 Efektivitas : Membunuh sperma dg cepat
 Cara penggunaan : masukkan 30 menit sblm intercourse ke dalam vagina
- Sterilisasi/KB Mantap
pada wanita dengan memotong atau mengikat tuba falopi yang menghubungkan ovarium
sehingga akan membuat sperma tidak dapat menuju ovarium atau tuba falopi (permanen)
disebut tubektomi. Pada pria dengan memotong vas deferens sehingga disebut dengan
vasektomi
 Indikasi : Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak,
wanita yang tidak menginginkan anak lagi.
 Kontraindikasi : Kontra indikasi adalah ketidaksetujuan terhadap operasi dari
salah satu pasangan, penyakit psikiatrik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan
risiko saat operasi.
 Kerugian MOP :
o Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak
o Harus ada tindakan pembedashan minor.
 Keuntungan MOP :
Secara umum keuntungan kontap wanita dan pria dibandingkan dengan
kontrasepsi lain adalah :
o Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan cara
kontrasepsi lain
o Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja
o Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan merupakan
cara kontrasepsi yang permanen
o Lebih ekonomis, karena hanya memrlukan biaya untuk satu kali tindakan
saja
 Kerugian MOW :
o Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
o Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan
 Keuntungan MOW :
o Sangat efektif dan “permanen”
o Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
o Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
o Tidak mempengaruhi proses menyusui
o Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
o Tidak menggangu hubungan seksual
 Efek samping MOW dan MOP:
o Trauma pada organ-organ di sekitar saluran tuba fallopi secara tidak
sengaja
o Infeksi pasca-operasi. Biasanya ditandai dengan luka bekas sayatan yang
tidak sembuh-sembuh, demam, dan nyeri pada perut.
o Perdarahan. Perdarahan timbul apabila terjadi kebocoran organ.
o Komplikasi dari penggunaan obat anestesi. Pada setiap orang,
komplikasi yang dapat timbul dari obat anestesi berbeda-beda, ada yang
hanya berupa reaksi alergi, gangguan pernafasan, sampai ada yang
mengalami gangguan serius.
o Kehamilan ektopik. Merupakan kehamilan di luar kandungan, sehingga
proses kehamilan harus dihentikan.
 Mekanisme kerja :
o Tubektomi (MOW)
Perjalanan sel telur terhambat karena saluran sel telur tertutup
o Vasektomi (MOP)
Saluran benih tertutup, sehingga tidak dapat menyalurkan sperma
 Efektivitas : sangat efektif
- Natural (sistem kalender, coitus interuptus)
berhubungan seks pada waktu bulan tertentu atau berhenti sebelum ejakulasi (tidak
diandalkan)
 Indikasi : bagi yang tidak ingin mempunyai anak
 Kontraindikasi : -
 Kerugian :
o Tidak melindungi terhadap infeksi penyakit menular seksual (PMS)
o Terjadinya interupsi saat hubungan seksual dapat mengurangi sensasi
hubungan seksual
o Sangat memerlukan kontrol diri dan kewaspadaan yang tinggi dari
pihak pria
o Kurang efektif dibandingkan metode KB lainnya
o Tidak efektif apabila keduanya atau salah satu pasangan dipengaruhi
oleh alkohol
 Keuntungan :
o Tidak membutuhkan biaya dan dapat dilakukan kapan saja.
o Tidak ada efek samping yang mungkin dirasakan baik oleh pria ataupun
wanita.
o Tidak merubah siklus menstruasi pada wanita.
 Efek samping : tidak ada
 Efektivitas : bisa efektif
- IUD (intrauterine device)
yang ditempatkan di dalam Rahim. Yang plastic dengan mengeluarkan hormon
progesterone dan meningkatkan lender sedangkan yang tembaga lebih membunuh sperma
dan tidak mengeluarkan hormon. (non hormonal) yang semuanya ini bertahan selama 3
tahun
 Indikasi : Indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka panjang, multigravida, wanita yang mengalami kesulitan
menggunakan kontrasepsi lain.
 Kontraindikasi : Kontra indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang
sedang hamil, wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia, perdarahan
vagina yang tidak diketahui, wanita yang menderita PMS, wanita yang pernah
menderita infeksi rahim, wanita yang pernah mengalami pedarahan yang hebat.
 Kerugian :
o Efek samping yang umum terjadi : perubahan siklus haid, saat haid lebih
sakit, haid lebih lama dan banyak
o Komplikasi lain : perforasi dinding uterus, nyeri setelah pasang
o Tidak mencegah IMS
o Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/ bergonta ganti
pasangan
o Penyakit radang panggul terjadi setelah perempuan dengan IMS memakai
AKDR dan memicu infertilitas
o Perlu pemeriksaan ginekologi dan penapisan PMS sebelum pakai
o Spotting terjadi segera setelah pemasangan, hilang 1-2 hari
o Harus dipasang dan dilepas oleh petugas terlatih
o AKDR bisa keluar tanpa diketahui (ekspulsi)
o Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik
o Harus rutin memeriksa AKDR
 Keuntungan :
o Efektivitasnya tinggi: 0,6-0,8 kehamilan per 100 wanita dalam tahun
pertama penggunaan (Tembaga T 380A)
o Segera efektif setelah pemasangan dan tidak perlu mengingat-ingat
o Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun jika menggunakan
Tembaga T 380A)
o Tidak ada efek samping hormonal dg Cu AKDR
o Tidak mengganggu proses sanggama
o Kesuburan cepat pulih setelah AKDR dilepas
o Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
o Bila tak ada masalah setelah kunjungan ulang awal, tidak perlu kembali ke
klinik jika tak ada masalah
o Dapat disediakan oleh petugas kesehatan terlatih
o Tidak mahal (CuT380A)
 Efek samping :
o Rasa sakit ketika pemasangan IUD.
o Siklus menstruasi tidak teratur.
o Gejala PMS yang lebih berat.
o Perforasi uterus.
o Penyakit radang panggul.
o Kehamilan ektopik.
o Kista ovarium
 Efektivitas : Sebaiknya wanita yang mudah mengalami keputihan tidak
menggunakan metode ini. Benang di ujung IUD harus senantiasa bersih. Karena
jika kotor akan mudah menyebabkan infeksi.
 Cara penggunaan : dengan cara memasukkan alat yang terbuat dari tembaga
kedalam rahim

Sumber : Everett, S. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif
Edisi 2. Jakarta: EGC

A. Metode Kontrasepsi Sederhana


Terdapat 2 yaitu dengan alat dan tanpa alat.
a) Metode kontrasepsi dengan alat yaitu:
o Kondom
o Diafragma
o Cup serviks
o Spermisida
b) Metode kontrasepsi tanpa alat yaitu:
o Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)
o Coitus Interuptus
o Metode Kalender
o Metode Lendir Serviks
o Metode Suhu Basal Badan
o Simptotermal  perpaduan suhu basal dan lender serviks

B. Metode Kontrasepsi Hormonal


Terbagi menjadi dua yaitu:
a) Kombinasi (mengandung hormon progesterone dan esterogen sintetik)
o Pil
o Suntikan/ injeksi
b) Berisi progesterone saja
o Pil
o Suntikan
o Implant

C. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Dibagi menjadi dua yaitu:
a) AKDR mengandung hormon sintetik (progesterone)
o Mengandung hormon Progesteron atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert
(Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel)
b) AKDR tidak mengandung hormon

D. Metode Kontrasepsi Mantap


Terdiri dari dua macam yaitu:
a) Metode Operatif Wanita (MOW)
Tubektomi  memotong atau mengikat saluran tuba falopi sehingga mencegah
pertemuan ovum dan sperma
b) Metode Operatif Pria (MOP)
Vasektomi  memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan
sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi

Sumber :
- Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
- Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama

5. Bagaimana cara penggunaan tiap metode alat kontrasepsi?


Sudah di No.4
6. Apa hubungan pemilihan kontrasepsi dengan fibriadenoma, riwayat hepatitis, DM, dan
penggunaan obat antikejang?
a) Klamidia
Penelitian yang dilakukan Darmayanti dkk, 2015 bahwa prevalensi kejadian kanker
servik yaitu 57,8% dan terjadi peningkatan risiko pada responden yang aktif dalam
hubungan seksual sejak kurang dari 20 tahun serta paritas >3 orang dan penggunaan
kontrasepsi hormonal ≥ 5 tahun.
Jadi lebih berhubungan dengan kejadian kanker leher Rahim yaitu adanya klamidia
menahun sehingga terjadinya klamidiasis.
Menggunakan alat kontrasepsi sebagai pembatasan fertilitas, tidak akan berpengaruh
terhadap klamidia yang masih hidup dalam leher Rahim. Namun jika klamidia sudah
diobati dengan baik dan hilang, maka penggunaan alat kontrasepsi lebih aman
dibandingkan dengan pasien menderita klamidia belum diobati.

Sumber : Priyanti S dan Syalfina AD. 2017. Alat Kontrasepsi dan Aktivitas Seksual
Sebagai Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Keputihan. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 371-382

b) FAM
Paparan hormon esterogen dan progesterone yang terlalu lama dapat menyebabkan
gangguan abnormal payudara wanita yang bisa menjadikan FAM.
Paparan hormon esterogen dan progesterone terlalu lama gangguan abnormal
payudara  pertumbuhan jaringan payudara yang sangat sensitive terhadap hormon
esterogen  risiko besar terkena tumor jinak.

Sumber : Alini dan Widya L. 2018. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kejadian


Fibroadenoma Mammae (Fam) Pada Pasien Wanita Yang Berkunjung Di Poliklinik
Spesialis Bedah Umum Rsud Bengkalis. Jurnal Ners Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Halaman 1 – 10

c) Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit infeksi menular seksual. Dimana halnya sama seperti
dengan klamidia, jika seorang pasien belum dinyatakan sembuh dari penyakit tersebut
maka tidak akan menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi seksual hepatitis
B. namun jika dinyatakan sudah sembuh dan diobati, maka mempersempit penularan
virus hepatitis B.

Sumber : Susilowati. 2009. Kb Suntik 3 (Tiga) Bulan Dengan Efek Samping


Gangguan Haid Dan Penanganannya. Staff pengajar Prodi D-III Kebidanan FIK
Unissula

Both estrogens and progestogens are metabolized by the liver, but estrogens act
directly on the liver through specific receptor-mediated mechanisms, unlike
progestogens. As a result, there are theoretical concerns that the use of hormonal
contraception during infection with viral hepatitis will worsen disease by affecting
liver function. Regardless, sexually active women of reproductive age with viral
hepatitis or its sequelae are at risk of unplanned pregnancy if they have no acceptable
and effective method of contraception, and women with chronic HBV or HCV risk
fetal infection through vertical transmission if they become pregnant.

Sumber :
- Kuhl H. Effects of progestogens on haemostasis. Maturitas 1996; 24:1–19.
- Sitruk-Ware R. Pharmacological profile of progestins. Maturitas 2004; 47:277–
83

For women with chronic hepatitis, two studies offer data to suggest that COC use
does not increase the rate or severity of fibrotic progression or development of
hepatocellular carcinoma. Although these data are limited, they are consistent with the
findings from studies of the noncontraceptive use of estrogens and/or progestogens as
enzyme-inducing therapy for treatment of acute hepatitis, chronic hepatitis and/or
cirrhosis of the liver.
These studies differ from the studies that met the inclusion criteria for this review in
that either they studied postmenopausal women or noncontraceptive doses of
estrogens and/or progestogens. High-dose oral medroxyprogesterone acetate has been
found to lower serum transaminase levels and decrease liver fibrosis in three studies.
Estradiol alone has been found to reduce serum transaminase levels and liver
inflammation in a group of mostly postmenopausal women with chronic hepatitis.

Sumber :
- Rautio A, Sotaniemi EA, Pelkonen RO, Luoma PV. Treatment of alcoholic
cirrhosis with enzyme inducers. Clin Pharmacol Ther 1980; 28:629–37.
- Sotaniemi EA, Hynnynen T, Ahlqvist J, Ahokas JT, Puoskari U, Pelkonen I.
Effects of medroxyprogesterone on the liver function and drug metabolism of
patients with primary biliary cirrhosis and chronic active hepatitis. J Med
1978;9:117–28.
- Kremer A, Rios B, BrunoM, Heinrichs G. Use of medroxyprogesterone in human
hepatic cirrhosis.ActaGastroenterol Latinoam1985;15:25–31.
- Guattery JM, Faloon WW, Biery DL. Effect of ethinyl estradiol on chronic active
hepatitis. Ann Intern Med 1997;126:88.
- Guattery JM, Faloon WW. Effect of estradiol upon serum enzymes in primary
biliary cirrhosis. Hepatology 1987;7:737–42.

d) Diabetes Melitus
Kontrasepsi hormonal mengandung steroid hormon esterogen dan progesterone 
kontrasepsi suntik  Penggunaan kontrasepsi jangka panjang  berlawananan
dengan kerja insulin  mengakibatkan gangguan pancreas  kerja pancreas berat
memproduksi insulin  akan menjadi tidak berfungsi pankreasnya  insulin
menurun  berkurangnya jumlah glukosa ke sel  menumpuk dalam darah  kadar
glukosa darah meningkat
Glukosa darah meningkat terjadi akibat perubahan berat badan  hormon yang
dikandungnya mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak 
tertumpuk dibawah kulit.

Sumber : Rahma S, Mursyidah A, Rauf YY. 2019. Kadar Gula Darah Pengguna
Kontrasepsi Hormonal. Jambura Nursing Journal (JNJ). Vol. 1, No. 2, July 2019

e) Obat-obatan kejang
Penggunaan metode kontrasepsi implant progesterone atau pil progesteron pada
wanita dengan epilepsi yang mengkonsumsi obat antikonvulsan yang sifatnya dapat
memicu kerja enzim, termasuk tidak reliable, namun untuk wanita dengan obat yang
lain selain lamotrigine dan yang disebutkan di atas, dapat digunakan kontrasepsi
tersebut. Pil kombinasi yang mengandung kurang dari 50 mikrogram estrogen dapat
berhubungan dengan peningkatan insiden breakthrough bleeding dan atau kontrasepsi
yang gagal dan harus dihindari.

Sumber : Fidelia dan Nainggolan J. D. L. 2018. Epilepsi dalam Kehamilan.


Medicinus. 2018; 7 (2) : 61 - 69

7. Bagaimana tingkat efektivitas alat kontrasepsi?


Sudah di No.4
8. Apa hubungan Riwayat IMS, hepatitis, hipertensi, FAM, Keganasan, DM?
Sama seperti No. 6
9. Apa hubungan penggunaan terapi griseovulvin dengan penggunaan kontrasepsi?
Pada kontrasepsi oral, penggunaan kontrasepsi oral kombinasi maupun yang mengandung
progesterone akan menurun jika berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas
enzim hepatic  sehingga bisa terjadi kegagalan dalam penggunaan kontrasepsi oral.
Mechanism of action : menghambat sel fungi saat metaphase dengan mengganggu
mitosis spindle. Berikatan dengan keratin manusia dan membuatnya resisten terhadap
infeksi fungi dengan mempengaruhi produksi DNA
Dosis:
Per oral 0,5-1 g/ hari dalam dosis tunggal atau terbagi. 2-8 minggu (rambut dan kulit), >6
bulan (kuku tangan), >12 bulan (kuku kaki)
Interaksi obat: mengurangi efek kontrasepsi, hipnotik sedative dan antikoagulan
koumarin, menurunkan penyerapan barbiturate di saluran cerna

Sumber :
- BADAN POM RI. Pusat Informasi Obat Nasional. Kontrasepsi Hormonal
Kombinasi. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran
kemih/73-kontrasepsi/731-kontrasepsi-hormonal-kombinasi. Diakses 17 April 2020.
- MIMS Indonesia

10. Apa hubungan tanda-tanda vital dengan penggunaan kontrasepsi?


Tekanan Darah
Kontrasepsi hormonal mengandung hormon sintetik yang berbeda dengan hormon
alamiah. Kontrasepsi hormonal kombinasi seperti KB suntik 1 bulan mengandung ethinyl
estradiol (EE)  meningkatkan produksi hepatic angiotensinogen  peningkatan
tekanan darah oleh System Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS).

Ethinyl Estradiol pada kontrasepsi hormonal  memengaruhi pembuluh darah 


hipertrofi arteriol dan vasokonstriksi.

Ethinyl Estradiol memengaruhi RAAS  perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit


 meningkatkan retensi elektrolit ginjal  peningkatan reabsorpsi natrium dan air 
hipervolemi  curah jantung meningkat  peningkatan tekanan darah

Namun dengan adanya esterogen fisiologis dalam tubuh  terjadi kompensasi dalam
tubuh  menyebabkan vasodilatasi  tekanan darah menjadi normal

Hal ini menyebabkan akseptor KB hormonal kombinasi cenderung memiliki perubahan


tekanan darah dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal progesterone (DMPA).

Mengapa demikian karena


- Kandungan estrogen eksogenouslah yang mempengaruhi system RAAS sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah.
- Kandungan progesterone murni terbukti tidak dapat memberikan efek yang sama
karena ketika dia memiliki efek anti mineralokortikoid justru akan menghilangkan
efek estrogen yang meningkatkan tekanan darah
- Pertimbangkan riwayat pribadi dan morbiditas karena insiden ini kebanyakan terjadi
pada akseptor yang memang sudah hipertensi sebelumnya dan jarang pada wanita
yang normotensif.

Sumber :
- Widyaningsih A dan Isfaizah. 2019. Hubungan Kontrasepsi Hormonal Terhadap
Tekanan Darah di Puskesmas Leyangan Tahun 2018. Indonesian Journal of
Midwivery (IJM) Volume 2 Nomor 1 hal 5-10
- Ribeiro. CMM. 2018. Effects of different hormonal contraceptives in women’s blood
pressure values. Rev Bras Enferm [Internet]. 2018;71(suppl 3):1453-9.
- Brito, Milena. 2011. Hormonal contraception and cardiovascular system. Arq. Bras.
Cardiol. Vol.96 no.4 Sao Paulo Apr.2011. Epub Feb 25, 2011.

11. Kontrasepsi apa yang tepat untuk pasien tersebut?


Jenis kontrasepsi yang dapat digunakan oleh ibu menyusui beserta risikonya:
A. Pil KB progestin
Pil KB yang mengandung hormon progestin bisa menjadi salah satu pilihan
kontrasepsi bagi ibu yang masih memberikan ASI eksklusif. Jenis KB ini memiliki
efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan.
Meski demikian, diharuskan untuk mengonsumsi pil KB tersebut pada jam yang sama
setiap harinya. Apabila melewati jadwal konsumsi, maka sebaiknya menghindari
berhubungan intim setidaknya selama 2 hari.

B. Suntik KB progestin
Jenis kontrasepsi ini bisa digunakan 6 minggu setelah persalinan dan penggunaannya
harus diulangi setiap 12 minggu. Jika memutuskan untuk berhenti menggunakan
suntik KB progestin, maka harus menunggu selama setahun atau lebih untuk bisa
hamil kembali.
Namun, suntik progestin kerap dikaitkan dengan penurunan kepadatan tulang jika
digunakan dalam jangka waktu lama. Oleh sebab itu, tidak dianjurkan untuk
menggunakan suntik progestin lebih dari 2 tahun.

C. KB susuk atau implan progestin


Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara memasukkan implan atau susuk ke lengan
bagian atas. Di dalam implan ini, terkandung hormon progestin yang akan dilepaskan
sedikit demi sedikit selama 3 tahun. Namun, selama menggunakan implan hormonal,
siklus menstruasi akan menjadi tidak teratur.

D. IUD (intrauterine device) progestin


Jenis kontrasepsi ini dilakukan dengan memasukkan alat berbentuk huruf ‘T’ ke
dalam rahim. Dalam jangka waktu 1-3 bulan setelah pemasangan, perlu melakukan
pemeriksaan ke dokter untuk memastikan IUD masih terpasang di tempatnya.
IUD dengan progestin ini dapat digunakan hingga 5 tahun. Namun, dapat berisiko
mengalami gangguan menstruasi yang ditandai dengan darah haid lebih sedikit atau
bahkan berhenti sama sekali.

E. Kondom
Penggunaan kondom dapat dikatakan sebagai metode kontrasepsi yang paling aman
bagi ibu menyusui. Selain dapat mencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah
penyakit menular seksual.
Saat menggunakan kondom, dipastikan memilih kondom dengan pelumas yang larut
dalam air, sebab pelumas yang berbahan dasar minyak bisa membuat kondom
menjadi lebih mudah rusak.

F. Kontrasepsi diafragma
Alat kontrasepsi berbentuk kubah yang terbuat dari karet atau silikon ini ditempatkan
di leher rahim. Pemasangan biasanya dilakukan 6 minggu setelah persalinan.
Alat kontrasepsi ini cukup efektif dalam mencegah kehamilan dan tingkat
efektivitasnya akan lebih tinggi jika digunakan bersamaan dengan gel spermisida (zat
untuk mematikan sel sperma).

G. Amenore laktasi
Selain menggunakan alat atau obat, dapat menggunakan metode kontrasepsi alami,
seperti amenore laktasi. Tindakan yang perlu dilakukan hanyalah menyusui bayi
secara eksklusif langsung dari payudara tanpa bantuan pompa atau botol ASI.
Meski aman untuk ibu menyusui, metode ini hanya efektif dilakukan bila seorang ibu
belum haid kembali setelah melahirkan. Ibu harus memberikan ASI setidaknya 3
hingga 4 jam sekali pada siang hari dan 6 jam sekali pada malam hari.

Jika hendak menggunakan kontrasepsi hormonal, jangan menggunakan kontrasepsi


yang mengandung hormon estrogen. Hal ini karena hormon tersebut dapat
menghambat produksi ASI.

Sumber : Sridhar, A. & Salcedo, J. (2017). Optimizing Maternal and Neonatal Outcomes
with Postpartum Contraception: Impact on Breastfeeding and Birth Spacing. Maternal
Health, Neonatalogy and Perinatology. 3, pp. 1.
Penjelasan:
 Calon klien atau klien KB datang ke Poli KIA/KB dengan menunjukkan kartu
kepesertaan BPJS Kesehatan (Bagi yang sudah menjadi peserta JKN) dan
mendapat K/I/KB serta hasil data klien dan pelayanan dicatat pada K/IV/KB dan
register kohort KB.
 Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki
 Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB yang
dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan metode
lain yang sesuai atau dirujuk ke FKRTL dengan membuat surat rujukan Setelah
klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi khusus untuk
pelayanan suntik, IUD, implan dan atau vasektomi perlupersetujuan secara tertulis
dengan menandatangani formulir informed consent, apabila klien tidak setuju
perlu diberikan KIP/Konseling ulang. Setelah pelayanan KB, dokter dan bidan
memantau hasil pelayanan KB dan memberikan nasehat pasca pelayanan kepada
klien KB sebelum klien pulang dan kontrol kembali

Sumber : Kemenkes RI. 2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana.


Bakti Husada

Anda mungkin juga menyukai