Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA Ny. N DENGAN MASALAH KESEHATAN ASAM URAT DI


DUSUN KARANGTALUN KELURAHAN WUKIRSARI KECAMATAN
BANTUL YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Keperawatan
Gerontik Dosen Pembimbing : Suyamto, A.Kep.,MPH

Disusun Oleh :

Fitriyah Ramadhani 2820173016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2020

I
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. N DENGAN
MASALAH KESEHATAN ASAM URAT DI DUSUN KARANGTALUN
KELURAHAN WUKIRSARI KECAMATAN BANTUL YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Fitriyah
Ramadhani
2820173016

Dengan ini sudah disetujui dan diserahkan


Sebagai Laporan Kegiatan Praktik Keperawatan Gerontik
Hari : Senin
Tanggal : 16 Maret 2020

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Suyamto, A.Kep.,MPH) (Fitriyah Ramadhani)


DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................1
A. Konsep Dasar Lansia.......................................................................................................1
a. Pengertian Lansia........................................................................................................1
b. Proses Menua...............................................................................................................1
c. Batasan Usia Lanjut.....................................................................................................2
d. Mitos Lanjut Usia........................................................................................................2
e. Perubahan Pada Lansia................................................................................................4
B. Konsep Dasar Asam Urat................................................................................................7
a. Pengertian Asam Urat..................................................................................................7
b. Etiologi Asam Urat......................................................................................................7
c. Klasifikasi Asam Urat.................................................................................................7
d. Patofisiologi Asam Urat..............................................................................................8
e. Penatalaksanaan Asam Urat........................................................................................8
f. Manifestasi Klinis Asam Urat.....................................................................................9
g. Komplikasi Asam Urat..............................................................................................10
h. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................10
BAB II......................................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS................................................................................................................12
A. KASUS..........................................................................................................................12
B. RIWAYAT KELUARGA.............................................................................................13
C. RIWAYAT PEKERJAAN............................................................................................14
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP...........................................................................14
E. RIWAYAT REKREASI...............................................................................................14
F. SISTEM PENDUKUNG...............................................................................................14
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN........................................................................................15
H. STATUS KESEHATAN...............................................................................................15
I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)..............................................................17
J. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL...................................................................19
K. DATA PENUNJANG...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................37

III
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia


a. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologi. Kehidupan ini akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian. Usia lanjut merupakan seseorang laki-laki atau
perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih
berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi berperan
secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan mereka yang telah menjalani
siklus kehidupan diatas usia 60 tahun (Kuntjoro, 2014).
Menua adalah suatu proses yang mengubah seseorang dewasa sehat
menjadi seseorang yang Frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan
sistem fisiologis dan meningkatnya kerentangan terhadap berbagai penyakit dan
kematian. Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan
manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak
dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu (Darmojo, 2010).

b. Proses Menua
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah dan
umumnya dialami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh mati
sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh
tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda,
tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang sudah
lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun
demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut
usia.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam – macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan

1
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan
dikemukakan bermacam – macam teori proses menua yang penting (Nugroho,
2014).
Teori – teori proses menua
Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
i.Teori biologis
ii.Teori genetik
iii. Teori nongenetik

c. Batasan Usia Lanjut


Batasan lansia berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 adalah 60
tahun. Pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, (Depkes
dalam Sutikno, 2011) membuat pengelompokan batasan lansia sebagai berikut:
1. Kelompok pertengahan usia (45-54 tahun)
2. Kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun)
3. Kelompok usia lanjut (65 tahun)
4. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun ke atas atau
kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit
berat atau cacat)
Menutut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo, 2007 dalam Sutikno
2011):
1. Usia pertengahan (middle age), usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut (elderly), usia 60-70 tahun
3. Usia lanjut tua (old), usia antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), usia di atas 90 tahun

d. Mitos Lanjut Usia


Mitos-mitos yang berkaitan dengan lanjut usia menurut Mubarak, et al.,
(2009) :
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Seseorang yang sudah berada pada masa lanjut usia dapat santai dan
menikmati masa tuanya serta menikmati hasil jerih payahnya pada masa
muda, serta semua cobaan kehidupan seakan-akan terlewati semua.
Kenyataannya tidak seperti itu, dimana seseorang yang berada pada
masa lanjut usia akan mengalami berbagaimacam penyakit yang
berdampak timbulnya stres, kemiskinan berbagai keluhan dan
penderitaan lainnya.
2. Mitos konservatisme dan kemunduruan pandangan
Lanjut usia pada umumnya memang bersifat konservatis atau
mempertahankan kebiasaan dan tradisi, tidak kreatif, selalu berorientasi
pada masa silam sehingga dianggap ketinggalan zaman. Lanjut usia juga
biasanya akan merindukan masa-masa kecil danmasa lalunya, sulit untuk
berubah atau menerima perubahan baru, keras kepala dan suka
mengulang-ulang permintaan. Kenyataannya tidak semua lanjut usia
seperti hal yang sudah dijelaskan sebelumnya, dimana sebagian lanjut
usia akan tetap kreatif, berpandangan ke depan sesuai dengan zaman dan
inovatif.
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia kenyataannya akan mengalami proses degeneratif biologis
dan akan menderita berbagai macam penyakit. Penurunan daya tahan
tubuh dan metabolisme pada lanjut usia menyebabkan mereka mudah
terkena penyakit, namun sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol
sepertimelalui pengobatan.
4. Mitos senilitas
Kerusakan pada bagian otak tertentu akan menyebabkan lanjut usia
mengalami demensia atau pikun, namun kenyataannya tidak semua
lanjut usia akan mengalami kerusakan otak yang berdampak pada
demensia. Mereka masih tetap memiliki daya ingat yang baik, tetap sehat
dan ada berbagai macam cara untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat yang mereka alami.
5. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai seseorang yang tidak produktif lagi,
namun kenyataannya tidak semua lanjut usia tidak produktif. Lanjut usia
banyak yang masihmencapai kematangan dari produktifitas mental dan
memiliki material yang tinggidiusia tuanya.

e. Perubahan Pada Lansia


1. Penurunan kondisi fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya
tenaga berkurang, enerji menururn, kulit makin berkeripun, gigi makin rontok,
tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini
semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.
Seorang lansia agar dapat menjaga kondisi fisik yang sehat, perlu
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun
sosial, dengan cara mengurangi kegiatan yang bersifat melelahkan secara fisik.
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya
makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan fungsi dan potensial seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti : gangguan jantung, gangguan
metabolisme, baru selesai operasi : prostatektomi, kekurangan gizi, karena
pencernaan, kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan
obat-obatan tertentu. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehisupan
d. Pasangan hidup telah meninggal
e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun
3. Perubahan aspek psikososial
Pada umunya setelah sesorang lansia mengalami penurunan fungsi kognitif
dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan.
Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut :
a. Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrom, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
c. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi oleh kehidupannya keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi
merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hospitality personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personaity), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang
lain atau cenderung membuat susah dirinya.
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
hai tua, namun dalam kenyataaannya sering diartikan sebaliknya, karena
pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukannya,
jabatannya, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti
yang telah diuraikan pada point tiga diatas.
Kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang
memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
pensiun. Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak negatif akan
menganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak postif
sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-
kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk
kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisir dan terarah bagi
masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assesment
untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan
positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa
lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya
masing-masing. Misalnya cara berwawancara, cara membuka usaha sendiri
yang sangat banyak jenis dan macamnya.
5. Perubahan dalam peran sosial dengan pekerjaan
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, pengelihatan, gerak fisik, dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan
aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa
terasingkan atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang kadang terus
muncul perilaku regesi seperti mudah menangis bila ketemu orang lain
sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Menghadapi ajal berbagai permasalahan diatas pada umumnya lansia yang
memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti
anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia
yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena kehisupannya
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup sendiri diperantauan, seringkali
menjadi terlantar.

B. Konsep Dasar Asam Urat


a. Pengertian Asam Urat
Gout arthtritis adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit
Kristal monosodium urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstra seluler
yang sudah mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolism purin yaitu asam
urat (Aru W.Sudoyo, 2009).
Gout atau sering disebut dengan asam urat adalah penyakit akibat gangguan
metabolisme purin yang itandai dengan hiperurisemia dan serangan sinivitis akut
berulang-ulang (Muttaqin, 2008).

b. Etiologi Asam Urat


Menurut Lingga (2012) penyebab utama terjadinya gout adalah karena
deposit/penimbunan Kristal asma urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan
metabolic dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari
ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung yaitu :
1. Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat menyebabkan meningkatnya produksi asam
urat.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal.
3. Konsumsi alkohol.
4. Diet.
5. Obat-obatan tertentu

c. Klasifikasi Asam Urat


Menurut Moreau, David (2005) gout terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative, dimana
meningkatnya produksi asam urat akibat pencahan urin yang disintesis
dalam jumlah yang berlebihan di dalam hati. Salah satu sebabnya karena
kelainan genetik yang dapat diidentifikasi, adanya kekurangan enzim
HPGRT (Hypoxantin Guanine Phosphoribsyle Pyrophosphate).
2. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan
pemecahan purin menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat.

d. Patofisiologi Asam Urat


Menurut Lingga (2012) patofisiologi gout atau asam urat adalah yaitu
menjadi gout arthritis, asam urat harus melalui tahapan-tahapan tertentu yang
menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh hiperurisemia
kemudian berkembang menjadi gout dan komplikasi yang ditimbulkannya.
Prosesnya berjalan cukup lama tergantung kuat atau lemahnya faktor resiko yang
dialami oleh seorang penderita hiperurisemia.
Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat penderita
akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap tinggi selama
beberapa tahun, penderita tersebut akan mengalami stadium interkritikal. Setelah
memasuki fase ini, tidak butuh waktu lama untuk menuju fase akhir yang
dinamakan dengan stadium gout kronis.

e. Penatalaksanaan Asam Urat


Menurut Evelyn Pearce (2010) penatalaksanaan dari gout atau asam urat
yaitu :
1. Non farmakologi
a) Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.
b) Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
c) Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan
tidak kurang dari 100 g/hari.
d) Rendah protein yang bersumber hewani.
e) Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
f) Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak
2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak,
teh, sirop atau kopi.
g) Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga.
Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan
menghambat pengeluaran asam urat.
2. Farmakologi
a) Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri
dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon,
kortikostropin)
b) Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon,
benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ).

f. Manifestasi Klinis Asam Urat


Menurut Junaidi (2013) manifestasi klinis dari gout atau asam urat adalah
serangan gout arthritis pertama hanya menyerang satu sendi dan berlangsung
selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang secara bertahap, dimana
sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala sehingga terjadi serangan
berikutnya. Namun, gout cenderung akan semakin memburuk, dan serangan yang
tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa
sendi. Alhasil, sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan permanen.
Lazimnya serangan gout arthritis terjadi dikaki (monoarthritis). Namun, 3-
14% serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi (poliarthritis). Biasanya, urutan
sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis) berulang adalah: ibu jari kaki
(podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan
tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.
Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita gout pada satu atau beberapa
sendi. Umunya serangan terjadi pada malam hari. Biasanya, hari sebelum
serangan gout terjadi penderita tampak sangat bugar tanpa gejala atau keluhan,
tetapi tiba-tiba tepatnya pada tengah malam menjelang pagi, ia terbangun karena
merasakan sakit yang sangat hebat serta nyeri yang semakin memburuk dan tak
tertahankan.
Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit diatasnya akan
berwarna merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri
jika digerakkan, dan muncul benjolan pada sendi (yang disebut tofus). Jika sudah
agak lama (hari kelima), kulit diatasnya akan berwarna merah kusam dan
terkelupas (deskuamasi).
Gejala lainnya adalah muncul tofus di helixs telinga/ pinggir sendi/tendon.
Menyentuh kulit diatas sendi yang terserang gout bisa memicu rasa nyeri yang
luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga sekitar
satu minggu, lalu menghilang. Kristal dapat terbentuk disendi-sendi perifer
karena persendian tersebut lebih dingin dibandingkan persendian ditubuh lainya,
karena asam urat cenderung membeku pada suhu dingin. Kristal urat juga
terbentuk ditelinga dan jaringan lainya yang relatif dingin. Gout jarang terjadi
pada tulang belakang, tulang panggul, atau bahu. Gejala lain dari arthritis gout
akut adalah demam, menggigil, tidak enak badan, dan denyut jantung berdetak
dengan cepat. Serangan gout akan cenderung lebih berat pada penderita yang
berusia dibawah 30 tahun. Biasanya, gout menyerang pria usia pertengahan dan
wanita pasca-menopause.
Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat didalam sendi dan tendon terus berlanjut dan
menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi. Benjolan keras
dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit disekitar sendi. Tofi juga bisa
terbentuk didalam ginjal dan organ tubuh lainya, dibawah kulit telinga atau
disekitar siku. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan
mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur.

g. Komplikasi Asam Urat


Menurut Muttaqin (2008) komplikasi dari penyakit asam urat yaitu :
1. Gout kronik bertophus
2. Nefropati gout kronik
3. Nefrolitasi asam urat (batu ginjal)
4. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
5. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
6. Batu ginjal (kencing batu) serta gagal ginjal

h. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Junaidi (2013) untuk memastikan seseorang terkena gout adalah
dengan dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl
dan pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam urat
tinggi yang memicu terjadinya gout.
2. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam.
Kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800
mg/24 jam pada diet biasa atau lebih dari 600 mg / 24 jam.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. KASUS
Ny. N seorang petani berusia 65 tahun tinggal bersama suami, anak, menantu,
serta cucunya di sebuah rumah sederhana. Klien menderita asam urat sejak kurang
lebih 2 tahun yang lalu, hasil tes asam urat klien adalah 9,3 mg/dL. Klien mengatakan
kaki kiri dan kanan sakit dan sering kram atau merasakan nyeri, nyeri berkurang saat
istirahat atau saat tidak digerakkan dan nyerinya hilang timbul, nyeri bertambah jika
melakukan aktivitas seperti duduk sila dan pada saat beraktivitas di sawah, skala nyeri
5 (0-10), nyerinya terasa ceka-cekot. Pasien juga mengatakan karena rasa nyeri ini
aktivitasnya kadang terganggu dan terhambat, pasien mengatakan bahwa ia kesulitan
berjalan. Sebelumnya pasien tidak pernah di rawat di rumah sakit dan tidak pernah
memiliki riwayat hipertensi.

PENGKAJIAN LANSIA

Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2020

Nama : Ny. N
Tempat & Tanggal Lahir : Bantul, 25 Mei 1955
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 155 cm / 57 kg
Penampilan : bersih, rambut beruban, kulit keriput

Alamat : Dusun Karangtalun, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri


Orang Yang Dekat Di hubungi : Tn, S
Hubungan dengan Lansia : Suami
Alamat : Dusun Karangtalun, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri
B. RIWAYAT KELUARGA
1. Susunan anggota Keluarga

L/ HUBUNGAN
No. NAMA PENDIDIKAN PEKERJAAN KET.
P KELUARGA

1. Tn. S L Suami SD Petani

2. Ny. N P Istri SD Petani


Mengurus Rumah
3. Ny. A P Anak SMP
Tangga
4. Tn. P L Menantu SD Buruh
5. An. E P Cucu Belum Tamat SD -

2. Genogram :

: laki-laki
: perempuan
: klien

Keterangan Genogram :
Klien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara, sedangkan suaminya
merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Orang tua dan mertua klien sudah
meninggal semua. Klien dan suami mempunyai dua orang anak, anak pertama
laki-laki dan anak kedua perempuan.
3. Tipe / Bentuk Keluarga : Keluarga inti ( Nuclear Family )

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat itu : Petani
Alamat pekerjaan : Tidak ada
Berapa jarak dari rumah : ± 2 Km
Alat transportasi : jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Tidak ada
Sumber pendapatan & : ± 600rb dalam sebulan
Kecukupan terhadap
Kebutuhan

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal : Permanen
Jumlah Kamar :2
Jumalah Tongkat di kamar : Tidak ada
Kondisi tempat tinggal : Bersih, rapih
Jumlah orang yang tinggal :4
Tetangga terdekat : Tidak ada
Alamat / Telepon : Dusun Karangtalun, Desa Wukirsari, Kecamatan
Imogiri

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat : Mendengarkan lagu dangdut di radio
Keanggotaan Organisasi : Posyandu Lansia
Liburan Perjalanan : Tidak ada

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Dokter
Jarak dari rumah : ±4 Km
Rumah Sakit / Klinik : Klinik
Pelayanan Kesehatan dirumah : Tidak ada
Makanan yang dihantarkan : Tidak ada
Perawatan sehari-hari yang : Keluarga tidak pernah merawat klien saat
dilakukan keluarga klien mengeluhkan nyeri, karena semua
sibuk dengan urusannya masing-masing
sehingga keluarga tidak mengetahui kondisi
Lain-lain klien
: Tidak ada

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : Sholat 5 waktu
Yang Lainnya : Tidak ada

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum : Klien menderita asam urat sejak 2 tahun yang
selama setahun yang lalu lalu
Status kesehatan umum
selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak menderita sakit apapun

Keluhan Utama :
Klien mengatakan kaki kiri dan kanan sakit dan sering kram atau merasakan
nyeri, nyeri berkurang saat istirahat atau saat tidak digerakkan dan nyeri bertambah
jika melakukan aktivitas seperti duduk sila dan pada saat beraktivitas di sawah.

Provokative / paliative : Asam urat


Quality / Quantity : Cekat-cekot
Region : Kaki kiri dan kaki kanan
Severity Scale : 5 (0-10)
Timming : Hilang timbul (saat duduk sila dan saat aktivitas di
sawah)

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :


Pasien mengatakan paham dengan penyakitnya, pasien selalu meminum obat
meloxicam sesuai resep yang diberikan dokter, akan jika obatnya habis pasien tidak
langsung beli obat tetapi menunggu ada uang terlebih dahulu.

Obat-obatan :
No. Nama Obat Dosis Keterangan
1. Obat Meloxicam 15 mg Obat ini digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri, bengkak,
dan kaku pada sendi. Di konsumsi
3x sehari.

STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal terbaru)


Tetanus, Difteri : Tidak pernah
Influensa : Tidak pernah
Pneumothoraks : Tidak pernah

Alergi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Faktor Lingkungan : Tidak ada

Penyakit yang diderita :


Asam Urat
I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)
Indeks Katz :A
Oksigenasi : Pasien tidak mempunyai penyakit pernafasan
sehingga tidak memakai oksigen tambahan
Cairan & Elektrolit : Pasien minum 5 gelas perhari, turgor kulit kering
Nutrisi : Pasien mengatakan makan 2x sehari, nasi, lauk
pauk, sayur, tidak ada pantangan
Eliminasi : Pasien mengatakan bak 2-3x sehari, konsistensi
warna kuning, bau khas urine dan bab 1x sehari,
konsistensi padat, tinja kecil, bau khas feses

Aktivitas : Pasien mengatakan aktivitas dirumah bermain


dengan cucu-cucunya dan kadang-kadang pergi ke
sawah

Istirahat & Tidur : Pasien mengatakan jarang tidur siang, tidur malam
± 6 jam
Personal Hygiene : Pasien mengatakan selalu mandi secara mandiri
Seksual : Pasien mengatakan tidak melakukan hubungan
seksual karena faktor usia

Rekreasi : Pasien mengatakan tidak berrekreasi karena sudah


tua dan tidak kuat

Psikologis
 Persepsi Klien : Pasien mengatakan menerima bahwa ia sudah
berusia lanjut, dan pasien menerima sakitnya
 Konsep Diri dengan ikhlas
: Pasien mengatakan paham tentang penyakitnya
 Emosi : Pasien mengatakan jarang marah, dapat
mengontrol marah dan emosinya
 Adaptasi : Pasien mengatakan mudah beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya

 Mekanisme :
Pertahanan
Diri

Keadaan Umum : Baik


Tingkat Kesadaran : Eye: 4 Verbal: 5 Motorik : 6
Skala Koma : Puls = 87 x/menit
Glasgow Tanda- Temp = 36,6℃
tanda Vital RR = 20 x/menit
Tensi = 130/80 mmHg

: S1S2 reguler, tidak ada nyeri tekan, suara jantung pekak


 Sistem Kardiovaskuler
: Suara paru sonor, bunyi nafas vesikuler
 Sistem Pernafasan
: Kulit tampak keriput, tidak ada luka
 Sistem Integumen

 Sistem Perkemihan : Pasien tidak mengeluh sakit pada saat BAK, BAK lancar

 Sistem Muskulo Skeletal : Bentuk simetris tidak ada kelainan, tidak ada fraktur, Kaki
kiri dan kaki kanan kuat untuk jalan dan berpindah kadang
sering mengeluh sakit jika digerakkan dan berpindah. Tangan
kanan dan kiri cukup kuat.
Kekuatan otot : 5 5

5 5
 Sistem Endokrin : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat DM

 Sistem Gastrointestinal : Bising usus 8 x/menit, tidak terdapat acites, tidak ada nyeri
tekan, BAB 1x sehari dengan konsistensi setengah padat
 Sistem Reproduksi : Pasien mengatakan bahwa dia sudah menopause

 Sistem Persarafan : Pasien tidak ada masalah persyarafan

 Sistem Penglihatan : Pasien sudah tidak bisa melihat dengan jelas ke arah benda
yang jauh

 Sistem Pendengaran : Pendengaran pasien sedikit berkurang

 Sistem Pengecapan : Pasien mengatakan masih bisa merasakan asin, manis, kecut,
dan pahit

 Sistem Penciuman : Pasien mengatakan masih bisa mencium aroma masakan

J. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) : Fungsi intelektual utuh
Mini Mental State Exam (MMSE) : Normal Composmetis
Inventaris Depresi Beck : Depresi tidak ada / minimal
APGAR Keluarga : 7
K. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : Tidak ada
2. Radiologi : Tidak ada
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Ny. N Tanggal : 19 Maret 2020


Umur : 65 Tahun TB/BB : 155 cm / 57 kg
Jenis Kelamin : Perempuan Gol Darah : -
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Dusun Karangtalun, Desa Wukirsari,
Kecamatan Imogiri

SKORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,


berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali kontinen

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, kekamar kecil

F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, kekamar kecil, berpindah

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut


SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia.

Nama Klien : Ny. N Tanggal :19 Maret 2020


Jenis Kelamin : Perempuan TB/BB : 155 cm / 57 kg
Agama : Islam Gol Darah : -
Pendidikan : SD
Alamat : Dusun Karangtalun, Desa
Wukirsari, Kecamatan Imogiri
Nama Pewawancara : Fitriyah Ramadhani

SKORE
+ - No. PERTANYAAN JAWABAN
1. Tanggal berapa hari ini ? 18 Maret
2. Hari apa sekarang ini ? Kamis
3. Apa nama tempat ini ? Ruang Tamu
4. Berapa nomor telpon Anda ?
4.a. Dimana alamat Anda ? Dusun Karangtalun, Desa Wukirsari,
(tanyakan bila tidak memiliki Kecamatan Imogiri
telpon)
5. Berapa umur Anda ? 65
6. Kapan Anda lahir ? 1953
7. Siapa Presiden Indonesia Jokowi
sekarang ?
8. Siapa Presiden sebelumnya ? Jokowi
9. Siapa nama kecil ibu Anda ? Tukinah
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun ?
Jumlah Kesalahan Total 3
KETERANGAN :
1. Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek - Kognitif dari Fungsi Mental

NILAI PASIEN PERTANYAAN


Maksimum
ORIENTASI
5 5
(Tahun, Musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang ? dimana
5 4 kita : (Negara Bagian, Wilayah, Kota) di RS, Lantai ?)

REGISTRASI
Nama 3 Obyek (1 detik untuk mengatakan masing-masing)
3 2 tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1
point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ke 3 nya jumlahkan percobaan & catat. Percobaan :
PERHATIAN & KALKULASI
Seri 7's ( 1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti
5 4 eja kata ke belakang) ( 7 kata dipilih eja dari belakang)
MENGINGAT
3 2 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk tiap
kebenaran.
BAHASA
Menyebutkan 2 benda (2 point)
9 9
30 26 Nilai Total
KETERANGAN :
Mengkaji Tingkat Kesadaran klien sepanjang Kontinum :
Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma.

Nilai Maksimum 30 (Nilai 21 / kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu


penyelidikan lanjut)

INVENTARIS DEPRESI BECK


(Penilaian Tingkat Depresi Lansia dari Beck & Decle, 1972)

Nama Klien : Ny. N Tanggal : 19 Maret 2020


Jenis Kelamin : perempuan TB/BB : 155 cm / 57 kg
Agama : Islam Gol Darah : -
Pendidikan : SD
Alamat : Dusun Karangtalun,
Desa Wukirsari,
Kecamatan Imogiri
Nama : Fitriyah Ramadhani
Pewawancara

SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI
3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak perduli pada mereka
semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & mempunyai sedikit perasaan
pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

KETERANGAN :

PENILAIAN

0-4 Depresi Tidak Ada / Minimal


5-7 Depresi Ringan
8 - 15 Depresi Sedang
16 + Depresi Berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang dapat digunakan untuk
mengkaji Fungsi Sosial lansia

Nama Klien : Ny. N Tanggal : 19 Maret 2020


Jenis Kelamin : Perempuan TB/BB : 155 cm / 57 kg
Agama : Islam Gol Darah :
Pendidikan : SD
Alamat : Dusun Karangtalun, Desa
Wukirsari, Kecamatan Imogiri

NO. URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat


kembali pada keluarga ADAPTATION 2
(teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya.
2. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman) saya PARTNERSHIP 1
membicarakan sesuatu
dengan saya &
mengungkap- kan masalah
dengan saya
3. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman) saya GROWTH 1
menerima & mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah
baru
4. Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 1
mengekspresikan afek &
berespons terhadap emosi-
emosi saya seperti marah,
sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara
teman-teman saya & saya RESOLVE 2
menyediakan waktu
bersama-sama.
PENILAIAN :
Pertanyaan-pertanyaan yang di TOTAL 7
Jawab :
 Selalu : Skore 2
 Kadang-kadang : Skore 1
 Hampir Tidak Pernah :
Skore 0

PENGKAJIAN EMOSIONAL LANSIA


Identifikasi Masalah Emosional

Tanggal : 20 Maret 2020


Nama klien : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
TB/BB : 155 cm / 57 kg
Agama : Islam
Suku : Jawa
Golongan darah :-
Tahun pendidikan :-
Alamat : Dusun Karangtalun, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri
Tahap I
1. Apakah klien mengalami susah tidur?

Ya Tidak

2. Apakah klien sering merasa gelisah?

Ya Tidak

3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?

Ya Tidak

4. Apakah klien sering merasa was-was atau khawatir?

Ya Tidak

Lanjutkan ke tahap 2 bila minimal ada satu jawaban “ya” pada tahap I
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan.
Ya Tidak

2. Ada masalah atau banyak pikiran.


Ya Tidak

3. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga


lain? Ya Tidak

4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?


Ya Tidak

5. Cenderung mengurung diri?


Ya Tidak

Jika ada minimal satu jawaban “ya” maka masalah emosional (+)
BERG BALANCE SCALE

Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static dan dinamik secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas
keseimbangan (balance task) yang umum dalam kehidupan sehari-hari.

No Item keseimbangan Skor (0-4)


1. Duduk ke berdiri 4 = dapat berdiri tanpa menggunakan tangan dan menstabilkan independen.
3 = mampu berdiri secara independen menggunakan tangan.
2 = mampu berdiri menggunakan tangan setelah mencoba.
1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri atau menstabilkan
0 = perlu asisten sedang atau maksimal untuk berdiri.
2. Berdiri tanpa 4 = dapat berdiri dengan aman selama 2 menit.
penunjang 3 = mampu berdiri 2 menit dengan pengawasan.
2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang.
1 = membutuhkan beberapa waktu untuk mencoba berdiri 30 detik yang tidak dibantu.
0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik
3. Duduk tanpa penunjang 4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan
2 = mampu duduk selama 30 detik
1 = bisa duduk 10 detik
0 = tidak dapat duduk tanpa penunjang

30
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman dengan menggunakan minimal tangan
3 = mengontrol posisi turun dengan menggunakan tangan
2 = menggunakan punggung kaki terhadap kursi untuk mengontrol posisi turun
1 = duduk secara independen tetapi memiliki keturunan yang tidak terkendali
0 = kebutuhan membantu untuk duduk.
5. Transfer 4 = dapat mentransfer aman dengan penggunaan ringan tangan
3 = dapat mentransfer kebutuhan yang pasti aman dari tangan
2 = dapat mentransfer dengan pengawasan
1 = membutuhkan satu orang untuk membantu
0 = membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi
6. Berdiri dengan mata 4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman
tertutup 3 = dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan
2 = mampu berdiri 3 detik
1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik tapi tetap aman
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri dengan kaki 4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit aman
rapat 3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit dengan pengawasan
2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik
1 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi tapi mampu berdiri 15 kaki bersama-sama detik
0 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat tahan selama 15 detik
8. Menjangkau ke depan 4 = dapat mencapai ke depan dengan percaya diri 25 cm (10 inci)
dengan tangan 3 = dapat mencapai ke depan 12 cm (5 inci)
2 = dapat mencapai ke depan 5 cm (2 inci)
1 = mencapai ke depan tetapi membutuhkan pengawasan
0 = kehilangan keseimbangan ketika mencoba / memerlukan dukungan eksternal
9. Mengambil barang dari 4 = dapat mengambil sandal aman dan mudah
lantai 3 = dapat mengambil sandal tetapi membutuhkan pengawasan
2 = tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-5 cm (1-2 inci) dari sandal dan menjaga keseimbangan secara bebas
1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba
0 = tidak dapat mencoba / membantu kebutuhan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
10. Menoleh ke belakang 4 = tampak belakang dari kedua sisi dan berat bergeser baik
3 = tampak belakang satu sisi saja sisi lain menunjukkan pergeseran berat badan kurang
2 = hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan keseimbangan
1 = perlu pengawasan saat memutar
0 = butuh bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
11. Berputar 360 derajat 4 = mampu berputar 360 derajat dengan aman dalam 4 detik atau kurang
3 = mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi hanya 4 detik atau kurang
2 = mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan-lahan
1 = membutuhkan pengawasan yang ketat atau dengan lisan
0 = membutuhkan bantuan saat memutar
12. Menempatkan kaki 4 = mampu berdiri secara independen dengan aman dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik
bergantian di bangku 3 = mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8 langkah dalam> 20 detik
2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan dengan pengawasan
1 = dapat menyelesaikan> 2 langkah perlu assist minimal
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh / tidak mampu untuk mencoba
13. Berdiri dengan satu 4 = mampu menempatkan tandem kaki secara independen dan tahan 30 detik
kaki didepan 3 = mampu menempatkan kaki depan independen dan tahan 30 detik
2 = dapat mengambil langkah kecil secara mandiri dan tahan 30 detik
1 = kebutuhan membantu untuk melangkah tapi dapat menyimpan 15 detik
0 = kehilangan keseimbangan saat melangkah atau berdiri

14. Berdiri dengan satu 4 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan> 10 detik
kaki 3 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan 5-10 detik
2 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan ≥ 3 detik
1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara independen.
0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk mencegah jatuhnya.

Total score = 56
Interpretasi
0-20 = harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40 = berjalan dengan bantuan
41-56 = mandiri/independen
Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Nyeri akut
1. Klien mengatakan kaki kanan dan kirinya
sakit
P : Asam urat
Q : Cekat cekot
R : kaki kiri dan kanan
S : 5 (0-10)
T: Hilang timbul (saat duduk sila dan
saat aktivitas di sawah)

DO :
1. Klien terlihat meringis kesakitan menahan
rasa sakitnya
2. Hasil tes asam urat 9,3 mg/dL

2. DS :
1. Klien mengatakan kaki sulit digerakkan Hambatan Mobilitas
2. Klien mengatakan rasa nyeri di Fisik
kakinya menggangu aktivitas
3. Klien mengatakan mengalami kesulitan
dalam berjalan

DO :
Kekuatan otot :
5 5

5 5

Klien mengalami perubahan dalam pergerakkan

34
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan (5820)
berhubungan keperawatan selama 3x
dengan agen pertemuan diharapkan masalah 1. Observasi reaksi nonverbal
cidera biologis nyeri akut berhubungan dengan dari ketidaknyamanan
agen cedera biologis dapat 2. Kaji nyeri secara
diatasi dengan : komprehensif
3. Ajarkankan klien relaksasi
Kontrol Nyeri (1605) nafas dalam
4. Kolaborasi pemberian
1. Nyeri klien berkurang terapi obat analgesik.
2. Ekspresi wajah klien tidak
menunjukan nyeri/meringis
bahkan menangis
3. Kilen merasa nyaman rileks
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Latihan (0200)
mobilitas fisik keperawatan selam 3x 1. Monitor dari tanda – tanda
berhubungan pertemuan diharapkan inflamasi
dengan masalah hambatan mobilitas 2. Berikan klien latihan ROM
kekakuan sendi fisik berhubungan dengan 3. Pantau kadar asam urat
kekakuan sendi dapat diatasi klien
dengan : 4. Ajak klien untuk berobat ke
layanan kesehatan terdekat
Pergerakan (0208)

1. Gerakan sendi klien


kembali normal
2. Klien tidak mengeluhkan
kram
3. Klien dapat beraktivitas
secara normal
DAFTAR PUSTAKA

Aru W.Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jilid II. Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing
Darmojo, B. 2010. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Fkui
International, Nanda. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Kuntjoro. 2014. Dukungan Sosial Pada Lansi. Jakarta: Rienikacipta
Lanny, Lingga. 2012. Health Secret Of Pepper. Elex Media Komputindo. jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai