Pajakk PDF
Pajakk PDF
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 REGULER
MEDAN
SKRIPSI
PENERAPAN TAX PLANNING UNTUK PAJAK PENGHASILAN
SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK BADAN
PADA PT. BARATA UUM MEDAN
DISUSUN OLEH:
NIM : 020503085
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
2008
PERNYATAAN
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
sikripsi level program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan
jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar
saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Eva Lumbantoruan
NIM. 020503085
KATA PENGANTAR
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya
bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Utara.
penguji I
penguji II
6. Ibu Dr. Erlina Msi, Ak selaku Dosen Wali dan seluruh staf pengajar serta
Utara.
7. Pimpinan dan seluruh Staf PT. Barata UUM Medan terkhusus Bapak Jefri
kasih untuk kasih sayang, doa, terlebih untuk dukungan moril dan
perjuanganmu.!
Nasutin, B Tono, Azka n Lia thx utk kasih sayang n perhatiannya untuk q
10. Teman seperjuangan Bona, lily, Relany, Elvira, Fajri, Yusnita, Abdan,
11. Teman-teman aksi 02, Tuti n keluarga, Dona, Reynol, Eliber, Reagen,
Daniel, Rico, Ellis, Irma, Nunie, Bitha, Ana, Yanti, Beny, serta teman-
teman yang tidak saya sebutkan satu persatu. Juga adekku aksi 03 Yanne,
Ika, Yulisbet, Amister, terima kasih untuk doa dan bantuan yang telah
diberikan.
12. Sahabatku Anwar, Belarona, Maris n keluarga, Pdt. Roy thx utk penguatan
13. Semua teman di Gg S. Dame terkhusus, Vie, Novri, You-nie, Onal, July,
Iran, Anto, Pengobeng, Niel, Poltak, Andre, Manto, Piter, twua, Henry,
Yusly, Tono n semua yang tidak saya sebutkan satu persatu. Thx untuk
Eva Lumbantoruan
NIM: 020503085
ABSTRAK
Dari hasil analisis dengan melakukan perencanaan pajak sesuai dengan undang-
undang perpajakan maka PT Barata UUM Medan dapat meminimalkan pajak
penghasilan yang terutangnya. Hal tersebut menguntungkan perusahaan karena
dapat dialokasikan pada keperluan lain.
ABSTRACT
This Research represent the case study with the title "Penerapan Tax Planning
Untuk Pajak Penghasilan sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Badan
of PT. Barata UUM Medan.
Target of this research is to Know the influence of applying of tax planning to tax
expense is accounted by a company, after existence of tax planning of PT Barata
UUM Medan.
In this research, writer study deeper about taxation planning of related to fiscal
expense maximization, enlarging depreciation expense, giving of subsidy do not
in the form of natura, giving of tax subsidy, doing agreement rent the tenure by
long lease for the financing of plant asset
From result analyse by doing tax planning as according to taxation law hence PT
Barata UUM Medan of minimization income tax which debt can its. The
mentioned profit the company because earning allocation of other need.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACTION ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
Terutang . .............................................................................. 22
Planning) ............................................................................... 46
Pajak ...................................................................................... 47
B. Saran .............................................................................. 89
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
ABSTRAK
Dari hasil analisis dengan melakukan perencanaan pajak sesuai dengan undang-
undang perpajakan maka PT Barata UUM Medan dapat meminimalkan pajak
penghasilan yang terutangnya. Hal tersebut menguntungkan perusahaan karena
dapat dialokasikan pada keperluan lain.
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan
berbagai cara, mulai dari yang masih ada di dalam bingkai peraturan perpajakan
sebenarnya sesuai peraturan merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap
melawan hukum, tetapi melakukan penghematan pajak merupakan suatu hal yang
No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak
dianggap sebagai pelanggaran yang akan merugikan Wajib Pajak dan tidak
berbagai sektor khususnya sektor ekonomi atau biasa disebut dengan krisis
gulung tikar atau memutuskan untuk menutup usahanya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Diantaranya meningkatnya tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing (dollar) yang mengalami penurunan. Sebagai akibatnya
dikeluarkannya. Hal ini akan lebih terasa pada perusahaan yang mempunyai
pinjaman atau hutang berupa dollar dalam jumlah yang besar, perusahaan yang
tergantung pada barang impor atau perusahaan yang masih tergantung pada pihak
asing. Selain itu dampak dari krisis ekonomi menjadikan konsumsi masyarakat
cenderung menurun atau daya beli menjadi rendah, akibatnya permintaan pasar
Dalam keadaan seperti ini, maka pemimpin perusahaan atau biasa disebut
sewa guna usaha untuk pendanaan aktiva tetap. Hal ini penting, karena tidak
pembangunan rumah, jalan, dan saluran air, jaringan listrik, pintu air dan lain-lain,
sesuai dengan order yang di terima oleh perusahaan tersebut. Sedangkan yang
menjadi obyek penelitian bagi penulis adalah salah satu dari kantor cabang yang
skripsi ini sebagai berikut: “Penerapan Tax Planning Untuk Pajak Penghasilan
Medan”
B. Perumusan Masalah
maka masalah yang akan diteliti dalam perusahaan ini dapat di rumuskan sebagai
berikut:
C. Batasan Masalah
2. Pada penelitian ini data utama diperoleh berdasarkan data sekunder yaitu
wawancara terstruktur.
3. Data yang diambil adalah data mulai tahun 2002 sampai dengan tahun
2006.
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
perencanaan pajak
perpajakan.
perpajakan.
4. Bagi pihak lain atau pembaca, dapat memberikan gambaran dan masukan
F. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas dari tax
dengan maksud dapat diseleksi tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
kewajiban pajak.
Jika tujuan perencanaan pajak adalah untuk merekayasa agar beban pajak
(tax burdens) serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi
sama dengan tax avoidance karena secara hakekat ekonomis keduanya berusaha
untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada
cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang
1. Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan
jalan menahan diri untuk tidak membeli produk –produk yang ada pajak
yang besar.
2. tax avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan
sebenarnya.
dan benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang
diantaranya, adalah:
1) Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat
2) Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,
Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang makin tajam seorang
kegiatan yang bersifat lokal maupun internasional, maka agar perencanaan pajak
dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka perencanaan itu seharusnya
menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek
elemen dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang
harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efesien. Adalah
suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi.
2) Faktor pajak
b. Design of one more possible tax plans (Buat satu model atau lebih rencana
berikut:
evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak
terhadap beban pajak. Perbedaan laba kotor dan pengeluaran selain pajak atas
yang di buat. Keputusan terbaik perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk
penghematan pajak (tax saving) yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap
kerugian minimal.
Jadi tetap akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai
potensial laba yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian potensial jika
terjadi kegagalan.
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah
berjalan, namun juga masih perlu memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi
suatu perjanjian, yang berkenan dengan perubahan yang terjadi diluar negeri atas
berbagai macam pajak maupun aktivitas informasi bisnis yang tersedia sangat
yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang
merugikan adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil
3. Strategi Perpajakan
a. Target
Ada tiga point utama yang jelas akan dilaksanakan adalah:
1) Tekanan yang utamanya adalah melakukan intensifikasi dan
ekstensifikasi penarikan pajak dengan menggunakan
peraturan pajak yang sudah ada.
2) Ada tidaknya rencana untuk mengeluarkan ketentuan
perpajakan yang baru yang dapat meningkatkan tarif pajak
yang berlaku karena kurang bagi investor asing.
3) Pemberlakuan insentif hanya akan ditujukan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu.
b. Pemeriksaan Pajak
Secara teori pemeriksaan pajak oleh direktorat pajak tujuannya
adalah jelas untuk memasukkan bahwa wajib pajak:
1. Telah membayar pajak dengan benar,dan
2. Tidak menyalahgunakan system self assessment
c. Hak mengajukan keberatan
Meski pun hak untuk mengajukan keberatan diperbolehkan undang-
undang tapi tingkat efektivitasnya bagi wajib pajak adalah terbatas.
Mohammad Zain (2006 : 70) Tindakan yang harus diambil dalam rangka
manajemen, adalah:
akan terjadi penurunan dalam jumlah biaya fiskal yang dapat dikurangkan dan
oleh karena itu juga tidak akan menimbulkan kenaikan penghasilan kena
pajak yang dapat dihemat hanya dapat meningkatkan laba setelah pajak.
ada kaitannya dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, yang dalam
besarnya pajak yang terutang, maka biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan
pajak tersebut, merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan. Biaya netto
rancangan perencanaan pajak, yang dapat dihemat atau dengan perkataan lain
biaya setelah pajak (after tax cost) dari suatu perencanaan pajak dapat
Contoh:
sebelum pajak (Before tax cost) adalah sama besarnya, akan tetapi biaya
menanggung beban pajak atas dasar tarif marjinal 30%, maka kenaikan
25.000.000 = Rp 7.500.000
= Rp 17.500.000
Uraian A B
Rp Rp
Tarif marjinal 10 % 30%
Biaya sebelum pajak (Akibat kenaikan gaji) 25.000.000 25.000.000
Pajak yang dapat dihemat 2.500.000 7.500.000
(Average tax rate) dan pajak marjinal (Marjinal tax rate). Tarif pajak rata-rata
penghasilan kena pajak, sedang tarif pajak marjinal merupakan tarif pajak atas
rupiah terakhir dari penghasilan yang dikenakan pajak. Apabila ingin diketahui
berapa besar jumlah tambahan pajak yang harus dibayar atau yang harus
dihindarkan akibat suatu transaksi yang spesifik, maka tarif pajak marjinallah
yang ada relevansinya dan bukan tarif pajak rata-rata. Tarif pajak rata-rata
mewakili tarif pajak yang akan dikenakan pada setiap segmen penghasilan,
kepada perbandingan antara keuntungan setelah pajak (after tax benefits) terhadap
biaya setelah pajak (after tax cost). Khususnya bagi proyek perencanaan pajak,
hasilnya akan bebas dari pengenaan pajak, sehingga dengan demikian untuk
sebelum pajak (pre-tax benefits) dan biaya setelah pajak (after tax cost).
pendekatan yang sistematis yang dapat dilakukan tetapi kesemuanya itu bertitik
terutang) yang berada pada lapisan bahwa dari perhitungan tersebut diatas maka
formula tersebut merupakan “variable kritis (critical variables)” yang akan di olah
yang bukan objek pajak. Peluang ini tercantum dalam pasal 4 ayat (3)
dialihkan, peluang ini tercantum dalam pasal 6 ayat (1). Sedangkan pasal 9
pengenaan pajak dengan tarif seminimal mungkin. Hal ini dapat ditempuh
“variable kritis” tersebut ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan, antara
lain:
Faktor pajak yang terlibat dalam setiap situasi sangat terbatas sekali dan
apabila misalnya diinginkan suatu beban pajak penghasilan yang efesien, maka
ganti dengan penghasilan yang tidak kena pajak atau pengenaan pajaknya
di tangguhkan.
dan hasil akhir (neto) harus memperbesar laba setelah pajak penghasilan.
formal (substance over form rule). Walau perusahaan telah memenuhi kewajiban
secara formal, tetapi kalau ternyata subtansi menunjukkan lain atau motivasi
rekayasa tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, administrasi pajak
(fiskus) dapat menganggap bahwa wajib pajak kurang patuh dalam memenuhi
Untuk Badan usaha Berbentuk perseorangan, tidak Apabila diasumsikan bahwa pemegam saham perusahaan
dikenakan lagi PPh untuk penghasilan pribadi. tersebut hanya 2 (dua) orang saja, maka penghasilan yang
mereka terima masing-masing adalah : Rp. 192.500.000/2
= Rp. 96.250.000,00 PPh yang terutang atas penghasilan
mereka masing-masing adalah:
5% x Rp. 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00
10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp. 46.250.000,00 = Rp 6.937.500,00
Total Rp 10.687.500,00
Atau pada saat tersedianya keuntungan tersebut untuk
dibagikan, terhutang PPh Pasal 23 masing-masing
sebesar: 15% x 96.250.000,00 = Rp 14.375.500,00
PT.X
BIAYA PENDIDIKAN KARYAWAN
Tidak melakukan pendidikan karyawan Melakukan pendidikan karyawan
Maka selisih hutang pajak yang dapat dihemat (Rp 61.099.840 – Rp 58.144.940 = Rp
2.954.900) atau sebesar 4,83%
PT.X
MENDIRIKAN PERUSAHAAN DALAM SATU JALUR USAHA
KEGIATAN DILAKUKAN OLEH SATU MENDIRIKAN PERUSAHAAN DALAM SATU
PERUSAHAAN JALUR USAHA
PT. ”X” DIVISI PABRIK CPO PT. ”A” PABRIK CPO
Penghasilan kena pajak Rp 309.915.000
Penghasilan kena pajak Rp 309.915.000
PT. ”X”DIVISI PABRIK M. GORENG Hutang PPh (tarif pasal 17):
Penghasilan kena pajak Rp 513.529.000 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
PT. ”X” DIVISI DISTRIBUSI 30% x Rp 209.915.000 = Rp 62.974.500
Total Rp 75.474.500
Penghasilan kena pajak Rp 123.731.000 Penghasilan bersih Rp 234.440.500
Maka selisih penghasilan bersih yang dapat dibagikan apabila mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha
adalah sebesar Rp 715.522.500 – Rp 680.522.500 = Rp 35.000.000 dan pajak yang dapat dihemat (Rp 266.652.500
– Rp 231.652.500 = Rp 35.000.000) atau sebesar 13,12%
5. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang
hanya berfungsi sebagai cost center. Dari hal tersebut dapat diperoleh
manfaat dengan cara menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan
dari beberapa wajib pajak didalam satu grup begitu juga terhadap
biaya sehingga dapat diperoleh keuntungan atas pergeseran pajak
(tax shifting) yakni menghindari tarif paling tinggi/maksimum.
Tentunya proses ini dapat dijalankan apabila sistem tarif pajak yang
berlaku progresif dan penghasilan kena pajak sudah melewati tarif
yang paling rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi
perusahaan dalam beberapa divisi, dimana ada divisi yang
menghasilkan laba yang besar dan ada divisi yang hanya berfungsi
sebagai pusat biaya seperti pada contoh tabel berikut:
PT.X
PERUSAHAAN SEBAGAI PROFIT CENTER DAN COST CENTER
PERUSAHAAN SEBAGAI PROFIT CENTER DAN PERUSAHAAN HANYA SEBAGAI PROFIT
COST CENTER CENTER
PT. ”X” DIVISI A Dalam kegiatan usahanya perusahaan tidak ada yang
berfungsi sebagai cost center atau sebagai factor
Laba usaha Rp 309.915.000 pengurang laba atau hanya memperhitungkan divisi
yang menghasilkan laba dalam hal ini yaitu PT. “X”
PT. ”X” DIVISI B DIVISI A dan DIVISI C.
PT. ”X” DIVISI A
Laba (Rugi) usaha (Rp 113.529.000)
Laba usaha Rp 309.915.000
PT. ”X” DIVISI C
PT. ”X” DIVISI C
Laba usaha Rp 26.731.000
Laba usaha Rp 26.731.000
PT. ”X” DIVISI D
Penghasilan kena pajak Rp 336.646.000
Laba (Rugi) usaha (Rp 52.389.000)
Hutang PPh (tarif pasal 17):
Penghasilan kena pajak Rp 170.728.000 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
Hutang PPh (tarif pasal 17): 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 30% x Rp 236.646.000 = Rp 70.993.800
15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 Total hutang pajak Rp 83.493.800
30% x Rp 70.728.000 = Rp 21.218.400
Total hutang pajak Rp 33.718.400 Laba setelah pajak Rp 253.152.200
Pada perhitungan tersebut jelas terlihat bahwa dengan hanya membuat profit center memang laba setelah
pajak yang dihasilkan jauh lebih besar disbanding dengan membuat profit center dan cost center yaitu sebesar
Rp 116.142.200, namun yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah biaya yang dikeluarkan digunakan untuk
kepentingan peningkatan perusahaan seperti untuk biaya pendidikan karyawan, biaya pemeliharaan, dan lain-
lain. Disamping itu dengan membuat perusahaan sebagai cost center dapat berfungsi untuk memperkecil laba
sebelum pajak sehingga dapat menghemat pajak. Dalam perhitungan tersebut selisih hutang pajak yang dapat
dihemat (Rp83.493.800 – Rp 33.718.400 = Rp 49.775.400) atau sebesar 59,61%
PT.X
PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN
PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PAJAK PENGHASILAN DIGANTI
PERUSAHAN TUNJANGAN PAJAK
Gaji Rp 1.000.000 Gaji Rp 1.000.000
Iuran asuransi kecelakaan kerja Rp 25.000 Iuran asuransi kecelakaan kerja Rp 25.000
Iuran asuransi kematian Rp 25.000 Iuran asuransi kematian Rp 25.000
Tunjangan pajak Rp 36.250
Penghasilan bruto Rp 1.050.000
Potongan: Penghasilan bruto Rp 1.086.250
Potongan:
a. Biaya jabatan Rp 50.000
b. Iuran pensiun Rp 25.000 a. Biaya jabatan Rp 50.000
c. Iuran THT Rp 10.000 b. Iuran pensiun Rp 25.000
RP 85.000 c. Iuran THT Rp 10.000
Penghasilan neto sebulan Rp 965.000 RP 85.000
Penghasilan neto sebulan Rp 1.001.250
Penghasilan neto setahun Rp 11.580.000
Penghasilan tidak kena pajak Rp 2.880.000 Penghasilan neto setahun Rp 12.015.000
Penghasilan kena pajak Rp 8.700.000 Penghasilan tidak kena pajak Rp 2.880.000
Hutang PPh (tarif pasal 17): Penghasilan kena pajak Rp 10.135.000
5% x Rp 8.700.000 = Rp 435.000 Hutang PPh (tarif pasal 17):
pajak penghasilan 1 bulan Rp 36.250 5% x Rp 10.135.000 = Rp 506.750
pajak penghasilan 1 bulan Rp 42.250
Penghasilan bruto ( 1 bulan ) Rp 1.050.000
Pajak penghasilan ( 1 bulan ) Rp 36.250 Penghasilan bruto ( 1 bulan ) Rp 1.050.000
Biaya-biaya yang dikeluarkan Pajak penghasilan ( 1 bulan ) Rp 36.250
perusahaan Rp 1.086.250 Biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan Rp 1.086.250
Biaya yang diperkenankan pajak Rp 1.050.000
Biaya yang diperkenankan pajak Rp 1.086.250
Besar biaya penyusutan dan present valuenya-nya dengan discount factor 20%
Metode Penyusutan
Tahun Garis Lurus Saldo Menurun d.f.20%
Nominal PV PV Nominal PV PV
1 250.000.000 208.333.333,3 500.000.000 416.666.666,7 0,833333
2 250.000.000 173.611.111,1 250.000.000 173.611.111,1 0,694444
3 250.000.000 144.675.925,9 125.000.000 72.337.963,0 0,578703
4 250.000.000 120.563.271,6 125.000.000 60.281.635,8 0,482253
1.000.000.000 647.183.642,2 1.000.000.000 722.897.376,6
Besarnya penghematan pajak antara metode garis lurus dengan saldo menurun
Keterangan Garis Lurus Saldo Menurun
Nominal PV PV (d.f.20%) Nominal PV PV (d.f.20%)
Harga perolehan 1000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000
Biaya penyusutan 1.000.000.000 674.183.641,20 1.000.000.000 722.897.376,60
PPh 30% 300.000.000 194.155.092,60 300.000.000 216.869.212,80
yang positif (laba). Karena tidak merefleksikan keadaan yang sebenarnya dari
perhitungan neto yang dihitung berdasarkan norma itu lebih tinggi dari pada
jumlah yang dapat dicapai oleh wajib pajak. Selain itu, karena norma perhitungan
selalu memberikan angka penghasilan positif, maka wajib pajak tidak mungkin
laporan tidak teratur secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan
3. Metode penyusutan
formal dari setiap transaksi atau fakta bisnis. Namun, ketentuan perpajakan dalam
jenderal pajak adalah basis akrual dan basis kas yang dimodifikasi.
Pada basis akrual pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat
timbulnya hak dan kewajiban, meski pun uangnya belum diterima atau di bayar.
Sedangkan pada basis kas pendapatan dan biaya di catat dan di laporkan pada saat
Basis kas yang dimodifikasi dalam rangka menghitung PPh badan adalah
sebagai berikut:
bayar.
c. Dalam perolehan harta yang dapat di susutkan dan hak-hak yang dapat
Jadi perbedaan antara basis akrual dan basis kas yang dimodifikasi
menurut versi perpajakan terletak pada biaya administrasi dan umum. Pada basis
akrual biaya admistrasi dan umum di bebankan pada saat timbulnya kewajiban,
sedangkan pada basis kas biaya tersebut baru dapat di bebankan pada saat
terjadinya pembayaran. Dengan demikian dari sisi efesiensi beban pajak lebih
Stelsel Kas
Ada beberapa wajib pajak yang bersikap sangat cermat dan jeli dalam
penggunaan stelsel kas, misalnya dengan mudah akan menghindarkan diri dari
pengenaan pajaknya dengan cara mengganti penerimaan tunai atas jasa yang telah
sebaliknya dengan menggunakan stelsel kas wajib pajak dapat mengawasi dengan
penghasilannya.
sampai saat penghasilan tersebut betul-betul diterimanya. Oleh karena itu, apabila
tahun tertentu, maka wajib pajak dapat menunda melakukan penagihan terhadap
pajak yang menggunakan stelsel kas akan dapat melakukan seleksi terhadap bon-
bon pengeluaran yang akan di bayar pada akhir tahun atau menundanya sampai
tahun depan.
pengeluaran yang masih harus di bayar, wajib pajak dapat pula melakukan
pembayaran lebih dulu atas pengeluaran tersebut dengan tujuan agar terdapat
pengeluaran yang cukup besar dalam tahun yang bersangkutan dan dengan
Jarang sekali terjadi bahwa penerimaan dan pengeluaran kas yang betul-
betul telah diterima dan telah dibayar tersebut, mencerminkan penghasilan yang
sesungguhnya dari usaha tahun yang bersangkutan dan malahan sering terjadi
ini akan dapat mengakibatkan distorsi penghasilan dari tahun ke tahun. Kadang-
kadang terjadi bahwa pembayaran pajak yang dilakukan dalam tahun yang
yang diterima lebih dulu akan meningkatkan pembayaran pajak dalam tahun
tersebut.
Meratakan penghasilan
Salah satu cara yang paling efektif untuk meratakan penghasilan sampai
wajib pajak tersebut siap dan merasa mampu untuk membayar pajaknya.
Tampaknya hal ini tidak merupakan masalah yang sulit bagi wajib pajak yang
Stelsel akrual
terdiri dari berbagai transaksi yang kompleks sepanjang tahun yang bersangkutan.
stelsel kas dan dalam banyak hal penghasilan dan pengeluaran wajib pajak dapat
dicocokkan satu sama lainnya dan hal ini akan lebih mendekati kebenarannya
penghasilan atas jasa diakui sebagai penghasilan apabila sudah dibuat fakturnya
dan hasil penjualan diakui sebagai penghasilan apabila sudah ada penyerahan,
penyerahannya.
akhir tahun kadang-kadang memasukkan pula semua nilai barang/jasa yang belum
Apabila digunakan periode waktu lebih kurang sama setiap tahunnya dan
lebih sama pula tarifnya, maka penghasilan setiap tahunnya lebih kurang identik
pula. Hendaknya diperhatikan bahwa apabila terdapat jumlah beban yang besar
yang belum terselesaikan pada awal satu tahun, dianjurkan untuk tidak
menggunakan stelsel akrual dan perusahaan yang baru akan dapat melaksanakan
membaik kembali, maka akan ada kecenderungan bahwa penerimaan hasil dapat
diperoleh dalam waktu yang cukup singkat, begitu pula piutang dagang yang
selama ini belum dilunasi akan diterima pula pembayarannya, atau dengan
dipajaki dalam tahun terakhir dan dalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi.
Wajib pajak yang menggunakan stelsel akrual dapat mengurangi fluktuasi tersebut
penghasilannya yang secara pasti belum diterimanya dalam bentuk kas (tunai) dan
kasnya untuk keperluan pembayaran pajak penghasilan yang juga belum pasti
diterima. Juga tidak terdapat pengendalian terhadap biaya-biaya yang masih harus
3. Metode Penyusutan
perusahaan hanya melakukan revaluasi atas sebagian aktiva tetap yang ada sesuai
2) Jika laba, berapa labanya? Apakah sudah mencapai lapisan tarif yang
tertinggi?
datang?
perencanaan pajak dapat digunakan untuk aktiva tetap yang baru akan
dibeli maupun aktiva tetap yang sudah dimiliki. Untuk aktiva tetap yang baru
mempertahankannya, merevaluasi, atau jual dan sewa guna usaha kembali (sale
Membeli secara langsung atau melalui sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease)
Erly suandy (2007 : 56) Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
Pada saat penjualan dari lessee kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5%
dari nilai jual (nilai akta) atau nilai jual objek pajak (NJOP) yang digunakan untuk
menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP. Saat lessor menjual
kepada lesse (pengambilan opsi). Hal yang perlu diperhatikan disini adalah jika
gedung dimiliki secara langsung maka yang boleh dikurangkan hanya biaya
penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka 20 tahun. Apabila
diperoleh melalui finance lease maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran lease fee baik atas tanah mau pun bangunan dapat dibiayakan.
adalah kelanjutan dari pelaksanaan tax planning. Admistrasi pajak adalah metode
untuk meyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah sesuai dengan yang
pengawasan kontruksi.
serta penelitian.
keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil
pekerjaan kontruksi.
6. Pengguna jasa adalah orang pribadi atau badan sebagai pemberi tugas atau
7. Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan yang kegiatan usahanya
pekerjaan.
proyek.
dengan biaya fiskal yaitu biaya tidak langsung serta biaya umum
a. Bagi wajib pajak/penyedia jasa pada umumnya yang tidak terutang PPh
final, akan dipotong PPh pasal 23 dengan tarif sebagaimana tersebut diatas
b. Bagi wajib pajak/penyedia jasa yang terutang PPh final, akan dipotong
PPh pasal 4 ayat (2) dengan tarif sebagaimana tersebut diatas pada saat
c. Pemotongan PPh pasal 23 atau PPh pasal 4 ayat (2) dilakukan oleh
pengguna jasa yaitu badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
bentuk usaha tetap atau wajib pajak orang pribadi yang telah ditunjuk oleh
persepsi atau kantor Pos & giro paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23/pasal 4 ayat (2) ke kantor
bulan berikutnya.
dalam suatu tahun pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
Namun bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang
kena pajak dapat menggunakan metode lain yang lazim dalam praktek
penyelesaian pekerjaan.
diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari usaha dibidang
maupun distribusi laba kepada pemerintah. Oleh karena itu besar kecilnya beban
pajak akan mempengaruhi kegiatan perusahaan dalam hal cash flow perusahan,
barang atau jasa, sedangkan “beban” adalah akumulasi seluruh biaya yang habis
di pakai.
perencanaan pajak adalah untuk mengoptimalkan laba setelah pajak (after tax
cara menganalisa secara cermat dan memanfaatkan peluang yang ada dalam
ketentuan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan motivasi utama dari
tarif pajak (tax rates), perbedaan dasar pengenaan pajak (tax base) dan celah-
Pajak dalam jumlah yang besar dapat mengganggu aliran kas (cash flow)
(legal).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis
gejala dengan gejala yang lain. Dalam penelitian ini, tentang kebijakan
a. Data primer, yaitu data yang di ambil langsung dan di olah dari objek
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek
terhadap permasalahan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2007 sampai dengan selesainya
sikripsi ini. Penelitian ini dilakukan di PT. Barata UUM Medan, yang merupakan
perusahaan cabang dari kantor pusat di Surabaya, yang beralamat di Jln Binjai km
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan
secara sistem atau sub-sistem yang dapat menjadi unggulan untuk mendukung
2). Akte Pendirian No. 34 dan 36 tanggal 19 Mei 1971 (Notaris E. Pondang)
1971
1). PN Barata didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 125 tahun 1961
tahun 1961
yaitu “Bappit” dan kedua perusahaan tersebut kemudian diubah namanya menjadi
No.124 dan 125 tahun 1961, kedua perusahaan tersebut diubah nama dan
statusnya menjadi perusahaan Negara yaitu dengan nama PN. Barata dan PN.
Sabang Merauke. PN. Pebrida didirikan tahun 1962 yang lingkup pekerjaannya
nama Barata Metalwork and Engineering Ltd, diubah menjadi PT. Barata
Timur.
Seperti telah dijelaskan pada awal bab, PT. Barata Indonesia merupakan
pembangunan yaitu untuk pembangunan rumah, jalan, dan saluran air, jaringan
listrik, pintu air, dan lain-lain sesuai dengan order yang diterima oleh perusahaan
tersebut.
wilayah Indonesia. Sedangkan yang menjadi obyek penelitian bagi penulis adalah
salah satu dari kantor cabang milik PT.Barata Indonesia yang berada di provinsi
Sumatera Utara tepatnya di kota Medan dan berlokasi di Jl.binjai Km. 7,5 No. 273
Medan dan dikenal dengan nama PT. Barata Indonesia Unit Usaha Mandiri
(UUM) Medan.
dalam tubuh organisasi serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota
tergantung dari besar kecilnya perusahaan dan bidang usahanya, makin besar
suatu perusahaan maka semakin besar dan semakin luas struktur organisasi yang
Cabang Medan adalah sistem organisasi lurus dimana pada sistem ini seorang
persoalan yang akan dihadapi yakni dengan jalan pembagian tugas dan kerja
Adapun uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
masing seperti:
1. Bagian Penjualan
seluruh kegiatan unit usaha mandiri dengan berkonsentrasi pada tugas sehari-
dapat mencapai target yang diinginkan dan menjadi unit yang berhasil dan
menguntungkan.
2). Menyusun dan merumuskan rencana kerja dan anggaran perusahaan serta
mengendalikan pelaksanaannya.
produktivitas kerja.
Marketing Plan.
1) Membuat perhitungan harga dari gambar kerja yang diterima dari pemilik
pekerjaan.
antara lain:
2). Mencari serta mengumpulkan harga-harga bahan baku dan upah, pembuatan
kontraknya.
a) Kasir
kas.
bantu kas/bank.
Koran bank.
kasir
Akuntansi.
kas/bank.
tanda/kode tersendiri.
lainnya.
meliputi:
pesanan tersendiri.
dokumen pendukungnya.
manajemen
Mandiri Medan.
bersangkutan.
pertanggungjawabkan.
3. Mencatat buku bantu PPn dan PPh yang timbul dari pembelian atau
pajak/kas Negara.
tersebut bila ada yang kurang lengkap atau wajar atau belum bias
pertanggungjawaban
job order.
ekonomisnya di atas satu tahun yang di adakan dari setiap proyek (dari
tata pertanggungjawaban)
1). Electronic data processing (EDP) dan pencatatan buku bantu pos neraca
Piutang Progress.
Persediaan.
2). Membuat jurnal memorial dan pencatatan buku bantu pos laporan neraca.
c) Mencatat buku bantu pos neraca (aktiva dan passiva) yang terdiri dari
aktiva tetap dan aktiva lainnya, pos transitoria dan antisipasi (aktiva
3) Pengetikan memorial dan pencatatan buku bantu pos laporan rugi laba.
a) Mencatat buku bantu pos laporan rugi laba yang terdiri dari pos
c) Membuat laporan rincian rugi laba dan harga pokok penjualan setiap
bulan.
b. Bagian Umum
1. Menyusun RKAP.
pada waktunya.
persyaratan.
perencanaan.
e. Mengusahakan agar tata tertib dan disiplin kerja dapat dipelihara dan
di tingkatkan.
ada di bawahnya.
atas:
a. Penjualan:
2. PAU/PAD
b. Pendapatan Lain-lain.
b. Beban Usaha:
1. Beban Pemasaran
c. Beban Bunga
d. Beban lain-lain.
keuangan yang dibuat oleh perusahaan yang terdiri dari Laporan Laba Rugi dan
Laporan Neraca yang berhubungan dengan hutang pajak perusahaan tahun buku
2006.
I. PENJUALAN:
PL 16,479,740,200.06
PAU/PAD 13,940,000.00
Persediaan 0.00
Jumlah I 16,493,680,200.06
BEBAN USAHA:
Beban Pemasaran 972,406,921.67
Beban Adm. & Umum 1, 827,396,834.37
Jumlah IV 2,799,803,756.04
cabang UUM Suka bumi, cabang UUM Medan, dan cabang UUM
Cilegon. Namun dari segi hukum seluruh cabang tersebut berada dalam
karyawan ditanggung oleh pihak perusahaan. Dengan kata lain PPh ini
Penghasilan bruto berupa upah harian, upah satuan, dan upah borongan
yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 12.000 per hari di bebaskan dari
pemotongan PPh Pasal 21, untuk jumlah diatas Rp. 12.000 sehari,
mestinya. Data dan laporan tersebut yang akan digunakan direksi sebagai bahan
mengarah pada perkembangan serta kemajuan usaha. Ada pun data dan laporan
yang berhubungan dengan pembahasan sikripsi ini adalah: perhitungan laba rugi
PT. Barata UUM Medan tahun buku 2005-2006 yang terdiri dari penjualan, beban
pokok usaha, beban bunga, dan pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain.
memikirkan dengan matang sasaran dan tindakan yang di dasarkan pada metode,
lengkap, benar dan tepat waktu. Adapun penerapan tax planning yang dilakukan
Pada tahun buku 2005, beban PPh yang ditanggung oleh perusahaan
jumlah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar pada tahun pajak 2007
perusahaan mengalami pajak kurang bayar pada tahun pajak 2006, maka
angsuran pajak tahun 2007. dari data yang diperoleh dari PT Barata UUM Medan
angsuran pajak penghasilan yang di bayar oleh perusahaan untuk tahun pajak
2007 adalah sebesar Rp. 83. 327.313,63 dengan rincian sebagai berikut:
Maka besarnya arus kas keluar yang harus disediakan perusahaan untuk
membayar angsuran pajak tersebut adalah sebesar Rp. 83.327. 713,63 per bulan
atau sebesar Rp. 999.932.563,60 per tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, pihak
membuat anggaran laba rugi untuk tahun 2007. perusahaan merencanakan agar
merencanakan agar mendapatkan pajak lebih bayar dari angsuran pajak yang telah
dilunasi.
dengan beberapa cara legal untuk memperkecil pajak dari suatu badan usaha
upaya berikut:
Sebagai contoh; Anggaran PT. Barata UUM Medan, untuk tahun yang akan
datang disusun bulan Juni/Juli tahun ini dan direvisi bulan Agustus/September,
penghasilan yang harus dibayar sudah dapat diperkirakan. Pada bulan juni tahun
berjalan saat penghasilan bersih setelah pajak mencapai 75% dari penghasilan
bersih yang sudah direncanakan, maka sisa waktu 5 bulan yaitu dari Agustus
pengurang dan berguna langsung bagi perusahaan, seperti biaya pendidikan yang
Tabel IV. 1
PT.Barata UUM Medan
BIAYA PENDIDIKAN KARYAWAN
Tidak melakukan pendidikan karyawan Melakukan pendidikan karyawan
Penjualan Rp. 16.479.740.200,06 Penjualan Rp. 16.479.740.200,06
Biaya operasi: Biaya operasi:
Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20 Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20
Biaya upah T. langsung 464.575.445,04 Biaya upah T. langsung 464.575.445,04
Biaya Mesin langsung 139.425.237,21 Biaya Mesin langsung 139.425.237,21
Biaya order lainnya 3.537.863.502,00 Biaya order lainnya 3.537.863.502,00
Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53 Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53
Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71 Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71
Biaya pemasaran 972.406.921,67 Biaya pemasaran 972.406.921,67
Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37 Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37
Biaya bunga 666.283.495,01 Biaya bunga 666.283.495,01
Biaya penyusutan 120.803.000,20 Biaya penyusutan 120.803.000,20
Jumlah biaya operasi Rp. 8.340.669.870,00 Jumlah biaya operasi Rp. 8.340.669.870,00
Maka selisih hutang pajak yang dapat dihemat (Rp. 2.316.520.456 - Rp. 2.281.080.924) = Rp. 35.439.532
84
Universitas Sumatera Utara
85
Dari perhitungan tabel IV.1, total hutang pajak penghasilan yang harus
tersebut maka PT. Barata UUM Medan dapat melakukan penghematan pajak
Selain memperoleh manfaat pada tahun ini berupa penurunan hutang pajak, PT
berikut:
Misalkan, PT Barata UUM Medan selama tahun 2006 mempunyai data sebagai
berikut:
Pada awal tahun membeli alat kantor dengan masa manfaat 4 tahun
Jualan Rp 54.000.000
Jualan Rp 54.000.000
kecil daripada metode garis lurus, yaitu dapat mennghemat pajak Rp 250.000
bentuk natura bukan sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto, dengan demikian penghasilan kena pajak akan menjadi lebih besar.
Jika tunjangan tersebut diberikan dalam bentuk natura, maka perusahaan tidak
diberikan dalam bentuk uang, maka biaya tersebut dapat dimasukkan kedalam
unsur biaya operasi. Peluang ini tercantum dalam pasal 6 ayat 1 huruf a.
Tabel IV. 2
PT.Barata UUM Medan
Tunjangan Karyawan Bentuk Natura Diganti uang
TUNJANGAN BENTUK NATURA TUNJANGAN BENTUK UANG
Penjualan Rp. 16.479.740.200,06 Penjualan Rp. 16.479.740.200,06
Biaya operasi: Biaya operasi:
Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20 Biaya pemakaian bahan Rp. 6.481.184.782,20
Biaya upah T. langsung 464.575.445,04 Biaya upah T. langsung 464.575.445,04
Biaya Mesin langsung 139.425.237,21 Biaya Mesin langsung 139.425.237,21
Biaya order lainnya 3.537.863.502,00 Biaya order lainnya 3.537.863.502,00
Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53 Biaya Sub kontrak 3.947.879.398,53
Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71 Biaya prod. T. Langsung 805.900.220,71
Biaya pemasaran 972.406.921,67 Biaya pemasaran 972.406.921,67
Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37 Biaya Adm&Umum 1.827.396.834,37
-Bentuk Natura (127.000.000,00) - Bentuk Uang 127.000.000,00
Biaya bunga 666.283.495,01 Biaya bunga 666.283.495,01
Biaya penyusutan 120.803.000,20 Biaya penyusutan 120.803.000,20
Jumlah biaya operasi Rp. 8.213.669.870,00 Jumlah biaya operasi Rp. 8.467.669.370,00
Laba/Rugi sebelum pajak Rp. 7.907.068.188,00 Laba/Rugi sebelum pajak Rp. 7.653.068.688,00
PPh Badan (tarif pasal 16) : PPh Badan (tarif pasal 16) :
10 % x Rp 50.000.000 = Rp. 5.000.000 10 % x Rp 50.000.000 = Rp. 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp. 7.500.000 15 % x Rp 50.000.000 = Rp. 7.500.000
30 % x Rp 7.807.068.188 =Rp. 2.342.120.456 30 % x Rp 7.553.068.688 =Rp. 2.265.920.606
PPh terutang (Rp. 2.354.620.456,00) PPh terutang (Rp. 2.278.420.606,00)
Laba Bersih set. Pajak Rp. 5.552.447.732,00 Laba Bersih set. Pajak Rp. 5.374.648082,00
Maka selisih hutang pajak yang dapat dihemat (Rp. 2.354.620.456 - 2.278420.606) = Rp 76199.850
89
Universitas Sumatera Utara
90
Dari perhitungan tabel IV.2, total hutang pajak penghasilan yang harus dibayar
PT. Barata UUM Medan apabila memberi tunjangan makan dalam bentuk natura adalah
pemberian tunjangan dalam bentuk natura dialihkan menjadi bentuk nilai uang sehingga
terdapat penurunan total hutang pajak penghasilan menjadi Rp 2.278.420.606. Dari kasus
diatas maka, PT Barata UUM Medan dapat melakukan penghematan pajak penghasilan
dimasukkan ke dalam daftar gaji akan memperbesar biaya operasional, dengan sendirinya
akan memperkecil pajak yang terutang. Sebagai contoh, Tuan William adalah wajib pajak
dengan status kawin dengan tiga anak, bekerja sebagai karyawan PT. Barata UUM
Medan. Gaji yang diperoleh setiap bulan Rp 5.583.000,00 dan membayar iuran pensiun
perusahaan. Peluang penghitungan biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan tercantum dalam pasal 6 ayat 1 huruf a, selengkapnya dapat dilihat contoh
Tabel IV. 3
PT.Barata UUM Medan
Pajak Penghasilan Diganti Tunjangan Pajak
PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PERUSAHAAN PAJAK PENGHASILAN DIGANTI TUNJANGAN PAJAK
Gaji Rp 5.583.000,00 Gaji Rp 5.583.000,00
Iuran Rp 24.325,79 Iuran Rp 24.325,79
Dana Kesehatan Rp 8.514,03 Dana Kesehatan Rp 8.514,03
Iuran Taspen Rp 15.811,76 Iuran Taspen Rp 15.811,76
Penghasilan Bruto Rp 5.631.951,58 Tunjangan Pajak Rp 408.048,00
Potongan: Penghasilan Bruto Rp 6.039.699,58
Potongan:
Biaya Jabatan Rp 108.000,00
Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.523.651,58 Biaya Jabatan Rp 108.000,00
Penghasilan Neto Setahun Rp 66.283.818,96 Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.931.699,58
Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 8.640.000,00 Penghasilan Neto Setahun Rp 71.180.394,96
Penghasilan kena Pajak Rp 57.643.818,96 Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 8.640.000,00
Penghasilan kena Pajak Rp 62.540.394,96
Hutang PPh (Pasal 21):
Hutang PPh (Pasal 21):
5 % x Rp 25.000.000 = Rp. 1.250.000,00
10 % x Rp 25.000.000 = Rp. 2.500.000,00 5 % x Rp 25.000.000 = Rp. 1.250.000,00
15 % x Rp 7.643.818,96 =Rp. 1.146.572,84 10 % x Rp 25.000.000 = Rp. 2.500.000,00
15 % x Rp 12.540.394,96 =Rp. 1.881.059,24
Total PPh Pasal 21 Setahun Rp 4.896.572,84
PPh Pasal 21 Sebulan (Rp 4.896.572,84/12) Rp 408.048,00 Total PPh Pasal 21 Setahun Rp 5.631.059,24
PPh Pasal 21 Sebulan (Rp 4.896.572,84/12) Rp 408.048,00
Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.631.651,58
PPh Pasal 21 Rp 408.048,00 Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.631.651,58
Biaya yang Dikeluarkan Perusahaan Rp 6.039.699,58 PPh Pasal 21 Rp 408.048,00
Biaya yang Dikeluarkan Perusahaan Rp 6.039.699,58
91
Universitas Sumatera Utara
92
Dari perhitungan IV.3, biaya yang dikeluarkan PT. Barata UUM Medan
dimasukkan dalam daftar gaji, maka biaya gaji yang diperhitungkan oleh
pengurang dari penghasilan perusahaan dalam hal ini tax saving dapat mencapai
bersih karyawan.
(Finance Lease)
perjanjian sewa guna usaha sesuai dengan PSAK No. 30 ”Akuntansi Sewa Guna
Usaha” yang menyatakan bahwa aktiva sewa guna usaha yang dapat
dinyatakan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha selama
masa sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir masa
sewa guna usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan yang diterapkan
tersebut adalah:
Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan peraturan yang diterapkan antara
Standar Akuntansi Keuangan bahwa penyusutan aktiva sewa guna usaha harus
dibebankan hanya dana yang dialokasikan untuk biaya sewa guna usaha tersebut.
penghasilan karena biaya sewa guna usaha yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp
operasi perusahaan.
planner harus melakukan analisa dan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil
suatu pelaksanaan suatu tax planning terhadap: beban pajak, perbedaan laba kotor
Analisa dan evaluasi yang dilakukan dilihat dari penerapan tax planning pada PT
sesuai dengan rencana yang sudah dirancang sebelumnya, PT Barata UUM Medan
memperoleh dua keuntungan sekaligus, yaitu penurunan hutang pajak pada tahun
pajak yang diperoleh PT Barata UUM Medan bila melakukan pengeluaran yang
untuk biaya pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia maka pajak
Manfaat lain yang diperoleh perusahaan dari pengeluaran biaya tersebut adalah
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dilakukan selama masa
manfaat yang telah di tentukan straigh line method atau declining balance
method.
Pemilihan metode ini berpengaruh pada kondisi cash flow yang berasal
dari penyusutan. Yang jelas, penyusutan adalah beban non kas yang akan
membedakan antara laba dalam fiskal dan laba komersial. Dalam hal metode
seluruh jenis aktiva tetapnya dengan menggunakan persentase yang tetap dari
harga perolehannya, dimana metode ini telah digunakan secara konsisten dari
metode ini adalah karena sederhana dan mudah dalam mengimplikasikannya serta
Dari kasus diatas, jika perusahaan memilih metode penyusutan dengan declining
karyawan dalam bentuk natura, total hutang pajak yang harus dibayar menurut
Penjualan Rp 16.479.740.200,06
Biaya Operasi (Rp 8.340.669.870,00)
Biaya pegawai:
Bentuk Natura (Rp 127.000.000,00)
Pendapatan dan beban lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 138.524.952,74
Beban lain-lain (Rp 497.527.094,98)
10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
30 % x Rp 7.553.068.188 = Rp 2.265.920.456
sebesar Rp 127.000.000. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 9 ayat 1
huruf e yang menyebutkan bahwa pemberian dalam bentuk natura bukan sebagai
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sehingga total hutang pajak
Penjualan Rp 16.479.740.200,06
Biaya Operasi (Rp 8.340.669.870,00)
Biaya pegawai:
Bentuk Natura Rp 127.000.000,00
Pendapatan dan beban lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 138.524.952,74
Beban lain-lain (Rp 497.527.094,98)
perusahaan dengan karyawan dalam bentuk natura dialihkan menjadi bentuk nilai
uang maka perusahaan dapat menghemat pajak seperti terlihat dalam perhitungan
berikut ini:
Penjualan Rp 16.479.740.200,06
Biaya Operasi (Rp 8.340.669.870,00)
Biaya pegawai:
Bentuk Natura (Rp 127.000.000,00)
Pendapatan dan beban lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 138.524.952,74
Beban lain-lain (Rp 497.527.094,98)
x 100% = 3,2%
tentu akan memotong pajak penghasilan pasal 21, pembayaran pajak tersebut
apabila ditanggung oleh pemberi kerja (perusahaan) ternyata biaya pajak tersebut
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan, seperti terlihat pada
akan sama dengan besarnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
dalam bentuk uang dan dimasukkan dalam daftar gaji, perusahaan dapat
selisih pajak yang dapat dihemat, terlihat dalam perhitungan berikut ini:
Namun perlu diingat bahwa, terjadi peningkatan atas pajak yang harus
penghasilan karyawan tidak turun, maka peningkatan pajak tersebut ditutup dari
tunjangan pajak dalam bentuk uang dan dimasukkan ke dalam daftar gaji,
pajak 30% sementara hanya membayar pajak tambahan atas tunjangan pajak bagi
pajak penghasilan karyawan pada tarif pajak 15%. Sedangkan bagi karyawan
tidak ada ruginya karena penghasilan neto yang dibawa pulang tidak berubah,
PKP = Rp 57.643.818,96
PKP = Rp 62.540.394,96
Rp 734.485,20
= Rp 52.747.246 (dibulatkan)
karyawan, tidak diberi dalam tunjangan pajak, seperti terlihat dalam perhitungan
berikut ini:
Tunjangan Pajak
Gross up
Gaji Rp 5.583.000 Rp 5.631.651,48
Iuran Pensiun 24.325,79 -
Dana Kesehatan 8.514,03 -
Iuran Taspen 15.811,76
Tunjangan Pajak 408.048,00 408.048
Potongan (108.000,00) (108.000)
Penghasilan kena pajak Rp 5.931.699,58 Rp 5.931.699,58
saat terjadi kenaikan gaji, perusahaan tidak harus menanggung tunjangan pajak
Sedangkan bagi karyawan, penghasilan neto yang dibawa pulang tetap tidak
belum melakukan perencanaan ini, sehingga pada saat pihak fiskus melakukan
Lease)
perjanjian sewa guna usaha sesuai dengan PSAK No 30 “Akuntansi Sewa Guna
Usaha” yang menyatakan bahwa aktiva sewa guna usaha yang dapat
dinyatakan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha selama
masa sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir masa
sewa guna usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan straight line method
berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan yang diterapkan
tersebut adalah:
Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan peraturan yang diterapkan antara
Standar Akuntansi Keuangan bahwa penyusutan aktiva sewa guna usaha harus
dibebankan hanya dana yang dialokasikan untuk biaya sewa guna usaha tersebut.
penghasilan karena biaya sewa guna usaha yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp
operasi perusahaan.
BAB V
dan saran yang diharapkan dapat membantu perusahaan serta dapat dijadikan
A. Kesimpulan
Dari penelitian dan analisis yang telah diuraikan, maka dapat diatarik
beberapa kesimpulan:
kena pajak. Hal ini mencakup begitu banyak pos dan perlakuan
dan cukup akurat, untuk membedakan berbagai cara atau pendekatan yang
2. Hingga saat ini PT Barata UUM Medan telah berupaya menerapkan tax
efesien jika digunakan Declining Balance Method. Kasus lain yang belum
3. Penerapan tax planning pada PT Barata UUM Medan, telah didukung oleh
sistem admistrasi yang tertib, rapi dan teratur sehingga dapat berjalan
planning, maka semakin optimal beban pajak yang dapat dihemat serta
semakin kecil resiko sanksi atau denda pajak yang akan diderita oleh
perusahaan.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan tax planning pada
PT Barata UUM Medan, apabila diterapkan secara benar adalah: (1) Dapat
menghemat arus kas yang keluar dan (2) Dapat mengestimasi kebutuhan
kas secara akurat. Dengan demikian harapan yang ingin dicapai PT Barata
secara optimal.
B. Saran
dimasa yang akan datang. Namun perlu diingat pelatihan atau pendidikan
tidak terganggu.
akan lebih baik lagi apabila perusahaan melakukan gross up, hal tersebut
bertujuan agar saat terjadi kenaikan gaji karyawan, perusahaan tidak harus
karyawan, penghasilan neto yang dibawa pulang tetap tidak berubah, sama
terjadi dilema, disatu sisi perusahaan dapat menghemat dan memilih, disisi
DAFTAR PUSTAKA
Efferin, sujoko., Stevanus Hadi Dharmadji., dan Yuliawati Tan , 2004. Metode
Penelitian Untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan Praktis, Edisi
Pertama, Banyumedia Publishing, Malang.
Gustian, Djuanda, SE, MM dan Lubis Irwansyah, SE, 2002. Pelaporan Pajak
Penghasilan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rosdiana, Haula, Dra. M.Si,2005. Perpajakan, Teori, dan Aplikasi, Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Resmi, Siti, 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1, Edisi 2, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Sumbodo, Agus, SH, 2005. Kewajiban Perpajakan Bagi Badan Usaha dan Orang
Pribadi, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Soemitro, Rochmat, Prof. Dr. SH, 2006. Asas dan Dasar Perpajakan, Penerbit
refika Aditama, Bandung.
Suandy, Erly, 2007. Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.
Jaminan : Rp 100.000.00.0,00
Nilai Leasing : Rp 900.000.000,00
Tingkat Bunga : 22% p.a
Discount Factor : 20%
Jangka Waktu : 4 tahun
Periode Angsuran per Angsuran Angsuran Sisa Discount Present
Angsuran Bulan Pokok Bunga Pinjaman Factor Value Biaya
Leasing
900.000.000,00
1 28.355.470.05 11.855.470,05 16.500.000,00 888.144.529,95 1,00000 28.355.470,05
2 28.355.470.05 12.072.820,34 16.282.649,72 876.071.709,61 0,98361 27.890.626,28
3 28.355.470.05 12.294.155,38 16.061.314,68 863.777.554,23 0,96748 27.4733.402,90
4 28.355.470.05 12.519.548,22 15.835.921,83 851.258.006,01 0,95162 26.983.674,98
5 28.355.470.05 12.749.073,28 15.606.396,78 838.508.932,73 0,93602 26.541.319,66
6 28.355.470.05 12.982.806,29 15.372.663,77 825.526.126,45 0,92068 26.106.216,05
7 28.355.470.05 13.220.824.40 15.134.645,65 812.305.302,05 0,90558 25.678.245,30
8 28.355.470.05 13.463206,16 14.892.263,87 798.842.095,87 0,89074 25.257.290,46
9 28.355.470.05 13710.031,63 14.645.438,42 785.132.064,24 0,87614 24.843.236,52
10 28.355.470.05 13.961.382,21 14.394.087,84 771.170.682,03 0,86177 24.435.970,34
11 28.355.470.05 14.217.340,88 14.138.129,17 756.953.341,15 0,84765 24.035.30,67
12 28.355.470.05 14.477.992,13 13.877.477,92 742.475.349,02 0,83375 23.641.358,03
13 28.355.470.05 14.743.421,99 13.612.048,07 727.731.927,03 0,82008 23.253.794,79
14 28.355.470.05 15.013.718,06 13.341.752,00 712.718.208,97 0,80664 22.872.585,04
15 28.355.470.05 15.288.969,55 13.066.500,50 697.429.239,42 0,79341 22.497.624,63
16 28.355.470.05 15.569.267,33 12.786.202,72 681.859.972,09 0,78041 22.128.811,11
17 28.355.470.05 15.854.703,90 12.500.766,15 666.005.268,19 0,76761 21.766.043,1
18 28.355.470.05 16.145.373,47 12.210.096.58 649.859894,72 0,75503 21.409.223,32
19 28.355.470.05 16.441.371,98 11.914.098.07 633.418.522,74 0,74265 21.058.252,45
20 28.355.470.05 16.742.797,14 11.612.672,92 616.675.725,60 0,73048 20.713.035,20
21 28.355.470.05 17.049.748,42 11.305.721,64 599.625.977,19 0,71850 20.373.477,24
22 28.355.470.05 17.362.327,14 10.993.142,92 852.263.650,05 0,70672 20.039.485,81
23 28.355.470.05 17.680.636,47 10.674.833,58 564.583.013,58 0,69514 19.710.969,65
24 28.355.470.05 18.004.781,47 10.350.688,58 546.578.232,11 0,68374 19.387.839,00
25 28.355.470.05 18.334.869,13 10.020.600,92 528.243.362,98 0,67253 19.070.005,57
26 28.355.470.05 18.671.008,40 9.684.461,65 509572.354,58 0,66151 18.757.382,53
27 28.355.470.05 19.013.310,22 9.342.159,83 490.559.044,36 0,65066 18.449.884,46
28 28.355.470.05 19.361.887,57 8.993.582,48 471.197.156,79 0,64000 18.147.427,34
29 28.355.470.05 19.716.855,51 8.638.614,54 451.480.301,28 0,62951 17.849.928,53
30 28.355.470.05 20.078.331,20 8.277.138,86 431.401.970,08 0,61919 17.557.306,75
31 28.355.470.05 20.446.433,93 7.909.036,12 410.955.536,15 0,60904 17.269.482,05
32 28.355.470.05 20.821.285,22 7.534.184,83 390.134.250,93 0,59905 16.98637,78
33 28.355.470.05 21.203.008,79 7.152.461,27 368.931.242,14 0,58923 16.707.910,61
34 28.355.470.05 21.591.730,61 6.763.739,44 347.339.511,53 0,57957 16.434.010,43
35 28.355.470.05 21.987.579,01 6.367.891,04 325.351.932,52 0,57007 16.164.600,43
36 28.355.470.05 22.390.684,62 5.954.785,43 302.961.247,90 0,56072 15.899.606,98
37 28.355.470.05 22.801.180,51 5.554.289,54 280.160.067,39 0,55153 15.638.957,68
38 28.355.470.05 23.219.202,15 5.136.26790 256.940.865,24 0,54249 15.382.581,33
39 28.355.470.05 23.644.887,52 4.710.582,53 233.295.977,72 0,53360 15.130.407,86
40 28.355.470.05 24.078.377,13 4.277.092,92 209.217.600,59 0,52485 14.882.368,39
41 28.355.470.05 24.519.814,04 3.835.656,01 184.697.786,55 0,51625 14.638.395,14
42 28.355.470.05 24.969.343,97 3.386.126,09 159.728.442,58 0,50778 14.398.421,45
43 28.355.470.05 25.427.115,27 2.928.354,78 134.301.327,31 0,49946 14.162.381,75
44 28.355.470.05 25.893.279,05 2.462.191,00 108.408.048.26 0,49127 13.930.211,56
45 28.355.470.05 26.367.989,17 1.987.480,88 82.040.059.09 0,48322 13.701.847,43
46 28.355.470.05 26.851.402,30 1.504.067,75 55.188.656,79 0,47530 13.477.226,98
47 28.355.470.05 27.343.678,01 1.011.792,04 27.844.978,77 0,46750 13.256.288,84
48 28.355.470.05 27.844.978,77 510.491,28 (0,00) 0,45984 13.038.972,63
Jumlah 1.361.62.562,52 900.000.000,00 461.062.562,52 47.345.315,65
Tabel Penyusutan Mesin yang Dibeli dengan Finance Lease dengan Discount
Rate 20%