HNP 180402042201
HNP 180402042201
DiajukanNUKLEUS
MAKALAH
untuk memenuhi tugas PULPOSUS
Keperawatan Medikal Bedah II Diploma
III Keperawatan
• Adinda Saraswati
• Annyndhyta
• Choirunisa Suci Rumandani
• Deysa Meidiana Indah
• Dwi Meiyanti
• Fira Mawaddah
• Ridha Denissa Ichtiarty
• Vicky Aryu Hanggara
Assalamualaikum, wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat yang
diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam. Karena nikmat-Nya
itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Hernia Nukleus Pulposus” tepat pada waktunya
dengan baik dan benar serta sesuai prosedur. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok
yang di berikan beliau kepada kami sebagai materi kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang harus di
pahami dan di mengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi maupun
dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan
makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dalam proses
belajar dan mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb
i
PenyusunDAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1.5. Tendon.........................................................................................................................................9
2.1.6. Fascia..........................................................................................................................................9
2.1.7. Bursae........................................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................................32
3.2. Saran..............................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA 33BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal
b. Untuk mengetahui pengertian Herniasi Nukleus Pulposus
1
c.
etiologi Herniasi Nukleus Pulposus patofisiologi Herniasi Nukleus Pulposus
manifestasi klinis Herniasi Nukleus Pulposus komplikasi pada HNP
2
c. Untuk mengetahui
d. Untuk mengetahui
e. Untuk mengetahui f
Untuk mengetahui penatalaksaan medis pada Herniasi Nukleus Pulposus pengkajian pada
g. Untuk mengetahui Herniasi Nukleus Pulposus pemeriksaan diagnostic pada Herniasi Nukleus
h. Untuk mengetahui Pulposus diagnose keperawatan untuk Herniasi Nukleus Pulposus rencana
tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus pelaksanaan tindakan
i. Untuk mengetahui
j. Untuk mengetahui keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus evaluasi tindakan keperawatan
pada Herniasi Nukleus PulposusBAB II
k. Untuk mengetahui
l. Untuk mengetahui
PEMBAHASAN
m. Untuk mengetahui
2.1. Anatomi Muskuloskeletal
Merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengatur pergerakan.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan
ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini
terdiri atas: 206 tulang, yang merupakan penyokong gerakan dan melindungi organ internal; sendi yang
memungkinkan gerakan tubuh dua atau tiga dimensi; otot, yang memungkinkan gerakan tubuh dan
internal; tendon dan ligamen, yang menghubungkan tulang dengan otot.
Sistem muskuloskeletal adalah seluruh kerangka manusia dengan seluruh Otot yang
menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan bertanggung jawab atas pergerakan
berbagai otot yang dapat menggerakkan anggota badan dalam lingkup gerakan sendi tertentu.
Pembagian Tulang
Tulang mempunyai dua besar:
a. Tulang axial (tulang pada kepala dan badan)
Seperti: tulang kepala (tengkorak), tulang belakang (vertebrae), tulang rusuk dan sternum.
b. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti: extremitas alas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan), extremitas
bawah (pelvis, femur, patela, tbia, fibula, telapak kaki).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya:
1. Ossa Longa (Tulang panjang) : Tulang yang ukuran panjangnya terbesar, contohnya os
humerus dan os femur.
2. Ossa Brevia (Tulang pendek) : tulang yang ukurannya pendek, contohnya ossa carpi.
3. Ossa Plana (tulang gepeng/pipih) : tulang yg ukurannya lebar, contohnya os scapula.
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan): Tulang yang tidak beraturan sama seperti dengan tulang
pendek. Contoh tulang yang tidak beraturan yaitu os vertebrae
5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla.
2.1.2. Sistem Muskuler (Otot)
Otot rnerupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia,
listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Otot merupakan alat gerak aktif yang
mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan.
a. Kemampuan Otot: Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu
1. Kontraktbilitas: kemampuan untuk berkontraksi / memendek
2. Ekstensibilitas: kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang
ditimbulkan saat kontraksi
3. Elastisitas: kernampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat
kembali pada ukuran semula Otot disebut dalam keadaan relaksasi
b. Jenis Otot
1. Otot Lurik
Yang termasuk otot lurik adalah otot rangka/otot serat lintang/musculus striated, otot
volunteer.
Struktur: serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti
dalam jumlah banyak dan terietak dipinggir
Kontraksi: menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat, kuat,
mudah lelah dan tidak beraturan;
Ciri-ciri otot lurik : Silindris, lurik/garis melintang, banyak memiliki intisel, melekat pada
rangka, pengendalian secara sadar.
2. Otot Polos
Yang termasuk otot polos adalah otot alat-alat dalam/visceral/musculus nonstriated, otot
involunter.
Struktur: bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan inti
berjumlah satu terletak dibagian tengah;
Kontraksi: tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan lambat,
ritmis dan tidak mudah lelah;
Ciri-cirir otot polos: gelondong, tiap 1 sel memiliki 1 inti sel, polos, pengendalian diluar
kesadaran.
Ditemukan pada dinding viscera dan pembuluh darah, dikendalikan melalui sistem syaraf
otonom, terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pernbuluh darah, dan lain-lain
3. Otot Jantung
Yang termasuk otot jantung adalah otot myocardium / musculus cardiac, jenis Otot
involunter;
Struktur: bentuk serabutnya memaniang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang
dan gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah;
Kontraksi: tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah
2.1.3. Kartilago (Tulang Rawan)
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi fleksibel dan
avaskuler. Zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang berada di perikondrium (jaringan
fbrous yang menutupi kartilago) atau melalui cairan sinovial.
2.1.5. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari
fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulanq dengan otot atau otot dengan otot.
Tendon merupakan ikatan jaringan lbrous yang membentuk akhir dari suatu otot dan tulang.
2.1.6. Fascia
Fascia merupakan pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot
saraf dan pembuluh darah. Beberapa Otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus
jaringan ikat yang disebut endomycium. Beberapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut
perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia)
2.1.7. Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringan ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas
bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae
dibatasi membrane sinovial dan mengandung cairan sinovial.
Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti olekranon bursae
terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
» f
Hrgtlftr Mruiaun 4 Ptnurufwt & umgpuan
MttPtf MTS* mabitUs X W*#f1
tnipul'i ■K
______I______
fc«r?afian T-*
ua^it UTTX/T1
• .Mfc Pem/uran
RttkarCVt ■npH imgM
udimoutf! tewtlaran
din lAOLi
15. Penjbatan pro«s
______i____
| PrMnan iirrgsn 12 Pwubahan
1 persr keluarga
^emampuan MN 10. Riuko 17. Kecemassn M«n fly
mii* itwnuny lrctim* 1
tuWQ
yn ate* jut k- . .
IctOdrjii 18 Ftwko penurunor
mcoittMtfia
ptlaksanaan W*1
"“^ruWus
13
indhndu tid«k 1HNP) Ice mavilah kcpcr.iw
»4
n
lateral, dan didorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella negatif
Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
Gejala yang sering muncul adalah :
1. Nyeri pinggang bawah (lumbal atau servikal) yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke
bagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan pinggang saat batuk atau
mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien
beristirahat berbaring
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal, kebas, atau sensasi terbakar pada
lengan dan tangan. Bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang
terlibat
5. Nyeri bertambah bila daerah L 5 - S 1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan. (Arif Muttaqin,
2008, 351)
B. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untuk mengurangi
spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat,
sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
C. Medikamentosa 1.
Simptomatik
- Analgesik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID :
Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
- Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab HNP adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID,
seringkali di kombinasi dengan NSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping
mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
- Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman.
Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
- Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang berat
dan mengurangi inflamasi jaringan.
- Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada HNP sesuai
dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
- Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal dan
kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara
ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
- Kortikosteroid (prednison, prednisolon)
- Anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan
- Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
- Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)
2. Kausal, kolagenese
D. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam)
untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis
2.6.3. Rehabilitasi
- Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
- Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari- hari (the
activity of daily living)
- Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sebagainya. (Arif
Muttaqin, 2008, 359)
Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat
berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan pada
sistem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone)
dan dihubungkan dengan keluhan klien
Keadaan umum
Pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada
tanda vital meliputi bradikardi, hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya
paraparese.
- B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada pemeriksaan :
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak nafas, dan frekuensi pernafasan normal
Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri Perkusi, ditemukan adanya suara resonan
pada seluruh lapangan paru Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
- B2 (Blood)
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan frekuensi nadi normal,
tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan
- B3 (Brain)
Pengkajian B3 brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistem lainnya.
Inspeksi umum. Kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang
miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis
Pemeriksaan reflex
- Refleks achilles pada HNP L4 — L5negatif
- Refleks lutut/patella pana HNP L4 — L5 negatif
Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan rasa getar (vibrasi) untuk
menentukan dermatom yang terganggu sehingga dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi
dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien. Palpasi
dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri
- B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi
pada ginjal
- B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang. Lakukan
pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunj ukkan adanya dehidrasi
- B6 (Bone)
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri, kelemahan,
kehilangan sensorik, dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Inspeksi kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang
miring/asimetris muskulatur paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tubuh yang
abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan
tungkai selama bergerak.
Palpasi ketika meraba kolumna vertebralis cari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau
anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri.
(Arif Muttaqin, 2008, 352)
2.9. Pemeriksaan Diagnostik HNP
1. Rontgen foto lumbosakral
• Tidak banyak ditemukan kelainan
• Kadang-kadang didapatkan artrosis, menunjang tanda-tanda deformitas vertebra
• Penyempitan diskus intervertebral is
• Untuk menentukan kemungkinan nyari karena spondilitis, norplasma atau infeksi progen
2. Cairan serebrospinal
• Biasanya normal
• Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi
3. EMG
• Terlihat potensial kecil (fibrolasi) di daerah radiks yang terganggu
• Kecepatan konduksi menurun
4. Iskografi
Pemeriksaan diskus dilakukan menggunakan kontras untuk melihat seberapa besar daerah diskus
yang keluar pada kanalis vertebralis
5. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk mengetahui radiks yang terkena atau melihat adanya polineuropati
6. Temografi scan
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskus intervertebralis.
7. MRI
Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protrusi diskus kecil. Apabila secara klinis tidak
didapatkan pada MRI maka pemeriksaan CT Scan dan mielogram dengan kontras dapat
dilakukan untuk melihat derajat gangguan pada diskus vertebralis
8. Mielografi
Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi dan
pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan apabila diketahui adanya penyumbatan hambatan
kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP
9. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai komplikasi cedera tulang
belakang terhadap orang lain. (Arif Muttaqin, 2008, 358)
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
3 pereda nyeri non nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
farmakologi dan non invasif keefektifan dalam mengurangi nyeri
Ajarkan relaksasi teknik-teknik untuk
menurunkan ketegangan otot rangka, yang Akan melancarkan peredaran darah, Sehingga
4 dapat menurunkan intensitas nyeri dan kebutuhan oksigen oleh jaringan akan terpenuhi,
juga tingkatkan relaksasi masese sehingga akan mengurangi nyeri nya
Ajarkan metode distraksi selama nyeri Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang
5
akut menyenangkan
Berikan kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri & berikan posisi yg nyaman
Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga
6 mis. saat klien tidur sanggah punggung
akan meningkatkan kenyamanan
klien dg bantal kecil
Kolaborasi dengan dokter, Analgesik menblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
9
pemberian analgesic berkurang
2. Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam melakukan
pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
TUJUAN
dengan kemampuannya
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
KRITERIA HASIL bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk Meningkatkan
mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
Mengetahui Tingkat kemampuan klien dalam
1 peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur
melakukan aktivitas
lungsi motorik
Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan latihan Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan
3 gerakan aktif pada otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan
ekstremitas yang tidak sakit
Melakukan gerakan pasif pada ekstremitas Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya
4
yang sakit bila tidak dilatih untuk digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya
Pantau adanya iritasi, sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit
5
kemerahan, atau luka pada kulit dan kemungkinan komplikasi imobilisasi
membran mukosa
Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
6
perawatan diri sesuai toleransi
Meningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
7 dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim
latihan fisik klien
fisioterapis
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah
TUJUAN Dalam waktu 3 x 24 jam klienlama
baring mampu mempertahankan keutuhan kulit
KRITERIA HASIL Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab dan
cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka, kulit kering
NO INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan untuk melakukan latihan ROM
1 Meningkatkan aliran darah ke semua daerah
dan mobilisasi jika mungkin
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran,
kehilangan kontrol/koordinasi otot
Dalam waktu 2 x 24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam perawatan diri
TUJUAN
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri,
klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
KRITERIA HASIL
kemampuan, mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu
NO INTIERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan
Membantu dalam mengantisipasi dan memenuhi
1 klien dalam melakukan ADL dalam skala
kebutuhan individual
0-
Klien dalam keadaan cemas dan bergantung. Hal ini
Hindari hal yang tidak dapat dilakukan
2 dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
klien dan bantu bila perlu
5. Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan,
kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
TUJUAN Dalam waktu 2 x 24 jam koping individu menjadi efektif
Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri
KRITERIA HASIL terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep
diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji Perubahan akibat gangguan persepsi Menentukan bantuan yang diperlukan individual dalam
1 dan hubungan dengan derajat menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
ketidakmampuan
Anjurkan klien untuk
Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk
mengekspresikan perasaan termasuk
2 mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan
perasaan bersalah pada diri sendiri dan
tersebut
kemarahan
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau
3
seperti sekarat atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh
mengingkari dan menyatakan inilah dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan
kematian intervensi serta dukungan emosional
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan
tubuh, mengingatkan kembali fakta Membantu klien untuk melihat bahwa perawat
kejadian tentang realitas bahwa masih menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh
4
dapat tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya
menggunakan sisi yang sakit dan belajar harapan dan mulai menerima situasi baru
mengontrol sisi yang sehat
Bantu dan aja anjurkan perawatan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
5 yang baik dan memperbaiki
mengontrol lebih dari satu area kehidupan
kebiasaan
Anjurkan orang yang terdekat untuk
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
mengizinkan klien melakukan
6 membantu meningkatkan harga diri serta
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya
mempengaruhi proses rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
7 peningkatan minat atau partisipasi dalam pengertian tentang peran individu masa mendatang
aktivitas rehabilitasi
3.2. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, jika ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kami mohon
maaf. Kami juga memohon untuk saran dan kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang
berkenan.DAFTAR PUSTAKA
Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah Vol 1. Jakrta: EGC
Kowalak, Jennifer P., dkk. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A., dan Lorraine, M. Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta: EGCSOAL
4. Apa saja terapi operatif yang bisa dilakukan oleh pasien HNP?
Distectomy; spinal fusion; foraminotomi; laminektomi; fusi padat