Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.. 5.lf Care

2.1.1. Definisi Self Care

Self care (perawatan diri) merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu

yang dilaksanakan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejateraannya. Jika dilakukan secara

efektif, upaya self care (perawatan diri) dapat memberi kontribusi bagi integritas

struktural fungsi dan perkembangan manusia. Normalnya, orang dewasa akan

peduli dan mau merawat dirinya sendiri dengan sukarela, sedangkan bayi, lansia

dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care- nya

(Orem, 1995).

2.1.2. Faktor- faktor Kondisi Dasar yang Mempengaruhi Self Care

Ada beberapa faktor kondisi dasar yang sangat berpengaruh terhadap

kebutuhan dan kemampuan seseorang untuk melakukan perawatan diri. Faktor

kondisi dasar ini adalah faktoryang mempengaruhisemua orang. Faktor-faktor

dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Usia

Universitas Sumatera
Utara
1

b. Jenis kelaminKondisiperkembangan

Kondisi perkembangan yang dimaksud mencakup kondisi seseorangbaik

secara fisik,fungsional, kognitifmaupun kondisi tingkatpsikososialnya.

c. Kondisi kesehatan

Hal ini mencakup kondisikesehatanseseorang pada saat ini danmasa

laluserta persepsi mereka tentangkesehatan nya secara pribadi.

d. Orientasisosial budaya

Hal ini meliputi sistemyang saling terkaitdarilingkungan sosialseseorang,

keyakinanspiritual, hubungansosial danfungsikesatuan keluarga.

e. Sistemperawatan kesehatan

Hal ini mencakup sumber dayadi manaperawatan kesehatandapat

diaksesdan tersedia untukseseorangsebagaimodalitasdiagnostik

danpengobatan.

f. Faktorsistemkeluarga

Hal ini mencakup peranataupun hubunganantaranggota keluarga danorang

lainyang cukup berpengaruh, dan peranmasing-masing orangdalam

keluarganya.

g. Polahidup

Hal ini mencakup kegiatan yang biasa dilakukanseseorang dalam

kehidupannya sehari-hari.

Universitas Sumatera
Utara
2

h. Faktor lingkungan

Hal ini meliputi

pengaturantempatseseorangbiasanyamelakukanperawatan diri, dan

lingkungan rumah yang ditempatinya.

i. Sumber daya yang tersedia

Hal yang dimaksud mencakup termasukkondisi ekonomi, tenaga, badan

ataulembagaserta waktu yang tersedia (Orem, 1995).

2.1.3. Kebutuhan Self Care

Orem mengklasifikasikan pemenuhan kebutuhan self care dalam 3 bagian

kebutuhan, yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal) yaitu

kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya

seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk pemenuhan kebutuhan udara,

air, makanan, proses eliminasi normal, keseimbangan antara waktu sendiri dan

interaksi sosial, keseimbangan antara pelaksanaan aktivitas dan istirahat,

pencegahan bahaya bagi kehidupan, fungsi dan kesejahteraan manusia, serta upaya

meningkatkan fungsi dan perkembangan individu dan kelompok sosial sesuai

dengan potensi, keterbatasan, dan keinginan untuk normal (Orem, 1995).

Kebutuhan akan perawatan diri ini sifatnya umum bagi setiap manusia. Hal ini

dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap

lingkungan dan hal lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya (Asmadi,

2008).

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri

Universitas Sumatera
Utara
3

pengembangan) yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia

dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap

dalam siklus kehidupan misalnya pada bayi prematur dan pada masa kehamilan

serta kejadian-kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan

seseorang. Kebutuhan perawatan diri pengembangan berguna untuk meningkatkan

proses perkembangan sepanjang siklus hidup (Orem, 1995).

3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri akibat

penyimpangan kesehatan), yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau

keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpangan cara,

struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa

medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat

mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care (Orem, 1995).

2.1.4 Universal Self Care Requisites (Kebutuhan Perawatan Diri Universal)

Menurut Orem ada delapan kebutuhan self care secara umum yang

dianjurkan pada laki-laki, wanita, dan anak-anak:

1. Pemeliharaan dalam kecukupan udara

2. Pemeliharaan dalam kecukupan air

3. Pemeliharaan dalam kecukupan makanan

4. Perlengkapan dalam perawatan yang berhubungan dengan proses

eliminasi

5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

Universitas Sumatera
Utara
4

6. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial

7. Pencegahan adanya resiko ataupun bahaya terhadap kehidupan, fungsi,

dan kebahagiaan.

8. Peningkatan fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok

masyarakat berdasarkan kemampuan manusia, keterbatasan keterampilan

dan keinginan manusia pada umumnya (Orem, 1995).

Kedelapan syarat ini mewakili tindakan yang akan menuntun kondisi

internal dan eksternal individuuntuk mempertahankan struktur dan fungsi tubuh

dan mendukung pengembangan dan pematangan individu. Ketika perawatan diri

ini dipenuhi secara efektif maka akan memberikan kesejahteraan yang maksimal

bagi individu tersebut (Orem, 1995).

Pemeliharaan terhadap kecukupan udara, air, dan makanan dengan

memberikan individu sesuai dengan bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme

dan menghasilkan energi. Penyediaan perawatan yang efektif terkait dengan proses

eliminasi dan pengaturan serta kontrol yang efektif terhadap proses pembuangan

sisa tubuh atau kotoran sperti urin atau feses (Orem, 1995).

Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mengontrol pengeluaran energi,

mengatur rangsangan lingkungan, dan menyediakan berbagai tindakan untuk

pemenuhan minat dan bakat, sehingga dapatmerasakan kesejahteraan dari aktivitas

dan istirahat tersebut (Orem, 1995).

Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial

memberikan kondisi yang penting untuk meningkatkan pengetahuan individu dari

Universitas Sumatera
Utara
5

lingkungan sosial, nilai-nilai, dan menimbulkan harapan hidup dan pencapaian rasa

aman. Kesendirian akan mengurangi jumlah tekanan dari lingkungan sosial dan

tuntutan untuk berinteraksi secara sosial dan akan memberikan kondisi yang

kondusif bagi individu untuk bersantai atau melakukan rekreasi secara pribadi.

Berinteraksi dengan sosial akan memberikan kesempatan bagi individu untuk

bertukar ide atau pemikiran dengan individu lain dan terlibat dalam kegiatan-

kegiatan sosial juga sangat penting untukpencapaian kehidupan, pertumbuhan dan

perkembangan bagi individu (Orem, 1995).

Pencegahan terhadap bahaya kehidupan, fungsi, dan kesejahteraan juga

memberi kontribusi yang cukup baik untuk memelihara integritas manusia dan

meningkatkan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Meningkatkan fungsi

dan perkembangan serta mencegah kondisi yang merupakan bahaya internal yang

dapat menghalangi perkembangan kehidupan individu. Hal ini juga akan

meningkatkan kondisi yang mengarahkan individu untuk merasakan dan

mengetahui keutuhannya sebagai individu, kebebasan dan tanggung jawabnya

sebagai manusia (Orem, 1995).

Orem pada tahun 1995, mengatakan bahwa pengaturan umum tindakan

untuk memenuhi delapan syarat perawatan diri universal ini antara lain:

1. Pemeliharaan kecukupan air, udara, dan makanan

a. Mengambil dalam jumlah yang diperlukan untuk fungsi normal

disesuaikan dengan faktor internal dan eksternal yang dapat

mempengaruhi kebutuhan untuk mempertahakan integritas dan fungsi

Universitas Sumatera
Utara
6

tubuh.

b. Menjaga keutuhan struktur anatomi terkait dan proses fisiologis.

c. Menikmati dan merasakan pengalaman yang menyenangkan ketika

bernapas, minum dan makan tanpa adanya gangguan.

2. Penyediaan pelayanan terkait dengan proses eliminasi

a. Mewujudkan dan memelihara kondisi internal dan eksternal yang

diperlukan untuk pengaturan proses pembuangan sisa yang tidak

diperlukan tubuh.

b. Mengelola proses eliminasi termasuk perlindungan organ dan proses yang

terlibat dalam pembuangan kotoran, misalnya menjaga dan memelihara

keutuhan kandung kemih dan usus besar dalam proses eliminasi secara

normal.

c. Memberikan perawatan yang bersihpada bagian tubuh setelah melakukan

eliminasi.

d. Merawat lingkungan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi

sanitasi yang baik.

3. Pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan kegiatan lainnya

a. Memilih aktivitas yang dapat merangsang dan menjaga keseimbangan

gerakan fisik, respon afektif, upaya intelektual, dan interaksi sosial .

b. Mengenali dan memperhatikan kesempatan dan waktu yang tepat untuk

istirahat dan melakukan aktivitas.

Universitas Sumatera
Utara
7

c. Menggunakan kemampuan pribadi, kepentingan, dan nilai-nilai serta

norma-norma budaya yang dianjurkan sebagai dasar untuk pengembangan

pola istirahat dan aktivitas.

4. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial

a. Menjaga kualitas dan keseimbangan diperlukan dalam pengembangan hak

pribadi dan hubungan sosial yang mendorong efektivitas fungsi individu

secara utuh.

b. Membina ikatan sikap, cinta, dan persahabatan kepada orang lain, efektif

mengelola rangsangandalam memberdayakan orang lain untuk tujuan

pribadi, mengabaikan individualitas integritas dan haknya.

c. Menyediakan kondisi sosial yang hangat dan kedekatan yang penting

untuk melanjutkan pengembangan dan penyesuaian diri individu terhadap

orang lain.

d . Meningkatkan aspekhak secara individu maupun keanggotaan kelompok

atau komunitas.

5. Pencegahan terhadap ha-hal yang dapat membahayakanhidup, fungsi, dan

kesejahteraan hidup.

a. Waspada terhadap jenis bahaya yang mungkin terjadi terhadap diri

sendiri.

b. Mengambil tindakan untuk mencegah kejadian yang dapat menyebabkan

perkembangan situasi yang berbahaya bagi diri individu yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera
Utara
8

c. Melindungi diri dari situasi berbahaya ketika bahaya tersebut tidak bisa

dihilangkan.

d. Mengontrol situasi berbahaya untuk menghilangkan bahaya bagi

kehidupan atau kesejahteraan pribadinya.

6. Promosi atau peningkatan konsep diri yang normal

a. Mengembangkan dan mempertahankan konsep diri yang realistis.

b. Mengambil tindakan untuk mendorong perkembangan manusia pada

tahap-tahap tertentu.

c. Mengambil tindakan untuk mempertahankan dan mempromosikan

integritas struktur dan fungsi manusia sebagai individu.

d. Mengidentifikasi dan mengetahui penyimpangan dari struktur manusia

secara utuh dan norma-norma fungsional.

Secara aplikatif hal yang dapat dilakukan dalam memenuhi kedelapan

kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: pemenuhan kebutuhan akan udara dapat

dilakukan dengan baik misalnya bernapastanpapenggunaanperalatanoksigen

pada12-18kalipermenit(dewasa). Pemenuhan kebutuhan akan air dan makanan

misalnya dengan minumenam sampai delapangelasair setiap haridengan

menggunakankelompok makananyang telah disarankan(dewasa). Pemenuhan

kebutuhan akan eliminasi, misalnya mandisetiap hari. Pemenuhan kebutuhan

aktivitas dan istirahat yaitu dengan melakukan latihanselama minimal 30menit

setiap harinya,setidaknya 5 kalidalam minggu, dan tidur8jam setiap malam.

Pemenuhan kebutuhan untuk waktu menyendiri maupun interaksisosial yaitu

Universitas Sumatera
Utara
9

dengan berinteraksi terhadap anggota keluarga danteman-temansetiap harinya,

serta meluangkanwaktu untuk menyendiriselama satu jamsetiap harinya.

Pemenuhan akan kebutuhan pencegahan terhadapbahaya maupun

peningkatankesejahteraandapat dilakukan denganmenghindari makananyang tinggi

lemakdan gula, berhenti merokok, serta menggunakansabuk pengamansetiap kali

berada dalamkendaraan yang bergerak. Secara normalnya jugadapatsecara

verbalmenjelaskanpersepsi mengenaidiri sendiridan tingkatkompetensi yang

dimiliki(Dennis, 1997).

2.2. Diabetes Melitus 2.2.1.

Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2001).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

(Price & Wilson, 2005).

Menurut Kumar, Abbas, Fausto, Robbins, dan Cotran (1999), diabetes

melitus bukanlah suatu penyakit tunggal tetapi merupakan sekelompok gangguan

metabolisme yang secara umum didasari oleh hiperglikemia. Hiperglikemia ini

merupakan akibat dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI (2007) menyatakan bahwa penyakit

diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis adalah

Universitas Sumatera
Utara
1
0

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang

tinggi yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin kurang atau jumlah insulin

cukup bahkan kadang lebih , tetapi kurang efektif atau resistensi insulin. Riyadi

dan Sukarmin (2008) juga menambahkan bahwa diabetes melitus merupakan suatu

penyakit kronik yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan

lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis.

2.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes melitus yang utama adalah:

a. Tipe I: Diabetes melitus tergantung insulin (insulin dependent diabetes

mellitus)

Kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes tipe ini, yaitu yang

tergantung pada insulin. Pada tipe ini sel-sel beta pankreas yang dalam

keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu

proses otoimun. Sehingga penyuntikan insulin diperlukan untuk

mengendalikan kadar glukosa darah. Biasanya terjadi pada usia muda

(<30 tahun). Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin.

Biasanya penderita bertubuh kurus pada saat didiagnosis, dengan

penurunan yagn baru saja terjadi (Smeltzer, 2001).

b. Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non insulin dependent

diabetes mellitus)

Kurang lebih 90-95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu

Universitas Sumatera
Utara
1
1

diabetes tidak tergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi akibat

penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat

penurunan jumlah produksi insulin. Tipe ini bisa terjadi pada semua

usia, biasanya diatas 30 tahun dan obesitas. Mayoritas penderita

mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui penurunan berat badan.

Penderita juga kemungkinan memerlukan insulin dalam waktu yang

pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemia. Ketosis jarang

terjadi, kecuali bila dalam keadaan stres atau menderita infeksi

(Smeltzer, 2001).

c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya

Diabetes tipe ini berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu,

hiperglikemik terjadi karena penyakit lain seperti penyakit pankreas,

hormonal, obat atu bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor

insulin, sindroma genetik tertentu (Smeltzer, 2001).

d. Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes mellitus)

Tipe ini merupakan intoleransi glukosa yang terjdi selama kehamilan,

biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Hali ini disebabkan

oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin.

Risikonya terjadi komplikasi perinatal di atas normal, khususnya bayi

yang secara abnormal berukuran besar (Smeltzer, 2001).

e. Tipe gangguan intoleransi glukosa (impaired glukosa tolerance), yaitu

Universitas Sumatera
Utara
1
2

tipe yang tidak dapat memenuhi kriteria diabetes melitus yang telah

dijelaskan sebelumnya, tetapi tes toleransi glukosanya memerlihatkan

kelainan. Penderitanya tidak menunjukkan tanda atau gejala

(asimtomatis). Penderitanya tidak dapat digolongkan sebagai penderita

diabetes, namun tetap dianggap berisiko lebih tinggi terhadap diabetes.

Kebanyakan penderita mengalaminya selama bertahun-tahun, namun

ada juga yang spontan kembali dalam kedaan normal, tetapi setiap

tahunnya 1-5% dari penderita dengan gangguan intoleransi glukosa

dapat berlanjut menjadi diabetes (Price & Wilson, 2005).

2.2.3. Komplikasi Diabetes Melitus

Kompikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua kategori yaitu komplikasi

akut dan komplikasi kronis ( Price & Wilson, 2005).

1. Komplikasi Akut

a. Koma hipoglikemia

Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetik yang

melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam

darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam

sel.

a. Ketoasidosis diabetik (KDA)

Kadar insulin yang menurun menyebabkan hiperglikemia dan glukosa

berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, peningkatan oksidasi

Universitas Sumatera
Utara
1
3

asam lemak bebas, disertai pembentukan benda keton. Peningkatan benda

keton dalam darah menyebabkan ketosis. Peningkatan produksi keton

meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan

ketonuria juga dapat menyebabkan diuresis osmotik yang berakibat pada

dhidrasi dan kehilangan elektrolit. Hai ini dapat menyebabkan penderita

mengalami hipotensi dan mengalami syok. Akhirnya penurunan

penggunaan oksigen otak menyebakan pasien koma bahkan sampai

meninggal.

b. Koma hiperosmolar nonketotik

Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan sketrasel

yang banyak diekskresi lewat urin.

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-

pembuluh kecil, sedang, dan besar.

a. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, dan

nefropati diabetik. Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan

dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar.

Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan

fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal.

Retinopati terjadi karena adanya perubahan protein dalam retina yang

mengakibatkan gangguan penglihatan.

b. Makroangiopati mengenai pembuluha darah besar, pembuluh darah

Universitas Sumatera
Utara
1
4

jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak. Perubahan

pembuluh darah besar dapat menyebabkan aterosklerosis. Jika mengenai

arteri perifer maka dapat megakibatkan insufisiensi vaskular perifer dan

gangren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang

terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan

angina dan infark miokardium.

c. Neuropati diabetik

Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolik

mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun. Kehilangan

sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

d. Kaki diabetik

Perubahan makroangiopati, mikroangiopati, dan neuropati

menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat

terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi

dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau

tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren.

2.2.4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan kembali aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes

adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan

Universitas Sumatera
Utara
1
5

gangguan serius pada pola aktivitas penderita (Smeltzer, 2001). Ada lima

komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi

farmakologis ( jika diperlukan), dan pendidikan.

2.3.Sef Care pada Pasien Diabetes Melitus

Selamiharja dalam Sihombing (2008) mengatakan bahwa setiap orang bisa

terkena penyakit diabetes melitus baik pada usia tua maupun pada usia muda.

Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun

dengan pemeliharaan dan perawatan yang baik, setiap penderita dapat menjalani

kehidupan secara normal.

Diabetes melitus harus dikelola dengan baik dan pihak yang terkait di dalam

pelaksanaannya tidak hanya dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain,

tetapi juga melibatkan peran pasien dan keluarga sangat penting (PERKENI,

2011). Pasien diabetes melitus harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan terapi

setiap harinya (Smeltzer, 2001).

Self care (perawatan diri) adalah pelaksanan aktivitas individu yang

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan

dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan efektif, maka dapat

membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya (Orem, 1995). Dalam

melakukan perawatan diri yang baik ada yang dinamakan self care demand yaitu

adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan

tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri

Universitas Sumatera
Utara
1
6

dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat (Hidayat, 2008).

Djaja dalam Sihombing (2008) mengatakan bahwa perawatan diabetes

secara mandiri berarti berusaha untuk hidup dalam hidup senormal mungkin

seperti pada orang nondiabetes, sehingga penderitanya perlu menjaga kadar

glukosa dalam darah utnuk mencegah komplikasi panjang.Hal ini juga yang

menjadi tuntutan bagi penderita diabetes yang harus dilakukannya dalam

melakukan perawatan diri sehingga dengan pemenuhan kebutuhan tersebut dapat

mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya.

Universitas Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai