Anda di halaman 1dari 38

KELOMPOK OPONEN:

- KIKI SATRIA
- ALYA
- MOH. TOPAL
- SUHEZTI
ASET TETAP

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16 (revisi 2011):Aset Tetap terdiri dari


paragraf 1 – 83. Seluruh paragrafdalam PSAK ini memiliki kekuatan mengatur yang
sama.Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miringmengatur prinsip-prinsip
yang sama. PSAK 16 (revisi 2011)harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan
KerangkaDasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.PSAK 25 (revisi
2009): Kebijakan Akuntansi, PerubahanEstimasi Akuntansi dan Kesalahan memberikan
dasar untukmemilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidakada panduan
eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkanuntuk unsur-unsur yang tidak material.

Tujuan

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar
pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di aset
tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap
adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi
penurunan nilai atas aset tetap.

Ruang Lingkup

Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi aset tetap kecuali Pernyataan lain
mensyaratkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda.
Pernyataan ini tidak diterapkan untuk:
(a) aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
(revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan;
(b) pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluas (Lihat PSAK 64: Aktivitas
Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral);
(c) hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya tidak
terbarui lainnya Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan
untuk mengembangkan atau memelihara aset yang dijelaskan dalam (b) – (c).

Definisi

Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini

Aset tetap adalah aset berwujud yang:


(a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
(b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke
aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK
lain, misalnya PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran Berbasis Saham.

Jumlah tercatat adalah nilai aset yang diakui setelah dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual dan nilai pakainya.

Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan
pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.

Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas entitas yang diharapkan timbul dari
penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir
umur manfaatnya atau yang diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas.

Nilai residu aset adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari
pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur
dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.

Nila i waja r adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset
antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam
suatu transaksi dengan wajar.

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset
selama umur manfaatnya.

Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah
tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya.

Umur manfaat adalah:


(a) periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau
(b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu aset oleh
entitas.

PENGAKUAN
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai asset jika dan hanya jika:
(a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
tersebut; dan
(b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat


sebagai persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku
cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria asset tetap ketika entitas
memperkirakan akan menggunakan asset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama
halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu
aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai asset tetap.

Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset tetap.
Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang
sesuai dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-
unit yang secara individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan
kriteria atas nilai agregrat tersebut.

Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua


biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk
memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk
menambah, mengganti, atau memperbaikinya.

Biaya Perolehan Awal

Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset
tetap semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa
depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh
manfaat ekonomik masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset
tetap semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut
memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset-
aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seandainya asset
tersebut tidak diperoleh. Sebagai contoh, pabrik kimia mungkin menerapkan proses
penanganan kimiawi yang baru dalam rangka memenuhi ketentuan lingkungan yang
berlaku untuk produksi dan penyimpanan zat kimiawi berbahaya; perbaikan pabrik yang
terkait diakui sebagai aset karena tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat memproduksi
dan menjual zat-zat kimiawi. Namun demikian, jumlah tercatat aset tersebut dan aset lain
yang terkait harus di-review untuk menguji apakah telah terjadi penurunan nilai sesuai
dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset.

Biaya-biaya Setelah Perolehan Awal


Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf entitas tidak boleh mengakui biaya
perawatan sehari-hari asset tetap sebagai bagian dari aset bersangkutan. Biaya-biaya ini
diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari hari terutama terdiri atas biaya
tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di dalamnya suku cadang kecil.
Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan
perbaikan” aset tetap.

Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti secara periodik.


Contoh, tungku pembakaran perlu diganti lapisannya setelah digunakan sekian jam,
demikian juga interior pesawat terbang seperti tempat duduk dan dapur perlu
diperbarui beberapa kali sepanjang umur rangka pesawat. Entitas dapat juga memperoleh
komponen aset tetap tertentu untuk melakukan penggantian yang tidak terlalu sering
dilakukan, seperti mengganti dinding interior suatu bangunan, atau melakukan suatu
penggantian yang tidak berulang. Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 07, entitas
mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu
terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari aset.
Jumlah tercatat komponen yang diganti tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi
ketentuan penghentian pengakuan (lihat paragraf 67-73).

Agar aset tetap dapat beroperasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi
teratur terlepas apakah ada komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi yang signifikan,
biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila
memenuhi kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang
dibedakan dari komponen fisiknya), dihentikan pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas
apakah biaya inspeksi terdahulu teridentifikasi dalam transaksi perolehan atau konstruksi aset
tetap tersebut. Jika diperlukan, estimasi biaya inspeksi sejenis yang akan dilakukan di
masa depan dapat digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat aset tersebut diperoleh
atau dibangun.

PENGAKUAN AWAL

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.

Komponen Biaya Perolehan


Biaya perolehan aset tetap meliputi:
(a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
(b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;
(c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena
entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:


(a) biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam PSAK 24 (revisi 2010): Imbalan Kerja)
yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
(b) biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
(c) biaya handling dan penyerahan awal;
(d) biaya perakitan dan instalasi;
(e) biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi
hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut
(misalnya, contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji); dan
(f) komisi professional

Entitas menerapkan PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan terhadap biaya-biaya yang


terkait dengan kewajiban untuk membongkar, memindahkan, dan merestorasi lokasi
aset yang terjadi dalam suatu periode tertentu sebagai akibat dari pemakaian aset tersebut
untuk menghasilkan persediaan selama periode tersebut. Biaya-biaya yang terkait dengan
PSAK 14 (revisi 2008) atau Pernyataan ini diukur dan diakui sesuai dengan PSAK 57
(revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.

Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:
(a) biaya pembukaan fasilitas baru;
(b) biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi);
(c) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk
biaya pelatihan staf); dan
(d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya.

Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan
ketika aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan
pengembangan aset tidak dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai contoh,
biaya-biaya berikut ini tidak termasuk di dalam jumlah tercatat suatu aset tetap:
(a) biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sesuai dengan
intensi manajemen namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas
penuhnya;
(b) kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran (output) masih rendah;
dan (c) biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas

Sebagian kegiatan terjadi sehubungan dengan pembangunan atau


pengembangan suatu aset tetap, tetapi tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi
manajemen. Kegiatan insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama kontruksi atau
aktivitas pengembangan. Contoh, enghasilan yang diperoleh dari pengunaan lahan lokasi
bangunan sebagai tempat parkir mobil sampai bangunan dimulai. Karena kegiatan insidental
ini tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan
agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen, penghasilan dan beban yang
terkait dari kegiatan incidental diakui dalam laba rugi dan klasifikasikan dalam penghasilan dan
beban.

Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan
prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Jika entitas membuat
aset serupa untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan
biaya pembangunan aset untuk dijual (lihat PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan). Oleh karena
itu, dalam menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal dieliminasi. Demikian
pula jumlah abnormal yang terjadi dalam pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau
sumber daya lain dalam proses konstruksi aset yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya
perolehan aset. PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman menetapkan kriteria yang harus
dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai suatu komponen biaya perolehan aset
tetap.

Pengukuran Biaya Perolehan

Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu
kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban
bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008):
Biaya Pinjaman.

Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran aset nonmoneter,
atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada
pertukaran satu aset nonmoneter dengan aset nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga
berlaku untuk semua pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya. Biaya
perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar kecuali:
(a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
(b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak dapat
dengan segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak
dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat
dari aset yang diserahkan.

Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi


komersial atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan
dapat berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran memiliki
substansi komersial jika:
(a) konfigurasi (contohnya risiko, waktu, dan jumlah) arus kas atas aset yang diterima
berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau
(b) nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh perubahan
transaksi sebagai akibat dari pertukaran; dan
(c) selisih di (a) atau (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang
dipertukarkan.
Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial, nilai spesifik
entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi mencerminkan arus kas
setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas melakukan perhitungan lebih
rinci.

Nilai wajar aset dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar yang
sejenis, jika:
(a) variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal (wajar) untuk aset tersebut tidak
signifikan; atau
(b) probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional
dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar.
Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau
diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.

Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa pembiayaan
ditentukan sesuai dengan PSAK 30 (revisi 2011): Sewa.

Nilai tercatat aset tetap dapat dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai dengan
PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.

PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN AWAL

Entitas memilih model biaya dalam paragraf 30 atau model revaluasi dalam
paragraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.

Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

Model revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup
reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari
jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang
dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Nilai
wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.

Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat
dari aset tetap yang khususdan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis
yang berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan
pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated
replacement cost approach).

Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari
jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan.
Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.

Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal
revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
(a) disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto
aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.
Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks
untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
(b) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini
sering digunakan untuk bangunan. Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian
kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau
penurunan dalam jumlah tercatat yang ditentukan sesuai dengan paragraf 39 dan 40.

Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama
harus direvaluasi

Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan
kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah contoh dari kelompok
aset yang terpisah:
(a)tanah;
(b)tanah dan bangunan;
(c)mesin;
(d)kapal;
(e)pesawat udara;
(f) kendaraan bermotor;
(g)perabotan; dan
(h)peralatan kantor.

Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan
untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan
nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat
direvaluasi secara bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset
tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang
revaluasi dimutakhirkan.

Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut
diakui dalam laba rugi. Namun, penurunan nilai tercatat diakui dalam
pendapatan komprehensif lain selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit
surplus revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain mengurangi akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke
saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi pemindahan
sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut. Namun, sebagian
surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam
hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara
jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan
biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan
melalui laba rugi.

Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, yang dihasilkan dari revaluasi aset
tetap diakui dan diungkapkan sesuai dengan PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan.

Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi
dalam pengukuran aset tetap maka perubahan tersebut berlaku prospektif.

Penyusutan

Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan
terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah.

Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifi-
kan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk
menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat terbang, baik
yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa pembiayaan. Sama halnya, jika entitas
memperoleh aset tetap yang disewakan dalam sewa operasi, maka entitas sebagai lessor
mungkin akan lebih tepat untuk menyusutkan secara terpisah jumlah yang terefleksikan dalam
biaya perolehan aset tersebut yang dapat diatribusikan langsung kepada ketentuan sewa, baik
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara relatif terhadap kondisi pasar.
Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan
metode penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian si-
gnifikan lainnya dari aset tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi
satu dalam menentukan beban penyusutan.

Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap,
maka entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa
terdiri atas bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi
bervariasi untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk
menentukan penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola
penggunaan dan atau umur manfaat dari bagian tersebut.

Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara terpisah bagian dari aset
yang biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan aset tersebut.

Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika
beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.

Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui dalam laba rugi. Namun,
manfaat ekonomik di masa depan dari suatu aset adalah untuk menghasilkan aset lainnya.
Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan
dimasukkan dalam jumlah tercatatnya. Misalnya, penyusutan pabrik dan peralatan
dimasukkan dalam biaya konversi dari persediaan. Sama halnya, penyusutan aset tetap untuk
aktivitas pengembangan mungkin imasukkan dalam biaya perolehan aset takberwujud yang
diakui sesuai dengan PSA

Jumlah Tersusutkan dan Periode Penyusutan


Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang
umur manfaatnya.

Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap
akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi
sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi sesuai dengan PSAK (revisi ):
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya, sepanjang
nilai residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan pemeliharaan aset tidak
meniadakan urusan untuk menyusutkan aset. Jumlah tersusutkan suatu aset ditentukan
setelah mengurangi nilai residualnya. Dalam praktik, nilai residu aset terkadang tidak si-
gnifikan sehingga tidak material dalam penghitungan jumlah tersusutkan.

Nilai residu aset dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar dari
jumlah tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka beban penyusutan aset tersebut adalah
nol, hingga nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah tercatatnya.

Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada
saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika aset
tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut termasuk
dalam kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai
dengan PSAK (revisi ): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang

Dihentikan dan pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu depresiasi tidak
dihentikan pengakuannya ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya
kecuali telah habis disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan adalah
usage method (seperti unit of production method) maka beban penyusutan menjadi nol bila
tidak ada produksi.

Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas
terutama melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan
teknis, keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering
mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut.
Berkaitan dengan hal- hal tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam
menentukan umur manfaat dari setiap aset:

(a) ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan merujuk
pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset;
(b) ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian aset
tersebut seperti jumlahpenggiliran (shift) penggunaan aset dan program
pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada
saat aset tersebut tidak digunakan (menganggur);
(c) keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau
peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa
yang dihasilkan oleh aset tersebut; dan
(d) pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atauperaturan tertentu, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.

Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas.
Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan
setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari
manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari
suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat
suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman
entitas terhadap aset yang serupa.

Tanah dan bangunan merupakan aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat
terpisah meskipun keduanya diperoleh sekaligus. Pada umumnya tanah memiliki umur
manfaat tidak terbatas sehingga tidak disusutkan, kecuali entitas meyakini umur manfaat tanah
terbatas misalnya tanah yang ditambang dan tanah digunakan untuk tempat pembuangan
akhir*. Bangunan memiliki umur manfaat terbatas sehingga merupakan aset yang disusutkan.
Peningkatan nilai tanah dengan bangunan diatasnya tidak memengaruhi penentuan jumlah yang
dapat disusutkan dari bangunan tersebut.

Jika biaya perolehan tanah yang di dalamnya termasuk biaya untuk membongkar,
memindahkan dan memugar, dan manfaat yang diperoleh dari pembongkaran,
pemindahan dan pemugaran tersebut terbatas, maka biaya tersebut harus disusutkan
selama periode manfaat yang diperolehnya. Dalam beberapa kasus, tanah itu sendiri
memiliki umur manfaat yang terbatas, dalam hal ini disusutkan dengan cara yang
mencerminkan manfaat yang diperoleh dari tanah tersebut.

Metode Penyusutan

Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi


manfaat ekonomik masa depan dari aset oleh entitas.

Metode penyusutan yang digunakan untuk aset di- review minimum setiap akhir
tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola
konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode
penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode
penyusutan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25

Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang


disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut
antara lain etode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing
balance method), dan metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus
menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak
berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur
manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada
penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih
berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset dan
diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan dalam
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut.

Penurunan Nilai

Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas
menerapkan PSAK (revisi ): Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan
bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah
terpulihkan dari aset dan kapan engakui atau membalik rugi penurunan nilai.

Kompensasi untuk Penurunan Nilai

Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai,
hilang atau dihentikan dimasukkan dalam laba rugi pada saat kompensasi diakui
menjadi piutang.

Penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas atau pembayaran kompensasi dari
pihak ketiga dan pembelian atau konstruksi selanjutnya atas penggantian aset adalah
peristiwa ekonomi yang terpisah dan dicatat secara terpisah dengan ketentuan sebagai
berikut:
(a) penurunan nilai aset tetap diakui sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset;
(b) penghentian pengakuan aset tetap yang usang atau dilepas ditentukan sesuai dengan
Pernyataan ini;
(c) kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan
nilai, hilang atau dihentikan harus dimasukkan dalam penentuan laba rugi pada saat
kompensasi diakui pada saat menjadi piutang; dan
(d) biaya perolehan aset tetap yang diperbaiki, dibeli atau dikonstruksi sebagai penggantian
itentukan sesuai dengan Pernyataan ini.
PENGHENTIAN PENGAKUAN

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:


(a) dilepas; atau
(b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset


tetap dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya
(kecuali PSAK : Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi
jual dan sewa-balik). Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Namun, entitas yang aktivitas normal rutinnya adalah menjual aset yang
sebelumnya disewakan, maka entitas mentransfer aset tetap tersebut menjadi
persediaan sesuai nilai tercatat ketika aset tidak lagi disewakan dan menjadi aset
dimiliki untuk dijual. Imbalan dari penjualan aset ersebut diakui sebagai pendapatan sesuai
dengan PSAK 2 3 Pendapatan. PSAK (revisi ): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan tidak diterapkan ketika aset yang dimiliki untuk dijual
dalam keadaan bisnis normal dipindahkan ke persediaan.

Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan
berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan aset,
entitas menerapkan kriteria dalam PSAK (revisi ): Pendapatan untuk mengakui pendapatan
dari penjualan barang. PSAK 23; Sewa diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan sewa-
balik.

Jika, berdasarkan prinsip pengakuan dalam paragraf, suatu entitas mengakui biaya
perolehan dari penggantian sebagian aset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap tersebut,
maka selanjutnya entitas tersebut juga menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari
bagian yang digantikan tanpa memperhatikan apakah bagian yang digantikan telah disusutkan
secara terpisah. Jika hal ini tidak praktis bagi entitas untuk menentukan jumlah tercatat dari
bagian yang digantikan, entitas dapat menggunakan biaya perolehan dari penggantian tersebut
sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang digantikan pada saat diperoleh atau
dikonstruksi.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu


aset tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada,
dan jumlah tercatat dari aset tersebut.

Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Jika
pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui
pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan
nilai tunainya diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK (revisi ): Pendapatan
yang mencerminkan imbalan efektif atas piutang.
PENGUNGKAPAN

Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap: (a)


dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto; (b)
metode penyusutan ang digunakan; (c) umur manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan; (d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan(dijumlahkan
dengan akumulasi rugi penurunan nilai )pada awal dan akhir periode; dan (e)
rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: (i)
penambahan; (ii) aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk
dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai
PSAK 58 (revisi ): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan dan pelepasan lainnya; (iii) akuisisi melalui kombinasi bisnis; (iv)
peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf , , dan serta dari
rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif
lain sesuai PSAK No. (revisi ): Penurunan Nilai Aset; (v) rugi penurunan
nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK ; (vi) rugi penurunan nilai yang dijurnal
balik dalam laba rugi sesuai PSAK ;(vii) penyusutan; (viii)selisih nilai tukar neto yang
timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata
uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar
negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan (ix) perubahan
lain.

Laporan keuangan juga mengungkapkan:


(a) keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan asset tetap yang dijaminkan untuk
liabilitas;
(b) jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
pembangunan;
(c) jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan asset tetap; dan
(d) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan
nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan
secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain.

Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal
yang memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan
dan estimasi umur anfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna
laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang dipilih manajemen dan
memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. ntuk alasan yang serupa, juga perlu
diungkapkan:
(a) penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya
perolehan aset lain, selama suatu periode; dan
(b) akumulasi penyusutan pada akhir periode.

Sesuai dengan PSAK (revisi ): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi


Akuntansi dan Kesalahan entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan estimasi
akuntansi yang erdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan berdampak
material pada periode berikutnya. Untuk aset tetap, pengungkapan tersebut dapat muncul
dari perubahan estimasi dalam:
(a) nilai residu;
(b) estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap;
(c) umur manfaat; dan
(d) metode penyusutan.

Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:
(a) tanggal efektif revaluasi;
(b) apakah penilai independen dilibatkan;
(c) metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar
aset;
(d) penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung
berdasarkan harga terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar
aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan
teknik penilaian lainnya;
(e) untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat asset seandainya aset tersebut
dicatat dengan model biaya; dan
(f) surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

Sesuai dengan PSAK (revisi ): Penurunan Nilai Aset entitas mengungkapkan


informasi penurunan nilai aset tetap sebagai tambahan informasi yang disyaratkan dalam
paragraf (e)(iv) sampai (vi).

Informasi berikut mungkin relevan dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan:


(a) jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai sementara;
(b) jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telahdisusutkan penuh dan masih
digunakan;
(c) jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan
sebagai tersedia untuk dijual sesuai dengan PSAK (revisi ): Aset Tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan; dan
(d) jika model biaya digunakan, nilai wajar aset tetap apabila berbeda secara material dari
jumlah tercatat. Oleh karena itu, entitas dianjurkan mengungkapkan jumlah- jumlah
tersebut.
ASET TAK BERWUJUD
A. PENGERTIAN
Aset tak berwujud merupakan aset non moneter yang teridentifikasi tanpa wujud fisik. Entitas
sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan liabilitas dalam perolehan,
pengembangan, pemeliharaan dan peningkatan sumber daya tak berwujud. Unsur-unsur yang
memenuhi definisi aset tak berwujud yaitu keteridentifikasian, pengendalian atas sumber
daya, dan adanya manfaat ekonomi masa depan.

1) Keteridentifikasian
Keteridentifikasian aset tak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan goodwill.
Goodwill dalam suatu kombinasi entitas bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan
manfaat ekonomi masa depan yang muncul dari aset lain yang  diakuisisi dalam kombinasi
bisnis yang tidak teridentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah. Suatu aset
dikatakan teridentifikasi jika:
 Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual,
dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara individual atau
bersama dengan kontrak terkait , aset teridentifikasi atau liabilitas teridentifikasi,
terlepas apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut. 
 Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban.

2) Pengendalian Atas Sumber Daya


Entitas mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat
ekonomi dimasa depan yang timbul dari aset dan dapat membatasi akses pihak lain dalam
memperoleh manfaat ekonomi tersebut. Kemampuan entitas untuk mengendalikan manfaat
ekonomi masa depan dari suatu aset tak berwujud biasanya timbul dari hak legal yang dapat
dipaksakan dalam pengadilan. Namun hak legal bukan merupakan syarat yang diharuskan.
Manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset tak berwujud dapat mencakup
pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang
berasal dari penggunaan aset oleh entitas. Misalnya, penggunaan hak kekayaan intelektual
dalam suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi mengurangi
biaya produksi masa depan.

B. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


Aset tak berwujud diakui jika dan hanya jika :
 Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut.
 Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.

Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat masa depan, entitas menggunakan asumsi
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen atas
kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur manfaat aset tersebut.
1) Perolehan Terpisah
Aset tak berwujud pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tak
berwujud terdiri dari :
a) Harga beli, termasuk bea masuk dan pajak pembelian yang tidak dapat direstitusi, setelah
dikurangi diskon dan rabat.
b) Semua biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut
sehingga siap untuk digunakan.

2) Perolehan sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis


Sesuai dengan PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis, jika aset tidak berwujud diperoleh
dalam kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset tak berwujud adalah nilai wajar aset pada
tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengakui pada tanggal akuisisi, aset tak berwujud pihak
yang diakuisisi secara terpisah dari goodwill, terlepas apakah aset telah diakui atau tidak
diakui oleh pihak yang diakuisisi sebelum kombinasi bisnis.

3) Mengukur Nilai Wajar Aset Tak Berwujud yang Diperoleh dalam Kombinasi Bisnis
Jika aset tak berwujud dihasilkan dari kombinasi bisnis dapat dipisahkan atau muncul dari
hak kontraktual atau hak legal lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk mengukur
nilai wajar aset secara wajar. Jika pada saat mengukur nilai wajar aset tak berwujud terdapat
berbagai kemungkinan atas hasil dengan probabilitas berbeda, maka ketidakpastian tersebut
dimasukkan dalam perhitungan nilai wajar aset tak berwujud.
Kuotasi harga pasar di pasar aktif memberikan estimasi nilai wajar yang paling andal untuk
aset tak berwujud. Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran saat ini. Jika
tidak tersedia, maka harga terkini dari transaksi serupa dapat menjadi dasar untuk
mengestimasi nilai wajar aset sepanjang tidak terdapat perubahan keadaan ekonomi yang
signifikan antara tanggal transaksi dan tanggal ketika nilai wajar aset diestimasi.
Jika tidak terdapat pasar aktif untuk aset tak berwujud, maka nilai wajar dari aset tersebut
adalah jumlah yang bersedia dibayar entitas untuk mendapatkan aset tersebut, pada tanggal
akuisisi, dalam suatu transaksi wajar antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan
berdasarkan tersedianya informasi terbaik. Dalam menentukan nilai tersebut, entitas
mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa.

4) Akuisisi dengan hibah pemerintah


Aset tak berwujud dapat diperoleh melalui hibah pemerintah apabila pemerintah mengalihkan
aset tak berwujud ke entitas. Entitas dapat memilih mengakui aset tak berwujud pada awalnya
dengan nilai wajar dengan mengakui nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang
dapat diatribusikan secara langsung dalam menyiapkan aset tersebut agar dapat digunakan
sesuai dengan maksud penggunaannya.

5) Pertukaran aset
Aset tak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset lain, biaya perolehannya
diukur dengan nilai wajar, kecuali :
a) Transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial
b) Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Jika aset yang diperoleh tidak diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur
dengan jumlah tercatat aset yang diserahkan.

Nilai wajar aset tak berwujud dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar
sejenis jika :
a) Veriabilitas rentang estimasi nilai wajar untuk aset tersebut adalah tidak signifikan.
b) Probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional dan
digunakan dalam menentukan nilai wajar.

6) Goodwill yang dihasilkan secara internal


Entitas yang melakukan pengeluaran untuk menghasilkan manfaat ekonomi dimasa depan,
tetapi pengeluaran tersebut tidak berakibat pada timbulnya aset tak berwujud yang dapat
diakui dianggap memberikan kontribusi terhadap timbulnya goodwill yang dihasilkan secara
internal. Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset karena goodwill
tersebut bukan merupakan suatu sumber daya teridentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak
timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain) yang dikendalikan oleh entitas dan dapat
diukur secara andal biaya perolehannya.

7) Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal


Dalam menentukan apakah suatu aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal
memenuhi syarat untuk diakui, entitas mengelompokkan proses dihasilkannya aset tak
berwujud menjadi tahap penelitian (tahap riset) dan tahap pengembangan
a) Tahap Penelitian
Entitas tidak mengakui aset tak berwujud yang timbul dari penelitian. Dalam tahap penelitian
proyek internal, entitas tidak dapat menunjukkan bahwa aset tak berwujud yang ada akan
memberikan kemungkinan besar manfaat ekonomi di masa depan. Dengan demikian,
pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
b) Tahap Pengembangan 
Aset tak berwujud yang timbul dari pengembangan diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat
menunjukkan semua hal berikut :
 kelayakan teknis penyelesaian aset tak berwujud sehingga dapat digunakan atau
dijual.
 niat untuk menyelesaikan aset tak berwujud tersebut dan menggunakannya atau
menjualnya.
 kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tak berwujud tersebut.
 Bagaimana aset tak berwujud tersebut akan menghasilkan kemungkinan besar
manfaat ekonomi masa depan. Antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar
bagi keluaran aset tak berwujud tersebut atau apabila digunakan secara internal,
entitas mampu menunjukkan kegunaan aset tak berwujud tersebut.
 Tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk
menyelesaikan pengembangan aset tak berwujud dan untuk menggunakan atau
menjual aset tersebut, dan
 Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
berwujud selama pengembangannya.
Pengeluaran untuk menghasilkan merk, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar pelanggan
dan hal yang secara substansi serupa yang dihasilkan secara internal tidak dapat dibedakan
dengan biaya untuk mengembangkan usaha secara keseluruhan. Oleh karena itu, hal tersebut
tidak diakui sebagai aset tak berwujud.

8) Biaya perolehan aset tak berwujud yang Dihasilkan secara internal


Biaya perolehan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal adalah jumlah pengeluaran
yang terjadi sejak tanggal aset tak berwujud pertama kali memenuhi kriteria pengukuran.
Biaya perolehan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal terdiri atas seluruh biaya
yang dibutuhkan yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membuat, menghasilkan,
dan mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan maksud
manajemen.

C. PENGAKUAN BEBAN
Pengeluaran untuk aset tak berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali :
a) Pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud yang memenuhi
kriteria pengakuan.
b) Sesuatu yang diperoleh melalui kombinasi bisnis dan tidak dapat diakui sebagai aset tak
berwujud. Jika demikian halnya, maka pengeluaran tersebut merupakan bagian dari goodwill
pada tanggal akuisisi.

Beban Masa Lalu Tidak Boleh Diakui sebagai Aset


Pengeluaran atas pos aset tak berwujud yang awalnya diakui oleh entitas sebagai beban tidak
diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud di kemudian hari.

D. PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN


Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya. Jika aset
tidak berwujud dicatat dengan menggunakan model revaluasi, maka semua aset lain dalam
kelompok tersebut diperlakukan dengan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada
pasar aktif untuk aset tersebut.
1) Model Biaya
Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar
pada tanggal revaluasian dikurangi akumulasi amortisasi selanjutnya dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset selanjutnya. Untuk tujuan revaluasian, nilai wajar ditentukan dengan
menggunakan referensi dari nilai pasar aktif. Revaluasi dilakukan secara rutin sehingga pada
akhir tiap periode pelaporan jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut tidak memiliki
perbedaan yang material dengan nilai wajarnya. 
Model revaluasian tidak memperbolehkan :
a) Revaluasian aset tak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset.
b) Pengakuan awal aset tak berwujud pada jumlah tertentu selain biaya perolehannya.
Jika aset tak berwujud direvaluasi, maka akumulasi biaya amortisasi pada tanggal revaluasi:
 Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan jumlah tercatat bruto aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi menjadi sama dengan nilai
revaluasiannya, atau
 Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah neto setelah eliminasi
disajikan sesuai dengan nilai revaluasian aset tersebut.

Jika suatu aset tak berwujud dalam sekelompok aset tak berwujud yang direvaluasi tidak
dapat direvaluasi karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset berwujud tersebut, maka aset tak
berwujud dicatat pada harga perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan amortisasi rugi
penurunan nilai.

Jika nilai wajar aset tak berwujud yang direvaluasi tidak lagi dapat ditentukan dengan
referensi pasar aktif, maka jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut adalah nilai revaluasian
pada tanggal terakhir kali revaluasi dilakukan dengan referensi nilai pasar aktif dikurangi
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami peningkatan akibat revaluasi, maka
peningkatan tersebut diakui sebagai pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan di
ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun peningkatan tersebut diakui dalam laporan laba
rugi untuk membalik penurunan revaluasi aset yang diakui sebelumnya dalam laporan laba
rugi.
Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami penurunan akibat revaluasi, maka
penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi . Namun, penurunan tersebut diakui pada
pendapatan komprehensif lain jika terdapat saldo kredit dalam surplus revaluasi atas aset
tersebut. Pengakuan penurunan di pendapatan komprehensif lain mengurangi jumlah yang
terakumulasi di ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
E. UMUR MANFAAT 
Entitas menilai apakah umur manfaat aset tak berwujud terbatas atau tidak terbatas dan jika
terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang dihasilkan selama
umur manfaat. Aset tak berwujud dianggap oleh entitas memiliki umur manfaat tidak terbatas
jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan tidak ada batas yang terlihat pada saat
ini atas periode mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto untuk entitas. Aset tak
berwujud dengan umur terbatas diamortisasi dan aset tak berwujud dengan umur ekonomis
yang tidak terbatas tidak diamortisasi.
Umur manfaat aset tak berwujud yang timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain tidak
lebih lama dari masa hak kontraktual atau hak legal lain tersebut, tapi dapat lebih singkat
tergantung periode kapan aset dapat digunakan entitas. Jika hak kontraktual atau hak legal
lain memiliki batasan yang dapat diperbaharui , maka umur manfaat dari aset tak berwujud
termasuk periode pembaharuan hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan umur
manfaat tidak menimbulkan biaya yang signifikan. Umur manfaat hak yang diperoleh
kembali sebagai aset tak berwujud dalam kombinasi bisnis adalah sisa periode kontraktual
hak tersebut diberikan dan tidak termasuk periode pembaruan.

1) Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Terbatas


Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi
Jumlah tersusutkan aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan secara
sistematis selama umur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan,
yakni ketika aset berada pada lokasi dan dalam kondisi untuk beroperasi sesuai dengan cara
yang dimaksudkan oleh manajemen. Amortisasi dihentikan pada waktu mana yang lebih dulu
antara ketika aset tersebut digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan tanggal
ketika aset dihentikan pengakuannya. Metode amortisasi yang digunakan menggambarkan
pola konsumsi entitas atas manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan (mencakup
metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi) . Jika pola tersebut
tidak dapat ditentukan secara andal, maka digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang
dibebankan untuk setiap periode diakui dalam laporan laba rugi  kecuali diizinkan oleh PSAK
atau mensyaratkan amortisasi tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lain. 

Nilai Residu
Nilai residu aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas diasumsikan sama dengan nol,
kecuali:
a) Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tak berwujud tersebut pada akhir
umur manfaatnya, atau
b) Ada pasar aktif untuk aset tak berwujud tersebut dan:
 Nilai residu aset tak berwujud dapat ditentukan dengan mengacu pada harga berlaku
di pasar tersebut, dan
 Terdapat kemungkinan besar bahwa pasar akan tetap tersedia sampai akhir umur
manfaat aset tersebut.

Nilai residu aset tak berwujud dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar
dari jumlah tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka amortisasi yang dibebankan adaah nol
kecuali dan hingga nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah
tercatat aset tak berwujud tersebut.

Penelaahan Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi


Periode amortisasi dan metode amortisasi aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas
ditelaah setidaknya setiap akhir tahun buku. Jika perkiraan umur manfaat aset berbeda secara
signifikan dalam perkiraan pola konsumsi manfaat ekonomi aset, maka metode amortisasi
diubah untuk mencerminkan pola yang berubah tersebut. Perlakuannya sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan.

2) Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Tidak Terbatas


Aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi. Sesuai PSAK 48
(revisi 2009): Penurunan Nilai Aset, entitas disyaratkan untuk menguji aset tak berwujud
dengan umur manfaat tidak terbatas untuk penurunan nilai dengan membandingkan jumlah
terpulihkan dengan jumlah tercatatnya setiap tahun dan kapanpun terdapat indikasi bahwa
aset tak berwujud mengalami penurunan nilai.

Penelaahan Penilaian Umur Manfaat


Umur manfaat aset tak berwujud yang tidak diamortisasi ditelaah setiap periode untuk
menentukan apakah peristiwa dan kondisi dapat terus mendukung penilaian bahwa umur
manfaat tetap tidak terbatas. Jika tidak, maka perubahan umur manfaat yang muncul tidak
terbatas menjadi terbatas diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai PSAK 25
(revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.

F. PENGHENTIAN DAN PELEPASAN


Aset tak berwujud dihentikan pengakuannya jika :
 Dilepas
 Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.

Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tak berwujud
merupakan perbedaan antara nilai neto pelepasan dan jumlah tercatat aset. Keuntungan dan
kerugian diakui dalam laporan laba rugi pada saat penghentian pengakuan. Kecuali PSAK 30
(revisi 2007): sewa mensyaratkan sebaliknya dalam jual dan sewa balik, keuntungan tidak
diakui sebagai pendapatan. 

G. PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud, dipisahkan
antara aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tak berwujud lain:
1. Umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbatas
diungkapkan, tingkat amortisasi yang digunakan atau umur manfaatnya.
2. Metode amortisasi yang digunakan untuk aset tak berwujud dengan umur
manfaat terbatas.
3. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.
4. Pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang mana amortisasi aset tak
berwujud termasuk didalamnya.
5. Rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan :

 Penambahan, yang secara terpisah mengindikasikan aset tak berwujud dari


pengembangan internal, diperoleh secara terpisah, dan diperoleh melalui kombinasi
bisnis.
 Aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk
dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual
sesuai PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi Yang Dihentikan, dan pelepasan lain.
 Peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi dan dari
pengakuan rugi penurunan nilai atau pembalikan di pendapatan komprehensif lain
sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset, jika ada.
 Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode sesuai
PSAK 48 (revisi 2009).
 Rugi penurunan nilai yang dibalik dalam laporan laba rugi selama periode sesuai
dengan PSAK 48 (revisi 2009).
 Setiap amortisasi yang diakui selama periode.
 Selisih kurs neto yang timbul dari nilai penjabaran laporan keuangan ke mata uang
penyajian, dan penjabaran operasi luar negeri ke mata uang penyajian yang digunakan
entitas, dan
 Perubahan nilai pada jumlah tercatat aset tersebut selama periode.

Entitas juga mengungkapkan :


a) Untuk aset tak berwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas, jumlah tercatat
aset dan alasan yang mendukung penilaian umur manfaat tidak terbatas tersebut. Dalam
memberi alasan, entitas menjelaskan faktor signifikan dalam menentukan aset yang dimiliki
memiliki umur tak terbatas.
b) Penjelasan, jumlah tercatat, dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tak berwujud yang
material terhadap laporan keuangan entitas.
c) Untuk aset tak berujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan awalnya diakui pada
nilai wajar:
 Nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut
 Jumlah tercatatnya, dan
 Aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau model
revaluasi.

d) Keberadaan dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang kepemilikannya dibatasi dan
jumlah tercatat aset tak berwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas.
e) Nilai komitmen kontraktual untuk akuisisi aset tak berwujud.
Jika aset tak berwujud dicatat pada nilai revaluasian, maka entitas mengungkapkan hal-hal
berikut :
(a) Berdasarkan kelompok aset tak berwujud :
1. Tanggal efektif revaluasi
2. Jumlah tercatat aset tak berwujud yang direvaluasi
3. Jumlah tercatat yang akan diakui jika aset tak berwujud diukur dengan model biaya setelah
pengakuan awal
(b) Jumlah surplus revaluasi aset tak berwujud pada awal dan akhir periode, mengindikasikan
perubahan selama periode dan pembatasan apapun dalam pendistribusian saldo (surplus)
kepada pemegang saham, dan
(c) Metode asumsi signifikan dalam mengestimasi nilai wajar aset tersebut.

Entitas dianjurkan, namun tidak diharuskan untuk mengungkapkan informasi berikut :


a) Penjelasan mengenai aset tak berwujud yang telah diamortisasi seluruhnya tetapi masih
digunakan.
b) Penjelasan mengenai aset tak berwujud signifikan yang dikendalikan entitas namun tidak
diakui sebagai aset karena tidak memenuhi kriteria pengakuan karena aset tersebut diperoleh
atau dihasilkan sebelum PSAK 19 : Aset Tidak Berwujud efektif diberlakukan.
PROPERTI INVESTASI –PSAK 13

1.1 Definisi
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan)
untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk:
(a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
(b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-sehari.

Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee
melalui sewa pembiayaan) yang digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa atau untuk tujuan administratif.

Berikut adalah contoh properti investasi:


(a) tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk
dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari;
(b) tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan.
(Jika entitas belum menentukan penggunaan tanah sebagai properti yang digunakan
sendiri atau akan dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari, maka tanah
tersebut sebagai tanah yang dimiliki dalam rangka kenaikan nilai);
(c) bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa
pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi;
(d) bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain
melalui satu atau lebih sewa operasi;
(e) properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa depan
digunakan sebagai properti investasi.

Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan properti investasi:


(a) properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari atau sedang
dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual, contoh properti yang
diperoleh secara eksklusif dengan maksud untuk dilepaskan dalam waktu dekat atau
untuk pengembangan dan dijual kembali;
(b) properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga;
(c) Properti yang digunakan sendiri, mencakup (di antaranya) properti yang dikuasai
untuk digunakan di masa depan sebagai properti yang digunakan sendiri, properti
yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan dan selanjutnya digunakan sebagai
properti yang digunakan sendiri, properti yang digunakan oleh karyawan (dengan atau
tanpa pembayaran rental sesuai harga pasar oleh karyawan) dan properti yang
digunakan sendiri yang menunggu untuk dijual;
(d) properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.
Beberapa properti terdiri dari bagian yang dikuasai untuk menghasilkan rental atau
untuk kenaikan nilai dan bagian lain dari properti tersebut dimiliki untuk digunakan
dalam proses produksi atau untuk menghasilkan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif. Jika bagian properti tersebut dapat dijual secara terpisah (atau disewakan
kepada pihak lain secara terpisah melalui sewa pembiayaan), maka entitas mencatatnya
secara terpisah. Jika bagian tersebut tidak dapat dijual secara terpisah, maka properti ini
masuk sebagai properti investasi hanya jika bagian yang digunakan dalam proses
produksi atau persediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif jumlahnya tidak
signifikan.
Dalam beberapa kasus, entitas menyediakan tambahan jasa kepada penghuni properti
yang dimilikinya. Entitas memperlakukan properti tersebut sebagai properti investasi jika
jasa tersebut tidak signifikan terhadap keseluruhan perjanjian. Sebagai contoh adalah
ketika pemilik bangunan kantor menyediakan jasa keamanan dan pemeliharaan bangunan
kepada lessee yang menghuni bangunan. Dalam kasus yang lain, jasa yang disediakan
bernilai cukup signifikan. Sebagai contoh, jika entitas memiliki dan mengelola hotel,
maka jasa yang diberikan kepada tamu adalah signifikan terhadap keseluruhan perjanjian.
Oleh karena itu, hotel yang dikelola pemilik termasuk sebagai properti yang digunakan
sendiri dan bukan sebagai properti investasi.
Hal yang sulit mungkin untuk menentukan apakah tambahan jasa yang diberikan
adalah sangat signifikan sehingga properti tidak memenuhi sebagai properti investasi.
Sebagai contoh, pemilik hotel terkadang memindahkan beberapa tanggung jawab kepada
pihak ketiga berdasarkan suatu perjanjian pengelolaan. Persyaratan dalam perjanjian
tersebut sangat beragam. Pada satu sisi, secara substansi, posisi pemilik hotel adalah
sebagai investor pasif. Pada sisi yang lain, pemilik hotel telah mengalih-dayakan kepada
pihak lain untuk mengelola operasi hotel sehari-hari dengan tetap terkena dampak secara
langsung dari variasi arus kas yang dihasilkan dari operasi hotel tersebut.
Dalam beberapa kasus, entitas memiliki properti yang disewakan kepada, dan yang
digunakan oleh, entitas induknya atau entitas anak lain. Properti tersebut tidak
diklasilifikasikan sebagai properti investasi dalam laporan keuangan konsolidasian,
karena properti tersebut termasuk properti yang digunakan sendiri jika dilihat dari sudut
pandang kelompok usaha. Akan tetapi, jika dilihat dari sudut pandang entitas yang
memiliki properti, properti tersebut termasuk kategori properti investasi. Oleh karena itu,
lessor memperlakukan kepemilikan properti tersebut sebagai properti investasi dalam
laporan keuangan individualnya.

1.2 Pengakuan
 Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan atau nilai wajar
dari imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau pembangunan atau nilai yang diatribusikan pada aset ketika pengakuan awal
sesuai dengan ketentuan spesifik dalam SAK lain.
 Jumlah tercatat adalah jumlah suatu aset diakui dalam laporan posisi keuangan.
 Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran.

Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika:


(a) besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan properti
investasi akan mengalir ke entitas; dan
(b) biaya perolehan properti investasi dapat diukur secara andal.

Entitas mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan atas seluruh biaya perolehan


properti investasi pada saat terjadinya. Biaya perolehan termasuk biaya yang terjadi pada
saat memperoleh properti investasi dan biaya yang terjadi setelahnya untuk menambah,
mengganti bagian properti, atau memperbaiki properti.
Berdasarkan prinsip pengakuan di atas, entitas tidak mengakui biaya harian
penggunaan properti dalam jumlah tercatat properti investasi. Biaya tersebut diakui dalam
laba rugi pada saat terjadinya. Biaya harian penggunaan properti yang utama adalah biaya
tenaga kerja dan bahan habis pakai serta termasuk biaya suku cadang kecil. Tujuan
pengeluaran ini sering dideskripsikan sebagai "perbaikan dan pemeliharaan" dari properti.
Bagian dari properti investasi dapat diperoleh melalui penggantian. Sebagai contoh,
interior dinding bangunan mungkin merupakan penggantian dinding aslinya. Berdasarkan
prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya penggantian properti investasi yang ada pada
saat terjadinya dalam jumlah tercatat properti investasi jika memenuhi kriteria pengakuan.
Jumlah tercatat bagian yang diganti dihentikan pengakuannya sesuai dengan ketentuan
penghentian pengakuan.

1.3 Pengukuran saat pengakuan


Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi
termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Biaya perolehan properti investasi yang dibeli
meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara
langsung. Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung termasuk, sebagai
contoh; biaya jasa hukum, pajak pengalihan properti, dan biaya transaksi lain.

Biaya perolehan properti investasi tidak termasuk:


(a) Biaya perintisan (kecuali biaya yang diperlukan untuk membawa properti ke kondisi
yang diinginkan sehingga dapat digunakan sesuai dengan maksud manajemen);
(b) Kerugian operasional yang terjadi sebelum properti investasi mencapai tingkat hunian
yang direncanakan; atau
(c) Jumlah tidak normal bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain yang terjadi
selama masa pembangunan atau pengembangan properti.

Jika pembayaran atas properti investasi ditangguhkan, maka biaya perolehan adalah
setara harga tunai. Perbedaan antara jumlah tersebut dan total pembayaran diakui sebagai
beban bunga selama periode kredit.
Biaya perolehan awal hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa dan
diklasifikasikan sebagai properti investasi yang dicatat sebagai sewa pembiayaan
sebagaimana diatur dalam PSAK 30: Sewa paragraf 20, dalam hal ini aset diakui pada
jumlah yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kini pembayaran sewa minimum.
Jumlah yang setara diakui sebagai liabilitas sesuai dengan ketentuan paragraf yang sama.
Setiap premium yang dibayarkan untuk sewa diperlakukan sebagai bagian dari
pembayaran sewa minimum untuk tujuan ini, dan oleh karena itu dimasukkan dalam
biaya perolehan aset, tetapi dikeluarkan dari liabilitas. Jika hak atas properti yang
dikuasai dengan cara sewa diklasifikasikan sebagai properti investasi, maka hak atas
properti tersebut dicatat pada nilai wajar dari hak tersebut dan bukan dari properti yang
mendasari. Pedoman pengukuran atas nilai wajar hak properti untuk model nilai wajar
diatur dalam PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar paragraf 33-35, 40, 41, 48, 50, dan 52.
Pedoman tersebut juga relevan dalam penentuan nilai wajar ketika nilai tersebut
digunakan sebagai biaya perolehan untuk tujuan pengakuan awal.
Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran dengan aset moneter
atau aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut
mengacu pada pertukaran satu aset nonmoneter dengan aset nonmoneter lain, tetapi hal
ini juga berlaku untuk seluruh pertukaran yang dideskripsikan dalam kalimat sebelumnya.
Biaya perolehan aset tetap tersebut diukur pada nilai wajar kecuali:
(a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
(b) nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara
andal.
Aset yang diperoleh diukur dengan cara tersebut bahkan jika entitas tidak dapat segera
menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak dapat
diukur pada nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur pada jumlah tercatat aset yang
diserahkan.

Nilai wajar suatu aset dapat diukur secara andal jika:


(a) variabilitas dalam rentang pengukuran nilai wajar yang rasional untuk aset tersebut
adalah tidak signifikan; atau
(b) probabilitas dari beragam estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional
dan digunakan ketika mengukur nilai wajar.
Jika entitas dapat mengukur nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau
diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima, kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.

1.4 Pengukuran setelah pengakuan


Kebijakan Akuntansi
PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
menetapkan bahwa perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela dilakukan hanya jika
perubahan tersebut akan menghasilkan laporan keuangan yang menyediakan informasi
yang andal dan lebih relevan mengenai dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lain
terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas. Hal yang sulit untuk
dipahami bahwa perubahan dari model nilai wajar ke model biaya dapat menghasilkan
penyajian yang lebih relevan.
Pernyataan ini mensyaratkan seluruh entitas untuk mengukur nilai wajar properti
investasi, baik untuk tujuan pengukuran (jika menggunakan model nilai wajar) maupun
pengungkapan (jika menggunakan model biaya). Entitas dianjurkan, tetapi tidak
disyaratkan, untuk mengukur nilai wajar properti investasi berdasarkan penilaian oleh
penilai independen yang memiliki kualifikasi profesional yang telah diakui dan relevan
serta memiliki pengalaman terkini di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai.
Entitas dapat:
(a) memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi
yang menjadi agunan liabilitas yang membayar imbal hasil dikaitkan secara langsung
dengan nilai wajar dari, atau imbal hasil dari, aset tertentu yang mencakup properti
investasi tersebut; dan
(b) memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi
lain, tanpa memperhatikan pilihan sebagaimana dimaksud di huruf (a).

Jika entitas memilih model yang berbeda untuk dua kategori yang dideskripsikan di
atas, maka penjualan properti investasi antar kelompok aset yang diukur dengan
menggunakan model berbeda diakui pada nilai wajar dan perubahan kumulatif dalam
nilai wajar diakui dalam laba rugi. Sejalan dengan hal tersebut, jika suatu properti
investasi dialihkan dari kelompok aset yang menggunakan model nilai wajar ke kelompok
aset yang menggunakan model biaya, maka nilai wajar properti pada saat penjualan
dianggap menjadi biaya perolehannya.

1.5 Pengalihan
Pengalihan ke, atau dari, properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat
perubahan penggunaan yang dibuktikan dengan:
(a) dimulainya penggunaan oleh pemilik, dialihkan dari properti investasi menjadi
properti yang digunakan sendiri;
(b) dimulainya pengembangan untuk dijual, dialihkan dari properti investasi menjadi
persediaan;
(c) berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dialihkan dari properti yang digunakan sendiri
menjadi properti investasi; atau
(d) dimulainya sewa operasi kepada pihak lain, dialihkan dari persediaan menjadi
properti investasi.

Poin b di atas mensyaratkan entitas untuk mengalihkan properti dari properti investasi
menjadi persediaan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang
ditunjukkan dengan dimulainya pengembangan dengan tujuan untuk dijual. Jika entitas
memutuskan untuk melepas properti investasi tanpa dikembangkan, maka entitas tetap
memperlakukan properti tersebut sebagai properti investasi hingga dihentikan
pengakuannya (dieliminasi dari laporan posisi keuangan) dan tidak memperlakukannya
sebagai persediaan. Serupa dengan hal tersebut, jika entitas mulai mengembangkan
kembali properti investasi yang ada dan akan tetap menggunakannya di masa depan
sebagai properti investasi, maka properti tersebut tetap properti investasi dan tidak
direklasifikasi sebagai properti yang digunakan sendiri selama masa pengembangan
kembali. Jika entitas menggunakan model biaya, pengalihan antara properti investasi,
properti yang digunakan sendiri dan persediaan tidak mengubah jumlah tercatat properti
yang dialihkan serta tidak mengubah biaya perolehan properti untuk tujuan pengukuran
dan pengungkapan.
Untuk properti investasi yang dicatat pada nilai wajar dan kemudian dialihkan
menjadi properti yang digunakan sendiri atau persediaan, akuntansi selanjutnya mengacu
pada PSAK 16: Aset Tetap atau PSAK 14: Persediaan yang mana biaya perolehan
bawaan (deemed cost) sebagai nilai wajar pada tanggal perubahan penggunaan. Jika
properti yang digunakan sendiri oleh pemilik berubah menjadi properti investasi dan akan
dicatat dengan menggunakan nilai wajar, entitas menerapkan PSAK 16: Aset Tetap
sampai dengan saat tanggal terakhir perubahaan penggunaannya. Entitas memperlakukan
perbedaan antara jumlah tercatat berdasarkan PSAK 16 dan nilai wajar dengan cara yang
sama sebagaimana revaluasi berdasarkan PSAK 16.
Sampai dengan tanggal properti yang digunakan sendiri menjadi properti investasi
yang akan dicatat pada nilai wajar, entitas menyusutkan properti dan mengakui rugi
penurunan nilai yang terjadi. Entitas memperlakukan setiap perbedaan antara jumlah
tercatat properti investasi berdasarkan PSAK 16: Aset Tetap dan nilai wajarnya pada
tanggal tersebut dengan cara yang sama sebagaimana revaluasi berdasarkan PSAK 16.
Dengan kata lain:
(a) setiap penurunan dalam jumlah tercatat properti diakui dalam laba rugi. Akan tetapi,
jika terdapat surplus revaluasi yang terkait dengan properti tersebut, maka
penurunan tersebut diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan mengurangi
surplus revaluasi dalam ekuitas.
(b) setiap kenaikan dalam jumlah tercatat diperlakukan sebagai berikut:
(i) jika kenaikan tersebut membalik rugi penurunan nilai yang telah diakui
sebelumnya atas properti tersebut, maka kenaikan tersebut diakui dalam laba
rugi. Jumlah yang diakui dalam laba rugi tidak melebihi jumlah yang diperlukan
untuk mengembalikan nilai ke jumlah tercatat (setelah penyusutan) seandainya
tidak ada pengakuan rugi penurunan nilai;
(ii) setiap sisa bagian kenaikan diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan
meningkatkan surplus revaluasi dalam ekuitas. Selanjutnya, pada saat properti
investasi dilepas, surplus revaluasi dalam ekuitas dialihkan ke saldo laba.
Pengalihan dari surplus revaluasi ke saldo laba tidak melalui laba rugi.

Untuk pengalihan dari persediaan ke properti investasi yang akan dicatat pada nilai
wajar, perbedaan antara nilai wajar properti pada tanggal tersebut dan jumlah tercatatnya
diakui dalam laba rugi. Perlakuan atas pengalihan dari persediaan ke properti investasi
yang akan dicatat pada nilai wajar adalah konsisten dengan perlakuan penjualan
persediaan. Ketika entitas menyelesaikan pembangunan atau pengembangan properti
investasi yang dibangun sendiri dan yang akan dicatat pada nilai wajar, setiap perbedaan
antara nilai wajar properti pada tanggal tersebut dan jumlah tercatatnya diakui dalam laba
rugi.

1.6 Pelepasan
Properti investasi dihentikan pengakuannya (dieliminasi dari laporan posisi keuangan)
pada saat dilepaskan atau ketika properti investasi tidak digunakan lagi secara permanen
dan tidak memiliki manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dari pelepasannya.
Pelepasan properti investasi dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara
sewa pembiayaan.
Entitas mengakui biaya penggantian untuk bagian tertentu dari properti investasi ke
dalam jumlah tercatatnya, maka jumlah tercatat dari bagian yang diganti dihentikan
pengakuannya. Untuk properti investasi yang dicatat dengan model biaya, bagian yang
diganti mungkin bukan merupakan bagian yang disusutkan secara terpisah. Jika tidak
praktis untuk menentukan jumlah tercatat dari bagian yang diganti tersebut, maka entitas
dapat menggunakan biaya penggantian sebagai indikasi untuk menentukan berapa jumlah
biaya perolehan bagian yang diganti pada saat diperoleh atau dibangun. Dalam model
nilai wajar, nilai wajar dari properti investasi mungkin telah mencesminkan keadaan
bahwa bagian yang diganți sudah tidak memiliki nilai lagi. Dalam kasus lain, mungkin
sulit untuk menentukan berapa nilai wajar setelah dikurangi bagian yang diganti.
Alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar setelah dikurangi bagian
yang diganti, jika tidak perolehan secara praktis, adalah dengan memasukkan biaya
pengganti ke dalam jumlah tercatat aset dan kemudian menentukan kembali nilai
wajarnya, sebagaimana yang disyaratkan untuk penambahan yang tidak melibatkan
penggantian.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti
investasi ditentukan dari selisih antara hasil neto pelepasan dari jumlah tercatat aset dan
diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan. Imbalan yang
dapat diterima atas pelepasan properti investasi diakui awalnya pada nilai wajar. Jika
pembayaran atas properti investasi ditangguhkan, imbalan yang dapat diterima diakui
awalnya pada setara harga tunai. Selisih antara jumlah nominal imbalan dan nilai setara
harga tunai diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23: Pendapatan
dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

1.7 Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
(a) menerapkan model nilai wajar atau model biaya;
(b) jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan bagaimana, hak atas
properti yang dimiliki dalam sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai
properti investasi;
(c) jika pengklasifikasian sulit dilakukan, kriteria yang digunakan untuk membedakan
properti investasi dari properti yang digunakan sendiri dengan properti yang dimiliki
untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari;
(d) sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau diungkapkan
dalam laporan keuangan) didasarkan pada penilaian oleh penilai independen yang
memiliki kualifikasi profesional yang telah diakui dan relevan serta memiliki
pengalaman terkini di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai. Jika tidak
ada penilaian tersebut, maka hal ini diungkapkan;
(e) jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk:
(i) penghasilan rental dari properti investasi;
(ii) beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari
properti investasi yang menghasilkan penghasilan rental selama periode;
(iii) beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari
properti investasi yang tidak menghasilkan pendapatan rental selama periode; dan
(iv) perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba rugi atas penjualan
properti investasi dari sekelompok aset yang menggunakan model biaya ke
kelompok yang menggunakan model nilai wajar;
(b) keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan realisasi dari properti investasi
atau atas pengiriman penghasilan dan hasil pelepasan;
(c) kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan atau untuk
memperbaiki, memelihara, atau meningkatkan properti investasi.

Model Nilai Wajar

Di samping pengungkapan yang disyaratkan di atas, entitas yang menerapkan model


nilai wajar mengungkapkan rekonsiliasi antara jumlah tercatat properti investasi pada
awal dan akhir periode, yang menunjukkan hal berikut:

(a) penambahan, dengan pengungkapan terpisah untuk penambahan yang dihasilkan dari
perolehan dan dari pengeluaran selanjutnya yang diakui dalam jumlah tercatat aset;
(b) penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui kombinasi bisnis;
(c) aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam
kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan dan pelepasan lain;
(d) keuntungan atau kerugian neto dari penyesuaian terhadap nilai wajar;
(e) selisih kurs neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan dari mata uang
fungsional menjadi mata uang penyajian yang berbeda, dan penjabaran dari kegiatan
usaha luar negeri menjadi mata uang penyajian dari entitas pelapor;
(f) pengalihan ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri; dan
(g) perubahan lain.

Ketika penilaian atas properti investasi disesuaikan secara signifikan untuk tujuan
pelaporan keuangan, sebagai contoh untuk menghindari penghitungan ganda atas aset
atau liabilitas yang diakui sebagai aset dan liabilitas terpisah, maka entitas
mengungkapkan rekonsiliasi antara penilaian tersebut dan penilaian yang telah
disesuaikan yang dilaporkan dalam laporan keuangan, dengan menunjukkan secara
terpisah jumlah gabungan dari pengakuan kewajiban sewa yang telah ditambahkan
kembali dan penyesuaian signifikan lain.

Model Biaya
Entitas yang menerapkan model biaya mengungkapkan:
(a) metode penyusutan yang digunakan;
(b) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(c) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan akumulasi
rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
(d) rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang
menunjukkan:
 penambahan, dengan pengungkapan terpisah untuk penambahan yang
dihasilkan dari akuisisi dan dari pengeluaran selanjutnya yang diakui sebagai
aset;
 penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui kombinasi bisnis;
 aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan dan pelepasan lain;
 penyusutan;
 jumlah rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pembalikan rugi
penurunan nilai, selama periode sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai
Aset;
 selisih kurs neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan dari mata
uang fungsional menjadi mata uang penyajian yang berbeda, dan penjabaran
dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang penyajian dari entitas
pelapor;
 pengalihan ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri; dan
 perubahan lain.
(e) nilai wajar properti investasi. Dalam kasus yang dikecualikan, jika entitas tidak
dapat mengukur nilai wajar properti investasi secara andal, entitas mengungkapkan:
 deskripsi properti investasi;
 penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara andal; dan
 jika memungkinkan, rentang estimasi nilai wajar kemungkinan besar berada.
ASET PERTAMBANGAN

A. TUJUAN
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi atas aktivitas
pengupasan lapisan tanah dan aktivitas pengelolaan lingkungan hidup pertambangan umum.

B. RUANG LINGKUP
Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi pertambangan umum yang terkait dengan:
(a) aktivitas pengupasan lapisan tanah dan;
(b) aktivitas pengelolaan lingkungan hidup.

C. DEFINISI

Berikut ini adalah pengeertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang memengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya.

Biaya pengelolaan lingkungan hidup adalah biaya yang timbul atas usaha mengurangi
dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan, dan biaya rutin lainnya

Sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan usaha
penambangan, maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi upaya
terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan
pengembangan lingkungan hidup.

D. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


1. aktivitas pengupasan Lapisan tanah
Biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara pengupasan tanah awal untuk
membuka tambang, yaitu pengupasan tanah yang dilakukan sebelum produksi dimulai dan
pengupasan tanah lanjutan yang dilakukan selama masa produksi. Biaya pengupasan tanah
awal diakui sebagai aset (beban tangguhan), sedangkan biaya pengupasan tanah lanjutan
diakui sebagai beban. Sebelum produksi dilaksanakan, dihitung terlebih dahulu rasio rata-rata
tanah penutup (average stripping ratio), yaitu perbandingan antara taksiran kuantitas lapisan
batuan/tanah penutup terhadap taksiran ketebalan bahan galian (seperti batubara) yang juga
dinyatakan dalam satuan unit kuantitas.

Biaya pengupasan tanah lanjutan pada dasarnya dibebankan berdasarkan rasio rata-rata
tanah penutup. Dalam keadaan di mana rasio aktual tanah penutup (yaitu rasio antara
kuantitas tanah/batuan yang dikupas pada periode tertentu terhadap kuantitas bagian
cadangan yang diproduksi untuk periode yang sama) tidak berbeda jauh dengan rasio rata-
ratanya, maka biaya pengupasan tanah yang timbul pada periode tersebut seluruhnya dapat
dibebankan. Dalam hal rasio aktual berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka apabila
rasio aktual lebih besar dari rasio rata-ratanya, kelebihan biaya pengupasan diakui sebagai
aset (beban tangguhan). Selanjutnya, aset tersebut akan dibebankan pada periode dimana
rasio aktual jauh lebih kecil dari rasio rata-ratanya.

2. aktivitas pengelolaan Lingkungan Hidup


Provisi pengelolaan lingkungan hidup harus diakui jika:

a. terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada tanggal pelaporan
keuangan akibat kegiatan yang telah dilakukan;

b terdapat dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang timbul.

Taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat kegiatan
eksplorasi dan pengembangan diakui sebagai aset (beban tangguhan).

Taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat kegiatan
produksi tambang diakui sebagai beban.

Pada tanggal pelaporan, jumlah provisi pengelolaan lingkungan hidup harus dievaluasi
kembali untuk menentukan apakah jumlah akrualnya telah memadahi.

Jika jumlah pengeluaran pengelolaan lingkungan hidup yang sesungguhnya terjadi pada
tahun berjalan sehubungan dengan kegiatan periode lalu lebih besar dari pada jumlah akrual
yang telah dibentuk, maka selisihnya dibebankan ke periode di mana kelebihan tersebut
timbul.

E. PENYAJIAN
Taksiran Provisi pengelolaan lingkungan hidup disajikan di laporan posisi keuangan
sebesar jumlah kewajiban yang telah ditangguhkan, setelah dikurangi dengan jumlah
pengeluaran yang sesungguhnya terjadi.

F. PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan, tetapi tidak terbatas pada:
a. Kebijakan akntansi sehubungan dengan:
(i) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biayapengelolaan lingkungan hidup;
(ii) Metode amortisasi atas biaya pengelolaan lingkungan hidup yang ditanguhkan.
b. Mutase taksiran kewajiban provisi pengelolaan lingkungan hidup selama tahun
berjalan dengan mewujudkan:
(i) Saldo awal;
(ii) Penyisihan yang dibentuk;
(iii) Pengeluaran sesungguhnya
(iv) Saldo akhir.
c. Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dan yang sedang
berjalan;
d. Kewajiban bersyarat sehubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan
kewajiban bersyarat lainnya sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai