Anda di halaman 1dari 112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 REGULER
MEDAN

SKRIPSI
PENERAPAN TAX PLANNING UNTUK PAJAK PENGHASILAN
SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK BADAN
PADA PT. BARATA UUM MEDAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : EVA LUMBANTORUAN

NIM : 020503085

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

2008

Universitas Sumatera Utara


2

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa sikripsi yang berjudul:


”Penerapan Tax Planning Untuk Pajak Penghasilan Sebagai Upaya
Penghematan Pembayaran Pajak Badan Pada PT. Barata UUM Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
sikripsi level program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas ekonomi
Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan
jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar
saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 05 Maret 2008


Yang membuat pernyataan

Eva Lumbantoruan
NIM. 020503085

Universitas Sumatera Utara


3

KATA PENGANTAR

Terpujilah Bapa disurga atas Kasihnya dan segala kelimpahan berkat-nya

yang telah memberi kekuatan dan memampukan penulis menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ PENERAPAN TAX PLANNING UNTUK PAJAK

PENGHASILAN SEBAGAI UPAYA PENHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK

BADAN PADA PT BARATA UUM MEDAN.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan penelitian selanjutnya.

Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak. selaku Ketua Departemen

Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution SE., M.Acc Ak selaku

Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Hamzah, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


4

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen pembanding dan

penguji I

5. Bapak Drs. H Arifin Lubis, MM, Ak selaku Dosen pembanding dan

penguji II

6. Ibu Dr. Erlina Msi, Ak selaku Dosen Wali dan seluruh staf pengajar serta

administrasi dan perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

7. Pimpinan dan seluruh Staf PT. Barata UUM Medan terkhusus Bapak Jefri

bagian perpajakan dan Ibu Ani bagian Keuangan.

8. Orang tua terkasih papa J. Lumbantoruan dan Mama M. Nbbn, terima

kasih untuk kasih sayang, doa, terlebih untuk dukungan moril dan

pengertian yang telah diberikan kepada penulis. My Brother Ando,

Marlon, charly, Sandy, Tover, Rixon n My sister Nirma. Thx untuk

dukungan doa dan semangat kalian, qm ad pemenang! Teruskan

perjuanganmu.!

9. Abang Papa Yohana n Tante Marida terkhusus yang menjernihkan hati n

memberikan angin segar sehingga q semangat kembali. Bukan bagaimana

q jatuh tp bagaimana q bangkit kembali, q berani mengawali n harus

berani menjalani dan memenangkan. Thx untuk dukungan moril, motivasi,

perhatian n thx jd saluran berkat bgq Tuhan yang membalasnya n Tuhan

yang memberkati keluarga Eda Siahaan n adek-adek. Tulang Drs. Ramly

Nasutin, B Tono, Azka n Lia thx utk kasih sayang n perhatiannya untuk q

Universitas Sumatera Utara


5

Tuhan Memberkati. My family di HARIARA, Bou Tonni, n semua

keluarga thx atas motivasi, doa n semangat kalian.

10. Teman seperjuangan Bona, lily, Relany, Elvira, Fajri, Yusnita, Abdan,

Yanto, Rini, Ando tetap semangat friend.

11. Teman-teman aksi 02, Tuti n keluarga, Dona, Reynol, Eliber, Reagen,

Daniel, Rico, Ellis, Irma, Nunie, Bitha, Ana, Yanti, Beny, serta teman-

teman yang tidak saya sebutkan satu persatu. Juga adekku aksi 03 Yanne,

Ika, Yulisbet, Amister, terima kasih untuk doa dan bantuan yang telah

diberikan.

12. Sahabatku Anwar, Belarona, Maris n keluarga, Pdt. Roy thx utk penguatan

n doamu. Semua anggota PARNASIB n patner kerja q Asni, kk Ike, kk

Lely, kk Selly, kk Mega, Bang Benyamin n Phildef thx untuk kebersamaan

yang pernah ada, GB ALL.

13. Semua teman di Gg S. Dame terkhusus, Vie, Novri, You-nie, Onal, July,

Iran, Anto, Pengobeng, Niel, Poltak, Andre, Manto, Piter, twua, Henry,

Yusly, Tono n semua yang tidak saya sebutkan satu persatu. Thx untuk

dukungan dan kebersamaannya.

Medan, 05 Maret 2008


Penulis

Eva Lumbantoruan
NIM: 020503085

Universitas Sumatera Utara


6

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT Barata UUM Medan


(Persero), dengan judul ” Penerapan Tax Planning Untuk Pajak Penghasilan
Sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Badan Pada PT. Barata
UUM Medan.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh penerapan tax planning
terhadap beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, Mengetahui jumlah
penghematan pajak setelah adanya tax planning pada PT Barata UUM Medan.

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji lebih dalam tentang perencanaan


perpajakan yang berkaitan dengan maksimalisasi biaya fiskal, memperbesar beban
penyusutan, pemberian tunjangan tidak dalam bentuk natura, pemberian tunjangan
pajak, melakukan perjanjian sewa guna usaha untuk pendanaan aktiva tetap.

Dari hasil analisis dengan melakukan perencanaan pajak sesuai dengan undang-
undang perpajakan maka PT Barata UUM Medan dapat meminimalkan pajak
penghasilan yang terutangnya. Hal tersebut menguntungkan perusahaan karena
dapat dialokasikan pada keperluan lain.

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengimplikasikan bahwa sebaiknya


manajemen PT Barata UUM Medan, selalu mengikuti perkembangan peraturan
perpajakan yang berlaku dan selalu berubah-ubah sehingga nantinya dapat
melakukan tax planning secara optimal.

Kata kunci: Tax Planning, Pembayaran Pajak

Universitas Sumatera Utara


7

ABSTRACT

This Research represent the case study with the title "Penerapan Tax Planning
Untuk Pajak Penghasilan sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Badan
of PT. Barata UUM Medan.

Target of this research is to Know the influence of applying of tax planning to tax
expense is accounted by a company, after existence of tax planning of PT Barata
UUM Medan.

In this research, writer study deeper about taxation planning of related to fiscal
expense maximization, enlarging depreciation expense, giving of subsidy do not
in the form of natura, giving of tax subsidy, doing agreement rent the tenure by
long lease for the financing of plant asset

From result analyse by doing tax planning as according to taxation law hence PT
Barata UUM Medan of minimization income tax which debt can its. The
mentioned profit the company because earning allocation of other need.

Pursuant to conclusion of above, implication writer can that management better


PT Barata UUM Medan, always keep abreast of the taxation regulation going into
effect and always fluctuate so that later can do the tax planning in an optimal
fashion.

Keyword: Tax Planning, Tax Payment

Universitas Sumatera Utara


8

DAFTAR ISI

PERNYATAAN................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................... v

ABSTRACTION ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR . ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 4

C. Batasan Masalah ................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

E. Manfaat Penelitian ................................................................ 5

F. Kerangka Konseptual ............................................................ 6

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan umum perencanaan pajak....................................... 7

1. Pengertian Perencanaan Pajak .......................................... 7

2. Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak................... 9

3. Strategi Perpajakan ........................................................... 13

4. Kerangka Dasar Perencanaan Pajak.................................. 18

Universitas Sumatera Utara


9

B. Perencanaan Pajak Untuk Menentukan Jumlah Pajak

Terutang . .............................................................................. 22

C. Aspek kebijakan akuntansi dalam perpajakan ...................... 31

D. Pajak Penghasilan Atas Jasa Kontruksi ................................ 41

E. Pengaruh Pajak Terhadap Kegiatan Perusahaan ................... 45

F. Motivasi Dilaksanakannya Perencanaan Pajak (Tax

Planning) ............................................................................... 46

G. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan

Laporan Keuangan Fiskal dalam Menentukan Hutang

Pajak ...................................................................................... 47

BAB III: METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian....................................................................... 46

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 46

C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 47

D. Metode Analisis Data ............................................................. 47

E. Jadwal dan lokasi Penelitian .................................................. 48

BAB IV: HASIL PENELITIAN


A. Data Penelitian ....................................................................... 49

1. Gambaran umum PT. Barata UUM Medan ..................... 49

2. Kebijakan perpajakan Perusahaan .................................. 64

3. Penerapan Tax Planning .................................................. 65

B. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian

1. Maksimalisasi biaya fiskal. ............................................... 77

2. Memperbesar beban penyusutan. ....................................... 78

Universitas Sumatera Utara


10

3. Pemberian tunjangan tidak dalam bentuk natura. .............. 79

4. Pemberian tunjangan pajak. ............................................... 81

5. Melakukan perjanjian sewa guna usaha untuk

pendanaan aktiva tetap ...................................................... 84

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.............................................................................. 87

B. Saran .............................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 91

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 6

Universitas Sumatera Utara


12

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Biaya Setelah Pajak ............................................................................. 15

Table II.2 Formula umum Perhitungan Pajak Penghasilan .................................. 17

Tabel IV. 1 Biaya Pendidikan karyawan ............................................................. 69

Tabel IV. 2 Tunjangan karyawan bentuk natura diganti uang .............................. 72

Tabel IV. 3 Pajak penghasilan diganti tunjangan pajak ....................................... 74

Universitas Sumatera Utara


13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Skedul Pembayaran Lease Fee dan Nilai Tunainya

2. Tabel Penyusutan Mesin yang Dibeli dengan Finance

Lease dengan Discount Rate 20%

3. Biaya Penyusutan dan Nilai Tunainya

2. Struktur Organisasi PT. Barata UUM Medan

Universitas Sumatera Utara


6

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT Barata UUM Medan


(Persero), dengan judul ” Penerapan Tax Planning Untuk Pajak Penghasilan
Sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Badan Pada PT. Barata
UUM Medan.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh penerapan tax planning
terhadap beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, Mengetahui jumlah
penghematan pajak setelah adanya tax planning pada PT Barata UUM Medan.

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji lebih dalam tentang perencanaan


perpajakan yang berkaitan dengan maksimalisasi biaya fiskal, memperbesar beban
penyusutan, pemberian tunjangan tidak dalam bentuk natura, pemberian tunjangan
pajak, melakukan perjanjian sewa guna usaha untuk pendanaan aktiva tetap.

Dari hasil analisis dengan melakukan perencanaan pajak sesuai dengan undang-
undang perpajakan maka PT Barata UUM Medan dapat meminimalkan pajak
penghasilan yang terutangnya. Hal tersebut menguntungkan perusahaan karena
dapat dialokasikan pada keperluan lain.

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengimplikasikan bahwa sebaiknya


manajemen PT Barata UUM Medan, selalu mengikuti perkembangan peraturan
perpajakan yang berlaku dan selalu berubah-ubah sehingga nantinya dapat
melakukan tax planning secara optimal.

Kata kunci: Tax Planning, Pembayaran Pajak

Universitas Sumatera Utara


14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan

oleh negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran

pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan

mengurangi laba bersih. Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan

berbagai cara, mulai dari yang masih ada di dalam bingkai peraturan perpajakan

sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya minimalisasi pajak

ini sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning).

Melaksanakan kewajiban pembayaran pajak dengan jumlah yang

sebenarnya sesuai peraturan merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap

subyek pajak suatu negara, dimana tindakan penyelewengan merupakan tindakan

melawan hukum, tetapi melakukan penghematan pajak merupakan suatu hal yang

sah-sah saja asalkan tidak melanggar ketentuan perpajakan yang ada.

Perencanaan pajak dilakukan dengan memanfaatkan pengecualian-

pengecualian dan celah-celah perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan oleh UU

No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak

dianggap sebagai pelanggaran yang akan merugikan Wajib Pajak dan tidak

mengarah pada penggelapan pajak.

Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di

berbagai sektor khususnya sektor ekonomi atau biasa disebut dengan krisis

ekonomi. Di dalam kondisi ekonomi saat ini, banyak perusahaan mengalami

Universitas Sumatera Utara


15

gulung tikar atau memutuskan untuk menutup usahanya. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor. Diantaranya meningkatnya tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing (dollar) yang mengalami penurunan. Sebagai akibatnya

perusahaan harus mengeluarkan biaya usaha yang besar untuk membiayai

kegiatan usahanya, tetapi dengan pengeluaran yang besar tersebut, perusahaan

tidak mendapatkan penghasilan yang sebanding dengan biaya yang

dikeluarkannya. Hal ini akan lebih terasa pada perusahaan yang mempunyai

pinjaman atau hutang berupa dollar dalam jumlah yang besar, perusahaan yang

tergantung pada barang impor atau perusahaan yang masih tergantung pada pihak

asing. Selain itu dampak dari krisis ekonomi menjadikan konsumsi masyarakat

cenderung menurun atau daya beli menjadi rendah, akibatnya permintaan pasar

terhadap produk sangat terbatas.

Dalam keadaan seperti ini, maka pemimpin perusahaan atau biasa disebut

manajer perusahaan harus dapat menentukan keputusan serta tujuan dari

perusahaan yang dipimpin atau dikendalikannya. Tugas manajer perusahaan

adalah mengambil keputusan yang didasarkan pada keterpaduan antara fungsi

bisnis yang meliputi bidang pemasaran, produksi, keuangan sumber daya

manusia, penelitian serta pengembangan, dan fungsi manajerial yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka

diperlukan suatu strategi yang diterapkan di dalam perusahaan antara lain:

1. Meningkatkan produksi barang yang lebih sesuai dengan pasar.

2. Menurunkan harga jual produk.

Universitas Sumatera Utara


16

3. Efisiensi sumber daya dan biaya produksi, diantaranya dengan:

 Mengurangi jam kerja tenaga kerja.

 Memperketat kehadiran dari para pekerja.

 Menghemat penggunaan bahan baku serta bahan penolong.

 Meningkatkan standar mutu perusahaan.

 Menggunakan bahan substitusi dalam memproduksi.

 Memperketat pengawasan tenaga kerja dalam proses produksi.

4. Meminimalkan beban pajak yang ditanggung perusahaan.

Dari beberapa pilihan alternatif yang ada untuk membantu

mempertahankan perusahaan dalam menjalankan usahanya, peneliti ingin

mengkaji lebih dalam tentang perencanaan perpajakan yang berkaitan dengan

maksimalisasi biaya fiskal, memperbesar beban penyusutan, pemberian tunjangan

tidak dalam bentuk natura, pemberian tunjangan pajak, melakukan perjanjian

sewa guna usaha untuk pendanaan aktiva tetap. Hal ini penting, karena tidak

semua perusahaan mengetahui tentang metode atau cara ini.

PT. Barata Indonesia memiliki beberapa cabang yang tersebar di seluruh

Indonesia, yang bergerak dalam bidang kontraktor atau perencanaan

pembangunan rumah, jalan, dan saluran air, jaringan listrik, pintu air dan lain-lain,

sesuai dengan order yang di terima oleh perusahaan tersebut. Sedangkan yang

menjadi obyek penelitian bagi penulis adalah salah satu dari kantor cabang yang

berada di Medan dan berlokasi di Jl. Binjai Km. 7,5 No 273.

Universitas Sumatera Utara


17

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin menetapkan judul penelitian

skripsi ini sebagai berikut: “Penerapan Tax Planning Untuk Pajak Penghasilan

Sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Pada PT. Barata UUM

Medan”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian alasan pemilihan judul yang dikemukakan diatas,

maka masalah yang akan diteliti dalam perusahaan ini dapat di rumuskan sebagai

berikut:

Bagaimana pengaruh penerapan tax planning terhadap beban pajak yang

ditanggung oleh perusahaan ?

C. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan konstruksi, sehingga tidak dapat

digeneralisasikan pada perusahaan lain.

2. Pada penelitian ini data utama diperoleh berdasarkan data sekunder yaitu

laporan keuangan, serta data pendukung berupa dokumentasi serta

wawancara terstruktur.

3. Data yang diambil adalah data mulai tahun 2002 sampai dengan tahun

2006.

4. Peraturan yang digunakan adalah peraturan Perpajakan Indonesia.

5. Laporan keuangan perusahaan diasumsikan benar

Universitas Sumatera Utara


18

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh penerapan tax planning terhadap beban pajak yang

ditanggung oleh perusahaan.

E. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang ditetapkan, manfaat yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, memperluas wawasan penulis mengenai penerapan

perencanaan pajak

2. Bagi perusahaan/wajib pajak, sebagai masukan atau sumbangan pikiran

mengenai perencanaan pajak yang sesuai dengan legalitas undang-undang

perpajakan.

3. Bagi fiskus, pembahasan tax planning ini diharapkan dapat memberi

kemudahan, dalam melakukan pemeriksaan tax planning yang di buat oleh

wajib pajak, karena telah disusun sesuai dengan undang-undang

perpajakan.

4. Bagi pihak lain atau pembaca, dapat memberikan gambaran dan masukan

dalam melakukan penelitian dalam bidang permasalahan yang sama.

Universitas Sumatera Utara


19

F. Kerangka Konseptual

PT. BARATA UUM MEDAN

PAJAK PENGHASILAN BADAN

PENERAPAN TAX PLANNING PENGHASILAN BADAN

PAJAK TERUTANG BADAN

Gambar 1.1
Kerangka Konseptual

Sumber: Penulis, 2008

Universitas Sumatera Utara


20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perencanaan Pajak

1. Pengertian Perencanaan Pajak

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan

melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas dari tax

manajemen tergantung instrumen yang dipakai. Legalitas baru dapat diketahui

secara pasti setelah ada putusan pengadilan.

Dalam buku Mohammad zain (2006 : 67) pengertian perencanaan pajak

adalah sebagai berikut:

“Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait


dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada
pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya
adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah
pajak yang akan di transfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai
penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyeludupan pajak (tax
evasion) yang merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan di toleransi.
Walaupun kedua cara tersebut kedengarannya mempunyai konotasi yang
sama sebagai tindak kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda disini
bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang
lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, sedang penyeludupan pajak jelas-jelas merupakan
perbuatan illegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan”

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada

tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan,

dengan maksud dapat diseleksi tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.

Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan

kewajiban pajak.

Universitas Sumatera Utara


21

Jika tujuan perencanaan pajak adalah untuk merekayasa agar beban pajak

(tax burdens) serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi

berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang maka perencanaan pajak disini

sama dengan tax avoidance karena secara hakekat ekonomis keduanya berusaha

untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak

merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada

pemegang saham maupun untuk di inventasikan kembali.

Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai

cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang

melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Ukuran yang digunakan dalam

mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, adalah:

1. Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan

jalan menahan diri untuk tidak membeli produk –produk yang ada pajak

pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau

pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi

kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan

yang besar.

2. tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan

yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil

jumlah pajak yang terhutang.

Universitas Sumatera Utara


22

3. Tax evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak

terhutang secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang

sebenarnya.

Apabila implementasi tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik

dan benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang

diantaranya, adalah:

1) Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat

diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan.

2) Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,

perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat,

mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak dan menentukan waktu

pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang

mengakibatkan denda atau sanksi.

2. Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang makin tajam seorang

manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak sebagaimana strategi

perencanaan perusahaan secara keseluruhan juga harus memperhitungkan adanya

kegiatan yang bersifat lokal maupun internasional, maka agar perencanaan pajak

dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka perencanaan itu seharusnya

dilakukan melalui berbagai urutan tahap-tahap berikut:

Universitas Sumatera Utara


23

a. Analysis of the existing data base (Analysis informasi yang ada)

Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah

menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek

dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung.

Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing

elemen dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang

harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efesien. Adalah

juga penting untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari

suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi.

Untuk itu seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik

dari segi internal maupun eksternal yaitu:

1) Fakta yang relevan

2) Faktor pajak

3) Faktor non pajak lainnya

b. Design of one more possible tax plans (Buat satu model atau lebih rencana

kemungkinan besarnya pajak)

Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan

berikut:

1) Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.

2) Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau

menjadi residen dari negara tersebut.

3) Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.

Universitas Sumatera Utara


24

c. Evaluating a tax plan (Evaluasi pelaksanaan rencana pajak)

Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari

seluruh perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan

evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak

terhadap beban pajak. Perbedaan laba kotor dan pengeluaran selain pajak atas

berbagai alternatif perencanaan. Variable-variabel tersebut akan dihitung seakurat

mungkin dengan hipotesis sebagai berikut:

1) Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan

2) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik

3) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal

Dari ketiga hipotesis tersebut akan mengeluarkan hasil yang berbeda.

Kemudian berdasarkan hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah

perencanaan pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.

d. Debugging the tax plan (Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki

kembali rencana pajak)

Hasil suatu perencanaan pajak harus dievaluasi melalui berbagai rencana

yang di buat. Keputusan terbaik perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk

transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat

sebanyak mungkin sesuai bentuk perencanaan pajak yang di inginkan. Kadang

suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan perpajakan.

Tindakan perubahan harus tetap dijalankan, walaupun diperlukan penambahan

biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar

penghematan pajak (tax saving) yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap

Universitas Sumatera Utara


25

di jalankan. Karena bagaimana pun juga kerugian yang ditanggung merupakan

kerugian minimal.

Jadi tetap akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai

dengan pemberian gambaran/perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa

potensial laba yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian potensial jika

terjadi kegagalan.

e . Updating the tax plan (Mutakhirkan rencana pajak)

Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah

berjalan, namun juga masih perlu memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi

baik dari undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas

tersebut dilakukan yang mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari

suatu perjanjian, yang berkenan dengan perubahan yang terjadi diluar negeri atas

berbagai macam pajak maupun aktivitas informasi bisnis yang tersedia sangat

terbatas. Pemuktahiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu

dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan

memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi

yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang

merugikan adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil

kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

Universitas Sumatera Utara


26

3. Strategi Perpajakan

Menurut Erly Suandy (2007:118) Dalam memilih strategi yang sesuai,

seorang manajer perusahaan harus memahami keadaan faktor eksternal

(lingkungan dari perpajakan) yang terjadi di dalam praktik antara lain:

a. Target
Ada tiga point utama yang jelas akan dilaksanakan adalah:
1) Tekanan yang utamanya adalah melakukan intensifikasi dan
ekstensifikasi penarikan pajak dengan menggunakan
peraturan pajak yang sudah ada.
2) Ada tidaknya rencana untuk mengeluarkan ketentuan
perpajakan yang baru yang dapat meningkatkan tarif pajak
yang berlaku karena kurang bagi investor asing.
3) Pemberlakuan insentif hanya akan ditujukan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu.
b. Pemeriksaan Pajak
Secara teori pemeriksaan pajak oleh direktorat pajak tujuannya
adalah jelas untuk memasukkan bahwa wajib pajak:
1. Telah membayar pajak dengan benar,dan
2. Tidak menyalahgunakan system self assessment
c. Hak mengajukan keberatan
Meski pun hak untuk mengajukan keberatan diperbolehkan undang-
undang tapi tingkat efektivitasnya bagi wajib pajak adalah terbatas.

Mohammad Zain (2006 : 70) Tindakan yang harus diambil dalam rangka

perencanaan pajak tersebut berupa tindakan penstrukturan yang terkait dengan

konsekuensi pajak, maka langkah-langkah yang harus mendapat perhatian dalam

penyusunan perencanaan pajak dan merupakan komponen-komponen sistem

manajemen, adalah:

1. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak, meliputi:


a) Usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih dalam ruang
lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
b) Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari
pengenaan sanksi-sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi

Universitas Sumatera Utara


27

pidana, seperti bunga, kenaikan, denda, dan hukuman kurungan atau


penjara.
c) Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran,
pembelian dan fungsi keuangan, seperti pemotongan dan pemungutan
pajak (PPh pasal 21, pasal 22, dan pasal 23).
2. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan,
yang terdiri dari:
a) Identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka panjang.
Faktor ini umumnya memiliki sifat yang permanen yang secara
eksplisit terdapat dan melekat pada ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Faktor tersebut merupakan parameter-
parameter yang berpengaruh terhadap perencanaan jangka panjang.
b) Etika kebijakan perusahaan dan ketentuan yang jelas mengenai
fungsi dan tanggung jawab manajemen perpajakan serta memiliki
manual tentang ketentuan dan tata cara manajemen perpajakan yang
berlaku bagi seluruh personil perusahaan.
c) Strategi dan perencanaan pajak yang berintegrasi dengan
perencanaan perusahaan, baik perencanaan perusahaan jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan,
dilakukan antara lain dengan cara mengadakan:
a) Sistem informasi yang memadai dalam kaitannya dengan
penyampaian perencanaan pajak kepada para petugas yang
memonitor perpajakan dan kepastian keefektifan pengendalian dan
pajak-pajak lainnya yang terkait, seperti pencantuman masalah-
masalah perpajakan dalam setiap kontrak bisnis, sehingga tidak
terjadi pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Hal-hal tersebut sangat erat kaitannya dengan sistem
akuntansi perusahaan.
b) Mekanisme monitor, pengendalian, dan penyesuaian sedemikian rupa
sehingga setiap modifikasi rencana dan tindakan dapat dilakukan
tepat waktu.

Hasrat untuk melakukan perencanaan pajak pada dasarnya didorong oleh

dua ketentuan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu :

1. Ketentuan pertama menyangkut masalah pajak penghasilan itu sendiri yang

bukan merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan dalam menentukan

penghasilan kena pajak (pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh). Sebagai

Universitas Sumatera Utara


28

konsekuensinya, apabila terdapat pengurangan pembayaran PPh, maka tidak

akan terjadi penurunan dalam jumlah biaya fiskal yang dapat dikurangkan dan

oleh karena itu juga tidak akan menimbulkan kenaikan penghasilan kena

pajak. Pengurangan pembayaran PPh tersebut, yang juga merupakan jumlah

pajak yang dapat dihemat hanya dapat meningkatkan laba setelah pajak.

Berbeda dengan aktivitas mencari laba/menambah penghasilan, suatu

perencanaan pajak hanya akan memberikan keuntungan yang sama sekali

tidak termasuk dalam ruang lingkup pengenaan PPh.

2. Ketentuan kedua menyangkut kemungkinan dapat dikurangkannya biaya yang

ada kaitannya dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, yang dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan disebut sebagai biaya

untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (Pasal 6 ayat (1)

huruf a uu PPh) oleh karena perencanaan pajak terkait dengan penentuan

besarnya pajak yang terutang, maka biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan

pajak tersebut, merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan. Biaya netto

rancangan perencanaan pajak, yang dapat dihemat atau dengan perkataan lain

biaya setelah pajak (after tax cost) dari suatu perencanaan pajak dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Tabel II.1 Biaya Setelah Pajak

ATC=BTC X (1- MTR)

ATC=After Tax Cost

BTC=Before Tax Cost

MTR=Marginal Tax Rate

Universitas Sumatera Utara


29

Contoh:

 Misalkan perusahaan A dan B sama-sama mempertimbangkan untuk

menaikkan gaji para karyawannya yang berjumlah secara keseluruhannya

Rp. 25.000.000. bagi perusahaan A dan B biaya langsung atau biaya

sebelum pajak (Before tax cost) adalah sama besarnya, akan tetapi biaya

setelah pajaknya akan berbeda-beda tergantung kepada tarif marjinalnya.

 Apabila diasumsikan tarif marjinal perusahaan adalah 10%, sedang B

menanggung beban pajak atas dasar tarif marjinal 30%, maka kenaikan

beban pajak ke dua perusahaan tersebut tidak akan sama.

 Pajak yang dapat dihemat perusahaan A hanyalah 10% x Rp 25.000.000 =

Rp 2.500.000 sedang perusahaan B dapat menghemat sebesar 30% x Rp

25.000.000 = Rp 7.500.000

 Dengan demikian berarti, bagi perusahaan A jumlah biaya setelah

pajaknya (After tax cost) adalah (Rp 25.000.000 – Rp 2.500.000) = Rp

22.500.000 dan perusahaan B berjumlah (Rp 25.000.000 – Rp 7.500.000)

= Rp 17.500.000

Atau secara singkat dapat terlihat pada perhitungan berikut ini:

Uraian A B
Rp Rp
Tarif marjinal 10 % 30%
Biaya sebelum pajak (Akibat kenaikan gaji) 25.000.000 25.000.000
Pajak yang dapat dihemat 2.500.000 7.500.000

Biaya setelah pajak 22.500.000 17.500.000

Universitas Sumatera Utara


30

Melihat ilustrasi tersebut diatas, terlihat bahwa untuk kepentingan

pengambilan keputusan perlu adanya pembedaan antara tarif pajak rata-rata

(Average tax rate) dan pajak marjinal (Marjinal tax rate). Tarif pajak rata-rata

memperlihatkan perbandingan (rasio) antara jumlah pajak terutang dengan

penghasilan kena pajak, sedang tarif pajak marjinal merupakan tarif pajak atas

rupiah terakhir dari penghasilan yang dikenakan pajak. Apabila ingin diketahui

berapa besar jumlah tambahan pajak yang harus dibayar atau yang harus

dihindarkan akibat suatu transaksi yang spesifik, maka tarif pajak marjinallah

yang ada relevansinya dan bukan tarif pajak rata-rata. Tarif pajak rata-rata

mewakili tarif pajak yang akan dikenakan pada setiap segmen penghasilan,

sepanjang setiap segmen tersebut dikenakan tarif seragam.

Apabila kedua ketentuan tersebut diatas, dikaitkan dengan rancangan

perencanaan pajak, terbukti kemudian bahwa rancangan tersebut akan

menghasilkan keunggulan ekonomis, bila dibandingkan dengan kegiatan mencari

laba, (profit-seeking activities). Evaluasi atas seluruh proyek investasi, didasarkan

kepada perbandingan antara keuntungan setelah pajak (after tax benefits) terhadap

biaya setelah pajak (after tax cost). Khususnya bagi proyek perencanaan pajak,

hasilnya akan bebas dari pengenaan pajak, sehingga dengan demikian untuk

kegiatan perencanaan pajak tersebut yang dibandingkan adalah antara keuntungan

sebelum pajak (pre-tax benefits) dan biaya setelah pajak (after tax cost).

Universitas Sumatera Utara


31

4. Kerangka Dasar Perencanaan Pajak

Dalam rangka mendesain suatu perencanaan pajak, ada beberapa alternatif

pendekatan yang sistematis yang dapat dilakukan tetapi kesemuanya itu bertitik

tolak kepada formula umum perhitungan pajaknya, seperti misalnya formula

umum perhitungan pajak penghasilan pada Tabel II.2.

Oleh karena sasarannya adalah mengefisienkan beban pajak (pajak

terutang) yang berada pada lapisan bahwa dari perhitungan tersebut diatas maka

secara aritmatika untuk memperoleh lapisan bahwa yang minimal tersebut,

pengaturan harus dilakukan dengan melibatkan semua komponen yang diatasnya

secara maksimal, sehingga dengan demikian berarti bahwa perencanaan pajak

mencakup hal-hal seperti meminimalkan tarif pajak dan memaksimalkan biaya

fiskal yang dapat dikurangkan serta memaksimalkan penghasilan yang

ditangguhkan atau dikecualikan dari pengenaan pajak. Komponen-komponen dari

formula umum tersebut kita sebut sebagai ”variable-variabel” perencanaan pajak

dan hampir seluruh komponen-komponen yang terdaftar pada nomor genap

formula tersebut merupakan “variable kritis (critical variables)” yang akan di olah

dalam perencanaan pajak.

Table II.2:Formula umum Perhitungan Pajak Penghasilan

1 Jumlah seluruh penghasilan Pasal 4 ayat (1)


2 (-) Penghasilan tidak objek pajak penghasilan Pasal 4 ayat (3)
3 (=) Penghasilan bruto (1-2)
4 (-) Biaya fiskal boleh dikurangkan pasal 6 ayat (1)
pasal 11
pasal 11 A
Koreksi: Biaya fiskal tidak boleh dikurangkan pasal 9 ayat (1)
dan ayat (2)

Universitas Sumatera Utara


32

5 (=) Penghasilan neto (3-4)


6 (-) Kompesasi kerugian pasal 6 ayat (2)
7 (-) Penghasilan tidak kena pajak (wajib pajak pasal 7 ayat (1)
orang pribadi)
8 (=) Penghasilan kena pajak (5-6-7)
9 (x) Tarif pasal 17
10 (=) Pajak penghasilan terutang (8x9)
11 (-) Kredit pajak pasal 21 (WP
orang pribadi
pasal
22,23,24,25)
12 (=) Pajak penghasilan kurang bayar/Lebih (10-11)
bayar/nihil bayar pasal
28,28A,29

Setelah mengetahui komponen-komponen dari formula perhitungan pajak,

tindakan selanjutnya adalah mencari peluang penghindaran pajak yang tercantum

dalam Undang-undang Repuplik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan, adalah usaha

memaksimalkan pajak penghasilan berdasarkan pada variabel penghasilan

yang bukan objek pajak. Peluang ini tercantum dalam pasal 4 ayat (3)

yang mengatur tentang penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

2. Memaksimalkan biaya-biaya fiskal, tindakan berupa tindakan yang

dilakukan dengan meningkatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau

dialihkan, peluang ini tercantum dalam pasal 6 ayat (1). Sedangkan pasal 9

ayat (1) mengatur biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan.

Universitas Sumatera Utara


33

3. Meminimalkan tarif pajak, tindakan ini dapat dilakukan dengan upaya

pengenaan pajak dengan tarif seminimal mungkin. Hal ini dapat ditempuh

antara lain dengan mengalokasikan penghasilan dalam beberapa tahun atau

dalam beberapa perusahaan yang masih satu grup.

Menurut Mohammad Zain (2006 : 79) Untuk membantu pengolahan

“variable kritis” tersebut ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan, antara

lain:

1. Usahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk


menghindarkan pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang
tarifnya tinggi (top rate brackets)
2. Percepat atau tunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya untuk
memperoleh keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak
yang tinggi atau rendah, seperti penangguhan pengenaan PPN yang
ditanggung oleh pemerintah dan seterusnya.
3. Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib
pajak, seperti pembentukan group-group perusahaan.
4. Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk
mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kelas penghasilan
yang tarifnya tinggi dan tunda pembayaran pajaknya, seperti
penjualan cicilan, kredit, dan seterusnya.
5. Transformasikan penghasilan biasa menjadi “capital gain” jangka
panjang.
6. Ambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan-ketentuan
mengenai pengecualian-pengecualian dan potongan-potongan.
7. Pergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk
keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan-
kemudahan.
8. Pilihlah bentuk usaha yang terbaik untuk operasional usahanya.
9. Dirikanlah perusahaan dalam satu jalur usaha sedemikian rupa
sehingga dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tariff pajak,
potensi menghasilkan, kerugian-kerugian dan asset yang dapat
dihapus.

Universitas Sumatera Utara


34

Faktor pajak yang terlibat dalam setiap situasi sangat terbatas sekali dan

apabila misalnya diinginkan suatu beban pajak penghasilan yang efesien, maka

perencana pajak sebaiknya:

1. Usahakan penghasilan tersebut tidak termasuk pengertian penghasilan

yang dapat dikenakan pajak penghasilan atau penghasilan kena pajak di

ganti dengan penghasilan yang tidak kena pajak atau pengenaan pajaknya

di tangguhkan.

2. Tingkat biaya-biaya yang dapat di kurangkan atau biaya tertentu yang

tidak dapat di kurangkan dari penghasilan kena pajak di kurangi dan

dialihkan ke biaya-biaya yang dapat di kurangkan.

3. Perpanjang jangka waktu pengenaan pajak atas penghasilan atau

perpendek jangka waktu biaya-biaya yang dapat dikurangkan.

4. Pertimbangkan antara naiknya penghasilan dengan beban pajak yang

meningkat, atau naiknya biaya tertentu dengan berkurangnya beban pajak,

dan hasil akhir (neto) harus memperbesar laba setelah pajak penghasilan.

B. Perencanaan Pajak Untuk Menentukan Jumlah Pajak Terutang

Sistem perpajakan menganut prinsif substansi mengalahkan bentuk

formal (substance over form rule). Walau perusahaan telah memenuhi kewajiban

secara formal, tetapi kalau ternyata subtansi menunjukkan lain atau motivasi

rekayasa tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, administrasi pajak

(fiskus) dapat menganggap bahwa wajib pajak kurang patuh dalam memenuhi

Universitas Sumatera Utara


35

kewajiban perpajakannya. Apabila terjadi perbedaan interpretasi fakta perpajakan

maka lembaga peradilan pajak yang akan memutuskan.

Menurut Erly Suandy (2007 : 119) Langkah-langkah praktis yang dapat

dijabarkan dari ketiga langkah tersebut yang bertujuan untuk mengefisienkan

beban pajak dalam perencanaan pajak perusahaan adalah:

1. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum


(legal entity) yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Bila
dilihat dari perspektif perpajakan kadang pemilihan bentuk badan
hukum (legal entities) bentuk perseorangan, firma dan kongsi
(partnership) adalah bentuk yang lebih menguntungkan dibanding
perseroan terbatas yang pemegang sahamnya perorangan atau badan
tetapi kurang 25%, akan mengakibatkan pajak atas penghasilan
perseroan dikenakan dua kali yakni pada saat penghasilan diperoleh
oleh pihak perseroan dan pada saat penghasilan dibagikan sebagai
dividen kepada pemegang saham perseorangan atau badan yang
kurang dari 25%.
Sebagai contoh: pemilihan bentuk usaha perseorangan akan lebih
menghemat pajak karena terhindar dari pengenaan pajak berganda seperti
yang terjadi pada bentuk usaha perseroan terbatas. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
PT.X
PEMILIHAN BENTUK USAHA

BENTUK USAHA PERSEORANGAN BENTUK USAHA PERSEROAN TERBATAS


Penghasilan kena pajak Rp.250.000.000,00 Penghasilan Kena pajak Rp. 250.000.000,00
Hutang PPh (Tarif Pasal 17): Hutang PPh (Tarif Pasal 17):
10% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00 10% x 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00
15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00 15% x 50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00
30% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 45.000.000,00 30% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 45.000.000,00
Total Hutang PPh Rp. 57.500.000,00 Total Hutang PPh Rp. 57.500.000,00
Laba Setelah Pajak Rp. 192.500.000,00 Laba Setelah Pajak Rp. 192.500.000,00

Untuk Badan usaha Berbentuk perseorangan, tidak Apabila diasumsikan bahwa pemegam saham perusahaan
dikenakan lagi PPh untuk penghasilan pribadi. tersebut hanya 2 (dua) orang saja, maka penghasilan yang
mereka terima masing-masing adalah : Rp. 192.500.000/2
= Rp. 96.250.000,00 PPh yang terutang atas penghasilan
mereka masing-masing adalah:
5% x Rp. 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00
10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp. 46.250.000,00 = Rp 6.937.500,00

Total Rp 10.687.500,00
Atau pada saat tersedianya keuntungan tersebut untuk
dibagikan, terhutang PPh Pasal 23 masing-masing
sebesar: 15% x 96.250.000,00 = Rp 14.375.500,00

Universitas Sumatera Utara


36

2. Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan. Umumnya


pemerintah memberikan semacam insentif pajak/fasilitas perpajakan
khususnya untuk daerah tertentu (Misalnya di Indonesia bagian
Timur), banyak pengurangan pajak penghasilan yang diberikan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 undang-undang No.17 Tahun
2000. disamping itu juga diberikan fasilitas seperti peyusutan dan
amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama.

Misalnya: perusahaan memperluas usahanya dengan mendirikan


perusahaan baru didaerah terpencil di Indonesia bagian Timur. Oleh
karena daerah tersebut memiliki potensi ekonomi yang layak
dikembangkan namun sulit dijangkau, maka pemerintah memberikan
beberapa keringanan dalam pajak seperti izin untuk mengurangkan natura
dan kenikmatan (fringe benefit) dari penghasilan bruto seperti yang diatur
dalam SE-29?Pj.4/1995 Tanggal 5 Juni 1995.
3. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin
dari berbagai pengecualian, potongan atau pengurangan atas
penghasilan kena pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang.
Sebagai contoh jika diketahui bahwa penghasilan kena pajak (laba)
perusahaan besar dan akan dikenakan tarif pajak tinggi/tertinggi,
maka sebaiknya perusahaan membelanjakan sebagian laba
perusahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung untuk
perusahaan, dengan catatan tentunya biaya yang dikeluarkan adalah
biaya yang dapat dikurangkan (deductible) dalam menghitung
penghasilan kena pajak. Sebagai contoh: biaya untuk riset dan
pengembangan, biaya pendidikan dan latihan pegawai, biaya
perbaikan kantor, biaya pemasaran dan masih banyak biaya lainnya
yang dapat dimanfaatkan. Hal ini tergantung kepada jenis usaha dan
peraturan pajak yang berlaku.

Misalnya perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya untuk pendidikan


karyawan dengan tujuan untuk mengurang pendapatan kena pajak seperti
dalam tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


37

PT.X
BIAYA PENDIDIKAN KARYAWAN
Tidak melakukan pendidikan karyawan Melakukan pendidikan karyawan

Pendapatan usaha Rp 4.666.556.800 Pendapatan usaha Rp 4.666.556.800


Biaya usaha langsung (Rp 3.378.605.000) Biaya usaha langsung (Rp 3.378.605.000)
Laba kotor Rp 1.287.951.800 Laba kotor Rp 1.287.951.800
Biaya usaha tidak langsung: Biaya usaha tidak langsung:
Biaya pemasaran (Rp 22.462.000) Biaya pemasaran (Rp 22.462.000)
Biaya Adm. & Umum (Rp 584.664.000) Biaya Adm. & Umum (Rp 584.664.000)
Biaya keperluan kantor (Rp 162.645.000) Biaya keperluan kantor (Rp 162.645.000)
Biaya pemeliharaan (Rp 96.666.000) Biaya pemeliharaan (Rp 96.666.000)
Biaya penyusutan (Rp 179.465.000) Biaya penyusutan (Rp 179.465.000)
Laba operasi Rp 242.049.000 Laba operasi Rp 242.049.000
Pendapatan biaya lain-lain: Pendapatan biaya lain-lain:
Pendapatan lain-lain Rp 20.151.500 Pendapatan lain-lain Rp 20.151.500
Biaya lain-lain (Rp 201.500) Biaya lain-lain (Rp 201.500)
Penghasilan kena pajak Rp 261.999.800 Biaya pendidikan (Rp 9.850.000)
Hutang PPh (tarif pasal 17) Penghasilan kena pajak Rp 252.149.800
10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 Hutang PPh (tarif pasal 17)
15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
30 % x Rp 161.999.800 = Rp 48.599.840 15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
Total hutang PPh (Rp 61.099.840) 30 % x Rp 152.149.800 = Rp 45.644.940
Laba Bersih set. Pajak Rp 200. 899.960
Total hutang PPh (Rp 58.144.940)
Total hutang PPh Rp 61.099.840 Laba Bersih set. Pajak Rp 194.004.860

Total hutang PPh Rp 58.144.940

Maka selisih hutang pajak yang dapat dihemat (Rp 61.099.840 – Rp 58.144.940 = Rp
2.954.900) atau sebesar 4,83%

4. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha (corporate company)


sehingga diatur mengenai penggunaan tarif pajak yang paling
menguntungkan antara masing-masing badan usaha (business entity).
Hal ini bisa dilakukan mengingat bahwa banyak negara termasuk
Indonesia mengatur bahwa pembagian dividen antar corporate (inter
corporate dividend) tidak dikenakan pajak. Adapun cara kerjanya
sebagai salah satu contoh: PT. A pabrik CPO, PT. B pabrik Minyak
Goreng dan PT. C adalah distributornya, maka antar mereka dapat diatur
sejumlah keuntungan (margin) yang sekiranya dapat meringankan pajak
mereka. Setelah itu baru dibagikan dalam bentuk dividen. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


38

PT.X
MENDIRIKAN PERUSAHAAN DALAM SATU JALUR USAHA
KEGIATAN DILAKUKAN OLEH SATU MENDIRIKAN PERUSAHAAN DALAM SATU
PERUSAHAAN JALUR USAHA
PT. ”X” DIVISI PABRIK CPO PT. ”A” PABRIK CPO
Penghasilan kena pajak Rp 309.915.000
Penghasilan kena pajak Rp 309.915.000
PT. ”X”DIVISI PABRIK M. GORENG Hutang PPh (tarif pasal 17):
Penghasilan kena pajak Rp 513.529.000 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
PT. ”X” DIVISI DISTRIBUSI 30% x Rp 209.915.000 = Rp 62.974.500
Total Rp 75.474.500
Penghasilan kena pajak Rp 123.731.000 Penghasilan bersih Rp 234.440.500

Total penghasilan kena pajak Rp 947.175.000 PT. ”B”DIVISI PABRIK M. GORENG


Penghasilan kena pajak Rp 513.529.000
Hutang PPh (tarif pasal 17):
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 Hutang PPh (tarif pasal 17):
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
30% x Rp 847.175.000 = Rp 254.152.500 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
Total hutang PPh Rp 266.652.500 30% x Rp 413.529.000 = Rp 124.058.700
Total hutang PPh Rp 136.558.700
Penghasilan bersih Rp 680.522.500 Penghasilan bersih Rp 376.970.300

PT. ”X” DIVISI DISTRIBUSI

Penghasilan kena pajak Rp 123.731.000

Total penghasilan kena pajak Rp 947.175.000

Hutang PPh (tarif pasal 17):


10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30% x Rp 23.731.000 = Rp 7.119.300
Total hutang PPh Rp 19.619.300
Penghasilan bersih Rp 104.111.700
Total penghasilan bersih dari ketiga perusahaan
adalah:
Rp 234.440.500 + Rp 376.970.300 + Rp 104.111.700 =
Rp 715.522.500

Total PPh terutang dari ketiga perusahaan adalah:


Rp 75.474.500 + 136.558.700 + 19.619.300 = Rp
231.652.500

Maka selisih penghasilan bersih yang dapat dibagikan apabila mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha
adalah sebesar Rp 715.522.500 – Rp 680.522.500 = Rp 35.000.000 dan pajak yang dapat dihemat (Rp 266.652.500
– Rp 231.652.500 = Rp 35.000.000) atau sebesar 13,12%

5. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang
hanya berfungsi sebagai cost center. Dari hal tersebut dapat diperoleh
manfaat dengan cara menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan
dari beberapa wajib pajak didalam satu grup begitu juga terhadap
biaya sehingga dapat diperoleh keuntungan atas pergeseran pajak
(tax shifting) yakni menghindari tarif paling tinggi/maksimum.
Tentunya proses ini dapat dijalankan apabila sistem tarif pajak yang
berlaku progresif dan penghasilan kena pajak sudah melewati tarif
yang paling rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi
perusahaan dalam beberapa divisi, dimana ada divisi yang

Universitas Sumatera Utara


39

menghasilkan laba yang besar dan ada divisi yang hanya berfungsi
sebagai pusat biaya seperti pada contoh tabel berikut:

PT.X
PERUSAHAAN SEBAGAI PROFIT CENTER DAN COST CENTER
PERUSAHAAN SEBAGAI PROFIT CENTER DAN PERUSAHAAN HANYA SEBAGAI PROFIT
COST CENTER CENTER
PT. ”X” DIVISI A Dalam kegiatan usahanya perusahaan tidak ada yang
berfungsi sebagai cost center atau sebagai factor
Laba usaha Rp 309.915.000 pengurang laba atau hanya memperhitungkan divisi
yang menghasilkan laba dalam hal ini yaitu PT. “X”
PT. ”X” DIVISI B DIVISI A dan DIVISI C.
PT. ”X” DIVISI A
Laba (Rugi) usaha (Rp 113.529.000)
Laba usaha Rp 309.915.000
PT. ”X” DIVISI C
PT. ”X” DIVISI C
Laba usaha Rp 26.731.000
Laba usaha Rp 26.731.000
PT. ”X” DIVISI D
Penghasilan kena pajak Rp 336.646.000
Laba (Rugi) usaha (Rp 52.389.000)
Hutang PPh (tarif pasal 17):
Penghasilan kena pajak Rp 170.728.000 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
Hutang PPh (tarif pasal 17): 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 30% x Rp 236.646.000 = Rp 70.993.800
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 Total hutang pajak Rp 83.493.800
30% x Rp 70.728.000 = Rp 21.218.400
Total hutang pajak Rp 33.718.400 Laba setelah pajak Rp 253.152.200

Laba setelah pajak Rp 137.010.000

Pada perhitungan tersebut jelas terlihat bahwa dengan hanya membuat profit center memang laba setelah
pajak yang dihasilkan jauh lebih besar disbanding dengan membuat profit center dan cost center yaitu sebesar
Rp 116.142.200, namun yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah biaya yang dikeluarkan digunakan untuk
kepentingan peningkatan perusahaan seperti untuk biaya pendidikan karyawan, biaya pemeliharaan, dan lain-
lain. Disamping itu dengan membuat perusahaan sebagai cost center dapat berfungsi untuk memperkecil laba
sebelum pajak sehingga dapat menghemat pajak. Dalam perhitungan tersebut selisih hutang pajak yang dapat
dihemat (Rp83.493.800 – Rp 33.718.400 = Rp 49.775.400) atau sebesar 59,61%

6. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau


natura dan kenikmatan (fringe Benefit) dapat sebagai salah satu
pilihan untuk menghindari lapisan tarif maksimum (shif to lower
bracket). Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk natura dan
kenikmatan (fringe benefit) dapat dikurangkan sebagai biaya oleh
pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai
penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya.

Universitas Sumatera Utara


40

Sebagai contoh, perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada


karyawan dan memperhitungkan tujuan tersebut sebagai tambahan
penghasilan karyawan dengan asumsi bahwa Tuan Y adalah wajib pajak
belum kawin seperti yang terlihat dalam tabel berikut:

PT.X
PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN
PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PAJAK PENGHASILAN DIGANTI
PERUSAHAN TUNJANGAN PAJAK
Gaji Rp 1.000.000 Gaji Rp 1.000.000
Iuran asuransi kecelakaan kerja Rp 25.000 Iuran asuransi kecelakaan kerja Rp 25.000
Iuran asuransi kematian Rp 25.000 Iuran asuransi kematian Rp 25.000
Tunjangan pajak Rp 36.250
Penghasilan bruto Rp 1.050.000
Potongan: Penghasilan bruto Rp 1.086.250
Potongan:
a. Biaya jabatan Rp 50.000
b. Iuran pensiun Rp 25.000 a. Biaya jabatan Rp 50.000
c. Iuran THT Rp 10.000 b. Iuran pensiun Rp 25.000
RP 85.000 c. Iuran THT Rp 10.000
Penghasilan neto sebulan Rp 965.000 RP 85.000
Penghasilan neto sebulan Rp 1.001.250
Penghasilan neto setahun Rp 11.580.000
Penghasilan tidak kena pajak Rp 2.880.000 Penghasilan neto setahun Rp 12.015.000
Penghasilan kena pajak Rp 8.700.000 Penghasilan tidak kena pajak Rp 2.880.000
Hutang PPh (tarif pasal 17): Penghasilan kena pajak Rp 10.135.000
5% x Rp 8.700.000 = Rp 435.000 Hutang PPh (tarif pasal 17):
pajak penghasilan 1 bulan Rp 36.250 5% x Rp 10.135.000 = Rp 506.750
pajak penghasilan 1 bulan Rp 42.250
Penghasilan bruto ( 1 bulan ) Rp 1.050.000
Pajak penghasilan ( 1 bulan ) Rp 36.250 Penghasilan bruto ( 1 bulan ) Rp 1.050.000
Biaya-biaya yang dikeluarkan Pajak penghasilan ( 1 bulan ) Rp 36.250
perusahaan Rp 1.086.250 Biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan Rp 1.086.250
Biaya yang diperkenankan pajak Rp 1.050.000
Biaya yang diperkenankan pajak Rp 1.086.250

7. Pemilihan metode penilaian persediaan. Ada dua metode penilaian


yang dizinkan oleh peraturan perpajakan, yaitu metode rata-rata
(average) dan metode masuk pertama keluar pertama (first in first
out). Dalam kondisi perekonomian yang cenderung mengalami inflasi,
metode rata-rata (average) akan menghasilkan harga pokok yang
lebih tinggi dibanding dengan metode masuk pertama keluar pertama
(first in first out). Harga pokok penjualan (HPP) yang lebih tinggi
akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil.
Sebagai contoh:
1 Januari 200x persediaan awal 100 satuan @ Rp 9,00
5 Januari 200x pembelian 100 satuan @ Rp 12,00
10 Januari 200x pembelian 100 satuan @ Rp 11,25
15 Januari 200x penjualan 100 satuan
20 Januari 200x penjualan 100 satuan

PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN DENGAN METODE RATA-RATA

Universitas Sumatera Utara


41

Tanggal Pembelian Penjualan Sisa/Persediaan


1/1/200x 100@Rp.9 =Rp.900
5/1/200x 100@Rp.12=Rp.1200 200@Rp10,50=Rp.2100
10/1/200x 100@Rp.11,25=1.125 300@Rp.10,75=Rp.3.225
15/1/200x 100@Rp.10,75=Rp.1.075 200@Rp.10,75=Rp.2150
20/1/200x 100@Rp.10,75=Rp.1.075 100@Rp10,75=Rp.1075

PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN DENGAN METODE FIRST IN FIRST OUT


Tanggal Pembelian Penjualan Sisa/Persediaan
1/1/200x 100@Rp.9 =Rp.900
5/1/200x 100@Rp.12=Rp.1200 100@Rp.9 =Rp.900
100@Rp.12=Rp.1200
10/1/200x 100@Rp.11,25 =1.125 100@Rp.9 =Rp.900
100@Rp.12=Rp.1200
100@Rp.11,25 =1.125
15/1/200x 100@Rp.9 =Rp.900 100@Rp.12=Rp.1200
100@Rp.11,25 =1.125
20/1/200x 100@Rp.12=Rp.1200 100@Rp.11,25 =1.125

8. Untuk pendanaan aktiva tetap dapat mempertimbangkan sewa guna


usaha dengan hak opsi (finance lease) di samping pembelian langsung
karena jangka waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur
aktiva dan pembayaran leasing dapat dibiayakan seluruhnya. Dengan
demikian, aktiva tersebut dapat dibiayakan lebih cepat dibandingkan
melalui penyusutan jika pembelian dilakukan secara langsung.
Sebagai contoh: perusahaan mempertimbangkan untuk pengadaan sebuah
mesin seharga Rp. 1.000.000.000,00 dengan cara pembelian langsung atau
dengan leasing dengan asumsi discount rate yang berlaku adalah 20%,
apabila dengan leasing maka tingkat bunga yang belaku adalah 22% dan
nilai opsi Rp. 100.000.000,00 dengan jangka waktu leasing selama 4 tahun
dan umur aktiva tersebut adalah 8 tahun apabila dibeli secara langsung.
Perbandingan antara harga perolehan dan penghematan pajak antara
pembelian langsung dengan leasing dapat dilihat dalam tabel berikut:
(perhitungan dalam lampiran)

Universitas Sumatera Utara


42

PERBANDINGAN ANTARA MEMBELI LANGSUNG AKTIVA TETAP DENGAN LEASING

Keterangan Leasing dengan bunga 22% Beli secara Tunai


Nominal Pv (disc rate 20%) Nominal Pv (disc rate
20%)
Harga perolehan:
Lease fee 1.361.062.562,52 947.345.315,65
Nilai opsi 100.000.000,00 100.000.000,00
Harga mesin 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00
Jumlah 1.461.062.562,00 1.047.345.315,65 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00
Biaya yang boleh
dibiayakan:
Lease fee 1.361.062.562,52 947.345.315,65
Biaya penyusutan 100.000.000,00 27.290.875,01 1.000.000.000,00 565.903.584,16
Jumlah 1.461.062.562,52 974.636.190,66 1.000.000.000,00 565.771.075,25
PPh 30% 438.318.768,76 292.390.857,20 300.000.000,00 169.771.075,25
Penghematan pajak dalam nominal : Rp 438.318.768,76 – Rp 300.000.000 = Rp 138.318.368,76
Penghematan pajak dalam Pv : Rp 292.390.87,20 – Rp 169.771.075,25 = Rp 122.619.781,95

9. Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan


perpajakan yang berlaku. Jika perusahaan mempunyai prediksi laba
yang cukup besar maka dapat dipakai metode penyusutan yang
dipercepat (saldo menurun) sehingga atas biaya penyusutan tersebut
dapat mengurangi laba kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan
pada awal-awal tahun investasi belum bisa memberikan keuntungan
atau timbul kerugian maka pilihannya adalah menggunakan metode
penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil (garis lurus)
supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.
Contoh penggunaan metode garis lurus dan metode saldo menurun:
Sebuah mesin yang diperoleh tanggal 2 januari 200x dengan harga
perolehan Rp. 1.000.000.000,00 dan masa manfaatnya 4 tahun, maka
penyusutannya adalah sebagai berikut tabel:

Tahun Metode Penyusutan


Garis Lurus Saldo Menurun
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Akumulasi Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000

Besar biaya penyusutan dan present valuenya-nya dengan discount factor 20%
Metode Penyusutan
Tahun Garis Lurus Saldo Menurun d.f.20%
Nominal PV PV Nominal PV PV
1 250.000.000 208.333.333,3 500.000.000 416.666.666,7 0,833333
2 250.000.000 173.611.111,1 250.000.000 173.611.111,1 0,694444
3 250.000.000 144.675.925,9 125.000.000 72.337.963,0 0,578703
4 250.000.000 120.563.271,6 125.000.000 60.281.635,8 0,482253
1.000.000.000 647.183.642,2 1.000.000.000 722.897.376,6

Universitas Sumatera Utara


43

Besarnya penghematan pajak antara metode garis lurus dengan saldo menurun
Keterangan Garis Lurus Saldo Menurun
Nominal PV PV (d.f.20%) Nominal PV PV (d.f.20%)
Harga perolehan 1000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000
Biaya penyusutan 1.000.000.000 674.183.641,20 1.000.000.000 722.897.376,60
PPh 30% 300.000.000 194.155.092,60 300.000.000 216.869.212,80

10. Menghindari dari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada


transaksi yang bukan objek pajak. Sebagai contoh: untuk jenis usaha
yang PPh Badannya dikenakan pajak secara final, maka efesiensi PPh
pasal 21 karyawan dapat dilakukan dengan cara memberikan
semaksimal mungkin tunjangan karyawan dalam bentuk natura,
mengingat pembelian natura bukan merupakan objek pajak PPh
Pasal 21.
11. Mengoptimalkan kredit pajak yang di perkenankan, untuk ini wajib
pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran
pajak yang dapat dikreditkan. Sebagai contoh PPh Pasal 22 atas
pembelian solar dari pertamina bersifat final jika pembeliannya
dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran
”Migas”, tetapi bila pembeliannya dilakukan oleh perusahaan yang
bergerak di bidang pabrikan maka PPh pasal 22 tersebut dapat
dikreditkan dengan PPh Badan. Perkreditan ini lebih
menguntungkan ketimbang dibebankan sebagai biaya. Keuntungan
yang dapat diperoleh sebesar 70% dari nilai pajak yang dikreditkan
(dengan asumsi penghasilan kena pajak telah mencapai jumlah yang
dikenakan tarif 30%)
12. Penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat dilakukan dengan
cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh
tempo. Khusus untuk menunda pembayaran PPN dapat dilakukan
dengan menunda penerbitan faktur pajak sampai batas waktu yang
diperkenankan khususnya atas penjualan kredit. Perusahaan dapat
menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan penyerahan barang (kep.
Dirjen pajak No: 53/PJ/1994)
13. Menghindari pemeriksaan pajak, periksaan pajak oleh Direktorat
jenderal pajak dilakukan terhadap wajib pajak yang:
a. SPT lebih bayar
b. SPT rugi
c. Tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT
d. Terdapat informasi pelanggaran
e. Memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen pajak

Menghindari lebih bayar dapat dilakukan dengan cara:


a. Mengajukan pengurangan pembayaran lumpsum (angsuran
masa) PPh pasal 25 ke KKP yang bersangkutan, apabila
diperkirakan dalam tahun pajak berjalan akan terjadi kelebihan
pembayaran pajak.

Universitas Sumatera Utara


44

b. Mengajukan permohonan pembebasan PPh Pasal 22 impor


apabila perusahaan melakukan impor. Pengajuan permohonan
pembebasan PPh Pasal 22 harus melampirkan:
1) Proyeksi impor setiap bulan selama tahun yang bersangkutan.
2) Proyeksi perhitungan Laba/Rugi tahun yang bersangkutan.
3) Proyeksi perhitungan PPh Badan yang terutang dan Angsuran
PPh pasal 25, serta PPh Pasal 22 yang menunjukkan lebih
bayar apabila dilakukan pembayaran PPh Pasal 22.
4) Proyeksi neraca pada akhir tahun yang bersangkutan.
14. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang
berlaku. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan
dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang
berlaku.

C. Aspek kebijakan Akuntansi dalam Perencanaan Pajak

Menurut Erly Suandy (2007 : 39) untuk dapat melaksanakan kewajiban

perpajakan berdasarkan self assement itu, pembukuan mempunyai peranan

penting dalam perpajakan. Wajib pajak yang belum mampu melaksanakan

pembukuan untuk tujuan perhitungan pajak, penghasilan nettonya akan

berdasarkan norma perhitungan, dimana dalam norma perhitungan itu tanpa

memperhatikan realistis bisnis, norma perhitungan selalu memberi hasil usaha

yang positif (laba). Karena tidak merefleksikan keadaan yang sebenarnya dari

wajib pajak pemakai norma perhitungan, dapat terjadi bahwa persentase

perhitungan neto yang dihitung berdasarkan norma itu lebih tinggi dari pada

jumlah yang dapat dicapai oleh wajib pajak. Selain itu, karena norma perhitungan

selalu memberikan angka penghasilan positif, maka wajib pajak tidak mungkin

menikmati kompensasi kerugian. Walaupun secara teknis proses penyajian

laporan tidak teratur secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan

penilaian suatu fakta sangat dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan. Dengan

Universitas Sumatera Utara


45

demikian apabila terjadi kekurangsesuaian antara ketentuan perpajakan dan

praktik atau standar akuntansi yang berlaku umum, undang-undang mempunyai

prioritas untuk di patuhi di atas praktik dan kelaziman akuntansi. Keengganan

mematuhi ketentuan ini dapat membawa kerugian material bagi perusahaan.

Perbedaan antara kebijakan akuntansi komersial dengan akuntansi pajak untuk

perhitungan laba kena pajak antara lain meliputi:

1. Sistem pengakuan penghasilan dan beban

2. Sistem penilaian persediaan

3. Metode penyusutan

4. Penilaian kembali aktiva tetap

5. Sewa guna usaha

Maka laporan keuangan komersial, ketentuan perpajakan juga mengikuti

pandangan yang lebih menitikberatkan kepada substansi ekonomis dari bentuk

formal dari setiap transaksi atau fakta bisnis. Namun, ketentuan perpajakan dalam

kasus tertentu terkadang lebih mengutamakan bentuk formal dibandingkan dengan

substansi ekonominya, misalnya sewa guna usaha.

1. Sistem pengakuan penghasilan dan beban.

Seperti halnya akuntansi, dasar pembukuan yang diakui oleh direktorat

jenderal pajak adalah basis akrual dan basis kas yang dimodifikasi.

Pada basis akrual pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat

timbulnya hak dan kewajiban, meski pun uangnya belum diterima atau di bayar.

Universitas Sumatera Utara


46

Sedangkan pada basis kas pendapatan dan biaya di catat dan di laporkan pada saat

terjadinya penerimaan dan pengeluaran uang.

Basis kas yang dimodifikasi dalam rangka menghitung PPh badan adalah

sebagai berikut:

a. Perhitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh

penjualan, baik yang tunai baik pun yang bukan.

b. Biaya-biaya yang boleh di bebankan adalah biaya-biaya yang telah di

bayar.

c. Dalam perolehan harta yang dapat di susutkan dan hak-hak yang dapat

diamortisasi, biaya yang boleh di bebankan hanya dapat dilakukan melalui

penyusutan dan amortisasi.

Jadi perbedaan antara basis akrual dan basis kas yang dimodifikasi

menurut versi perpajakan terletak pada biaya administrasi dan umum. Pada basis

akrual biaya admistrasi dan umum di bebankan pada saat timbulnya kewajiban,

sedangkan pada basis kas biaya tersebut baru dapat di bebankan pada saat

terjadinya pembayaran. Dengan demikian dari sisi efesiensi beban pajak lebih

menguntungkan memilih basis akrual.

Stelsel Kas

Ada beberapa wajib pajak yang bersikap sangat cermat dan jeli dalam

penggunaan stelsel kas, misalnya dengan mudah akan menghindarkan diri dari

pengenaan pajaknya dengan cara mengganti penerimaan tunai atas jasa yang telah

dilakukannya ke dalam penerimaan yang berbentuk non-cash property atau

penggeseran penerimaan pada akhir periode akuntansi yang bersangkutan ke

Universitas Sumatera Utara


47

periode berikutnya, apabila dilihatnya pemajakan tersebut hanya di dasarkan pada

penerimaan tunai saja.

Keunggulan stelsel kas

Walaupun penggunaan stelsel kas akan mengakibatkan terbatasnya

penguasaan wajib pajak terhadap penghasilan yang merupakan haknya, namun

sebaliknya dengan menggunakan stelsel kas wajib pajak dapat mengawasi dengan

hampir sempurna atas semua pengeluaran yang dapat di kurangkan dari

penghasilannya.

Wajib pajak tidak akan membukukan penghasilannya sebagai penghasilan

sampai saat penghasilan tersebut betul-betul diterimanya. Oleh karena itu, apabila

wajib pajak tidak menginginkan penghasilan tesebut diterimanya dalam suatu

tahun tertentu, maka wajib pajak dapat menunda melakukan penagihan terhadap

langganan atau kliennya.

Sebaliknya, pengeluaran-pengeluaran wajib pajak tidak akan dikurangkan

dari penghasilannya sampai saat pengeluaran tersebut betul-betul dibayar. Wajib

pajak yang menggunakan stelsel kas akan dapat melakukan seleksi terhadap bon-

bon pengeluaran yang akan di bayar pada akhir tahun atau menundanya sampai

tahun depan.

Sebagai tambahan, apabila pada akhir tahun terdapat pengeluaran-

pengeluaran yang masih harus di bayar, wajib pajak dapat pula melakukan

pembayaran lebih dulu atas pengeluaran tersebut dengan tujuan agar terdapat

pengeluaran yang cukup besar dalam tahun yang bersangkutan dan dengan

demikian dapat pula mengurangi beban pajaknya.

Universitas Sumatera Utara


48

Kendala yang terdapat pada stelsel kas

Jarang sekali terjadi bahwa penerimaan dan pengeluaran kas yang betul-

betul telah diterima dan telah dibayar tersebut, mencerminkan penghasilan yang

sesungguhnya dari usaha tahun yang bersangkutan dan malahan sering terjadi

bahwa penghasilan yang dihitung berdasarkan stelsel kas ini memperlihatkan

penghasilan yang jauh berbeda dengan penghasilan yang benar-benar merupakan

penghasilan tahun yang bersangkutan.

Apabila kita kurang hati-hati mengamatinya, maka penggunaan stelsel kas

ini akan dapat mengakibatkan distorsi penghasilan dari tahun ke tahun. Kadang-

kadang terjadi bahwa pembayaran pajak yang dilakukan dalam tahun yang

bersangkutan melebihi jumlah pajak yang seharusnya dibayar oleh karena

penerimaan yang bukan merupakan penghasilan dari tahun yang bersangkutan

yang diterima lebih dulu akan meningkatkan pembayaran pajak dalam tahun

tersebut.

Meratakan penghasilan

Salah satu cara yang paling efektif untuk meratakan penghasilan sampai

wajib pajak tersebut siap dan merasa mampu untuk membayar pajaknya.

Tampaknya hal ini tidak merupakan masalah yang sulit bagi wajib pajak yang

yang menggunakan stelsel kas, karena adanya ketentuan tentang pengertian

penghasilan yang betul-betul sudah di terima saja yang akan di laporkan.

Stelsel akrual

Stelsel akrual sebaiknya digunakan apabila bisnis wajib pajak tersebut

terdiri dari berbagai transaksi yang kompleks sepanjang tahun yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


49

Stelsel ini mencerminkan penghasilan yang lebih akurat dibandingkan dengan

stelsel kas dan dalam banyak hal penghasilan dan pengeluaran wajib pajak dapat

dicocokkan satu sama lainnya dan hal ini akan lebih mendekati kebenarannya

apabila wajib pajak menggunakan”natural business year”

Keunggulan stelsel akrual

Pengawasan atas penghasilannya dapat dilakukan dengan cara menentukan

kapan suatu penghasilan tersebut dianggap sebagai penghasilan. Misalnya

penghasilan atas jasa diakui sebagai penghasilan apabila sudah dibuat fakturnya

dan hasil penjualan diakui sebagai penghasilan apabila sudah ada penyerahan,

sehingga wajib pajak dapat mengatur pengenaan pajaknya sesuai dengan

keinginannya dengan cara menetapkan tanggal pembuatan fakturnya atau tanggal

penyerahannya.

Banyak pula diantara wajib pajak yang menggunakan stelsel akrual

melaporkan penghasilannya sesuai dengan jumlah pembuatan fakturnya dan pada

akhir tahun kadang-kadang memasukkan pula semua nilai barang/jasa yang belum

diserahkan/dibuat fakturnya. Untuk melaksanakan hal ini biasanya wajib pajak

membukukannya dalam suatu perkiraan yang disebut perkiraan “barang dalam

pengerjaan” akan mengeliminir jumlah distorsi yang cukup besar.

Apabila digunakan periode waktu lebih kurang sama setiap tahunnya dan

lebih sama pula tarifnya, maka penghasilan setiap tahunnya lebih kurang identik

pula. Hendaknya diperhatikan bahwa apabila terdapat jumlah beban yang besar

yang belum terselesaikan pada awal satu tahun, dianjurkan untuk tidak

menggunakan stelsel akrual dan perusahaan yang baru akan dapat melaksanakan

Universitas Sumatera Utara


50

stelsel akrual yang baik, apabila perusahaan tersebut menggunakan perkiraan

“barang dalam pengerjaan” sebagai alat untuk meratakan penghasilannya.

Dalam situasi bisnis yang cenderung memburuk, penagihan piutang

dagang pun mengalami kemacetan, tetapi sebaliknya apabila situasi bisnis

membaik kembali, maka akan ada kecenderungan bahwa penerimaan hasil dapat

diperoleh dalam waktu yang cukup singkat, begitu pula piutang dagang yang

selama ini belum dilunasi akan diterima pula pembayarannya, atau dengan

perkataan lain dalam situasi ekonomi yang membaik, penghasilannya akan

bertambah secara tidak normal sehingga penghasilan tahun-tahun resesi akan

dipajaki dalam tahun terakhir dan dalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi.

Wajib pajak yang menggunakan stelsel akrual dapat mengurangi fluktuasi tersebut

dengan cara berhati-hati menangani masalah piutang ragu-ragu.

Kendala yang terdapat pada stelsel akrual

Dengan menggunakan stelsel akrual wajib pajak harus melaporkan

penghasilannya yang secara pasti belum diterimanya dalam bentuk kas (tunai) dan

sebagai akibatnya perusahaan harus pula menyisihkan sebagian dari penerimaan

kasnya untuk keperluan pembayaran pajak penghasilan yang juga belum pasti

diterima. Juga tidak terdapat pengendalian terhadap biaya-biaya yang masih harus

dibayar. Satu-satunya pengendalian yang ada hanyalah pengendalian terhadap

tanggal-tanggal pembayaran yang benar-benar sudah terjadi.

Universitas Sumatera Utara


51

2. Sistem Penilaian Persediaan

Tabel II.11: Sistem Penilaian Persediaan


Sub Sistem Akuntansi Perpajakan
1 Persediaan Dikenal adanya 3 (tiga) Penilaian persediaan
metode yaitu, FIFO, LIFO hanya boleh dilakukan
dan Average Cost. dengan menggunakan
metode rata-rata atau
metode FIFO sesuai
dengan kelaziman

3. Metode Penyusutan

Metode Penyusutan adalah seperti Tabel II.12:

No Sub Sistem Akuntansi Perpajakan


1. Metode 1. Garis lurus 1. Untuk aktiva tetap
penyusutan 2. Jumlah angka tahun bangunan adalah
3. Saldo menurun garis lurus
4. Metode jam jasa 2. Untuk aktiva tetap
5. Unit produksi bukan bangunan
6. Anuitas wajib pajak dapat
7. Sistem persediaan memilih garis lurus
8.Wajib pajak dapat memilih atau saldo menurun
salah satu metode yang ganda asal
dianggap sesuai asalkan diterapkan secara
diterapkan secara konsisten taat asas
dan metode penyusutan
harus ditelaah secara
periodik

4. Penilaian kembali aktiva tetap

Objek revaluasi adalah aktiva berwujud dalam bentuk tanah, kelompok


bangunan, dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau
dijual atau bukan barang dagangan.
Kapan suatu perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi? Apakah akan

dilakukan revaluasi total atau revaluasi parsial/sebagian? Revaluasi parsial berarti

perusahaan hanya melakukan revaluasi atas sebagian aktiva tetap yang ada sesuai

Universitas Sumatera Utara


52

pertimbangan. Untuk yang berkaitan dengan masalah pajak, pertimbangan yang

harus di perhatikan adalah kondisi dari perusahaan yang bersangkutan, seperti:

1) Kondisi perusahaan dalam laba atau rugi?

2) Jika laba, berapa labanya? Apakah sudah mencapai lapisan tarif yang

tertinggi?

3) Jika rugi, kapan rugi terjadi? Tahun berjalan atau tahun-tahun

sebelumnya? Kapan batas terakhir kompensasi kerugian?

4) Bagaimana dampak revaluasi terhadap beban pajak tahun yang akan

datang?

5. Sewa guna usaha

perencanaan pajak dapat digunakan untuk aktiva tetap yang baru akan

dibeli maupun aktiva tetap yang sudah dimiliki. Untuk aktiva tetap yang baru

akan dibeli pertimbangannya adalah beli langsung atau melalui leasing.

Sedangkan untuk aktiva yang sudah dimiliki pertimbangannya adalah

mempertahankannya, merevaluasi, atau jual dan sewa guna usaha kembali (sale

and lease back).

Membeli secara langsung atau melalui sewa guna usaha dengan hak opsi

(finance lease)

Erly suandy (2007 : 56) Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam

perencanaan pajak untuk hal ini antara lain adalah:

Universitas Sumatera Utara


53

a) Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat


dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah
biaya penyusutan
b) Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode
penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan
perpajakan.
c) Apabila membeli secara sewa guna usaha (leasing), maka semua biaya
yang dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha tersebut dapat
dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
d) Masa sewa guna usaha bias lebih pendek dari umur ekonomis
sehingga perusahaan dapat membiayakan perolehan aktiva tetap
lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan penyusutan
(penyusutan yang dipercepat/accerelated) masa sewa guna usaha
ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal
golongan 1 dan 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan
7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.

Sale and Lease Back

Pada saat penjualan dari lessee kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5%

dari nilai jual (nilai akta) atau nilai jual objek pajak (NJOP) yang digunakan untuk

menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP. Saat lessor menjual

kepada lesse (pengambilan opsi). Hal yang perlu diperhatikan disini adalah jika

gedung dimiliki secara langsung maka yang boleh dikurangkan hanya biaya

penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka 20 tahun. Apabila

diperoleh melalui finance lease maka semua biaya yang dikeluarkan untuk

pembayaran lease fee baik atas tanah mau pun bangunan dapat dibiayakan.

Menurut Early Suandy (2007 : 118) Admistrasi pajak pada dasarnya

adalah kelanjutan dari pelaksanaan tax planning. Admistrasi pajak adalah metode

untuk meyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah sesuai dengan yang

direncanakan. Pada intinya administrasi perpajakan adalah bentuk dari suatu

sistem untuk mengendalikan masalah pajak perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


54

D. PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA KONTRUKSI

Dalam buku Wirawan B. Ilyas (2006 : 249) pengertian dari kegiatan

kontruksi tersebut adalah:

1. Jasa kontruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan

kontruksi, layanan jasa pelaksanaan kontruksi, dan layanan jasa konsultasi

pengawasan kontruksi.

2. Pekerjaan kontruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan

perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup

arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-

masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau

bentuk fisik lainnya.

3. Perencanaan kontruksi adalah pemberian layanan jasa perencanaan dalam

pekerjaan kontruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian

dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan

dokumen kontrak kerja kontruksi yang dapat terdiri dari: survey,

perencanaan umum, studi makro dan studi mikro, studi kelayakan

proyek/indusri/produksi, perencanaan teknik, operasi dan pemeliharaan

serta penelitian.

4. Pelaksanaan kontruksi adalah pemberian layanan jasa pelaksanaan dalam

pekerjaan kontruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian

dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan

akhir hasil pekerjaan kontruksi

Universitas Sumatera Utara


55

5. Pengawasan kontruksi adalah pemberian layanan jasa pengawasan baik

keseluruhan maupun sebagian pekerjaan pelaksanaan kontruksi mulai dari

penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir kontruksi, yang

terdiri atas: pengawasan pelaksanaan pekerjaan kontruksi, dan pengawasan

keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil

pekerjaan kontruksi.

6. Pengguna jasa adalah orang pribadi atau badan sebagai pemberi tugas atau

pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa kontruksi.

7. Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan yang kegiatan usahanya

menyediakan layanan jasa kontruksi. Penyedia jasa terdiri dari perencana

kontruksi, pelaksana kontruksi, dan pengawas kontruksi.

Perhitungan PPh Jasa Kontrusi

1. Pada umumnya pengenaan wajib pajak usaha kontruksi dikenakan

pemajakan dengan tarif pasal 17 UU PPh dikalikan penghasilan kena pajak

dan bersifat tidak final

 Menurut peraturan Pemerintah No. 138 Tahun 2000, laba bruto

usaha konstruksi yang penyelesaiannya lebih dari satu tahun

dihitung berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian

pekerjaan.

 Dengan metode ini, biaya yang dapat diperhitungkan dalam

menghitung laba bruto adalah biaya pemakaian material, upah

buruh langsung, dan biaya lainnya yang terkait langsung dengan

proyek.

Universitas Sumatera Utara


56

 Untuk menghitung penghasilan/laba neto, laba bruto dikurangi

dengan biaya fiskal yaitu biaya tidak langsung serta biaya umum

dan administrasi (termasuk penyusutan dan amortisasi)

2. Sedangkan wajib pajak dalam negeri dengan kualifikasi usaha kecil

berdasarkan sertifikasi yang dikluarkan oleh lembaga yang berwenang,

dan nilai pengadaannya sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 per proyek

(syarat tersebut bersifat kumulatif atau harus memenuhi syarat keduanya),

terutang PPh final sesuai Pasal 4 ayat (2) UU PPh sebesar:

 4% dari jumlah bruto atas jasa perencanaan kontruksi

 2% dari jumlah bruto atas jasa pelaksanaan kontruksi

 4% dari jumlah bruto atas jasa pengawasan kontruksi

Tata Cara Pelunasan PPh

1. Melalui pemotongan pihak ketiga

a. Bagi wajib pajak/penyedia jasa pada umumnya yang tidak terutang PPh

final, akan dipotong PPh pasal 23 dengan tarif sebagaimana tersebut diatas

pada saat pembayaran uang muka dan termyn.

b. Bagi wajib pajak/penyedia jasa yang terutang PPh final, akan dipotong

PPh pasal 4 ayat (2) dengan tarif sebagaimana tersebut diatas pada saat

pembayaran uang muka dan termyn.

c. Pemotongan PPh pasal 23 atau PPh pasal 4 ayat (2) dilakukan oleh

pengguna jasa yaitu badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,

Universitas Sumatera Utara


57

bentuk usaha tetap atau wajib pajak orang pribadi yang telah ditunjuk oleh

Direktur Jenderal pajak sebagai pemotong pajak.

d. Pemotong pajak tersebut harus menyetor ke kas negara melalui bank

persepsi atau kantor Pos & giro paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23/pasal 4 ayat (2) ke kantor

pelayanan pajak tempat pemotong pajak terdaftar paling lambat tanggal 20

bulan berikutnya.

Jasa Kontuksi Lebih dari 1 Tahun

Sesuai penjelasan pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 138 Tahun 2000

diberikan penegasan sebagai berikut:

 Berdasarkan ketentuan umum sebagaimana diatur dalam pasal 16 ayat (1)

Undang-undang pajak penghasilan, penghitungan penghasilan kena pajak

dalam suatu tahun pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha

tetap dilakukan sesuai dengan prinsip persandingan biaya dengan

penghasilan (matching cost against revenue).

 Namun bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang

berusaha dibidang jasa kontruksi yang mengerjakan proyek-proyek

konstruksi berjangka waktu lebih dari satu tahun, perhitungan penghasilan

kena pajak dapat menggunakan metode lain yang lazim dalam praktek

akuntansi, seperti metode persentase penyelesaian (percentage of

compltion mthod). Dengan metode ini, pengakuan penghasilan tahunan

didasarkan atas perhitungan secara proporsional sesuai dengan tahap

penyelesaian pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


58

 Dalam penerapan metode tersebut, biaya-biaya yang dapat diperhitungkan

adalah biaya-biaya yang langsung dan semata-mata berhubungan dengan

pelaksanaan proyek tersbut, yaitu: biaya pemakaian material, upah buruh

langsung, serta biaya-biaya lainnya dengan karakteristik yang sama.

 Untuk menghitung penghasilan neto, laba bruto usaha dikurangi dengan

biaya-biaya lainnya yang diperkenankan sesuai dengan ketentuan pasal 6

ayat (1) Undang-undang pajak penghasilan, yaitu: biaya-biaya tidak

langsung (termasuk penyusutan dan amortisasi).

E. Pengaruh Pajak Terhadap Kegiatan Perusahaan

Muhammad Rusjdi (2006 : 765) Atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari usaha dibidang

jasa konstruksi, dikenakan pajak penghasilan berdasarkan ketentuan umum

Undang-undang pajak penghasilan (PP 140/00P). Bagi perusahaan, pajak yang

dikenakan terhadap penghasilan yang diterima atau di peroleh dapat dianggap

sebagai biaya/beban (expense) dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

maupun distribusi laba kepada pemerintah. Oleh karena itu besar kecilnya beban

pajak akan mempengaruhi kegiatan perusahaan dalam hal cash flow perusahan,

karena menyangkut bagaimana cara perusahaan menyediakan dana untuk

membayar beban pajak yang terutang.

Dalam istilah pembukuan “biaya” didefinisikan sebagai pengeluaran-

pengeluaran atau kewajiban-kewajiban yang timbul dalam hal memproduksi suatu

Universitas Sumatera Utara


59

barang atau jasa, sedangkan “beban” adalah akumulasi seluruh biaya yang habis

di pakai.

Asumsi pajak sebagai biaya akan mempengaruhi laba (profit margin),

sedangkan pajak sebagai distribusi laba akan mempengaruhi rate of return on

investment. Tetapi dapat disimpulkan bahwa apapun asumsinya, secara ekonomis

pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk di investasikan

kembali oleh perusahaan.

F. Motivasi Dilaksanakannya Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Secara umum motivasi manajemen dalam perusahaan melakukan

perencanaan pajak adalah untuk mengoptimalkan laba setelah pajak (after tax

return), sebab hasil tersebut dapat berpengaruh dalam proses pengambilan

keputusan atas tindakan operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan

cara menganalisa secara cermat dan memanfaatkan peluang yang ada dalam

ketentuan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan motivasi utama dari

implimentasi perencanaan pajak diantaranya adalah dengan adanya perbedaan

tarif pajak (tax rates), perbedaan dasar pengenaan pajak (tax base) dan celah-

celah perpajakan (loopholes).

Motivasi perecanaan pajak merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan

strategi perusahaan secara keseluruhan dalam upaya meningkatkan kinerja

perusahaan. Sejalan dengan dinamika era globalisasi yang diwarnai dengan

persaingan dan efisiensi, adalah sangat rasional untuk mengelolah kewajiban

Universitas Sumatera Utara


60

perpajakan sebaik mungkin sehingga dapat dihindari pemborosan sumber daya

dalam bentuk sanksi perpajakan.

Menurut Nafarin (2004:434), bahwa:

Pajak dalam jumlah yang besar dapat mengganggu aliran kas (cash flow)

dan perkembangan perusahaan, karena itulah usaha memperkecil pajak

diperlukan, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku

(legal).

G. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan


Fiskal dalam Menentukan Hutang Pajak

Menurut Gunadi (2001:128), koreksi fiskal untuk menentukan hutang pajak


adalah:
1. Koreksi Fiskal Positif

a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun,


seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi
b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham,sekutu atau anggota
c) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali;
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa
guna usaha dengan hak opsi, dan asuransi
2. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan yang
ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan
keputusan Menteri Keuangan.
d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh
wajib pajak orang pribadi, kecuali dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib
pajak orang pribadi yang bersangkutan (wajib pajak yang
dipotong PPh Pasal 21)
e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali;
1. Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan
secara bersama-sama
2. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan didaerah terpencil.

Universitas Sumatera Utara


61

3. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan


kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan keputusan
Menteri Keuangan.
f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau pihak yang memiliki hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
g) Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan
kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh
wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam atau wajib
pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama
Islam kepada badan Amil zakat atau lembaga Amil Zakat
yang dibentuk atau disyahkan oleh pemerintah
h) Pajak penghasilan
i) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya
j) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, Firma,
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham
k) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan dibidang perpajakan
l) Pajak masukan atau perolehan Barang Kena Pajak/Jasa Kena
Pajak (BKP/JKP) yang tidak dapat dikreditkan, kecuali:
m) Faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan undang-undang
PPN (faktur pajak standar cacat)
n) Pajak masukan atas perolehan BKP/JKP yang termasuk
dalam pasal 9 Undang-Undang pajak penghasilan.
o) Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, yang
pengenaan pajaknya bersifat final.
p) Pajak penghasilan yang telah dipotong pemberi kerja, kecuali
pajak penghasilan pasal 26, sepanjang pajak penghasilan
tersebut ditambahkan sebagai dasar perhitungan untuk
pemotongan pajak penghasilan pasal 26 tersebut.

2. Koreksi Fiskal Negatif


a) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disyahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang
berhak;
b) Harta hibaan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

Universitas Sumatera Utara


62

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,


kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
c) Warisan
d) Harta termasuk seoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham/sebagai pengganti penyertaan modal
e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan
kenikmatan dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah
f) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, dan asuransi beasiswa
g) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi,
BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD yang menerima
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham
tersebut
h) Iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disyahkan Menteri keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja, maupun pegawai
i) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf h, dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri keuangan
j) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi
k) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan
reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian
perusahaan atau pemberian izin usaha
l) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor- sektor usaha yang
ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan; dan
2. Sahamnya tidak di perdagangkan di bursa efek di Indonesia

Universitas Sumatera Utara


63

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

descriptive research, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. metode

Descriptive research bertujuan memberi gambaran secara tepat keadaan atau

gejala tertentu untuk menentukan adanya hubungan tertentu antara satu

gejala dengan gejala yang lain. Dalam penelitian ini, tentang kebijakan

perpajakan perusahaan, khususnya mengenai perencanaan pajak. Pendekatan

“kualitatif” adalah suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data

berupa kalimat tertulis atau lisan, peristiwa-peristiwa, pengetahuan atau

objek studi. Proses penelitian tersebut memperhatikan konteks studi dengan

menitik beratkan pada pemahaman, pemikiran persepsi peneliti.

B. Jenis dan Sumber Data.

a. Data primer, yaitu data yang di ambil langsung dan di olah dari objek

penelitian yang belum mengalami pengolahan lebih lanjut dan

dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya hasil

wawancara dengan bagian pajak dan akuntansi serta karyawan lainnya

yang dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang

diperlukan dalam penulisan sikripsi ini.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek

penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan, misalnya:

struktur organisasi, laporan keuangan.

Universitas Sumatera Utara


64

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data:

a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung

dengan pihak perusahaan, khususnya dengan bagian yang berhubungan

dengan objek penelitian.

b. Dokumentasi, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan perusahaan yang

berhubungan dengan penelitian ini, misalnya struktur organisasi, laporan

keuangan dan bukti setoran pajak.

c. Studi Kepustakaan, yaitu untuk memperoleh landasan teori mengenai tax

planning dan implementasinya melalui literatur-literatur, laporan-laporan,

makalah-makalah, seminar, jurnal-jurnal, catatan kuliah dan surat kabar

yang berhubungan dengan permasalahan yang ada serta berguna bagi

penyusunan skripsi ini.

D. Metode Penganalisaan Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode:

Metode Deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan terlebih dahulu

mengumpulkan data yang ada kemudian diklasifikasikan, di analisis,

selanjutnya di interprestasikan sehingga dapat memberikan pemecahan

terhadap permasalahan.

Universitas Sumatera Utara


65

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2007 sampai dengan selesainya

sikripsi ini. Penelitian ini dilakukan di PT. Barata UUM Medan, yang merupakan

perusahaan cabang dari kantor pusat di Surabaya, yang beralamat di Jln Binjai km

7,5 No. 273 Medan.

Universitas Sumatera Utara


66

BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Singkat Perusahaan

Dalam rangka mengantisipasi pesatnya perkembangan industri di

Indonesia, PT Barata Indonesia (Persero) Medan telah memilih produk yang

secara sistem atau sub-sistem yang dapat menjadi unggulan untuk mendukung

pertumbuhannya. Unit Usaha Mandiri Medan bersama-sama unit lain di

lingkungan PT Barata Indonesia (Persero) dan perusahaan-perusahaan lain yang

tergabung di dalam kelompok industri strategi, mengembangkan produk dan jasa

di bidang agro industri, industri energi, konstruksi dan engineering.

PT Barata Indonesia (Persero) yang dulu bernama Barata Metalwork And

Engineering Ltd, didirikan pada tanggal 19 Mei 1971 berdasarkan:

1). Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1971

2). Akte Pendirian No. 34 dan 36 tanggal 19 Mei 1971 (Notaris E. Pondang)

3). Surat Pengesahan Departemen Kehakiman No. 3A/107/23 tanggal 15 Juli

1971

Barata Metalwork And Engineering adalah merupakan penggabungan dari

tiga perusahaan Negara, yaitu:

1). PN Barata didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 125 tahun 1961

2). PN Sabang Merauke didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 124

tahun 1961

3). PN Peprida didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah NO. 36 tahun 1962

Universitas Sumatera Utara


67

PN Barata dan PN sabang Merauke merupakan bekas perusahaan milik

pemerintah Belanda yang beroperasi di Indonesia yang pada mulanya bernama:

1. NV. Machine Fabriek “Braat” yang didirikan tahun 1901.

2. NV. Machine Fabriek “Molenvrat” dan didirikan pada tahun 1902.

Perusahaan-perusahaan diatas pada tahun 1958 dinasionalisasikan oleh

pemerintah Indonesia dan pengelolaannya dipercayakan kepada badan pemerintah

yaitu “Bappit” dan kedua perusahaan tersebut kemudian diubah namanya menjadi

“Bappit pusat” dan “Bappit Sabang Merauke”. Berdasarkan peraturan pemerintah

No.124 dan 125 tahun 1961, kedua perusahaan tersebut diubah nama dan

statusnya menjadi perusahaan Negara yaitu dengan nama PN. Barata dan PN.

Sabang Merauke. PN. Pebrida didirikan tahun 1962 yang lingkup pekerjaannya

adalah di bidang perencanaan dan industri dasar.

Berdasarkan Akte Notaris M. Ali No. 29 tanggal 23 November 1981,

nama Barata Metalwork and Engineering Ltd, diubah menjadi PT. Barata

Indonesia (Persero), yang kantor pusatnya berkedudukan di Surabaya, Jawa

Timur.

Seperti telah dijelaskan pada awal bab, PT. Barata Indonesia merupakan

perusahaan besar yang bergerak dalam bidang kontraktor atau perencanaan

pembangunan yaitu untuk pembangunan rumah, jalan, dan saluran air, jaringan

listrik, pintu air, dan lain-lain sesuai dengan order yang diterima oleh perusahaan

tersebut.

PT. Barata Indonesia memiliki beberapa cabang yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia. Sedangkan yang menjadi obyek penelitian bagi penulis adalah

Universitas Sumatera Utara


68

salah satu dari kantor cabang milik PT.Barata Indonesia yang berada di provinsi

Sumatera Utara tepatnya di kota Medan dan berlokasi di Jl.binjai Km. 7,5 No. 273

Medan dan dikenal dengan nama PT. Barata Indonesia Unit Usaha Mandiri

(UUM) Medan.

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur merupakan perwujudan yang menunjukkan diantara fungsi-fungsi

dalam tubuh organisasi serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota

organisasi yang menjalankan tugas-tugas dapat dengan jelas diterima. Setiap

perusahaan mempunyai struktur organisasi yang berbeda. Dalam hal ini

tergantung dari besar kecilnya perusahaan dan bidang usahanya, makin besar

suatu perusahaan maka semakin besar dan semakin luas struktur organisasi yang

dipergunakan. Struktur organisasi yang digunakan PT. Barata Indonesia (Persero)

Cabang Medan adalah sistem organisasi lurus dimana pada sistem ini seorang

pimpinan perusahaan harus menetapkan kebijaksanaan secara konsekuen terhadap

persoalan yang akan dihadapi yakni dengan jalan pembagian tugas dan kerja

tertentu secara terperinci.

Adapun uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian

adalah sebagai berikut:

Untuk menunjang operasional perusahaan, General Manajer mempunyai

bawahan yang memegang tanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-

masing seperti:

Universitas Sumatera Utara


69

1. Bagian Penjualan

2. Bagian enjiniring dan pengendalian kualitas

3. Bagian Produksi/Perencanaan dan Pengendalian Produksi

4. Bagian Administrasi Keuangan dan Umum

Disamping bagian-bagian tersebut, ada juga seksi-seksi atau urusan-urusan

lainnya yang mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Penerapan

fungsi-fungsi tersebut merupakan pencapaian tujuan yang diharapkan oleh

instansi dan perusahaan.

Tugas dari pada General Manejer adalah:

1). Memimpin, membina, merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan

seluruh kegiatan unit usaha mandiri dengan berkonsentrasi pada tugas sehari-

hari di bidang pemasaran, keuangan, teknologi, dan lain sebagainya, sehingga

dapat mencapai target yang diinginkan dan menjadi unit yang berhasil dan

menguntungkan.

2). Menyusun dan merumuskan rencana kerja dan anggaran perusahaan serta

mengendalikan pelaksanaannya.

3). Memberikan petunjuk-petunjuk dalam rangka pengembangan metode dan

prosedur kerja untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

4). Memberikan masukan kepada direksi dalam rangka pengembangan

produktivitas kerja.

5). Melaksanakan kegiatan komersial dengan jalan membina hubungan dengan

para pelanggan dan calon langganan serta membina promosi penjualan

sedemikan rupa sehingga sasaran pesanan masuk dapat tercapai.

Universitas Sumatera Utara


70

1. Tugas kepala bagian Penjualan antara lain:

1). Mengembangkan metode, sistem, serta prosedur untuk lebih meningkatkan

efisiensi dan produktivitas kerja pemasaran/penjualan dan engineering.

2). Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bidang

pemasaran/penjualan dan engineering.

3). Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pemasaran/penjualan dan

engineering untuk mencapai target penjualan sesuai dengan RKAP dan

Marketing Plan.

2. Tugas Kepala Bagian enjiniring dan Pengendalian Kualitas antara lain:

1) Membuat perhitungan harga dari gambar kerja yang diterima dari pemilik

pekerjaan.

2) Membuat design dan perencanaan dari pekerjaan.

3) Menentukan jenis, kualitas, dan jumlah dari bahan-bahan pokok maupun

bahan-bahan pembantu untuk proyek yang akan dikerjakan.

3. Tugas kepala bagian Produksi/Perencanaan dan Pengendalian Produksi

antara lain:

1). Membawahi bagian pengendalian produksi dan perawatan pengendalian

produksi, pengendalian biaya dan laporan, pengendalian material, perawatan

fasilitas produksi, gudang dan ekspedisi.

2). Mencari serta mengumpulkan harga-harga bahan baku dan upah, pembuatan

anggaran biaya pekerjaan/proyek, mengikuti pelelangan serta penyelesaian

kontraknya.

Universitas Sumatera Utara


71

3). Membuat rencana biaya produksi dan melaksanakan pengendaliannya dalam

rangka meningkatkan harga pokok sehingga mempertinggi daya saing.

4. Tugas kepala bagian Administrasi Keuangan dan Umum meliputi:

a. Bagian Admistrasi Keuangan

(1). Bagian Keuangan

a) Kasir

1. Menerima dan membayarkan transaksi penerimaan dan pengeluaran

kas.

2. Membukukan, mencatat mutasi keluar masuk kas/bank ke dalam buku

bantu kas/bank.

3. Melakukan pencatatan dan pencocokan saldo buku kas/bank dengan

saldo register kas/bank.

4. Melaporkan posisi kas/bank bagian keuangan administrasi setiap hari.

5. Dan tugas lainnya dari atasannya.

b) Pembuatan Voucher Pengeluaran dan Rekonsiliasi Bank

1. Membuat voucher pengeluaran kas/bank yang terdiri dari biaya rutin

meliputi biaya eksploitasi, pembayaran gaji, pembayaran hutang, dan

sebagainya termasuk melengkapi data pendukung voucher tersebut

2. Membuat buku monitoring terhadap voucher yang telah di terbitkan.

3. Membuat rekonsiliasi bank tiap akhir bulan dan menyimpan rekening

Koran bank.

4. Dan tugas lainnya dari atasan.

c) Pembuatan Register dan Pengurusan Jaminan Bank

Universitas Sumatera Utara


72

1. Membuat register kas/bank setiap hari setelah voucher diterima dari

kasir

2. Menyerahkan register yang telah di periksa kaur keuangan ke kaur

Akuntansi.

3. Melakukan pencocokan antara register kas/bank dengan buku

kas/bank.

4. Mengarsip/menyimpan register kas/bank beserta voucher lengkap

dengan dokumen pendukungnya ke dalam suatu order yang diberi

tanda/kode tersendiri.

5. Melakukan pengurusan jaminan bank/jasa raharja dan pengurusan

lainnya.

6. Dan tugas lainnya dari atasan.

d) Pembuatan Tagihan Piutang dan Voucher Penerimaan/Pertanggungjawaban

meliputi:

1. Pembuatan tagihan piutang yang meliputi surat tagihan termin,

invoice, kuitansi, faktur pajak, dan data pendukung lainnya yang

berhubungan dengan penagihan.

2. Memonitor proses penagihan dan mencatat dalam buku bantu piutang

pesanan tersendiri.

3. Melakukan penyimpanan bukti dokumen tagihan

4. Membuat voucher penerimaan tagihan/piutang lengkap dengan

dokumen pendukungnya.

5. Membuat voucher pertanggungjawaban panjar pegawai proyek.

Universitas Sumatera Utara


73

6. Dan tugas lain dari atasannya.

(2). Bagian Verifikasi

a) Verfikasi Hutang dan Inventarisasi

1. Melakukan verifikasi pembayaran hutang yang timbul dari pembelian

kredit dan kemajuan dari sub kontrak.

2. Membuat/mencatat buku hutang dan menyimpan data hutang tersebut

secara rapi dengan diberi tanda tersendiri untuk diserahkan ke urusan

keusangan saat dilakukan pembayaran hutang.

3. Membuat rekapitulasi hutang setiap periodik sebagai laporan ke pihak

manajemen

4. Mencatat/inventarisasi pembelian material/alat kerja yang umur

ekonomisnya diatas 1 tahun yang diadakan dikantor unit Usaha

Mandiri Medan.

5. Dan tugas lainnya dari atasan.

b) Verifikasi panjar pegawai dan masalah perpajakan

1. Melakukan verifikasi pertanggungjawaban panjar pegawai lainnya dan

mengembalikan dokumen yang kurang lengkap kepada yang

bersangkutan.

2. Mencatat dan memonitor buku panjar pegawai yang lainnya dan

memberi informasi ke pihak manajemen bahwa panjar baru untuk

dikompensasikan dengan panjar lama yang belum di

pertanggungjawabkan.

Universitas Sumatera Utara


74

3. Mencatat buku bantu PPn dan PPh yang timbul dari pembelian atau

kontrak dan penerimaan tagihan, menyimpan dokumen pajak dengan

rapi serta membuat rekapitulasi informasi perpajakan setiap periode.

4. Menghitung, melapor, dan menyetor pajak setiap bulan ke kantor

pajak/kas Negara.

5. Dan tugas lainnya dari atasan.

c) Verifikasi panjar proyek dan monitor biaya proyek

1. Melakukan verifikasi pertanggungjawaban panjar proyek dan membuat

surat setor pertanggungjawaban proyek atau mengembalikan dokumen

tersebut bila ada yang kurang lengkap atau wajar atau belum bias

diterima secara admistrasi.

2. Mencatat dan memonitor buku Bantu panjar proyek dan

pertanggungjawaban

3. Mencatat dan memonitor biaya proyek dalam suatu kartu rincian

proyek dan membuat rekapitulasi biaya proyek sesuai dengan laporan

job order.

4. Mencatat inventarisasi pembelian material atau alat kerja yang umur

ekonomisnya di atas satu tahun yang di adakan dari setiap proyek (dari

tata pertanggungjawaban)

(3). Bagian Akuntansi

1). Electronic data processing (EDP) dan pencatatan buku bantu pos neraca

a) Melakukan EDP ke dalam komputer akuntansi setelah register diterima

dari urusan keuangan.

Universitas Sumatera Utara


75

b) Membuat buku bantu pos neraca (aktiva) yang terdiri dari:

 Piutang Progress.

 Panjar STPD dan panjar pegawai

 Persediaan.

2). Membuat jurnal memorial dan pencatatan buku bantu pos laporan neraca.

a) Membuat jurnal memorial setiap akhir bulan.

b) Melakukan analisa kewajaran laporan keuangan.

c) Mencatat buku bantu pos neraca (aktiva dan passiva) yang terdiri dari

aktiva tetap dan aktiva lainnya, pos transitoria dan antisipasi (aktiva

dan passiva), rekening Koran antar cabang dan kantor pusat.

3) Pengetikan memorial dan pencatatan buku bantu pos laporan rugi laba.

a) Mencatat buku bantu pos laporan rugi laba yang terdiri dari pos

penjualan, pos harga pokok penjualan termasuk kartu monitoring biaya

order, pos pendapatan, dan beban lain-lain.

b) Melakukan pengetikan jurnal memorial, laporan JU/JM, laporan

perkembangan, dan lain-lain setiap bulan.

c) Membuat laporan rincian rugi laba dan harga pokok penjualan setiap

bulan.

b. Bagian Umum

1. Menyusun RKAP.

2. Melaksanakan dan Mengendalikan Anggaran.

3. Mengusahakan agar admistrasi keuangan dan pembukuan dapat terlaksana

secara tertib, lengkap, tepat waktu, konkrit dan konsisten.

Universitas Sumatera Utara


76

4. Mengumpulkan dana dan mengatur rencana penggunaannya.

5. Menyiapkan semua laporan berkala di bidang administrasi keuangan tepat

pada waktunya.

6. Meningkatkan daya guna dan tertib administrasi keuangan order.

7. Mengusahakan agar kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi sesuai dengan

persyaratan.

8. menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:

a. Admistrasi mutasi dan dokumentasi serta mengolah data personil.

b. Kondisi lingkungan kerja yang baik.

c. Keselamatan dan kesehatan kerjasama personil instansi/material dan

bahan-bahan keterangan atau dokumen.

d. Melakukan usaha peningkatan kemampuan kerja sesuai dengan

perencanaan.

e. Mengusahakan agar tata tertib dan disiplin kerja dapat dipelihara dan

di tingkatkan.

f. Membina dan memelihara hubungan baik dengan organisasi

pegawai/istri pegawai, instansi pemerintah/swasta, dan militer.

g. Membina, Mengkoordinasi, dan mengawasi aktivitas pegawai yang

ada di bawahnya.

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang di tetapkan general manajemen

bagian admistrasi keuangan, yang masing-masing mempunyai kepala

urusan yang berfungsi membantu kelancaran bidang administrasi, baik

administrasi keuangan maupun pembukuannya

Universitas Sumatera Utara


77

c. Unsur-unsur Pendapatan dan Beban pada PT. Barata UUM Medan

PT. Barata UUM Medan mempunyai beberapa sumber pendapatan dan

beban-beban yang ditanggung oleh perusahaan. Pendapatan perusahaan terdiri

atas:

a. Penjualan:

1. Pesanan Luar (PL)

2. PAU/PAD

b. Pendapatan Lain-lain.

Sedangkan beban perusahaan terdiri atas:

a. Beban Pokok Penjualan:

1. Beban Pemakaian Bahan

2. Beban Upah Tenaga Langsung

3. Beban Mesin Langsung

4. Beban Order Lainnya

5. Beban Sub Kontrak

6. Beban Produk Tak Langsung

b. Beban Usaha:

1. Beban Pemasaran

2. Beban Adm. & Umum

c. Beban Bunga

d. Beban lain-lain.

d. Laporan Keuangan Perusahaan

Universitas Sumatera Utara


78

Laporan keuangan perusahaan disajikan berikut ini adalah laporan

keuangan yang dibuat oleh perusahaan yang terdiri dari Laporan Laba Rugi dan

Laporan Neraca yang berhubungan dengan hutang pajak perusahaan tahun buku

2006.

PT BARATA INDONESIA UUM MEDAN


LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2006

I. PENJUALAN:
PL 16,479,740,200.06
PAU/PAD 13,940,000.00
Persediaan 0.00
Jumlah I 16,493,680,200.06

II. BEBAN POKOK PENJUALAN:


Beban Pemakaian Bahan 6,481,184,782.20
Beban Upah Tenaga Langsung 464,575,445.04
Beban Mesin Langsung 39,425,237.21
Beban Order Lainnya 3,537,863,502.00
Beban Sub Kontrak 3,947,879,398.53
Beban Prod. Tak Langsung. 805,900,220.71

JumlahII 15, 376,828,585.69

IV. LABA (RUGI) BRUTO: 1,116,851,614.37

BEBAN USAHA:
Beban Pemasaran 972,406,921.67
Beban Adm. & Umum 1, 827,396,834.37

Jumlah IV 2,799,803,756.04

V. LABA (RUGI) SBL BUNGA: (1,682,952,141.67)

VI. BEBAN BUNGA: 666,283,495.01

VII. LABA (RUGI) OPERASIONAL: (2,349,235,636.68)

VIII. PENDAPATAN & BEBAN LAIN-LAIN


Pendapatan Lain-lain 138,524,952.74
Beban Lain-lain 497,527,094.98

Jumlah VIII (359,002,142.24)

IX. LABA (RUGI) SBL. PAJAK (2,708,237,778.92)

PT BARATA INDONESIA UUM MEDAN


NERACA

Universitas Sumatera Utara


79

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2006

AKTIVA LANCAR: KEWAJIBAN LANCAR:


Hutang Bank 0.00
ALAT LIKWID: Hutang Jangka Pendek BPPN 0.00
Kas 523,500.00 Hutang BPIS 0.00
Bank 107,182,139.43 Hutang Dana Swasta 0.00
Surat-surat Berharga 0.00 Hutang Dagang 4,668,171,528.01
Piutang Dagang 2,168,624,026.58 Uang Muka Order 2,309,964,187.55
Piutang Progres 7,236,609,327.61 Hutang Pajak 378,370.290.00
Piutang Pegawai 942,754,736.77 Hutang Lain-lain 5,602,707,392.79
Uang Muka Pajak 243,191,983.67 Beban YMH Dibayar 4,276,346,725.14
Piutang Lain-lain 149,948,645.00
Biaya Dibayar Dimuka 200,553,207.00 17,235,560,123.49

11,049,387,566.06 R.K. RUTIN:


PERSEDIAAN: R.K. Rutin 0.00
Barang Hasil Produksi 0.00 R.K. Pemindahan (22,329,102,522.45)
Pekerjaan Dalam Pelaksanaan 0.00 R.K. Divisi / UUM 20,922,588,802.94
Bahan Baku/Pembantu 471,354,517.86
Barang Dalam Perjalanan 0.00 JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 15,829,046,403.98

471,354,517.86 KEWAJIBAN TIDAK LANCAR:


JUMLAH AKTIVA LANCAR 11,520,742,083.92 Hutang RDI 0.00
Hutang JK PanjangBPPN 33,088,079.95
INVESTASI JANGKA PANJANG: Kewajiban Pajak Tangguhan 0.00
Penyertaan 0.00 Kewajiban Yg Diestimasi 0.00

AKTIVA TETAP: JUMLAH KEWAJIBAN TDK LANCAR 33,088,079.95


AKTIVA TETAP BERWUJUD:
Tanah, Lapangan, Jalan 165,836,665.00 EKUITAS:
Gedung, Pabrik, Gudang, Kantor 599,111,501.75 Modal Saham & Statuter 0.00
Bangunan Rumah Dinas 37,451,823.26 Saham dalam Portepel 0.00
Mesin Mesin 1,660,689,729.46
Intalasi Listrik 0.00 Saham Ditempatkan 0.00
Peralatan & Alat Angkut 345,132,918.25 Saham Belum Disetor 0.00
Inpentaris & Peralatan Logam 423,824,964.62 Modal Yang Disetor 0.00
Mebel & Peralatan Kayu 40,849,669.28 Equity PT Pakarya Industri 0.00
Kendaraan Bermotor 362,643,000.00 Cadangan Umum 0.00
Akumulasi Penyusutan (2,103,423,340.46) Cadangan Bertujuan 0.00
1,532,116,931.16 Jumlah 0.00
Selisih Kurs 0.00
AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD: Selisih Penilaian Kembali 0.00
Investasi Tenaga Kerja 0.00 SALDO PENILAIAN LABA-RUGI:
Biaya Riset dan Pengembangan 0.00 Saldo Laba Rugi Belum Dibagi 0.00
Lisensi 0.00 Laba Rugi Tahun Lalu 0.00
Akumulasi Amortisasi 0.00 Laba Rugi Tahun Berjalan (2,708,237,778.92)
0.00 (2,708,237,778.92)
Aktiva Dalam Kontruksi 0.00 JUMLAH EKUITAS (2,708,237,778.92)
Aktiva Pajak Tangguhan 0.00
0.00
JUMLAH AKTIVA TETAP: 1,532,116,931.16
AKTIVA LAIN-LAIN:
Uang Jaminan & Lain-lain 101,037,689.93

JUMLAH AKTIVA 13,153,896,705.01 JUMLAH PASSIVA 13,153,896,705.01

2. Kebijakan Perpajakan Perusahaan

Universitas Sumatera Utara


80

Dari hasil pengumpulan data di PT. Barata UUM Medan, penulis

mengamati terdapat beberapa kebijakan yang dilaksanakan perusahaan dalam

upaya implementasi tax planning, antara lain:

1. Dalam menjalankan usahanya PT. Barata yang berkantor pusat di

Surabaya dan mempunyai empat cabang yaitu: cabang UUM Bandung,

cabang UUM Suka bumi, cabang UUM Medan, dan cabang UUM

Cilegon. Namun dari segi hukum seluruh cabang tersebut berada dalam

satu kesatuan hukum (one legal entity).

2. Pada dasarnya setiap cabang menyelenggarakan pembukuan namun hanya

bersifat laporan kepada kantor pusat. Kantor pusat bertugas untuk

membuat laporan konsolidasi, karena PPh Badan ditanggung oleh kantor

pusat, sementara kantor cabang hanya bertugas untuk mengurus

administrasi pajak penghasilan pasal 21.

3. Adapun pajak penghasilan (PPh pasal 21) yang dikenakan kepada

karyawan ditanggung oleh pihak perusahaan. Dengan kata lain PPh ini

pembayarannya tidak dipotong dari gaji karyawan yang bersangkutan

melainkan langsung dibayarkan oleh pihak perusahaan ke kas negara.

Penghasilan bruto berupa upah harian, upah satuan, dan upah borongan

yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 12.000 per hari di bebaskan dari

pemotongan PPh Pasal 21, untuk jumlah diatas Rp. 12.000 sehari,

dipotong dengan tarif 15%

4. Perusahaan menggunakan sewa guna usaha disamping pembelian

langsung terhadap aktiva tetap.

Universitas Sumatera Utara


81

5. Informasi tentang penghasilan perusahaan yang dikenakan pajak

disampaikan selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir tahun pajak,

biasanya 31 Maret tahun berikutnya.

3. Penerapan Tax Planning

Laporan keuangan yang di susun oleh PT. Barata UUM Medan,

merupakan gambaran dari proses usaha, baik mengenai perkembangan kemajuan

hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat beroperasinya perusahaan laporan

tersebut berupa: neraca, laba rugi dan rincian-rincian penjelasan sebagaimana

mestinya. Data dan laporan tersebut yang akan digunakan direksi sebagai bahan

pertimbangan evaluasi dalam mengambil langkah-langkah usaha selanjutnya yang

mengarah pada perkembangan serta kemajuan usaha. Ada pun data dan laporan

yang berhubungan dengan pembahasan sikripsi ini adalah: perhitungan laba rugi

PT. Barata UUM Medan tahun buku 2005-2006 yang terdiri dari penjualan, beban

pokok usaha, beban bunga, dan pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain.

Dalam menerapkan Tax Planning, manajer terlebih dahulu harus

memikirkan dengan matang sasaran dan tindakan yang di dasarkan pada metode,

rencana atau logika, sehingga dapat memenuhi kewajiban perpajakan secara

lengkap, benar dan tepat waktu. Adapun penerapan tax planning yang dilakukan

PT.Barata UUM Medan, sebagai berikut:

Pada tahun buku 2005, beban PPh yang ditanggung oleh perusahaan

setelah koreksi fiskal adalah sebesar Rp. 621.562.273,67 sementara perusahaan

hanya membayar pajak penghasilan sebesar RP. 243.191.983,67. Dengan

Universitas Sumatera Utara


82

demikian perusahaan harus menanggung pajak kurang bayar sebesar Rp.

378.370290,00 (621.562.273,67 - 243.191.983,67). Dari data tersebut maka

jumlah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar pada tahun pajak 2007

yaitu sebesar Rp. 621.562.273,67/12 = Rp. 51.796.856,13. Oleh karena

perusahaan mengalami pajak kurang bayar pada tahun pajak 2006, maka

perusahaan harus menjumlahkan hutang pajak penghasilan tersebut kedalam

angsuran pajak tahun 2007. dari data yang diperoleh dari PT Barata UUM Medan

angsuran pajak penghasilan yang di bayar oleh perusahaan untuk tahun pajak

2007 adalah sebesar Rp. 83. 327.313,63 dengan rincian sebagai berikut:

Angsuran PPh pasal 25 (SPT 2006) Rp. 51. 796. 856,13


Hutang pajak penghasilan (Pajak kurang bayar) 31. 530.857,50
Angsuran PPh pasal 25 tahun 2007 83. 327.713,63

Maka besarnya arus kas keluar yang harus disediakan perusahaan untuk

membayar angsuran pajak tersebut adalah sebesar Rp. 83.327. 713,63 per bulan

atau sebesar Rp. 999.932.563,60 per tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, pihak

manajemen merencanakan untuk meminimalisasi jumlah tersebut dengan

membuat anggaran laba rugi untuk tahun 2007. perusahaan merencanakan agar

pembayaran pajak penghasilan untuk tahun pajak 2007 berkurang dari

pembayaran pajak penghasilan tahun pajak 2006, artinya perusahaan

merencanakan agar mendapatkan pajak lebih bayar dari angsuran pajak yang telah

dilunasi.

Untuk pencapaian rencana tersebut maka dilakukan efisiensi PPh badan

dengan beberapa cara legal untuk memperkecil pajak dari suatu badan usaha

Universitas Sumatera Utara


83

untuk meminimalkan PPh terutang. PT Barata UUM Medan dapat melaksanakan

upaya berikut:

1. Memaksimalkan biaya-biaya fiskal

Memaksimalkan biaya-biaya fiskal adalah berupa tindakan yang dilakukan

dengan meninngkatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau dialihkan.

Sebagai contoh; Anggaran PT. Barata UUM Medan, untuk tahun yang akan

datang disusun bulan Juni/Juli tahun ini dan direvisi bulan Agustus/September,

sehingga besarnya penghasilan bersih sebelum pajak dan besarnya pajak

penghasilan yang harus dibayar sudah dapat diperkirakan. Pada bulan juni tahun

berjalan saat penghasilan bersih setelah pajak mencapai 75% dari penghasilan

bersih yang sudah direncanakan, maka sisa waktu 5 bulan yaitu dari Agustus

hingga desember ( tinggal 25%), digunakan untuk melakukan pengeluaran-

pengeluaran yang diperkenankan oleh undang-undang perpajakan sebagai biaya

pengurang dan berguna langsung bagi perusahaan, seperti biaya pendidikan yang

direncanakan sebelumnya. Peluang ini tercantum dalam pasal 6 ayat 1,

selengkapnya dapat dilihat contoh perhitungan pada tabel IV.1

Universitas Sumatera Utara


84

Tabel IV. 1
PT.Barata UUM Medan
BIAYA PENDIDIKAN KARYAWAN
Tidak melakukan pendidikan karyawan Melakukan pendidikan karyawan
Penjualan Rp. 16.479.740.200,06 Penjualan Rp. 16.479.740.200,06
Biaya operasi: Biaya operasi:
Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20 Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20
Biaya upah T. langsung 464.575.445,04 Biaya upah T. langsung 464.575.445,04
Biaya Mesin langsung 139.425.237,21 Biaya Mesin langsung 139.425.237,21
Biaya order lainnya 3.537.863.502,00 Biaya order lainnya 3.537.863.502,00
Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53 Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53
Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71 Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71
Biaya pemasaran 972.406.921,67 Biaya pemasaran 972.406.921,67
Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37 Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37
Biaya bunga 666.283.495,01 Biaya bunga 666.283.495,01
Biaya penyusutan 120.803.000,20 Biaya penyusutan 120.803.000,20
Jumlah biaya operasi Rp. 8.340.669.870,00 Jumlah biaya operasi Rp. 8.340.669.870,00

Laba/Rugi operasi Rp. 8.139..070.330,00 Laba/Rugi operasi Rp. 8.139..070.330,00

Pendapatan & biaya lain-lain: Pendapatan & biaya lain-lain:


Pendapatan lain-lain Rp. 138.524.952,74 Pendapatan lain-lain Rp. 138.524.952,74
Biaya lain-lain 497.527.094,98 Biaya lain-lain 497.527.094,98
Selisih biaya & pendapatan lain-lain (359.002.142,20) Biaya pendidikan 123.131.773,70
Laba/Rugi sebelum pajak Rp. 7.780.068.188,00 Selisih biaya & pendapatan lain-lain (477.133.915,90)
Laba/Rugi sebelum pajak Rp. 7.661.936.414,00
PPh Badan (tarif pasal 16) :
10 % x Rp 50.000.000 = Rp. 5.000.000 PPh Badan (tarif pasal 16) :
15 % x Rp 50.000.000 = Rp. 7.500.000 10 % x Rp 50.000.000 = Rp. 5.000.000
30 % x Rp 7.680.068.188 =Rp. 2.304.020.456 15 % x Rp 50.000.000 = Rp. 7.500.000
PPh terutang (Rp. 2.316.520.456,00) 30 % x Rp 7.561.936.414 =Rp. 2.268.580.924
Laba Bersih set. Pajak Rp. 5.463.547.732,00 PPh terutang (Rp. 2.281.080.924,00)
Laba Bersih set. Pajak Rp. 4.380.855.490,00

Maka selisih hutang pajak yang dapat dihemat (Rp. 2.316.520.456 - Rp. 2.281.080.924) = Rp. 35.439.532

84
Universitas Sumatera Utara
85

Dari perhitungan tabel IV.1, total hutang pajak penghasilan yang harus

dibayar PT. Barata UUM Medan, apabila tidak melakukan pengeluaran-

pengeluaran yang di perkenankan undang-undang perpajakan sebagai biaya

pengurang adalah sebesar Rp. 2.316.520.456 sedangkan apabila melakukan

pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia bagi karyawannya, terdapat

penurunan pajak penghasilan sehingga menjadi 2.281.080.924. Dari kasus

tersebut maka PT. Barata UUM Medan dapat melakukan penghematan pajak

penghasilan sebesar Rp 35.439.532 (2.316.520.456 - 2.281.080.924) atau

(35.439.532/2.316.520.456) x 100% = 1,5%.

Selain memperoleh manfaat pada tahun ini berupa penurunan hutang pajak, PT

Barata UUM Medan akan memperoleh manfaat berupa peningkatan keahlian

karyawannya untuk masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


86

2. Memperbesar beban penyusutan

Memilih metode penyusutan yang lebih tepat, tetapi sesuai dengan

ketentuan perpajakan yang berlaku. Selengkapnya dapat dilihat dengan contoh

berikut:

Misalkan, PT Barata UUM Medan selama tahun 2006 mempunyai data sebagai

berikut:

 Penjualan setahun Rp 54.000.000

 Harga pokok produk terjual setahun Rp 36.540.000

 Pada awal tahun membeli alat kantor dengan masa manfaat 4 tahun

seharga Rp 10.000.000 tanpa nilai residu

 Beban usaha diperkenankan mengurangi laba kotor setahun sebelum

penyusutan alat kantor sebesar Rp 7.514.000

Penyusutan aktiva tetap metode garis lurus

Penyusutan alat kantor setahun 25% x Rp 10.000.000 = Rp 2.500.000

Perhitungan pajak hasilan sebagai berikut:

Jualan Rp 54.000.000

Harga pokok produk terjual 36.540.000-

Laba kotor 17.460.000

Beban usaha sebelum penyusutan 7.514.000-

Laba usaha sebelum penyusutan 9.946.000

Beban penyusutan alat kantor 2.500.000-

Laba usaha kena pajak 7.446.000


Pajak hasilan 10% x Rp 7.446.000 744.600-
Laba bersih setelah pajak Rp 6.701.400

Universitas Sumatera Utara


87

Metode Penyusutan Aktiva Tetap Metode Saldo Menurun

Penyusutan alat kantor setahun 50% x Rp 10.000.000 = 5.000.000

Perhitungan pajak hasilan sebagai berikut:

Jualan Rp 54.000.000

Harga pokok produk terjual 36.540.000-

Laba kotor 17.460.000

Beban usaha sebelum penyusutan 7.514.000-

Laba usaha sebelum penyusutan 9.946.000

Beban penyusutan alat kantor 5.000.000-

Laba usaha kena pajak 4.946.000

Pajak hasilan 10% x Rp 4.946.000 494.600-

Laba bersih setelah pajak Rp 4.451.400

Dengan metode saldo menurun dapat memperbesar beban penyusutan

dibandingkan metode garis lurus sebesar Rp 25.000.000

Beban penyusutan menurut:

Metode saldo menurun Rp 5.000.000

Metode garis lurus 2.500.000-

Lebih besar Rp 2.500.000

Dengan demikian, pajak hasilan menurut metode saldo menurun lebih

kecil daripada metode garis lurus, yaitu dapat mennghemat pajak Rp 250.000

Pajak hasilan menurut:

Universitas Sumatera Utara


88

Metode saldo menurun Rp 494.600

Metodegaris lurus 744.600-

Memperkecil pajak Rp 250.000

3. Pemberian Tunjangan Tidak Dalam bentuk natura

Dalam pasal 9 ayat 1 huruf e menyebutkan bahwa pemberian dalam

bentuk natura bukan sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto, dengan demikian penghasilan kena pajak akan menjadi lebih besar.

Berdasarkan kesepakatan antara perusahaan dengan karyawan, PT. Barata UUM

Medan mengeluarkan dana untuk keperluan tunjangan bahan pangan sebesar Rp

127.000.000 menjadi unsur biaya admistrasi dan umum.

Jika tunjangan tersebut diberikan dalam bentuk natura, maka perusahaan tidak

dapat memasukkannya sebagai unsur biaya operasi. Jika tunjangan tersebut

diberikan dalam bentuk uang, maka biaya tersebut dapat dimasukkan kedalam

unsur biaya operasi. Peluang ini tercantum dalam pasal 6 ayat 1 huruf a.

Selengkapnya dapat dilihat contoh perhitungan pada tabel IV.2

Universitas Sumatera Utara


89

Tabel IV. 2
PT.Barata UUM Medan
Tunjangan Karyawan Bentuk Natura Diganti uang
TUNJANGAN BENTUK NATURA TUNJANGAN BENTUK UANG
Penjualan Rp. 16.479.740.200,06 Penjualan Rp. 16.479.740.200,06
Biaya operasi: Biaya operasi:
Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20 Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20
Biaya upah T. langsung 464.575.445,04 Biaya upah T. langsung 464.575.445,04
Biaya Mesin langsung 139.425.237,21 Biaya Mesin langsung 139.425.237,21
Biaya order lainnya 3.537.863.502,00 Biaya order lainnya 3.537.863.502,00
Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53 Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53
Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71 Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71
Biaya pemasaran 972.406.921,67 Biaya pemasaran 972.406.921,67
Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37 Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37
-Bentuk Natura (127.000.000,00) - Bentuk Uang 127.000.000,00
Biaya bunga 666.283.495,01 Biaya bunga 666.283.495,01
Biaya penyusutan 120.803.000,20 Biaya penyusutan 120.803.000,20

Jumlah biaya operasi Rp. 8.213.669.870,00 Jumlah biaya operasi Rp. 8.467.669.370,00

Laba/Rugi operasi Rp. 8.266.070.330,00 Laba/Rugi operasi Rp. 8.012.070.830,00

Pendapatan & biaya lain-lain: Pendapatan & biaya lain-lain:


Pendapatan lain-lain Rp. 138.524.952,74 Pendapatan lain-lain Rp. 138.524.952,74
Biaya lain-lain 497.527.094,98 Biaya lain-lain 497.527.094,98
Selisih biaya & pendapatan lain-lain (359.002.142,20) Selisih biaya & pendapatan lain-lain (359.002.142,20)

Laba/Rugi sebelum pajak Rp. 7.907.068.188,00 Laba/Rugi sebelum pajak Rp. 7.653.068.688,00

PPh Badan (tarif pasal 16) : PPh Badan (tarif pasal 16) :
10 % x Rp 50.000.000 = Rp. 5.000.000 10 % x Rp 50.000.000 = Rp. 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp. 7.500.000 15 % x Rp 50.000.000 = Rp. 7.500.000
30 % x Rp 7.807.068.188 =Rp. 2.342.120.456 30 % x Rp 7.553.068.688 =Rp. 2.265.920.606
PPh terutang (Rp. 2.354.620.456,00) PPh terutang (Rp. 2.278.420.606,00)
Laba Bersih set. Pajak Rp. 5.552.447.732,00 Laba Bersih set. Pajak Rp. 5.374.648082,00

Maka selisih hutang pajak yang dapat dihemat (Rp. 2.354.620.456 - 2.278420.606) = Rp 76199.850

89
Universitas Sumatera Utara
90

Dari perhitungan tabel IV.2, total hutang pajak penghasilan yang harus dibayar

PT. Barata UUM Medan apabila memberi tunjangan makan dalam bentuk natura adalah

Rp 2.354.620.456, dengan menggunakan tax planning perusahaan dapat mengatur

pemberian tunjangan dalam bentuk natura dialihkan menjadi bentuk nilai uang sehingga

terdapat penurunan total hutang pajak penghasilan menjadi Rp 2.278.420.606. Dari kasus

diatas maka, PT Barata UUM Medan dapat melakukan penghematan pajak penghasilan

sebesar Rp 76.199.850 (2.354.620.456 – 2.278.420.606) atau Rp 76.199.850/Rp

2.354.620.456 x 100% = 3,2%

4. Pemberian Tunjangan Pajak

Pemberian tunjangan pajak kepada karyawan dalam bentuk uang yang

dimasukkan ke dalam daftar gaji akan memperbesar biaya operasional, dengan sendirinya

akan memperkecil pajak yang terutang. Sebagai contoh, Tuan William adalah wajib pajak

dengan status kawin dengan tiga anak, bekerja sebagai karyawan PT. Barata UUM

Medan. Gaji yang diperoleh setiap bulan Rp 5.583.000,00 dan membayar iuran pensiun

sebesar Rp 8.514,03 dan iuran Taspen Rp 15.811,76 yang ketiganya ditanggung

perusahaan. Peluang penghitungan biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto

perusahaan tercantum dalam pasal 6 ayat 1 huruf a, selengkapnya dapat dilihat contoh

perhitungan pada tabel IV. 3

Universitas Sumatera Utara


91

Tabel IV. 3
PT.Barata UUM Medan
Pajak Penghasilan Diganti Tunjangan Pajak
PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PERUSAHAAN PAJAK PENGHASILAN DIGANTI TUNJANGAN PAJAK
Gaji Rp 5.583.000,00 Gaji Rp 5.583.000,00
Iuran Rp 24.325,79 Iuran Rp 24.325,79
Dana Kesehatan Rp 8.514,03 Dana Kesehatan Rp 8.514,03
Iuran Taspen Rp 15.811,76 Iuran Taspen Rp 15.811,76
Penghasilan Bruto Rp 5.631.951,58 Tunjangan Pajak Rp 408.048,00
Potongan: Penghasilan Bruto Rp 6.039.699,58
Potongan:
Biaya Jabatan Rp 108.000,00
Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.523.651,58 Biaya Jabatan Rp 108.000,00
Penghasilan Neto Setahun Rp 66.283.818,96 Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.931.699,58
Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 8.640.000,00 Penghasilan Neto Setahun Rp 71.180.394,96
Penghasilan kena Pajak Rp 57.643.818,96 Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 8.640.000,00
Penghasilan kena Pajak Rp 62.540.394,96
Hutang PPh (Pasal 21):
Hutang PPh (Pasal 21):
5 % x Rp 25.000.000 = Rp. 1.250.000,00
10 % x Rp 25.000.000 = Rp. 2.500.000,00 5 % x Rp 25.000.000 = Rp. 1.250.000,00
15 % x Rp 7.643.818,96 =Rp. 1.146.572,84 10 % x Rp 25.000.000 = Rp. 2.500.000,00
15 % x Rp 12.540.394,96 =Rp. 1.881.059,24
Total PPh Pasal 21 Setahun Rp 4.896.572,84
PPh Pasal 21 Sebulan (Rp 4.896.572,84/12) Rp 408.048,00 Total PPh Pasal 21 Setahun Rp 5.631.059,24
PPh Pasal 21 Sebulan (Rp 4.896.572,84/12) Rp 408.048,00
Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.631.651,58
PPh Pasal 21 Rp 408.048,00 Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.631.651,58
Biaya yang Dikeluarkan Perusahaan Rp 6.039.699,58 PPh Pasal 21 Rp 408.048,00
Biaya yang Dikeluarkan Perusahaan Rp 6.039.699,58

Biaya Yang Diperkenankan Pajak Rp 5.631.651,58


Biaya Yang Diperkenankan Pajak Rp 6.039.669,58

91
Universitas Sumatera Utara
92

Dari perhitungan IV.3, biaya yang dikeluarkan PT. Barata UUM Medan

menurut pajak penghasilan pasal 21 adalah sebesar Rp 6.039.699,58 sedangkan

biaya yang diperkenankan pajak adalah Rp 5.631.651,58. Apabila perusahaan

memberikan tunjangan pajak sebesar Rp 408.048,00/bulan dalam bentuk uang dan

dimasukkan dalam daftar gaji, maka biaya gaji yang diperhitungkan oleh

perusahaan untuk dikurangkan dari penghasilan perusahaan adalah Rp

5.631.651,58 + Rp 408.048 = Rp 6.039.699,58. Selain bermanfaat sebagai biaya

pengurang dari penghasilan perusahaan dalam hal ini tax saving dapat mencapai

shift to lower bracket (dari PPh 21 karyawan = 10 % ke PPh 21 perusahaan =

30%), pemberian tunjangan pajak tersebut tidak akan mengurang penghasilan

bersih karyawan.

5. Melakukan Perjanjian Sewa Guna Usaha Untuk Pendanaan Aktiva Tetap

(Finance Lease)

Dalam pendanaan aktiva tetap, PT Barata UUM Medan melakukan

perjanjian sewa guna usaha sesuai dengan PSAK No. 30 ”Akuntansi Sewa Guna

Usaha” yang menyatakan bahwa aktiva sewa guna usaha yang dapat

dikapitalisasi, disajikan dalam neraca sebagai bagian dalam aktiva tetap,

dinyatakan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha selama

masa sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir masa

sewa guna usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus

berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan yang diterapkan

untuk aktiva tetap sejenis.

Universitas Sumatera Utara


93

Sehingga biaya yang dibebankan perusahaan dalam pendanaan aktiva tetap

tersebut adalah:

Biaya sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi : Rp 5.660.092.482

Biaya penyusutan aktiva sewa Guna Usaha : Rp 3.379.086.456+

Biaya yang dibebankan perusahaan : Rp 9.039.178.938

Sedangkan biaya yang diperkenankan oleh perpajakan adalah:

Biaya Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi : Rp 5.660.092.482

Biaya penyusutan aktiva Sewa Guna Uasaha : (Rp 3.379.086.456)

Biaya yang dapat dikurangkan : Rp 2.281.006.026

Sehingga penghematan pajak yang diperkenankan perpajakan adalah:

30% x Rp 2.281.006.026 = Rp 684.301.807,80

Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan peraturan yang diterapkan antara

undang-undang perpajakan dengan Standar Akuntansi Keuangan, dimana menurut

Standar Akuntansi Keuangan bahwa penyusutan aktiva sewa guna usaha harus

dibebankan, sedangkan menurut peraturan perpajakan dana yang boleh

dibebankan hanya dana yang dialokasikan untuk biaya sewa guna usaha tersebut.

Sekalipun demikian, perusahaan tetap memperoleh penghematan pajak

penghasilan karena biaya sewa guna usaha yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp

5.660.092.482, lebih besar dari biaya penyusutan apabila dengan pembelian

langsung yaitu sebesar Rp 3.379.086.456. dengan demikian terdapat selisih biaya

sebesar Rp 2.281.006.026 yang menjadi dasar penghematan pajak penghasilan

operasi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


94

B. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian

Setelah menerapkan tax planning pada PT Barata UUM Medan, tax

planner harus melakukan analisa dan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil

suatu pelaksanaan suatu tax planning terhadap: beban pajak, perbedaan laba kotor

dan pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan.

Analisa dan evaluasi yang dilakukan dilihat dari penerapan tax planning pada PT

Barata UUM Medan yang terdiri dari:

1. Maksimalisasi biaya-biaya fiskal

Salah satu pengeluaran yang dilakukan PT Barata UUM Medan yang

diperkenankan undang-undang perpajakan, seperti yang tercantum dalam pasal 6

ayat 1 huruf f, adalah melakukan pendidikan dan pengembangan sumber daya

daya manusia. Melalui pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia

sesuai dengan rencana yang sudah dirancang sebelumnya, PT Barata UUM Medan

memperoleh dua keuntungan sekaligus, yaitu penurunan hutang pajak pada tahun

tersebut dan peningkatan keahlian dan mutu karyawannya di masa mendatang.

Dari kasus tersebut dapat kita peroleh informasi mengenai penghematan

pajak yang diperoleh PT Barata UUM Medan bila melakukan pengeluaran yang

diperkenankan oleh undang-undang perpajakan. Apabila perusahaan tidak

melakukan pengeluaran yang diperkenankan oleh undang-undang perpajakan

maka pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan adalah sebesar Rp

21.316.520.456 tetapi dengan mengeluarkan dana sebesar Rp 123.131.773,70

untuk biaya pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia maka pajak

Universitas Sumatera Utara


95

yang ditanggung oleh perusahaan menjadi Rp 2.281.080.924. Dengan demikian

penghematan pajak yang diperoleh oleh perusahaan adalah sebesar Rp

1.903.543.953 (Rp 21.316.520.456 - Rp 2.281.080.924)

Manfaat lain yang diperoleh perusahaan dari pengeluaran biaya tersebut adalah

meningkatnya mutu sumber daya manusia dimasa mendatang.

2. Memperbesar beban penyusutan

Menurut pasal 11 undang-undang no 17 Tahun 2000 tentang pajak

penghasilan, penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian,

penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah, yang

dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan

yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dilakukan selama masa

manfaat yang telah di tentukan straigh line method atau declining balance

method.

Pemilihan metode ini berpengaruh pada kondisi cash flow yang berasal

dari penyusutan. Yang jelas, penyusutan adalah beban non kas yang akan

membedakan antara laba dalam fiskal dan laba komersial. Dalam hal metode

penyusutan, PT Barata UUM Medan menggunakan straigh line method untuk

seluruh jenis aktiva tetapnya dengan menggunakan persentase yang tetap dari

harga perolehannya, dimana metode ini telah digunakan secara konsisten dari

tahun ke tahun. Alasan perusahaan menetapkan kebijakan untuk menggunakan

metode ini adalah karena sederhana dan mudah dalam mengimplikasikannya serta

lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutannya.

Universitas Sumatera Utara


96

Dari kasus diatas, jika perusahaan memilih metode penyusutan dengan declining

balance method dapat memperbesar beban penyusutan sebesar Rp 2500.000 dan

menghemat pajak Rp 250.000

3. Pemberian Tunjangan Tidak Dalam Bentuk Natura

Pada saat perusahaan memberikan tunjangan bahan pangan kepada

karyawan dalam bentuk natura, total hutang pajak yang harus dibayar menurut

perusahaan adalah sebagai berikut:

Penjualan Rp 16.479.740.200,06
Biaya Operasi (Rp 8.340.669.870,00)
Biaya pegawai:
Bentuk Natura (Rp 127.000.000,00)
Pendapatan dan beban lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 138.524.952,74
Beban lain-lain (Rp 497.527.094,98)

Selisih (Rp 359.002.142,20)

Penghasilan kena pajak Rp 7.653.068.188,00


PPh Badan (Pasal 25):

10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30 % x Rp 7.553.068.188 = Rp 2.265.920.456

PPh Terutang (Rp 2.278.420.456,00)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 5.374.647.732,00

Total Hutang Pajak (tarif pasal 25) Rp 2.278.420.456,00

Universitas Sumatera Utara


97

Ternyata menurut fiskal, pengeluaran yang dapat dilakukan perusahaan

untuk tunjangan karyawan dalam bentuk natura tidak diperkenankan untuk

dikurangkan dari pendapatan usaha perusahaan, sehingga akan dilakukan koreksi

sebesar Rp 127.000.000. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 9 ayat 1

huruf e yang menyebutkan bahwa pemberian dalam bentuk natura bukan sebagai

biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sehingga total hutang pajak

penghasilan yang harus dibayar perusahaan menjadi sebagai berikut:

Penjualan Rp 16.479.740.200,06
Biaya Operasi (Rp 8.340.669.870,00)
Biaya pegawai:
Bentuk Natura Rp 127.000.000,00
Pendapatan dan beban lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 138.524.952,74
Beban lain-lain (Rp 497.527.094,98)

Selisih (Rp 359.002.142,20)

Penghasilan kena pajak Rp 7.907.068.188,00


PPh Badan (Pasal 25):
10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30 % x Rp 7.807.068.188 = Rp 2.342.120.456
PPh Terutang (Rp 2.354.620.456,00)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 5.552.447.732,00

Total Hutang Pajak (tarif pasal 25) Rp 2.354.620.456,00

Universitas Sumatera Utara


98

Dengan menggunakan tax planning PT Barata UUM Medan dapat

mengatur pemberian tunjangan bahan pangan sesuai kesepakatan antara

perusahaan dengan karyawan dalam bentuk natura dialihkan menjadi bentuk nilai

uang maka perusahaan dapat menghemat pajak seperti terlihat dalam perhitungan

berikut ini:

Penjualan Rp 16.479.740.200,06
Biaya Operasi (Rp 8.340.669.870,00)
Biaya pegawai:
Bentuk Natura (Rp 127.000.000,00)
Pendapatan dan beban lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 138.524.952,74
Beban lain-lain (Rp 497.527.094,98)

Selisih (Rp 359.002.142,20)

Penghasilan kena pajak Rp 7.653.068.188,00


PPh Badan (Pasal 25):
10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30 % x Rp 7.553.068.188 = Rp 2.265.920.456

PPh Terutang (Rp 2.278.420.456,00)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 5.374.647.732,00

Penghematan pajak yang diperoleh PT Barata UUM Medan adalah Rp.

2.354.620.456– Rp.2.278.420.456 = Rp.7.200.000 atau (7.200.000/2.354.620.456)

x 100% = 3,2%

Selain memperoleh penghematan pajak, perusahaan juga tidak direpotkan oleh

biaya operasional sedangkan bagi karyawan memungkinkan untuk memilih

makanan yang lebih hemat dan disukainya.

Universitas Sumatera Utara


99

4. Pemberian Tunjangan Pajak

Pada saat suatu perusahaan hendak membayar gaji karyawannya

tentu akan memotong pajak penghasilan pasal 21, pembayaran pajak tersebut

tergantung pada kesepakatan awal atau kebijakan perusahaan, apakah akan

dibayar karyawan atau ditanggung oleh pemberi kerja, apabila ditanggung

karyawan tentunya akan mengurangi pendapatan karyawan itu sendiri. Namun

apabila ditanggung oleh pemberi kerja (perusahaan) ternyata biaya pajak tersebut

tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan, seperti terlihat pada

perhitungan berikut ini:

Penghasilan Bruto (Rp 5.631.951,58 x 12) Rp 67.583.418,96


Total PPh Pasal 21 Setahun Rp 4.896.572,84

Biaya yang dikeluarkan perusahaan Rp 72.479.991,80


Biaya yang diperkenankan pajak Rp 67.583.418,96

Dengan menggunakan tax planning, biaya yang dikeluarkan perusahaan

akan sama dengan besarnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto

perusahaan, seperti perhitungan dibawah ini:

Penghasilan Bruto (Rp 5.631.951,58 x 12) Rp 67.583.418,96


Total PPh Pasal 21 Setahun Rp 4.896.572,84

Biaya yang dikeluarkan perusahaan Rp 72.479.991,80


Biaya yang diperkenankan pajak Rp 72.479.991,80

Dengan memberikan tunjangan pajak Rp 4.896.572 (Rp 408.048/bulan)

dalam bentuk uang dan dimasukkan dalam daftar gaji, perusahaan dapat

memperhitungkan gaji karyawan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto

perusahaan, yaitu Rp 72.476.382,00 sama dengan penghasilan bruto karyawan dan

selisih pajak yang dapat dihemat, terlihat dalam perhitungan berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


100

Pajak penghasilan yang ditanggung perusahaan:

Biaya pengurang bagi perusahaan


(Pasal 25;30% x Rp 57.643.818,96) Rp 17.293.145,68
Pajak penghasilan (pasal 21) Rp 4.896.572,00
Pajak yang dihemat Rp12.396.573,68

Pajak penghasilan diganti tunjangan pajak:


Biaya pengurang bagi perusahaan
(Pasal 25;30% x Rp 62.540.394,96) Rp 18.762.118,48
Pajak penghasilan (pasal 21) Rp 5.631.059,24
Pajak yang dapat dihemat Rp 13.131.059,48

Selisih pajak yang dapat dihemat Rp 1.468.971,60

Namun perlu diingat bahwa, terjadi peningkatan atas pajak yang harus

dibayar perusahaan Rp 5.631.059,24 - Rp 4.896.572,84 = Rp 734.486,40. Agar

penghasilan karyawan tidak turun, maka peningkatan pajak tersebut ditutup dari

selisih pajak yang dapat dihemat Rp 1.468.971,60. Jadi dengan memberikan

tunjangan pajak dalam bentuk uang dan dimasukkan ke dalam daftar gaji,

perusahaan akan memperoleh keuntungan pajak sebesar Rp 1.468.971,60 – Rp

734.486,40 = Rp 734.485,20. Hal tersebut akibat perusahaan memperoleh ekstra

pajak 30% sementara hanya membayar pajak tambahan atas tunjangan pajak bagi

pajak penghasilan karyawan pada tarif pajak 15%. Sedangkan bagi karyawan

tidak ada ruginya karena penghasilan neto yang dibawa pulang tidak berubah,

seperti perhitungan berikut ini:

1. Pajak penghasilan ditanggung perusahaan:

PKP = Rp 57.643.818,96

Hutang Pajak = Rp 4.896.572,84

Penghasilan bersih = Rp 52.747.246,12

Universitas Sumatera Utara


101

2. Pajak penghasilan diganti tunjangan pajak:

PKP = Rp 62.540.394,96

Hutang Pajak = Rp 5.631.059,24

Penghasilan bersih = Rp 56.909.335,72 –(12 bln x Rp 408.048) +

Rp 734.485,20

= Rp 56.909,335,72 – Rp 4.896.572 + Rp 734.485,2

= Rp 52.747.246 (dibulatkan)

pemberian tunjangan pajak yang dimasukkan dalam daftar gaji memang

dapat menghasilkan tax saving bagi perusahaan, namun sebaiknya pajak

penghasilan karyawan tersebut di- gross up dan pajaknya dibayarkan oleh

karyawan, tidak diberi dalam tunjangan pajak, seperti terlihat dalam perhitungan

berikut ini:

Tunjangan Pajak
Gross up
Gaji Rp 5.583.000 Rp 5.631.651,48
Iuran Pensiun 24.325,79 -
Dana Kesehatan 8.514,03 -
Iuran Taspen 15.811,76
Tunjangan Pajak 408.048,00 408.048
Potongan (108.000,00) (108.000)
Penghasilan kena pajak Rp 5.931.699,58 Rp 5.931.699,58

Dari perhitungan diatas terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan apabila di gross up akan sama dengan pemberian tunjangan pajak.

Namun keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila di gross up adalah pada

saat terjadi kenaikan gaji, perusahaan tidak harus menanggung tunjangan pajak

yang ikut meningkat, sehingga rencana penganggaran perusahaan tidak terganggu.

Universitas Sumatera Utara


102

Sedangkan bagi karyawan, penghasilan neto yang dibawa pulang tetap tidak

berubah sama halnya dengan apabila pajak penghasilan karyawan tersebut

diberikan dalam bentuk tunjangan pajak.

Dari semua perhitungan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai

keuntungan perusahaan apabila memberikan tunjangan pajak penghasilan bagi

karyawan yang ditambahkan ke dalam penghasilan karyawan. Namun PT Barata

belum melakukan perencanaan ini, sehingga pada saat pihak fiskus melakukan

koreksi fiskal terhadap laporan keuangan perusahaan, maka tunjangan pajak

penghasilan tersebut tidak dapat menjadi faktor pengurang terhadap penghasilan

bruto perusahaan karena tidak dimasukkan ke dalam daftar gaji karyawan.

5. Perjanjian Sewa Guna Usaha Dalam Pendanaan Aktiva Tetap (Finance

Lease)

Dalam pendanaan aktiva tetap, PT Bararata UUM Medan melakukan

perjanjian sewa guna usaha sesuai dengan PSAK No 30 “Akuntansi Sewa Guna

Usaha” yang menyatakan bahwa aktiva sewa guna usaha yang dapat

dikapitalisasi, disajikan dalam neraca sebagai bagian dalam aktiva tetap,

dinyatakan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha selama

masa sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir masa

sewa guna usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan straight line method

berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan yang diterapkan

untuk aktiva sejenis.

Universitas Sumatera Utara


103

Sehingga biaya yang dibebankan perusahaan dalam pendanaan aktiva

tersebut adalah:

Biaya Sewa Guna Usaha Dengan Hah opsi: Rp 5.660.092.482

Biaya penyusutan aktiva Sewa Guna Usaha: Rp 3.379.086.456

Biaya yang dibebankan perusahaan : Rp 9.039.178.938

Sedangkan biaya yang diperkenankan oleh perpajakan adalah:

Biaya Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi : Rp 5.660.092.482

Biaya penyusutan aktiva Sewa Guna Usaha :(Rp 3.379.086.456)

Biaya yang dapat dikurangkan : Rp 2.281.006.026

Sehingga penghematan pajak yang di perkenankan pajak adalah:

30% x Rp 2.281.006.026 = Rp 684.301.807,80

Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan peraturan yang diterapkan antara

undang-undang perpajakan dengan standar akuntansi keuangan, dimana menurut

Standar Akuntansi Keuangan bahwa penyusutan aktiva sewa guna usaha harus

dibebankan, sedangkan menurut peraturan perpajakan dana yang boleh

dibebankan hanya dana yang dialokasikan untuk biaya sewa guna usaha tersebut.

Sekalipun demikian, perusahaan tetap memperoleh penghematan pajak

penghasilan karena biaya sewa guna usaha yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp

5.660.092.482, lebih besar dari biaya penyusutan apabila dengan pembelian

langsung yaitu sebesar: Rp 3.379.086.456. Dengan demikian terdapat selisih biaya

sebesar Rp 2.281.006.026 yang menjadi dasar penghematan pajak penghasilan

operasi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil uraian pembahasan penerapan dan evaluasi tax planning

di PT Barata UUM Medan pada bab sebelumnya, penulis membuat kesimpulan

dan saran yang diharapkan dapat membantu perusahaan serta dapat dijadikan

pertimbangan dalam menetapkan kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah

efesiensi PPh Badan.

A. Kesimpulan

Dari penelitian dan analisis yang telah diuraikan, maka dapat diatarik

beberapa kesimpulan:

1. Tax planning bagi PPh badan, setidak-tidaknya harus memenuhi berbagai

ketentuan dan persyaratan yang berkaitan dengan perhitungan penghasilan

kena pajak. Hal ini mencakup begitu banyak pos dan perlakuan

perpajakan, yang diatur juga dengan sekian banyak ketentuan perpajakan.

Oleh karena itu, perlu diberikan pengelompokan yang sifatnya fleksibel

dan cukup akurat, untuk membedakan berbagai cara atau pendekatan yang

bisa memungkinkan tercapainya efesiensi PPh badan.

2. Hingga saat ini PT Barata UUM Medan telah berupaya menerapkan tax

planning untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar

perusahaan, namun ternyata masih terdapat cara tax planning yang

dilakukan PT Barata UUM Medan, yang belum efektif dan efisien

diantaranya adalah: metode penyusutan yang digunakan PT Barata yaitu

Universitas Sumatera Utara


105

straight line method ternyata memperbesar jumlah pajak terutang, lebih

efesien jika digunakan Declining Balance Method. Kasus lain yang belum

dilaksanakan oleh perusahaan adalah pemberian tunjangan pajak

penghasilan kepada karyawan tidak dimasukkan ke dalam daftar gaji

karyawan, sehingga tunjangan ini tidak dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto perusahaan.

3. Penerapan tax planning pada PT Barata UUM Medan, telah didukung oleh

sistem admistrasi yang tertib, rapi dan teratur sehingga dapat berjalan

lancar sesuai dengan rencana untuk menghasilkan penghematan pajak

guna mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

meningkatkan kinerja. Semakin baik faktor-faktor pendukung tax

planning, maka semakin optimal beban pajak yang dapat dihemat serta

semakin kecil resiko sanksi atau denda pajak yang akan diderita oleh

perusahaan.

4. Penerapan tax planning pada PT Barata UUM Medan bertujuan untuk

mengelola kewajiban perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan tax planning pada

PT Barata UUM Medan, apabila diterapkan secara benar adalah: (1) Dapat

meminimalisasi beban pajak sebagai unsur biaya sehingga dapat

menghemat arus kas yang keluar dan (2) Dapat mengestimasi kebutuhan

kas untuk membayar beban pajak terutang serta menentukan waktu

pembayaran yang tepat sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran

kas secara akurat. Dengan demikian harapan yang ingin dicapai PT Barata

Universitas Sumatera Utara


106

UUM Medan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dapat dilakukan

secara optimal.

B. Saran

Dari kesimpulan-kesimpulan diatas, penulis memberikan saran yang

sekiranya dapat bermanfaat bagi PT Barata UUM Medan, yaitu:

1. Metode penyusutan strigh line yang digunakan PT Barata untuk seluruh

jenis aktiva tetapnya sebaiknya diganti dengan Declining Balance method

karena lebih menghemat pembayaran pajak.

2. Biaya fiskal yang diperkenankan oleh undang-undang perpajakan yang

terdapat dalam pasal 6 ayat 1 adalah biaya pendidikan karyawan. Dengan

melakukan pendidikan karyawan dan pengembangan SDM, PT Barata

UUM Medan akan memberikan keuntungan dua sekaligus, yaitu

memperoleh penurunan hutang pajak dan peningkatan kualitas karyawan

dimasa yang akan datang. Namun perlu diingat pelatihan atau pendidikan

karyawan tersebut hendaklah mengikuti rancangan rencana perusahaan

yang sebelumnya telah disusun, sehingga pengaturan anggaran perusahaan

tidak terganggu.

3. Pemberian tunjangan pajak penghasilan sebaiknya dimasukkan ke dalam

daftar gaji karyawan sebagai tambahan penghasilan karyawan agar dapat

berfungsi sebagai faktor pengurang terhadap penghasilan bruto perusahaan

sehingga dapat memberikan penghematan pajak bagi perusahaan. Namun

akan lebih baik lagi apabila perusahaan melakukan gross up, hal tersebut

Universitas Sumatera Utara


107

bertujuan agar saat terjadi kenaikan gaji karyawan, perusahaan tidak harus

menanggung tunjangan pajak yang juga ikut meningkat, sehingga rencana

penganggaran perusahaan tetap berjalan dengan baik. Sedang bagi

karyawan, penghasilan neto yang dibawa pulang tetap tidak berubah, sama

halnya dengan apabila pajak penghasilan karyawan tersebut diberikan

dalam bentuk tunjangan pajak.

4. Kebijakan PT Barata UUM Medan untuk memberikan tunjangan bahan

pangan karyawannya tidak dalam bentuk natura, selain memperoleh

penghematan pajak, akan memberikan kebebasan bagi karyawan untuk

memilih makanan yang lebih hemat dan disukai. Namun sebaiknya

sebelum melaksanakan kebijakan tersebut, hendaklah didiskusikan dengan

para utusan karyawan untuk memperoleh kesepakatan antara perusahaan

dengan karyawan. Hal tersebut dimaksudkan agar kemudian hari tidak

terjadi dilema, disatu sisi perusahaan dapat menghemat dan memilih, disisi

lain perusahaan dirugikan akibat waktu karyawan yang akan dihabiskan di

luar perusahaan sehingga akan mengganggu jam kerja perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


108

DAFTAR PUSTAKA

B.Ilyas wirawan, Rudi Suhartono, 2007. Pajak Penghasilan, Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Efferin, sujoko., Stevanus Hadi Dharmadji., dan Yuliawati Tan , 2004. Metode
Penelitian Untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan Praktis, Edisi
Pertama, Banyumedia Publishing, Malang.

Gunadi.Dr,2002. Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Penerbit Salemba Empat,


Jakarta.

Gustian, Djuanda, SE, MM dan Lubis Irwansyah, SE, 2002. Pelaporan Pajak
Penghasilan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Himpunan Peraturan Jasa Konstruksi Beserta Pajak Penghasilannya, 2006.


Penerbit, CV Eko Jaya, Jakarta.

Munawir,2005. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Penerbit BPFE


Yogyakarta.

Rosdiana, Haula, Dra. M.Si,2005. Perpajakan, Teori, dan Aplikasi, Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Resmi, Siti, 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1, Edisi 2, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.

Skousen, K.Fred., K. Stice., dan James D. Stice, 2004. Akuntansi Intermediate,


diterjemahkan oleh tim penerjemah Salemba Empat, buku satu edisi ke
lima belas, Salemba Empat, Jakarta.

Sumbodo, Agus, SH, 2005. Kewajiban Perpajakan Bagi Badan Usaha dan Orang
Pribadi, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

,2006. PPh Pemotongan Pemungutan, Penerbit PT. Raja Grafindo


Persada, Jakarta.
Setiawan, Agus, Ak, 2006. Cara Mudah Menghitung PPh Badan, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
S.R Soemarsono, 2007. Perpajakan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
,2006. Perpajakan Umum, PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Waluyo, 2006. Perpajakan Indonesia. Buku 1, Edisi 6, Penerbit Salemba Empat,
Jakarata.

Universitas Sumatera Utara


109

Yuda, Aryanto, Tejo Birowo, Primandita, Fitriandi, 2006. Kompilasi Undang-


Undang Perpajakan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, Prof. Dr. SH, 2006. Asas dan Dasar Perpajakan, Penerbit
refika Aditama, Bandung.

Zain, Mohammad, 2006. Manajemen Perpajakan, Edisi Pertama, Salemba Empat,


Jakarta.

Suandy, Erly, 2007. Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

, 2002. Perpajakan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk


Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Sikripsi, Medan.

Universitas Sumatera Utara


110

Skedul Pembayaran Lease Fee dan Nilai Tunainya

Jaminan : Rp 100.000.00.0,00
Nilai Leasing : Rp 900.000.000,00
Tingkat Bunga : 22% p.a
Discount Factor : 20%
Jangka Waktu : 4 tahun
Periode Angsuran per Angsuran Angsuran Sisa Discount Present
Angsuran Bulan Pokok Bunga Pinjaman Factor Value Biaya
Leasing
900.000.000,00
1 28.355.470.05 11.855.470,05 16.500.000,00 888.144.529,95 1,00000 28.355.470,05
2 28.355.470.05 12.072.820,34 16.282.649,72 876.071.709,61 0,98361 27.890.626,28
3 28.355.470.05 12.294.155,38 16.061.314,68 863.777.554,23 0,96748 27.4733.402,90
4 28.355.470.05 12.519.548,22 15.835.921,83 851.258.006,01 0,95162 26.983.674,98
5 28.355.470.05 12.749.073,28 15.606.396,78 838.508.932,73 0,93602 26.541.319,66
6 28.355.470.05 12.982.806,29 15.372.663,77 825.526.126,45 0,92068 26.106.216,05
7 28.355.470.05 13.220.824.40 15.134.645,65 812.305.302,05 0,90558 25.678.245,30
8 28.355.470.05 13.463206,16 14.892.263,87 798.842.095,87 0,89074 25.257.290,46
9 28.355.470.05 13710.031,63 14.645.438,42 785.132.064,24 0,87614 24.843.236,52
10 28.355.470.05 13.961.382,21 14.394.087,84 771.170.682,03 0,86177 24.435.970,34
11 28.355.470.05 14.217.340,88 14.138.129,17 756.953.341,15 0,84765 24.035.30,67
12 28.355.470.05 14.477.992,13 13.877.477,92 742.475.349,02 0,83375 23.641.358,03
13 28.355.470.05 14.743.421,99 13.612.048,07 727.731.927,03 0,82008 23.253.794,79
14 28.355.470.05 15.013.718,06 13.341.752,00 712.718.208,97 0,80664 22.872.585,04
15 28.355.470.05 15.288.969,55 13.066.500,50 697.429.239,42 0,79341 22.497.624,63
16 28.355.470.05 15.569.267,33 12.786.202,72 681.859.972,09 0,78041 22.128.811,11
17 28.355.470.05 15.854.703,90 12.500.766,15 666.005.268,19 0,76761 21.766.043,1
18 28.355.470.05 16.145.373,47 12.210.096.58 649.859894,72 0,75503 21.409.223,32
19 28.355.470.05 16.441.371,98 11.914.098.07 633.418.522,74 0,74265 21.058.252,45
20 28.355.470.05 16.742.797,14 11.612.672,92 616.675.725,60 0,73048 20.713.035,20
21 28.355.470.05 17.049.748,42 11.305.721,64 599.625.977,19 0,71850 20.373.477,24
22 28.355.470.05 17.362.327,14 10.993.142,92 852.263.650,05 0,70672 20.039.485,81
23 28.355.470.05 17.680.636,47 10.674.833,58 564.583.013,58 0,69514 19.710.969,65
24 28.355.470.05 18.004.781,47 10.350.688,58 546.578.232,11 0,68374 19.387.839,00
25 28.355.470.05 18.334.869,13 10.020.600,92 528.243.362,98 0,67253 19.070.005,57
26 28.355.470.05 18.671.008,40 9.684.461,65 509572.354,58 0,66151 18.757.382,53
27 28.355.470.05 19.013.310,22 9.342.159,83 490.559.044,36 0,65066 18.449.884,46
28 28.355.470.05 19.361.887,57 8.993.582,48 471.197.156,79 0,64000 18.147.427,34
29 28.355.470.05 19.716.855,51 8.638.614,54 451.480.301,28 0,62951 17.849.928,53
30 28.355.470.05 20.078.331,20 8.277.138,86 431.401.970,08 0,61919 17.557.306,75
31 28.355.470.05 20.446.433,93 7.909.036,12 410.955.536,15 0,60904 17.269.482,05
32 28.355.470.05 20.821.285,22 7.534.184,83 390.134.250,93 0,59905 16.98637,78
33 28.355.470.05 21.203.008,79 7.152.461,27 368.931.242,14 0,58923 16.707.910,61
34 28.355.470.05 21.591.730,61 6.763.739,44 347.339.511,53 0,57957 16.434.010,43
35 28.355.470.05 21.987.579,01 6.367.891,04 325.351.932,52 0,57007 16.164.600,43
36 28.355.470.05 22.390.684,62 5.954.785,43 302.961.247,90 0,56072 15.899.606,98
37 28.355.470.05 22.801.180,51 5.554.289,54 280.160.067,39 0,55153 15.638.957,68
38 28.355.470.05 23.219.202,15 5.136.26790 256.940.865,24 0,54249 15.382.581,33
39 28.355.470.05 23.644.887,52 4.710.582,53 233.295.977,72 0,53360 15.130.407,86
40 28.355.470.05 24.078.377,13 4.277.092,92 209.217.600,59 0,52485 14.882.368,39
41 28.355.470.05 24.519.814,04 3.835.656,01 184.697.786,55 0,51625 14.638.395,14
42 28.355.470.05 24.969.343,97 3.386.126,09 159.728.442,58 0,50778 14.398.421,45
43 28.355.470.05 25.427.115,27 2.928.354,78 134.301.327,31 0,49946 14.162.381,75
44 28.355.470.05 25.893.279,05 2.462.191,00 108.408.048.26 0,49127 13.930.211,56
45 28.355.470.05 26.367.989,17 1.987.480,88 82.040.059.09 0,48322 13.701.847,43
46 28.355.470.05 26.851.402,30 1.504.067,75 55.188.656,79 0,47530 13.477.226,98
47 28.355.470.05 27.343.678,01 1.011.792,04 27.844.978,77 0,46750 13.256.288,84
48 28.355.470.05 27.844.978,77 510.491,28 (0,00) 0,45984 13.038.972,63
Jumlah 1.361.62.562,52 900.000.000,00 461.062.562,52 47.345.315,65

Universitas Sumatera Utara


111

Tabel Penyusutan Mesin yang Dibeli dengan Finance Lease dengan Discount
Rate 20%

Nilai Aktiva : Rp 100.000.000,00


Metode Penyusutan : Saldo Menurun
Umur Aktiva : 8 tahun
Tahun Nilai Buku Biaya saldo Discount Present value
Penyusutan Factor Biaya
Penyusutan
1-4 Tidak ada penyusutan karena Leasing
5 100.000.000,00 25.000.000,00 75.000.000,00 0,401878 10.046.939,30
6 75.000.000,00 18.750.000,00 56.250.000,00 0,334889 6.279.337,06
7 56.250.000,00 14.062.500,00 42.187.500,00 0,279082 3.924.585,66
8 42.187.500,00 10.546.875,00 31.640.625,00 0,232568 2.452.866,04
9 31.640.625,00 7.910.156,25 23.730.468,75 0,193807 1.533.041,28
10 23.730.468,75 5.932.617,19 17.797.851,56 0,161506 958.150,80
11 17.797.851,56 4.449.462,89 13.343.388,67 0,13588 598.844,25
12 13.348.388,67 13.348.388,67 0,00 0,112157 1.497.110,62
100.000.000,00 27.290.875,01

Biaya Penyusutan dan Nilai Tunainya

Nilai Aktiva : Rp 1.000.000.000,00


Umur Mesin : 8 tahun
Metode Penyusutan : Saldo Menurun
Discount Rate : 20 %
Tahun Nilai Buku Biaya Saldo Discount Present Value
Penyusutan Factor Biaya
Penyusutan
1 1.000.000.000,00 250.000.000,00 750.000.000,00 0,833333 208.333.333,33
2 750.000.000,00 187.500.000,00 562.500.000,00 0,694444 130.208.333,33
3 562.500.000,00 140.625.000,00 421.875.000,00 0,578704 81.380.208,33
4 421.875.000,00 105.468.750,00 316.406.250,00 0,482253 50.862.630,21
5 316.406.250,00 79.101.562,50 237.304.687,50 0,401878 31.789.143,88
6 237.304.687,50 59.326.171,88 177.978.515,63 0,334898 19.868.214,93
7 177.978.515,63 44.494.628,91 133.483.886,72 0,279082 12.417.634,33
8 133.483.886,72 133.483.886,72 (0,00) 0,232568 31.044.085,82
1.000.000.000,00 565.903.584,16

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai