Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II PADA By.

H USIA 5
HARI DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBINEMIA
DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
ditujukan untuk memenuhi tugas PBL Keperawatan Anak II
dosen pengampu Yusi Sofiyah M.Kep. Ns. Sp.Kep.An

Disusun oleh:
Ragil Farisa Dillianoor
302017058

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG
2019
A. Pengertian
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai
oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin indirek
yang berlebih. Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma
bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan
umur bayi atau lebih dari persentil 90. Pada orang dewasa, ikterus akan tampak
apabila serum bilirubin >2 mg/dl (>17µmol/L) sedangkan pada neonatus baru
tampak apabila serum bilirubin >5mg/dl (86µmol/L)). Ikterus lebih mengacu
pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit, sedangkan
hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.

B. Klasifikasi
Terdapat dua jenis ikterus, yaitu ikterus fisiologis dan ikterus patologis :
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologi adalah tidak mempunyai dasar patologi atau tidak
mempunyai potensi menjadi kernikterus. Biasanya timbul pada hari ke dua
dan ke tiga. Kadar bilirubin serum total 6-8 mg/dL, bahkan hingga 12
mg/dL pada bayi cukup bulan, masih dianggap fisiologis. Penurunan kadar
bilirubin total akan terjadi secara cepat dalam 2-3 hari, kemudian diikuti
penurunan lambat sebesar 1 mg/dL selama 1- 2 minggu. Pada bayi kurang
bulan kadar bilirubin serum total 10-12 mg/dL, bahkan dapat meningkat
hingga 15 mg/dL dengan tanpa adanya gangguan pada metabolism bilirubin.
(Kadar bilirubin total yang aman untuk bayi kurang bulan sangat bergantung
pada usia kehamilan.
2. Ikterus Patologis
Ikterus patologis biasanya terjadi sebelum umur 24 jam. Kadar bilirubin
serum total meningkat > 0,5 mg/dL/jam. Ikterus biasanya bertahan setelah 8
hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari pada bayi kurang bulan. Keadaan
klinis bayi tidak baik seperti muntah, letargis, malas menetek, penurunan
berat badan yang cepat, suhu tubuh yang tidak stabil, apnea.
C. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, penyebab ikterus
neonatarum dapat dibagi:
1. Produksi yang berlebihan
Pada ikterus fisiologis biasanya disebabkan karena volume eritrosit yang
meningkat, usia eritrosit yang menurun, meningkatnya siklus enterohepatik.
Pada ikterus patologis terjadi oleh karena hemolisis yang meningkat seperti
pada inkompatibilitas golongan darah sistem ABO, inkomptabilitias rhesus,
defek pada membran sel darah merah (Hereditary spherocytosis,
elliptocytosis, pyropoikilocytosis, stomatocytosis), defesiensi berbagai
enzim (defisiensi enzim Glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD),
defesiensi enzim piruvat kinase, dan lainnya), hemoglobinopati (pada
talasemia). Keadaan lain yang dapat meningkatkan produksi bilirubin adalah
sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), ekstravasasi darah
(hematoma, perdarahan tertutup), polisitemia, makrosomia pada bayi
dengan ibu diabetes
2. Gangguan pada proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, . substrat untuk
konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan
infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (Sindrom
Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar
yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan pada transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
ke sel otak.
4. Gangguan pada ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.

D. Manifestasi Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
2. Pasien tampak lemas
3. Nafsu makan berkurang
4. Refleks hisap kurang
5. Urine pekat
6. Perut buncit
7. Pembesaran lien dan hati
8. Gangguan neurologik
9. Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa
a. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakithemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetkatau infeksi
b. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada
hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanyamerupakan jaundice
fisiologi

E. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada
beberapakeadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan
bilaterdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.Gangguan
pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada
bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukangangguan konjugasi hepar atau neonatus
yang mengalami gangguanekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.Pada
derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat inimemungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila bilirubintadi dapat menembus sawar darah
otak. Kelainan yang terjadi di otakdisebut kernikterus. Pada umumnya
dianggap bahwa kadar bilirubinindirek lebih dari 20mg/dl.Mudah tidaknya
kadar bilirubin melewati sawar darah otakternyata tidak hanya tergantung pada
keadaan neonatus. Bilirubin indirekakan mudah melalui sawar darah otak
apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan
hipoglikemia.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dlantara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dltidak fisiologis.
b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12mg/dl antara
5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari14mg/dl tidak
fisiologis.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hatiatau hepatoma3.
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepaticdengan ekstra
hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yangsukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intrahepatic
selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis,serosis hati,
hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat fotodokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat fotodokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini

G. Komplikasi
1. Retardasi mental - Kerusakan neurologis
2. Gangguan pendengaran dan penglihatan
3. Kematian.
4. Kernikterus

H. Penatalaksan
1. Tindakan umum
Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamilMencegah
truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi barulahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi. Pemberian makanan dini
dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuaidengan kebutuhan bayi baru
lahir. Imunisasi yang cukup baik ditempat bayi dirawat.
2. Tindakan khusus Fototerapi
Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi
untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja danurine dengan
oksidasi foto.
3. Pemberian fenobarbital
Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian
ini tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguanmetabolic dan
pernafasan baik pada ibu dan bayi.Memberi substrat yang kurang untuk
transportasi/ konjugasimisalnya pemberian albumin karena akan
mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga
bilirubin lebihmudah dikeluarkan dengan transfuse tukar.Melakukan
dekomposisi bilirubin dengan fototerapiuntuk mencegah efek cahaya
berlebihan dari sinar yang ditimbulkandan dikhawatirkan akan merusak
retina. Terapi ini juga digunakanuntuk menurunkan kadar bilirubin serum
pada neonatus denganhiperbilirubin jinak hingga moderat.
4. Terapi transfuse
Digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
5. Terapi obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel
hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct,selain itu juga
berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin danmengangkut bilirubin
bebas ke organ hari.

Anda mungkin juga menyukai