Anda di halaman 1dari 12

HIGEIA 2 (3) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin

Renita Muzalfah 1, Yunita Dyah Puspita Santik1, Anik Setyo Wahyuningsih1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Preeklampsia merupakan salah satu 3 penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Brebes tahun
Diterima 6 Mei 2018 2016 (34,90%). Puskesmas Sirampog merupakan salah satu penyumbang kejadian preeklampsia
Disetujui 11 Juni 2018 tinggi di Kabupaten Brebes tahun 2016 yaitu 50 kasus, mengalami peningkatan dari tahun
Dipublikasikan 30 Juli sebelumnya. Penelitian ini dilaksanan pada tahun 2017 dengan tujuan untuk mengetahui faktor
2018 yang mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu bersalin. Jenis penelitian ini adalah survei
________________ analitik dengan rancangan case control. Sampel yang ditetapkan sebesar 35 kasus dan 35 kontrol
Keywords: menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil
Preeclampsia, Maternal, penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur (p value= 0,016), usia kehamilan (p
Immunologic value= 0,014), pemeriksaan ANC (p value= 0,031), riwayat hipertensi (p value= 0,026), pendapatan
____________________ keluarga (p value= 0,030), riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (p value= 0,028) dengan
DOI: kejadian preeclampsia pada ibu bersalin. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan
https://doi.org/10.15294 antara umur, usia kehamilan, pemeriksaan ANC, riwayat hipertensi, pendapatan keluarga, dan
/higeia/v2i3/21390 riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.
____________________

Abstract
__________________________________________________________________
Preeclampsia was one of the 3 main causes of maternal mortality in Brebes regency in 2016 (34,90%).
Sirampog public health center was one contributed to the high incidence of preeclampsia in Brebes in 2016 with
50 cases, an increased from previous year. This research was conducted in 2017 with the purpose was to
determine the factors of preeclampsia in maternal mother. This type of research was an analytical survey with
case control design. The samples of this research are 35 cases and 35 controls used purposive sampling
technique. Data were analyzed by chi square test. The results showed that there was a associated between age
(p value=0,016), gestational age (p value=0,014), ANC (p value=0,031), history of hypertension (p
value=0,026), family income (p value=0,030), and history of hormonal contraceptive used (p value=0,028)
with preeclampsia in maternal mothers. The conclusion of this study there was a association between age,
gestational age, ANC, history of hypertension, family income, and history of hormonal contraceptive used with
the incidence of preeclampsia in maternal mothers.

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: renitamuza@gmail.com

417
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

PENDAHULUAN 2014 adalah sebanyak 301 kasus, pada tahun


2015 mengalami penurunan menjadi 151 kasus,
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala sedangkan pada tahun 2016 mengalami
yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan peningkatan menjadi 947 kasus, sedangkan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan pada bulan Januari 2017 tercatat kasus
proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 preeklampsia/eklampsia sebanyak 2 kasus.
minggu sampai akhir minggu pertama setelah Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu
persalinan. Preeklampsia merupakan masalah 3 penyebab utama kejadian kematian ibu di
yang serius dan memiliki tingkat kompleksitas Kabupaten Brebes tahun 2016 yaitu sebanyak
yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya (34,90%), sedangkan penyebab lain dari
karena preeklampsia berdampak pada ibu saat kematian ibu di Kabupaten Brebes yaitu
hamil dan melahirkan, namun juga decompensasi cordis, gagal ginjal, penyakit
menimbulkan masalah pasca persalinan akibat jantung, dan gagal nafas (37,73%), perdarahan
disfungsi endotel di berbagai organ, seperti (22,64%) dan infeksi (4,72%) (Dinkes Kab
risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi Brebes, 2016). Puskesmas dengan jumlah kasus
lainnya. WHO (World Health Organization) preeklampsia tinggi di Kabupaten Brebes salah
memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali satunya adalah Puskesmas Sirampog.
lebih tinggi di negara-negara berkembang dari Preeklampsia pada ibu bersalin tahun 2014
pada di negara maju (Osungbade, 2011). sebanyak 2 kasus, tahun 2015 terdapat 7 kasus,
Prevalensi preeklampsia di negara maju adalah dan tahun 2016 meningkat menjadi 50 kasus
1,3%-6%, sedangkan di negara berkembang sedangkan tahun 2017 terhitung dari bulan
adalah 1,8%-18%. Laporan terbaru dari WHO Januari-April terdapat 7 kasus. Kasus
memperkirakan bahwa preeklampsia preeklampsia pada ibu bersalin tahun 2016 di
menyumbang 70.000 kematian ibu setiap wilayah kerja Puskesmas Sirampog lebih banyak
tahunnya di dunia. Selain angka kematian dan dari pada kasus preeklampsia pada ibu hamil.
kesakitan ibu preeklampsia juga menyumbang Pada ibu bersalin sebanyak 50 kasus dan pada
500.000 kematian bayi setiap tahunnya. ibu hamil sebanyak 4 kasus. Dari beberapa
Prevalensi preeklampsia di Jawa Tengah kejadian komplikasi ibu bersalin di Puskesmas
mengalami peningkatan setiap tahunnya dari Sirampog kejadian preeklampsia pada ibu
tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 prevalensi bersalin lebih banyak dari pada komplikasi ibu
preeklampsia sebanyak 24,44% dari 711 bersalin lainnya, sehingga perlu adanya
kematian per 100.000 kelahiran hidup, pada penelitian tentang preeklampsia. Untuk cakupan
tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi kunjungan ibu hamil di wilayah kerja
26,34% dari 619 kematian per 100.000 kelahiran Puskesmas Sirampog adalah 86,2% mengalami
hidup, sedangkan tahun 2016 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu
peningkatan menjadi 27,08% dari 602 kematian sebanyak 95,36% kunjungan ibu hamil (Dinkes
per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 Kab Brebes, 2016).
dan tahun 2015 preeklampsia merupakan Preeklampsia merupakan kondisi spesifik
penyebab kematian utama di provinsi Jawa pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
Tengah, sedangkan pada tahun 2016 disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap
preeklampsia penyebab kematian nomor dua adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi
setelah perdarahan (Dinas Kesehatan Provinsi endotel dan koagulasi. Penyebab pasti
Jawa Tengah 2017). Berdasarkan data dari preeklampsia masih belum diketahui secara
Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, kejadian pasti, sehingga preeklampsia disebut sebagai
preeklampsia/eklampsia setiap tahunnya selalu “the disease of theories”. Namun ada beberapa
tinggi dan merupakan penyebab utama faktor yang mempengaruhi preeklampsia yaitu
kematian ibu. Data menunjukkan bahwa ibu yang berusia >35 tahun, nulipara, jarak
kejadian preeklampsia/eklampsia pada tahun antar kehamilan, riwayat preeklampsia

418
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

sebelumnya, riwayat keluarga preeklampsia, sebanyak 2 orang (20%), ibu dengan


kehamilan multipel, obesitas sebelum hamil dan primigraviditas sebanyak 1 orang (10%).
Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama kali Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
ANC, riwayat penyakit (diabetes, ginjal, pemerintah untuk menurunkan preeklampsia,
hipertensi) (POGI, 2016). Menurut Manuaba seperti melalui pelayanan kesehatan ibu hamil.
(2007), pada preeklampsia didapatkan gejala Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan
tekanan darah ≥140/90 - 160/110 mgHg, melalui pemberian pelayanan antenatal
proteinuria ≥300 mg/24 - 2,0 gr/24 jam, sekurang-kurangnya 4 kali selama masa
trombosit <100.000/mm3, sakit kepala, dan kehamilan dengan distribusi waktu minimal 1
gangguan penglihatan serta sakit pada kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-
epigastrium. Etiologi dan patofisiologi dari 12 minggu), minimal 1 kali pada trimester
preeklampsia disebabkan oleh gangguan kedua (usia kehamilan 12-24 minggu) dan
imunologik dimana produksi antibodi minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia
penghambat berkurang. Hal ini dapt kehamilan 24 minggu sampai lahir). Standar
menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk
trofoblas sampai batas tertentu hingga menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan
mengganggu fungsi plasenta. atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko,
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk pencegahan dan penanganan dini komplikasi
mencari faktor-faktor risiko terjadinya kebidanan seperti preeklampsia. (Dinas
preeklampsia, namun adanya faktor risiko Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).
tersebut tidak selalu menyebabkan terjadinya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
preeklampsia, dan hasil penelitian-penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
terdahulu yang pernah dilakukan masih kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di
menimbulkan inkonsistensi atau perbedaan hasil wilayah kerja Puskesmas Sirampog Kabupaten
penelitian. Penelitian yang dilakukan Rianti dan Brebes.
Nora (2013) dengan ada hubungan antara umur,
paritas, distensi rahim, riwayat METODE
preeklampsi/eklampsi, dan riwayat hipertensi
dengan kejadian preeklampsia. Berbeda dengan Penelitian ini menggunakan metode
penelitian yang dilakukan Lusiana (2014) penelitian survey analitik dengan desain
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penelitian case control. Variable bebas dalam
faktor umur, faktor paritas, faktor kehamilan penelitian ini umur, graviditas, paritas, usia
kembar dengan kejadian preeklampsia. kehamilan, IMT, pemeriksaan ANC, riwayat
Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja hipertensi, pendapatan keluarga, riwayat
Puskesmas Sirampog dengan jumlah sampel abortus, dan riwayat pemakaian kontrasepsi
sebanyak 10 diketahui bahwa faktor risiko yang hormonal. Sedangkan variable terikat dalam
paling banyak adalah usia kehamilan >37 penelitian ini yaitu preeklampsia pada ibu
minggu sebanyak 9 orang (90%), ibu dengan bersalin. Populasi kasus dalam penelitian ini
pendapatan keluarganya rendah sebanyak 8 yaitu ibu bersalin dengan preeklampsia dan
orang (80%), Ibu dengan pemeriksaan ANC terdaftar dalam rekam medis di Puskesmas
tidak lengkap sebanyak 7 orang (70%), Sirampog tahun 2016 dan bulan Januari-April
sedangkan faktor lainnya adalah ibu yang 2017. Populasi kasus sebesar 57 kasus
memiliki riwayat penyakit hipertensi sebanyak 6 preeklampsia pada ibu bersalin. Populasi
orang (60%), ibu dengan paritas >3 sebanyak 3 kontrol adalah ibu bersalin tidak preeklampsia
orang (30%), ibu dengan riwayat abortus terdaftar dalam rekam medis di Puskesmas
sebanyak 2 orang (20%), usia ibu <20 tahun Sirampog tahun 2016. Populasi kontrol dalam
sebanyak 1 orang (10%) dan >35 tahun penelitian ini yaitu sejumlah 342 ibu bersalin.

419
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
ibu bersalin dengan preeklampsia yang wawancara kepada responden menggunakan
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi kuesioner. Data yang diambil meliputi data
di wilayah kerja puskesmas Sirampog tahun karakteristik responden seperti nama, usia,
2016 dan bulan Januari-April 2017 yang tercatat pekerjaan, pendidikan, berat badan, tinggi
dalam data rekam medis. Kriteria inklusi untuk badan, pendapatan keluarga dan data mengenai
sampel kasus adalah ibu bersalin dengan graviditas, paritas, usia gestasi, IMT, riwayat
preeklampsia yang tercatat dalam rekam medis; hipertensi, pemeriksaan ANC, pendapatan
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas keluarga, riwayat abortus dan riwayat
Sirampog; mempunyai buku KIA (Kesehatan pemakaian kontrasepsi hormonal. Sedangkan
Ibu dan Anak); bersedia menjadi responden. sumber data sekunder dalam penelitian ini
Adapun kriteria eksklusi untuk sampel kasus diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
yaitu ibu bersalin dengan preeklampsia dengan Brebes yaitu jumlah kejadian preeklampsia
alamat tidak jelas atau telah 3 kali didatangi Kabupaten Brebes dan dari Puskesmas
untuk diwawancarai tetapi tidak berhasil Sirampog yaitu data ibu bersalin dengan
ditemui dan responden tidak lagi bertempat preeklampsia dan data ibu persalinan normal
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sirampog. yang diperoleh dari rekam medis. Instrumen
Sampel kontrol dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian adalah rekam
adalah semua ibu bersalin dengan tidak medis dari puskesmas dan kuesioner. Teknik
preeklampsia yang memenuhi kriteri inklusi dan pengambilan data yaitu dengan wawancara
kriteri eksklusi di wilayah kerja puskesmas langsung dengan responden terpilih guna
Sirampog tahun 2016 dan bulan Januari-April mendapatkan informasi tentang data-data yang
2017 yang tercatat dalam rekam medis. Kriteria dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu juga
inklusi untuk sampel kontrol yaitu ibu bersalin dilakukan pencatatan hasil wawancara dan
normal yang tercatat dalam rekam medis di dokumnetasi dalam bentuk foto.
Puskesmas Sirampog; responden bertempat Analisis data menggunakan analisis
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sirampog; univariat dan bivariat. Analisis univariat
mempunyai buku KIA (Kesehatan Ibu dan digunakan untuk melakukan analisis distribusi
Anak. Sedangkan kriteria eksklusi untuk sampel dan persentase dari masing-masing variabel.
kontrol adalah responden yang tempat Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini
tinggalnya sulit dijangkau dan responden tidak yaitu umur, graviditas, paritas, usia kehamilan,
bersedia berpartisipasi. IMT, pemeriksaan ANC, riwayat hipertensi,
Besar sampel dalam penelitian ini pendapatan keluarga, riwayat abortus, dan
sebanyak 70 orang yang terdiri dari 35 sampel riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal.
kasus dan 35 sampel kontrol. Pengambilan Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk
sampel menggunakan metode nonprobability mengetahuit hubungan variabel bebas dan
sampling dengan teknik purposive sampling. variabel terikat (kejadian preeklampsia) dengan
Sampel kasus dalam penelitian ini diambil menggunakan uji statistik yang disesuaikan
dengan cara mengambil data ibu bersalin dengan skala data yang ada. Uji statistik pada
dengan preeklampsia dari rekam medis. Begitu penelitian ini menggunakan uji chi square dengan
pula dengan cara pengambilan sampel kontrol tingkat signifikan p>0,05 (taraf kepercayaan
diambil data ibu bersalin dengan tidak 95%). Syarat uji Chi-Square adalah sel yang
preeklampsia yang diperoleh berdasarkan data mempunyai nilai expected kurang dari 5,
rekam medis di Puskesmas Sirampog. Baik maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat
sampel kasus maupun kontrol harus memenuhi uji chi square tidak terpenuhi, maka uji
kriteria inklusi dan eksklusi. Sumber data primer alternatifnya menggunakan uji fisher’s exact test.

420
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Bebas dengan Kejadian Preeklampsia
Frekuensi
Jumlah
No Variabel Kasus Kontrol p value OR (95%CI)
N % N % N %
1. Umur
Berisiko
21 60,0 10 28,6 31 44,3 3,750 (1,383-
(<20 atau >35 tahun) 0,016
10,169)
Tidak Berisiko
14 40,0 25 71,4 39 55,7
(20-35 tahun)
2. Graviditas
Berisiko (Primigravida) 12 34,3 11 31,4 23 32,9 1,138 (0,420-
1,000
Tidak Berisiko 3,089)
23 65,7 24 68,6 47 67,1
(Multigravida)
3. Paritas
0,741 (0,252-
Berisiko (<2 atau ≥4 kali) 25 71,4 27 77,1 52 74,3 0,784
2,175)
Tidak Berisiko (2-3 kali) 10 28,6 8 22,9 18 25,7
4. Usia Kehamilan
Berisiko (>37 minggu) 27 77,1 16 45,7 43 61,4 4,008 (1,428-
0,014
Tidak Berisiko 11,247)
8 22,9 19 54,3 27 38,6
(≤37 minggu)
5. IMT
Berisiko (IMT ≥25) 6 17,1 1 2,9 7 10,0 7,034 (0,800-
0,106
Tidak Berisiko 61,869)
29 82,9 34 97,1 63 90,0
(IMT <25)
6. Pemeriksaan ANC
3,273 (1,224-
Tidak Lengkap 21 60,0 11 31,4 32 45,7 0,031
8,748)
Lengkap 14 40,0 24 68,6 38 54,3
7. Riwayat Hipertensi
3,574 (1,275-
Ada Riwayat 18 51,4 8 22,9 26 37,1 0,026
10,014)
Tidak Ada Riwayat 17 48,6 27 77,1 44 62,9
8. Pendapatan Keluarga
3,333 (1,235-
Rendah 25 71,4 15 42,9 40 57,1 0,030
8,997)
Tinggi 10 28,6 20 57,1 30 42,9
9. Riwayat Abortus
0,856 (0,287-
Ada Riwayat 8 22,9 9 25,7 17 24,3 1,000
2,556)
Tidak Ada Riwayat 27 77,1 26 74,3 53 75,7
10. Riwayat Pemakaian Alat
Kontrasepsi Hormonal 3,431 (1,251-
0,028
Ada Riwayat 26 74,3 16 45,7 42 60,0 9,404)
Tidak Ada Riwayat 9 25,7 19 54,3 28 40,0

421
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

Tabel 1 menunjukkan analisis 1,0-5,9), preeklampsia pada usia ibu <20 tahun
bivariat yakni analisis hubungan antara variabel lebih banyak 56,10% dari pada usia ibu 20-30
bebas dan variabel terikat. Hasil analisis bivariat tahun yaitu 40,00%.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang Hasil penelitian di lapangan
signifikan antara umur dengan kejadian menunjukkan persamaan, dimana ibu yang
preeklampsia (p value= 0,016, OR= 3,750 memiliki umur berisiko (<20 tahun atau >35
dengan 95% CI= 1,383-10,169). Hasil penelitian tahun) pada kelompok kasus sebanyak 21 orang
ini sesuai dengan teori Cunningham dalam (60,0%) lebih banyak dari pada kelompok
Oktaria (2010) bahwa umur ibu pada masa kontrol yaitu 10 orang (28,6%). Pada kelompok
kehamilan merupakan salah satu faktor yang kasus ibu yang berusia <20 tahun sebanyak 5
menentukan tingkat risiko kehamilan dan orang (14,3%), hal ini menunjukkan masih
persalinan. Wanita dengan usia <20 tahun dan adanya pernikahan di usia muda yaitu usia <20
>35 tahun memiliki risiko tinggi terhadap tahun, sedangkan ibu yang berusia >35 tahun
kejadian preeklampsia. Pada usia <20 tahun sebanyak 16 orang (45,7%).
ukuran uterus belum mencapai ukuran yang Berdasarkan hasil penelitian
normal untuk kehamilan, sehingga menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan
kemungkinan terjadinya gangguan dalam yang signifikan antara graviditas dengan
kehamilan seperti preeklampsia menjadi lebih kejadian preeklampsia (p value= 1,000, OR =
besar. Pada usia >35 tahun terjadi proses 1,138 dengan 95% CI = 0,420-3,089. Hal ini
degeneratif yang mengakibatkan perubahan tidak sesuai dengan teori imunologik yang
sruktural dan fungsional yang terjadi pada menyatakan bahwa primigravida mempunyai
pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab risiko lebih besar terjadinya preeklampsia jika
terhadap perubahan tekanan darah, sehingga dibandingkan dengan multigravida. Pada
lebih rentan mengalami preeklampsia. kehamilan pertama sering terjadi blokcing
Preeklampsia sering mengenai wanita muda dan antibodies terhadap antigen plasenta sehingga
nulipara, sedangkan wanita yang lebih tua lebih menjadi penyebab hipertensi sampai dengan
berisiko mengalami hipertensi kronis yang terjadinya keracunan kehamilan (Manuaba,
bertumpang tindih dengan preeklampsia. 2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian ini sesuai dengan penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Imron (2013) Tika (2015) menyatakan bahwa dari hasil
yang menyatakan bahwa ada hubungan analisis data bivariat menunjukkan tidak ada
signifikan antara umur ibu dengan kejadian hubungan signifikan antara faktor risiko
preeklampsia. Dalam penelitian tersebut, graviditas dengan kejadian preeclampsia. Pada
persentase ibu yang memiliki umur berisiko penelitian tersebut mungkin disebabkan masih
(<20 atau >35 tahun) pada kelompok kasus adanya berbagai faktor yang turut menyebabkan
(46,7%) lebih banyak dari pada kelompok terjadinya preeklampsia/eklampsia pada ibu
kontrol (21,9%). Penelitian juga diperkuat oleh bersalin dengan gravida yang tidak dikendalikan
Oktaria (2014) menyatakan bahwa terdapat dalam penelitian tersebut misalnya faktor jarak
hubungan yang bermakna antara usia ibu kehamilan, faktor umur, faktor obesitas, faktor
dengan kejadian preeklampsia (p value= 0,001). riwayat preeklampsia pada kehamilan
Dalam penelitian Oktaria proporsi ibu yang sebelumnya atau pada keluarga, faktor stress
berusia dalam kategori usia risiko tinggi dan dan perilaku tidak sehat.
menderita preeklampsia 4,43 kali lebih banyak Hasil penelitian di lapangan
dari pada yang tidak mengalami preeklampsia. menunjukkan graviditas tidak mempengaruhi
Penelitian Fouedjio (2015), Kumari (2016) juga kejadian preeklampsia, hal ini karena ibu
menemukan bahwa ibu yang berumur <20 dengan primigravida pada kelompok kasus
tahun berhubungan dengan kejadian sebagian besar sebanyak 8 orang (22,9%) berusia
preeklampsia/eklampsia (AOR= 2,5, 95% CI= baik untuk hamil yaitu berumur 20-35 tahun,

422
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

sehingga lebih siap untuk menerima karena didukung oleh faktor ekonomi, dimana
kehamilannya. Umur 20-35 tahun merupakan ibu yang memiliki status ekonomi tinggi pada
umur yang paling aman bagi wanita untuk nullipara/primipara/grandemultipara bisa
hamil dan melahirkan. Selain itu, hasil di dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan
lapangan juga menunjukkan bahwa dari 12 ibu selama kehamilan jika dibandingkan ibu
(34,3%) dengan primigravida pada kelompok bersalin dengan paritas tidak berisiko namun
kasus ibu yang sudah memeriksakan memiliki status ekonomi rendah.
kehamilannya secara rutin (ANC lengkap) Hasil penelitian di lapangan
sebanyak 8 orang (22,9%), hal ini menunjukkan menunjukkan paritas tidak mempengaruhi
bahwa ibu primigravida dengan ANC lengkap kejadian preeklampsia karena sebagian besar ibu
lebih terjaga kehamilannya sehingga dapat pada kelompok kasus (74,3%) sudah
mendeteksi preeklampsia secara dini. menggunakan alat kontrasepsi untuk
Berdasarkan hasil penelitian merencanakan jumlah anak dalam keluarganya
menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan sehingga kelahiran dapat dibatasi. Pada ibu
yang signifikan antara paritas dengan kejadian kelompok kasus dengan paritas berisiko (<2
preeklampsia (p value= 0,784, OR= 0,741 atau ≥4 kali) yang sudah menggunakan alat
dengan 95% CI = 0,252-2,175). Hal ini tidak kontrasepsi sebanyak (37,1%).
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian
pada primipara sering mengalami stress dalam menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang
maenghadapi persalinan, stress emosi yang bermakna antara umur kehamilan dengan
terjadi pada nulli/primi/grandemultipara kejadian preeklampsia (p value= 0,014, OR=
menyebabkan peningkatan pelepasan 4,008 dan 95% CI= 1,428-11,247. Hal ini sesuai
corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh dengan teori iskemia implantasi plasenta yaitu
hipotalamus, yang kemudian menyebabkan bahwa kejadian preeklampsia semakin
peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah meningkat pada usia kehamilan tua, karena
mempersipkan tubuh untuk merespon terhadap pada usia kehamilan tua kadar fibrinogen
semua stressor dengan meningkatkan respons meningkat dan lebih meningkat lagi pada ibu
simpatis, termasuk respons yang ditujukan yang terkena preklampsia (Manuaba, 2007).
untuk meningkatkan curah jantung dan Hasil penelitian ini sesuai dengan
mempertahankan tekanan darah. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2012)
primipara sangat besar kemungkinan peluang menyatakan bahwa usia kehamilan terhadap
terjadinya blocking antibodies tubuh ibu dengan preeklampsia mempunyai hubungan yang
antigen plasenta sehingga memicu terjadinya signifikan dengan OR= 3,182 yang berarti
hipertensi sampai dengan bahwa ibu hamil dengan usia kehamilan >37
preeklampsia/eklampsia. Pada multipara, minggu mempunyai risiko 3,182 lebih besar
lingkungan endometrium disekitar tempat untuk mengalami preeklampsia dari pada saat
implantasi kurang sempurna dan tidak siap usia kehamilan 20-37 minggu. Penelitian ini
menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian juga diperkuat oleh Afridasari (2012)
nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi menyatakan bahwa umur kehamilan merupakan
kurang sempurna dan mengakibatkan faktor risiko kejadian preeklampsia. Dalam
pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu penelitian Afridasari, persentase umur
sehingga dapat menambah resiko terjadinya kehamilan >37 minggu pada kelompok kasus
preeklampsia (Wiknjosastro, 2008). (32,3%) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil (19,0%).
penelitian Tika (2015) menyatakan bahwa tidak Hasil penelitian dilapangan menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara faktor bahwa, terdapat hubungan yang bermakna
paritas dengan kejadian. Pada penelitian antara umur kehamilan dengan kejadian
tersebut menyatakan bahwa hal ini bisa terjadi preeklampsia. Hal ini terlihat dimana proporsi

423
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

umur kehamilan >37 minggu pada kelompok membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengancam
kasus (77,1%) lebih banyak dari pada kelompok keselamatan janin.
kontrol (45,7%). Hal lain disebabkan karena Hasil penelitian sesuai dengan hasil
pemeriksaan ANC ibu selama hamil yang tidak penelitian Rozikhan (2007) yang menyatakan
rutin dan lengkap, sehingga ibu tidak dapat bahwa status gizi yang diukur dengan IMT
mengenali secara dini komplikasi seperti tidak ada hubungan yang bermakna antara ibu
preeklampsia yang mungkin terjadi selama yang obesitas dengan kejadian preeklampsia.
kehamilan hingga menjelang persalinan. Pada penelitian tersebut responden dengan
Terlihat pada data bahwa ibu yang tidak obesitas yang mengalami preeklampsia sebesar
memeriksakan kehamilan secara rutin dan (9,0%), sedangkan yang tidak preeklampsia
lengkap pada kelompok kasus sebanyak 21 sebesar (6,0%). Dalam penelitian tersebut
orang (60,0 %) lebih banyak dari pada kelompok responden mempunyai status ekonomi tinggi
kontrol yaitu 14 orang (40,0%). Rendahnya yang berhubungan dengan status gizi ibu,
cakupan kunjungan ibu hamil kemungkinan sehingga dapat memenuhi asupan gizi sebelum
disebabkan karena pengetahuan ibu yang atau saat kehamilan.
rendah, hal ini ditunjukkan sebagian besar ibu Hasil penelitian di lapangan
berpendidikan tamat SMP. Sesuai dengan menunjukkan IMT sebelum hamil tidak
penelitian Nurmawati (2016) menyatakan berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan Terdapat perbedaan proporsi ibu pada
ibu dengan cakupan kunjungan ANC. kelompok kasus berada pada IMT tidak berisko
Berdasarkan hasil penelitian (IMT <25) yaitu sebanyak 29 orang (82,9%),
menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan sedangkan ibu dengan IMT berisiko (IMT ≥25)
yang signifikan antara IMT sebelum hamil lebih sedikit yaitu 6 orang (17,1%). Hal ini
dengan kejadian preeklampsia (p value= 0,106 menunjukkan bahwa IMT ibu sebelum hamil
dengan 95% CI = 0,800-61,869). Hal ini tidak tergolong normal, akan tetapi kejadian
sesuai dengan teori radikal bebas yang preeklampsia masih terjadi, kemungkinan
menjelaskan bahwa semakin bertambah berat dikarenakan adanya peningkatan berat badan
badan semakin peroksida lemak meningkat, selama kehamilannya tidak sesuai yang
sedangkan antioksidan dalam kehamilan direkomendasikan.
menurun, sehingga terjadi dominasi kadar Berdasarkan hasil penelitian
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang
Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat bermakna antara pemeriksaan ANC dengan
toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam kejadian preeklampsia (p value= 0,031, OR=
aliran darah dan akan maerusak membran sel 3,273 dengan 95% CI= 1,224-8,748).
endothel. Membran sel endothel lebih mudah Pemeriksaan ANC <4 kali akan meningkatkan
mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, risiko preeklampsia. Hal tersebut dikarenakan
karena letaknya langsung berhubungan dengan tidak terdeteksinya faktor risiko preeklampsia
aliran darah yang mengandung banyak asam dan apabila tidak dapat diberi penanganan
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh secara tepat oleh tenaga kesehatan dapat
sangat rentan terhadap oksidan radikal menyebabkan eklampsia atau kematian ibu
hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida (Djannah, 2010).
lemak (Manuaba, 2007). Status gizi yang baik Sedangkan ibu hamil yang melakukan
sebelum hamil sangat berpengaruh dalam hal kunjungan ANC lengkap dapat meningkatkan
persiapan kondisi kesehatan fisiologis tubuh ibu kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan
untuk menyediakan rahim yang menunjang kehamilan dengan cara mengatur aktivitas fisik
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dan memperhatikan kebutuhan energi san zat
akan dikandungnya. Kurang gizi selama gizi selama masa kehamilan, sehingga
kehamilan bukan hanya melemahkan fisik dan kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan

424
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

pada ibu dan janin sangat kecil (Kemenkes, dengan riwayat hipertensi akan mempunyai
2010). risiko yang lebih besar untuk mengalami
Hasil penelitian ini sesuai dengan Superimposed preeklampsia. Hal ini
penelitian Saraswati (2014) yang menyatakan dikarenakan hipertensi yang diderita sejak
bahwa ada hubungan yang signifikan antara sebelum hamil sudah mengakibatkan
pemeriksaan ANC dengan kejadian gangguan/kerusakan pada organ penting tubuh
preeklampsia. Pada penelitian tersebut dan ditambah lagi dengan adanya kehamilan
pemeriksaan ANC berisiko (<4 kali) pada maka kerja tubuh akan bertambah berat
kelompok kasus sebanyak (87,50%) lebih sehingga dapat mengakibatkan
banyak dibandingkan dengan pada kelompok gangguan/kerusakan yang lebih berat lagi
kontrol yaitu (29,03%). Penelitian ini juga dengan timbulnya edema dan proteinuria
diperkuat oleh penelitian Isnanda (2012), (Wiknjosastro, 2008).
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Hasil penelitian ini sesuai dengan
pelayanan ANC dengan kejadian preeklampsia penelitian yang dilakukan oleh Rosmiyati
(p value 0,004) dengan OR= 9,6 yaitu bagi ibu (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan
hamil yang tidak rutin memeriksakan yang bermakna antara riwayat hipertensi
kehamilannya mempunyai risiko 9,6 kali untuk dengan kejadian preeklampsia. Pada penelitian
mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu tersebut menyebutkan adanya hubungan antara
hamil yang rutin ANC. riwayat hipertensi dengan preeklampsia
Hasil penelitian di lapangan disebabkan karena responden yang memiliki
menunjukkan terdapat hubungan yang riwayat hipertensi terjadi pada ibu yang
signifikan antara pemeriksaan ANC dengan memiliki tingkat pendidikan rendah, hal ini
kejadian preeklampsia. Hal ini disebabkan berhubungan dengan kesehatan ibu dan
karena proporsi pemeriksaan ANC tidak kecenderungan untuk menganggap ringan suatu
lengkap (<4 kali) pada kelompok kasus penyakit. Dibandingkan dengan ibu dengan
sebanyak (60,0%) lebih banyak dari pada pendidikan yang tinggi cenderung lebih peduli
kelompok kontrol yaitu (31,4%). Ibu pada dengan perubahan pada dirinya. Peneltian
kelompok kasus dengan pemeriksaan ANC Mariza (2015) juga menyebutkan bahwa ada
tidak lengkap yang tidak memeriksakan hubungan yang signifikan antara riwayat
kehamilannya pada trimester II sebanyak hipertensi dengan kejadian preeklampsia. Pada
(22,9%), trimester I sebanyak (20,0%), dan penelitian Mariza, ibu yang memiliki riwayat
trimester III sebanyak (17,1%). Selain itu, hipertensi pada responden kasus (33,7%) lebih
penyebab lain adanya hubungan yang signifikan tinggi dari pada responden kontrol (8,7%).
antara pemeriksaan ANC dengan kejadian Penelitian Kartika (2016) juga menyatakan
preeklampsia adalah tingkat pendapatan serupa bahwa riwayat hipertensi mempunyai
keluarga ibu yang sebagian besar rendah hubungan dengan kejadian preeklampsia, pada
(71,4%). Pendapatan keluarga yang rendah penelitian tersebut riwayat hipertensi
tersebut berhubungan dengan kemampuan berhubungan dikarenakan sebagian ibu
keluarga ibu dalam menjangkau fasilitas mengalami obesitas yaitu sebanyak 40,3%.
kesehatan yang baik dan memadai serta Hasil penelitian di lapangan juga
kemampuan dalam pemenuhan gizi selama menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
kehamilan. hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
Berdasarkan hasil penelitian Proporsi ibu yang memiliki riwayat hipertensi
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang pada responden kasus (51,4%) lebih tinggi dari
bermakna antara riwayat hipertensi dengan pada responden kontrol (22,9%). Hasil
kejadian preeklampsia (p value= 0,026, OR= penelitian di lapangan juga menunjukkan
3,574 dengan 95% CI= 1,275-10,014). Hal ini bahwa kunjungan kehamilan pada trimester I
sesuai teori yang menyatakan bahwa ibu hamil masih rendah yaitu 20,0% sehingga ibu yang

425
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

menderita hipertensi kronik pada sebelum atau preeklampsia. Pada penelitian tersebut
pada kehamilan <20 minggu terlambat untuk responden kasus berpendapatan <4000 Rs lebih
diketahui. Selain itu riwayat hipertensi banyak yaitu 80% dibanding dengan responden
dikaitkan dengan adanya riwayat hipertensi kontrol (37%).
pada anggota keluarga yang memungkinkan Hasil penelitian di lapangan
adanya hubungan pada penelitian di lapangan. menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkat
Riwayat hipertensi sebelum atau saat kehamilan pendapatan keluarga dengan kejadian
juga dikaitkan dengan pengetahuan yang dapat preeklampsia. Hal ini terlihat dari kelompok
dilihat dari tingkat pendidikan responden pendapatan keluarga rendah pada kelompok
rendah, pendapatan keluarga rendah juga kasus lebih banyak yaitu sebesar 71,4%,
mempengaruhi adanya riwayat hipertensi. sedangkan pada kelompok kontrol sebesar
Berdasarkan hasil penelitian 42,9%. Selain itu penyebab lain adanya
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang hubungan tingkat pendapatan keluarga rendah
bermakna antara pendapatan keluarga dengan dengan preeklampsia yaitu dilihat dari
kejadian preeklampsia (p value= 0,03, OR= karakteristik ibu yang sebagian besar bekerja
3,333 dengan 95% CI= 1,235-8,997). Taraf sebagai ibu rumah tangga (68,6%) dan kepala
ekonomi keluarga berhubungan dengan keluarga yang sebagian besar hanya bekerja
kemampuan keluarga ibu dalam menjangkau sebagai petani (62,9%). Pendapatan keluarga
fasilitas kesehatan yang baik dan memadai serta yang rendah tersebut berhubungan dengan
kemampuan dalam pemenuhan gizi selama kurangnya kemampuan keluarga ibu dalam
kehamilan. Ibu hamil dari latar belakang menjangkau fasilitas kesehatan yang memadai
ekonomi yang tinggi akan lebih mudah dalam memeriksakan kehamilannya. Selain itu
menjangkau pelayanan kesehatan yang lebih juga pendapatan keluarga rendah meningkatkan
baik. Pendapatan keluarga merupakan jumlah hambatan untuk mendapatkan prioritas
hasil perolehan keluarga untuk memenuhi kesehatan dalam urutan lebih tinggi dari pada
kehidupan sehari-hari tiap bulannya. Tingkat prioritas kebutuhan pokok, sehingga
pendapatan keluarga ditetapkan berdasarkan memperlambat atau menyebabkan
Upah Minumun Regional (UMR) Kabupaten terabaikannya kunjungan ANC.
Brebes tahun 2016 Rp 1.310.000,00. Tingkat Berdasarkan hasil penelitian
pendapatan keluarga dikategorikan menjadi dua menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan
yaitu rendah apabila < UMR Kabupaten yang signifikan antara riwayat abortus dengan
Brebes, dan tinggi apabila ≥ UMR Kabupaten kejadian preeklampsia ( p value= 1,000, OR=
Brebes. 0,856 dengan 95% CI = 0,287-2,556). Hasil
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanien
penelitian yang dilakukan oleh Tika (2015) (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada
menyatakan bahwa ada hubungan status hubungan yang bermakna antara ibu yang
ekonomi dengan kejadian preeklampsia, ibu memiliki riwayat abortus dengan kejadian
bersalin dengan status ekonomi tinggi memiliki preeklampsia. Hasil penelitian diperkuat oleh
peluang lebih besar tidak terkena preeklampsia penelitian yang dilakukan oleh Bangkele (2014)
2,338 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
bersalin dengan status ekonomi keluarga antara riwayat abortus dengan kejadian
rendah. Hasil penelitian Rozikhan (2007) preeklamsia.
menyebutkan bahwa responden berpenghasilan Hasil penelitian di lapangan
<Rp 500.000,00 lebih berisiko 1,35 kali lebih menunjukkan bahwa riwayat abortus tidak
besar dari pada responden yang berpenghasilan berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
≥Rp 500.000,00. Penelitian Ramesh (2013) Hal ini disebabkab karena proporsi ibu yang
menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga pernah mengalami abortus terlalu kecil yaitu
bulanan berhubungan dengan kejadian dengan 22,9%, sedangkan ibu yang tidak pernah

426
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

mengalami abortus sebanyak 77,1% karena sudah banyak ibu yang menggunakan
memungkinan menjadi penyebab tidak KB untuk merencanakan kehamilannya.
signifikannya hubungan riwayat abortus dengan
kejadian preeklampsia. Hal ini karena memang PENUTUP
kejadian abortus yang sudah sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian dapat
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
bermakna antara riwayat pemakaian kontrasepsi umur, usia kehamilan, pemeriksaan ANC,
hormonal dengan kejadian preeklampsia (p riwayat hipertensi, pendapatan keluarga, dan
value= 0,028, OR= 3,431 dengan 95% CI= riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal
1,251-9,404). Pemakaian kontrasepsi pada dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.
sebelum kehamilan berpengaruh signifikan Sedangkan tidak terdapat hubungan antara
terhadap kejadian preeklampsia pada individu graviditas, paritas, IMT dan riwayat abortus
tersebut. Kontrasepsi hormonal berupa pil KB dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin
sebagian besar mengandung hormon estrogen di wilayah kerja Puskesmas Sirampog
dan pregesteron. Hormon dalam kontrsepsi ini Kabupaten Brebes.
telah diatur sedemikian rupa sehingga Saran bagi peneliti selanjutnya
mendekati kadar hormone dalam tubuh diharapkan agar mengembangkan penelitian ini
akseptor. Namun jika digunakan dalam jangka dengan menambahkan variabel yang belum
waktu yang lama akan menimbulkan efek diteliti dalam penelitian ini seperti stress selama
samping lain. Kedua hormon tersebut memiliki kehamilan atau saat persalinan.
kemampuan untuk mempermudah retensi ion
natrium dan sekresi air disertai kenaikan DAFTAR PUSTAKA
aktivitas rennin plasma dan pembentukan
angiontensin sehingga dapat memicu terjadinya Afridasari, S.N., Saimin, J. dan Sulastrianah. 2012.
peningkatan tekanan darah (Fajriansi, 2013). Analisis Faktor Risiko Kejadian
Hasil penelitian ini sesuai dengan Preeklampsia. Jurnal Medula UHO, 1(1): 31-35
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2014) Bangkele, E.Y., Lintin, G dan Anjar, S.A. 2014.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
menyatakan bahwa ada hubungan antara
dengan Preeklampsia pada Ibu Hamil di
kontrasepsi dengan terjadinya preeklampsia.
Rumah Sakit Undata Palu Tahun 2014. Jurnal
Pada penelitian Setiawan persentase aseptor KB Ilmiah Kedokteran, 3 (1): 52-62
pada kelompok kasus lebih banyak Denantika, O., Serudji, J dan Revilla, G. 2010.
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu
Persentase aseptor KB kelompok kasus dan terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUP.
kontrol berurut-urut sebanyak 35,3% dan 8,8. DR. M. Jamil Padang Tahun 2012-2013.
Selain itu penelitian Kartasurya (2015) juga Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1): 212-217
mengatakan hal yang sama yaitu penggunaan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2017. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016. Jakarta:
kontrasepsi hormonal sebelum kehamilan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
mempunyai hubungan dengan kejadian
Djannah, S.N., Arianti, IS. 2009. Gambaran
preeklampsia (OR= 2,5, 95% CI= 1.2-5.3). Epidemiologi Kejadian
Hasil penelitian di lapangan juga Preeklampsia/Eklampsia di Rsu Pku
menunjukkan persamaan bahwa persentase ibu Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–
yang mempunyai riwayat kontrasepsi hormonal 2009. Jurnal Penelitian Sistem Kesehatan, 13(4):
pada kelompok kasus lebih banyak (74,3%) dari 378–385
pada kelompok kontrol (45,7%). Dalam Fajriansi, A. 2013. Hubungan antara Penggunaan
penelitian dilapangan riwayat pemakaian Kontrasepsi Oral dengan Peningkatan
Tekanan Darah pada Akseptor KB Aktif di
kontrasepsi hormonal dengan kejadian
Puskesmas Maningpajo Kecamatan Wajo.
preeklampsia mempunyai hubungan signifikan
Jurnal Stikes Nani Hasanuddin, 3(4): 30-33.

427
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

Fouedjio, J.H. 2015. Predictors of eclampsia among Berat pada Ibu Bersalin di Rsud Dr. H. Abdul
preeclamptic patients: a case control study in Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.
Yaounde, Cameroon. International Journal of Jurnal Kebidanan, 2(4): 183-187
Reproduction, Contraception, Obstetrics and Nurmawati., Indrawati, F. 2016. Cakupan
Gynecology, 5(7): 2204-2209 Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil.
Imron, R dan Novadela, N.I.T. 2013. Faktor - Faktor HIGEIA (Journal of Public Helath Research and
yang Berhubungan dengan Kejadian Pre Development), 2(1): 113-124
Eklampsia dan Eklamsia Pada Ibu Bersalin. Osungbade., Ige. 2011. Public Health Perspectives of
Jurnal Keperawatan, 10(1): 154-160 Preeclampsia in Developing Countries:
Indriani, N. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Implication for Health System Strengthening.
Berhubungan dengan Preeklampsia/Eklmapsia The Hindawi Journal of Pregnancy: 1-6
pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Ramesh dan Gandi, S. (2013). Socio-Demographic
Kota Tegal Tahun 2011. Skripsi. Depok: and Other Risk Factors of Pre Eclampsia at a
Universitas Indonesia. Tertiary Care Hospital, Karnataka: Case
Isnanda, E.P., Noor, M.S dan Musafaah. 2012. Control Study. Journal of Clinical and Diagnostic
Hubungan Pelayanan Antenatal Care (Anc) Research, 8(9): 1-4
dengan Kejadian Preeklampsia Ibu Hamil di Rosmiyati. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Rsud Ulin Banjarmasin. Jurnal Publikasi dengan Kejadian Preeklampsia di Rumah
Kesehatan Masyarakat Indonesia (JPKMI), 1(1): Sakit Umum Daerah Menggala Kaupaten
67-72 Tulang Bawah Tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Kartasurya, MI. 2015. Pre-eclampsia Risk factors of Holistik, 8(3): 105-109
Pregnant women in Semarang, Indonesia. Rozikhan. 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya
International Journal of Sciences: Basic and Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H.
Applied Research (IJSBAR), 22(1): 31-37 Soewondo Kendal. Skripsi. Semarang.
Kartika, A.R., Akbar, M.I.A dan Umiastuti, P. 2016. Universitas Diponegoro
Risk Factor of Severe Preeclampsia in Dr. Saraswati, N. 2014. Faktor Risiko Yang Berhubungan
Soetomo Hospital Surabaya in 2015. Jurnal Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu
Obstetri & Ginekologi, 25(1): 6-9 Hamil (Studi Kasus Di Rsud Kabupaten
Kumari, N. 2016. Relationship between Maternal Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public
Age and Preeclampsia. IOSR Journal of Dental Health (UJPH), 5(2): 90-99
and Medical Sciences (IOSR-JDMS), 15(12): 55- Setiawan, R.P. 2014. Hubungan Paritas dan
57 Kontrasepsi dengan Preeklampsia Ringan di
Lusiana, N. 2014. Faktor-Faktor yang Beruhubungan Puskesmas Jagir. Jurnal Berkala Epidemiologi,
dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu 4(1): 100–112
Bersalin di Ruangan Camar II RSUD Arifin Tika, P., Didik dan Suryani, N. 2015. Analisis
Achmad Provinsi Riau Tahun 2014. Jurnal Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan
Kesehatan Komunitas, 3(1): 29-33 dengan Kejadian Preeklampsia-Eklampsia
Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.F dan Manuaba, pada Ibu Bersalin di RSUD Kabupaten
I.B.G.C. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Sukoharjo Periode Tahun 2015. Indonesian
Jakarta: EGC. Journal on Medical Science, 4(1): 133-146
Mariza, A., Siregar, R. 2015. Hubungan Riwayat Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT
Hipertensi dengan Kejadian Preeklampsia Bina Pustaka

428

Anda mungkin juga menyukai