Anda di halaman 1dari 3

Terbongkar alasan Indonesia dibanjiri tenaga kerja

asing terutama asal China

Merdeka.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat


terjadi lesatan investasi China ke Indonesia. Pada 2016, China telah
duduk di posisi ke-3 sebagai investor terbesar dengan nilai investasi
USD 2,665 juta atau 9 persen dari total investasi di Indonesia. Naik dari
2015 sebesar USD 628 juta atau 2 persen dari total investasi asing di
Indonesia.
Nilai investasi China kalah dari Singapura yang sebesar USD 9,179 juta
(32 persen) dan Jepang sebesar USD 5,401 juta (19 persen).
Peningkatan investasi oleh China tersebut berdampak dengan
meningkatnya jumlah tenaga kerja asal Negeri Tirai Bambu yang hijrah
ke Indonesia.
"China meningkatkan investasi diiringi pengiriman tenaga kerja mereka
ke proyek investasi mereka," ujar Peneliti P2K LIPI, Devi Asiati, di
Kompleks LIPI, Jakarta, Selasa (8/5).
Dia menjelaskan, jika dibandingkan dengan kedua negara lain di posisi
tiga besar investor asing di Indonesia, komposisi TKA China ternyata
sangat besar, yakni 21.300. TKA asal Singapura di Indonesia berjumlah
1.700 orang. Sedangkan, TKA asal Jepang berjumlah 12.500 orang.

Menurut dia, di sisi lain, meningkatnya investasi dari China tentu


menguntungkan Indonesia. Namun diakui, peningkatan investasi yang
diikuti dengan masuknya TKA asal China secara besar-besaran tentu
akan memberikan pandangan negatif.

"Dengan munculnya isu kedatangan TKA RRT, pada akhirnya, bisa


mengaburkan makna sesungguhnya dari nilai investasi RRT terutama
dalam sektor pembangunan infrastruktur, yang tengah digulirkan saat
ini," tegasnya.

Peneliti Migrasi Tenaga Kerja Internasional LIPI, Rudolf Yuniarto,


mengatakan mengirimkan tenaga kerja keluar negeri memang
merupakan kebijakan Pemerintah China untuk mengatasi
membengkaknya jumlah pekerja di China.

"Sekarang dalam puncaknya 200 sampai 300 juta (pekerja di China).


Tiongkok itu boleh dikatakan sebagai negara over populasi. Sehingga
semua kebijakan investasi negaranya harus mendukung penyediaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya," tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri menyatakan,


jumlah atau angka Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia masih
tergolong proporsional. Hal ini menyusul kekhawatiran membanjirnya
pekerja asing ke Indonesia pasca terbitnya Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 tentang TKA.
“Jadi tak perlu dikhawatirkan, bahwa lapangan kerja yang tersedia jauh
lebih banyak dibandingkan yang dimasuki oleh TKA tersebut," ujar dia.

Menteri Hanif meminta semua pihak agar tidak khawatir dengan


maraknya isu TKA. Terbitnya Perpres tidak akan berdampak makin
besarnya jumlah TKA di Indonesia karena aturan tersebut hanya
mempercepat proses izin penggunaan TKA menjadi lebih cepat dan
efisien.

MenteriMenteri Hanif menilai jumlah TKA di Indonesia masih tergolong


rendah yakni sekitar 85.947 orang pekerja hingga akhir 2017.
Sedangkan pada 2016 sebanyak 80.375 orang dan sebanyak 77.149
orang pada 2015. Angka ini tak sebanding dengan jumlah tenaga kerja
asal Indonesia di luar negeri.

"TKI di negara lain, besar. TKI kalau survei World Bank, ada 9 juta TKI
di luar negeri. Sebanyak 55 persen di Malaysia, di Saudi Arabia 13
persen, China-Taipei 10 persen, Hong Kong 6 persen, Singapura 5
persen," ungkap dia.

Anda mungkin juga menyukai