Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn A DENGAN ASAM

URAT DI DUSUN KARANG TALUN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan gerontik

Koordinator Mata Kuliah : Eva Nurlina Apriliana, M.Kep., Ns., Kep. Kom

Dosen Pembimbing : Suyamto, A.Kep., MPH

Disusun Oleh :

Kelas 3A

Arrahman Rian Nanda 2820173001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam urat disebut sebagai salah satu penyakit yang sering diderita
oleh orang yang usianya lebih tua karena berlebihan dalam mengkonsumsi
makanan yang tinggi protein dan tinggi lemak (Noviyanti, 2015).
Asam urat disebut juga artritis gout termasuk suatu penyakit
degeneratif yang menyerang persendian, dan paling sering dijumpai di
masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia). Namun tak jarang
penyakit ini juga ditemukan pada golongan pralansia (Damayanti, 2012).
Di dunia prevalensi penyakit asam urat mengalami kenaikan
jumlah penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010. Pada orang
dewasa di Amerika Serikat penyakit asam urat mengalami peningkatan
dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika. Sedangkan prevalensi
hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi 43.300.000 (21%) orang
dewasa di Amerika Serikat (Sutanto, 2013).
Meniurut WHO Indonesia merupakan negara terbesar ke empat
sedunia yang penduduknya menderita asam urat. Di Indonesia penyakit
asam urat 65% terjadi pada lansia. Kadar asam urat normal pada pria
berkisar 3,5- 7 mg/ dl dan pada perempuan 2,6- 6 mg/dl. Kadar asam urat
diatas normal disebut hiperurisemia (Setyo, 2014).
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
bahwa penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(nakes) sebesar 11.9% dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar
24.7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis nakes tertinggi di
Provinsi Bali sebesar 19.3% dan berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi
yaitu di Nusa Tenggara Timur sebesar 31.1%. Prevalensi penyakit sendi di
Jawa Tengah tahun 2013 berdasarkan diagnosis nakes sebesar 11.2%
ataupun berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 25.5% (Riskesdas,
2013).
Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian di
Dusun karang talun wukirsari imogiri bantul dengan mengusung judul
Asuhan Keperawatan gerontik Dengan Agregat Pada Lansia Dengan Asam
Urat Di Dusun karangtalun.
BABII

DEFINISI LANSIA
Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah mencapai
usia 65 tahun (Touhy & Jett, 2014). Hal ini serupa dengan yang
diemukakan oleh para ahli gerontology yang mengatakan bahwa seseorang
dapat dikatakan lansia apabila telah mencapai usia 65 tahun (Miller, 2012).
Lansia sendiri terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu lansia muda dengan
rentang usia 65-74 tahun, lansia pertengahan dengan rentang usia 75-84
tahun, lansia sangat tua dengan rentang usia 85 tahun ke atas (DeLaune &
Ladner, 2002; Mauk, 2006).
Menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia di Indonesia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lansia
adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sehingga
setiap penduduk Indonesia yang telah berusia 60 tahun atau lebih telah
masuk dalam kategori lansia. Lansia di Indonesia diklasifikasikan menjadi
(1) kelompok usia prasenilis yaitu berusia 45-59 tahun (2) kelompok usia
lanjut yaitu berusia 60 tahun ke atas (3) kelompok usia risiko tinggi yaitu
berusia 70 tahun ke atas ataupun berusia 60 tahun ke atas dengan masalah
kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009).

1. PROSES MENUA
Proses menua adalah peristiwa yang akan terjadi pada laki-laki dan
perempuan, baik muda maupun tua (Miller,2012). Hal tersebut
dikarenakan proses menua merupakan bagian dari peristiwa siklus
kehidupan manusia. Siklus kehidupan manusia dimulai dari janin dan
berakhir pada tahapan lanjut usia dan kematian. Lanjut usia merupakan
tahap akhir perkembangan manusia. Sehingga lansia adalah manusia
dewasa yang telah mengalami proses menua tahap akhir.

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2003).

3. KARAKTERISTIK
menurut Keliat (1999) dan Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaftif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008)

4. TIPE LANSIA
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana.
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

5. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA


Menurut Duvall dalam Wong (2008) tugas perkembangan lansia
meliputi:
a. mengalihkan peran bekerja dengan masa senggang dan persiapan
pensiun atau pensiun penuh
b. memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu serta beradaptasi
dengan proses penuaan,
c. mempersiapkan diri untuk menghadapi proses kematian dan
kehilangan pasangan hidup dan/atau saudara kandung maupun teman
sebaya. Sedangkan menurut Erickson tugas perkembangan pada masa
lansia adalah integritas ego (Stolte, 2003).

Menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa


memperhatikan rasa sakit dan proses yang terjadi dalam perjalanannya menjadi
bagian dari tugas ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan
lansia berinti pada adaptasi dan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi
pada lansia baik dari fisik, psikologis, dan sosial.

A. KONSEP DASAR ARTRITIS GDEFINISI


Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme
purin yang menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum >
7,0 mg /100ml). Ini dapat mempengaruhi sendi (kaki). Secara
khas, sendi metatarsafalangeal pertama dari ibu jari kaki besar
adalah sisi primer yang terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat
meliputi lutut dan pergelangan kaki. (Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah, volume 2)

Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai


gambaran khusus yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak
terdapat pada pria daripada wanita. Pada pria sering mengenai
usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati
masa menopause. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1).

Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai


gambaran khusus, yaitu artritis akut. Merupakan jenis penyakit
reumatik yang penatalaksanaannya mudah dan efektif.
Sebaliknya pada pengobatan yang tidak memadai, gout dapat
menyebabkan destruksi sendi. Kelainan ini berhubungan dengan
gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia. (Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 3).

ETIOLOGI
Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari
penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolit.
Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
Pembedahan
Trauma
Obat-obatan
Alkohol
Stress emosional
Diet tinggi purin
a) Pembentukan Asam urat yang berlebihan
Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit.
b) Kurangnya pengeluaran asam urat

Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat ditubuli
distal ginjal
Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.

TANDA DAN GEJALA

Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati:


(Silvi A. price)
Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat
serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam
urat serum.
Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsophalangeal.
Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat
gelaja-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan
sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam
waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatantidak dimulai.
Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri,
sakit, dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi bengkak.

KLASIFIKASI

Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :

Gout primer

Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).

Gout sekunder

Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena


meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
Nyeri b.d inflamasi

Peningkatan produksi asam urat

PATOFISIOLOGI

GOUT

Alkohol, diet tinggi purin Obat-obatan

(Gout primer) (Gout sekunder)

Hipersaturasi dari urat  produksi asam urat  Kadar laktat


plasma dan cairan tubuh

Pengendapan asam urat Hambatan ekskresi asam urat oleh ginjal

Penimbunan di dalam dan sekeliling sendi

Kristalisasi asam urat

Peradangan (inflamasi) Serangan Gout Hiperurisemia

Serangan berulang-ulang Nefrolitiasis

- Atritis Gangguan citra tubuh b.d  ekskresi asam urat oleh ginjal
akut adanya trofi
- Tofi
Membentuk kristal asam urat - Proteinuria
Gangguan mobilitas fisik - Hipertensi
Destruksi sendi dan jaringan lunak b.d disfungsi persendian ringan
Batu ginjal asam urat

Kurangnya pengetahuan
Disfungsi persendian mengenai penyakit b.d tidak
terpaparnya informasi

Resiko cidera
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)

Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.


Didapatkan leukositosis ringan
LED meninggi sedikit
Pemeriksaan urin
Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)

Pemeriksaan cairan tofi


Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik dari leukosit
sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan perubahan yang dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.

PENATALAKSANAAN

Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.

Terapi farmakologi

Serangan akut

Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama
dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin
berkompetesi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout akut. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut.

Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin dan kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :

1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. NSAID yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut adalah :
 Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
 Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
 Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi cukup
mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2 inhibitor mempunyai
resiko efek samping gastrointestinal bagian atas lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih lambat
dan efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang
terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara atrithis sepsis dan gout akut.

Serangan kronik

Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini:

1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal.
Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.
2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang sedikit mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat urikosurik.
Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi III. Jakarta: Balai Penerbit.

Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta: Media Aescul

LAMPIRAN 1
FORMAT PENGKAJIAN ASKEP LANSIA

Tanggal Pengkajian : 20 maret 2020


A. DATA BIOGRAFI

Nama : Tn A
Tempat & Tanggal Lahir :Gol.Darah : B
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : Cm / Kg 150cm 50kg
Penampilan : Ciri-ciriTubuh : klien memiliki postur tubuh agak bongkok 
Alamat : karang talun wukirsari
  Telp./ 
Orang Yang Dekat Di hubungi : 
HubungandenganLansia : Ny s
Alamat : karang talun wukirsari
  Telp./

B. RIWAYAT KELUARGA
1. SusunananggotaKeluarga
No. NAMA L/P HUBUNGAN PENDIDIKAN PEKERJAAN KETERANGAN
KELUARGA
Ny a P Anak SD wiraswasta
Tn p L Anak Smp buruh
Tn a L Anak Smp buruh
Ny a p Anak Sma buruh

2. Genogram :

3. Tipe / BentukKeluarga :
1. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saatitu : tidak bekerja


Alamat pekerjaan :
Berapa jarak dari rumah :
Alat transportasi  
Pekerjaan sebelumnya                               (Km)
Sumberpendapatan & Kecukupan terhadap : dari anak
Kebutuhan :
:

2. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Tipe tempat tinggal : permanen


Jumlah Kamar :3
Jumalah Tongkat di kamar : tidak ada
Kondisi tempat tinggal : bersih
Jumlah orang yang tinggal :Laki-laki 2 Orang/Perempuan 2 Orang
Tetangga terdekat : 2 keluarga
Alamat / Telepon
3. RIWAYAT REKREASI

Hobby / Minat :
KeanggotaanOrganisasi :
LiburanPerjalanan : 

4. SISTEM PENDUKUNG

Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi :
Jarak dari rumah :
Rumah Sakit : 10 Km
Klinik : 3 Km
Pelayanan Kesehatan dirumah :
Makanan yang dihantarkan : tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan : 
keluarga
Lain-lain : 

5. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual : sholat 5 waktu


Yang Lainnya :

6. STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun : ps mengeluhkan nyeri saat pagi hari
yang lalu
Status kesehatan umum selama 5 tahun : ps mengatakan pernah mengalami kecelakaan 2 tahun yg lalu
yang lalu
KELUHAN UTAMA : ps mengatakan nyeri dan pegal pegal saat pagi hari ps sudah merasakan hal tersebut selama 5 tahun

Provokative / paliative :-
Quality / Quantity :-
Region : -
Severity Scale : -
Timming : -

Pemahaman&PenatalaksanaanMasalahKesehatan :
OBAT-OBATAN :
No. NamaObat Dosis Keterangan
Obat warung

STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal terbaru)


Tetanus, Difteri :-
Influensa          : -
Pneumothoraks : -

Alergi : (Catatanagendanreaksispesifik)

Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor Lingkungan : -
Penyakit yang diderita : ps mengatakan menderita asam urat sejak 5 tahunyg lalu
1. Hipertensi        
2. Rheumatoid       
3. Asthma        
4. Dimensia, dll...........

7. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks Katz : A/B/C/D/E/F/G


Oksigenasi :
Cairan & Elektrolit : 

Nutrisi : ps makan 3 kali dalam satu hari


Eliminasi : ps mengatakan tidak ada masalah dalam bab dan bak
Aktivitas : ps biasa melakukan aktifitas di rumah
Istirahat&Tidur : ps biasa tidur 6-8 jam dalam sehari
Personal Hygiene : ps tampak bersih dan rapi
Seksual : ps sudah tidak melakukan hubungan seksual dengan istri
Rekreasi : ps jarang melakukan rekreasi
Psikologis : 
 PersepsiKlien : 
 KonsepDiri : ps mengatakan puas degan keadaan nya saat ini
: ps mengatakan tidak pernah marah marah
 Emosi
: ps mempunyai orang orang yang berarti dalam hidupnya yaitu istri dan anak nya
 Adaptasi :ps dapat mempertahnkakn diri degan baik
 MekanismePertahananDiri

KeadaanUmum :
Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma
GCS : Eye 4 Verbal 4 Psikomotor 6
Tanda-tanda Vital : Puls 88 
Temp 36,7
 SistemKardiovaskuler RR 22
 SistemPernafasan Tensi 140/90 mmhg
 SistemIntegumen
: kulit keriout kering warna sawomatang
 SistemPerkemihan : bias teraba kosong
 SistemMuskulo Skeletal : ps dapat melakukan aktifitas sehari hari
 SistemEndokrin : ps mengalami penurunan sukmatik
 Sistem Gastrointestinal : -
: -
 SistemReproduksi
:-
 SistemPersarafan : -
 SistemPenglihatan : ps mengatakan pengelihatan nya kabur
 SistemPendengaran : ps mengalami sedikit penurunan pendengaran
 SistemPengecapan : ps dapat merasakan asin dan manis

 SistemPenciuman : tidak ada masalah penciuman
 TactilRespon : 

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) 


Mini Mental State Exam (MMSE)   : normal
Inventaris Depresi Beck : -
APGAR Keluarga : 9

L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : -
2. radiologi         : -

LAMPIRAN 2
INDEKS KATZ

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Tn a Tanggal : 20 maret


Jenis Kelamin : L Umur : 80 TB/BB : 150cm 50kg
Agama :  GolDarah : b
Pendidikan : SD
Alamat : karang talun
SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
A

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali kontinen


B

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi


C

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian


D

E Kemandiriandalamsemuaaktivitashidupsehari-hari, kecualimandi, berpakaian, kekamarkecil

Kemandiriandalamsemuaaktivitashidupsehari-hari, kecualimandi, berpakaian, kekamarkecil, berpindah


F

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut


LAMPIRAN 3
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia.
Nama Klien : Tn/Ny Tanggal :
Jenis Kelamin : L / P Umur : Tahun TB/BB : cm/Kg
Agama :  GolDarah :
Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
Alamat :

SKORE
+ - No. PERTANYAAN JAWABAN
1. Tanggal berapa hari ini ? 20
2. Hari apa sekarang ini ? senin
3. Apa namat empatini ? Rumah
4. Berapa nomor telpon Anda ?
4.a. Dimana alamat Anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki telpon)
5. Berapa umur Anda ? 60
6. Kapan Anda lahir ? 1955
7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? jokowi
8. Siapa Presidensebelumnya ? jokowi
9. Siapa nama kecil ibu Anda ? marsinah
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 17, 14, 11, 9, 6, 3, 0
setiap angka baru, semua secara menurun ?
JumlahKesalahan Total 0
KETERANGAN :
1. Kesalahan 0 – 2    Fungsiintelektualutuh
2. Kesalahan 3 – 4    KerusakanintelektualRingan
3. Kesalahan 5 – 7    KerusakanintelektualSedang
4. Kesalahan 8 – 10 KerusakanintelektualBerat
LAMPIRAN 4
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek - Kognitif dari Fungsi Mental

NILAI PASIEN PERTANYAAN


Maksimum
ORIENTASI
5
(Tahun, Musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang ? dimana
5 kita : (Negara Bagian, Wilayah, Kota) di RS, Lantai ?)

REGISTRASI
Nama 3 Obyek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
3 mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi  sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan & catat.   Percobaan : ……………………
PERHATIAN & KALKULASI
Seri 7's ( 1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja kata ke belakang) ( 7 kata dipilih eja dari
5 belakang)
MENGINGAT
3 Mintauntukmengulangike 3 obyekdiatas, beri 1 point untuktiapkebenaran.
BAHASA
Menyebutkan 2 benda (2 point)
9
30 Nilai Total
KETERANGAN :

Mengkaji Tingkat Kesadaran klien sepanjang Kontinum :


Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma.

NilaiMaksimum 30 (Nilai 21 / kurangindikasiadakerusakankognitif  perlupenyelidikanlanjut

34
LAMPIRAN 5
INVENTARIS DEPRESI BECK
(Penilaian Tingkat DepresiLansiadari Beck &Decle, 1972)

Nama Klien : Tn a Tanggal : 20


Jenis Kelamin : L / P 65 TB/BB : 150cm 50kg
Agama : islam GolDarah : b
Pendidikan : SD
Alamat : karang talun
NamaPewawancara : altar logika

SKORE                                  U R A I A N
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Sayagalau/sedihsepanjangwaktudantidakdapatkeluardarinya 2
1 Sayamerasasedih/galau
0 Sayatidakmerasasedih

B PESIMISME
3 Merasamasadepanadalahsia-sia&sesuatutidakdapatmembaik
2 Merasatidakpunyaapa-apa&memandangkemasadepan 2
1 Merasakecilhatitentangmasadepan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasatelahgagalmelebihi orang padaumumnya
0 Tidakmerasagagal 0

35
D KETIDAK PUASAN
3 Tidakpuasdengansegalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidakmenyukaicara yang sayagunakan
0 Tidakmerasatidakpuas 0

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasasangatbersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah 0

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya bencidiri saya sendiri
2 Saya muakdengandiri saya sendiri
1 Sayatidaksukadengandirisayasendiri
0 Sayatidakmerasakecewadengandirisendiri 0

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punyarencanapastitentangtujuanbunuhdiri
1 Sayamerasalebihbaikmati
0 Sayatidakpunyapikirantentangmembahayakandirisendiri 0

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak perduli pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain 0

36
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Sayamempunyaibanyakkesulitandalammembuatkeputusan
1 Sayaberusahamengambilkeputusan 1
0 Sayamembuatkeputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
2 Merasabahwaadaperubahan yang permanendalampenampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak menarik
0 Tidakmerasabahwasayatampaklebihburukdaripadasebelumnya 0

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu 1
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu 2
1 Sayamerasalelahdari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya 0

37
KETERANGAN : Nilai depresi ps 7

PENILAIAN
0-4 DepresiTidak Ada / Minimal
5-7 DepresiRingan
8 - 15 DepresiSedang
16 + DepresiBerat

LAMPIRAN 6
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang dapat digunakan untuk

38
mengkajiFungsiSosiallansia

Nama Klien : Tn/Ny Tanggal :


Jenis Kelamin : L / P Umur : Tahun TB/BB : cm/Kg
Agama :  GolDarah :
Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
Alamat :

NO. URAIAN FUNGSI SKORE

1. Sayapuasbahwasayadapatkembalipadakeluarga 2
(teman-teman) ADAPTATION
sayauntukmembantupadawaktusesuatumenyusah
kansaya.
2. Sayapuasdengancarakeluarga (teman-teman) 2
sayamembicarakansesuatudengansaya&mengung PARTNERSHIP
kap- kanmasalahdengansaya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya menerima & mendukung keinginan saya GROWTH
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Sayapuasdengancarakeluarga (teman-teman) 2
sayamengekspresikanafek&beresponsterhadapem AFFECTION
osi-emosisayasepertimarah, sedih / mencintai.
5. Sayapuasdengancarateman- 1
temansaya&sayamenyediakanwaktubersama- RESOLVE
sama.
PENILAIAN : 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab :
 Selalu : Skore 2
 Kadang-kadang : Skore 1
 HampirTidakPernah : Skore 0
LAMPIRAN 7
PENGKAJIAN EMOSIONAL LANSIA
Identifikasi Masalah Emosional

39
Tanggal                       :
Nama klien                  : Tn a
Jenis kelamin               : L
Umur                           : 65
TB/BB                         :150cm/50kg
Agama                         : islam
Suku                            : jawa
Golongan darah          : b
Tahun pendidikan       : 1976 SD
Alamat                        : karang talun

Tahap I
1. Apakah klien mengalami susah tidur?

Ya                   Tidak √             

2. Apakah klien sering merasa gelisah?

√  Ya                   Tidak

3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?

Ya                   Tidak √               

4. Apakah klien sering merasa was-was atau khawatir?

√  Ya                   Tidak

Lanjutkan ke tahap 2 bila minimal ada satu jawaban “ya” pada tahap I

1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan.

40
√  Ya                   Tidak              

2. Ada masalah atau banyak pikiran.

Ya                   Tidak √  

3. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain?

Ya                   Tidak √               

4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

Ya                   Tidak √              

5. Cenderung mengurung diri?


Ya                   Tidak    √            

Jika ada minimal satu jawaban “ya” maka masalah emosional (+)

LAMPIRAN 8

41
BERG BALANCE SCALE

Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static dan dinamik secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas
keseimbangan (balance task) yang umum dalam kehidupan sehari-hari.
No Item keseimbangan Skor (0-4)
1. Duduk ke berdiri 4 = dapat berdiri tanpa menggunakan tangan dan menstabilkan independen.
3 = mampu berdiri secara independen menggunakan tangan.
2 = mampu berdiri menggunakan tangan setelah mencoba.
1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri atau menstabilkan
0 = perlu asisten sedang atau maksimal untuk berdiri.
2. Berdiri tanpa penunjang 4 = dapat berdiri dengan aman selama 2 menit.
3 = mampu berdiri 2 menit dengan pengawasan.
2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang.
1 = membutuhkan beberapa waktu untuk mencoba berdiri 30 detik yang tidak dibantu.
0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik
3. Duduk tanpa penunjang 4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan
2 = mampu duduk selama 30 detik
1 = bisa duduk 10 detik
0 = tidak dapat duduk tanpa penunjang
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman dengan menggunakan minimal tangan
3 = mengontrol posisi turun dengan menggunakan tangan
2 = menggunakan punggung kaki terhadap kursi untuk mengontrol posisi turun
1 = duduk secara independen tetapi memiliki keturunan yang tidak terkendali
0 = kebutuhan membantu untuk duduk.
5. Transfer 4 = dapat mentransfer aman dengan penggunaan ringan tangan
3 = dapat mentransfer kebutuhan yang pasti aman dari tangan
2 = dapat mentransfer dengan pengawasan
1 = membutuhkan satu orang untuk membantu
0 = membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi
6. Berdiri dengan mata 4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman
tertutup 3 = dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan
2 = mampu berdiri 3 detik

42
1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik tapi tetap aman
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri dengan kaki rapat 4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit aman
3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit dengan pengawasan
2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik
1 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi tapi mampu berdiri 15 kaki bersama-sama detik
0 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat tahan selama 15 detik

8. Menjangkau ke depan 4 = dapat mencapai ke depan dengan percaya diri 25 cm (10 inci)
dengan tangan 3 = dapat mencapai ke depan 12 cm (5 inci)
2 = dapat mencapai ke depan 5 cm (2 inci)
1 = mencapai ke depan tetapi membutuhkan pengawasan
0 = kehilangan keseimbangan ketika mencoba / memerlukan dukungan eksternal
9. Mengambil barang dari 4 = dapat mengambil sandal aman dan mudah
lantai 3 = dapat mengambil sandal tetapi membutuhkan pengawasan
2 = tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-5 cm (1-2 inci) dari sandal dan menjaga keseimbangan secara bebas
1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba
0 = tidak dapat mencoba / membantu kebutuhan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
10. Menoleh ke belakang 4 = tampak belakang dari kedua sisi dan berat bergeser baik
3 = tampak belakang satu sisi saja sisi lain menunjukkan pergeseran berat badan kurang
2 = hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan keseimbangan
1 = perlu pengawasan saat memutar
0 = butuh bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
11. Berputar 360 derajat 4 = mampu berputar 360 derajat dengan aman dalam 4 detik atau kurang
3 = mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi hanya 4 detik atau kurang
2 = mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan-lahan
1 = membutuhkan pengawasan yang ketat atau dengan lisan
0 = membutuhkan bantuan saat memutar
12. Menempatkan kaki 4 = mampu berdiri secara independen dengan aman dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik
bergantian di bangku 3 = mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8 langkah dalam> 20 detik
2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan dengan pengawasan
1 = dapat menyelesaikan> 2 langkah perlu assist minimal
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh / tidak mampu untuk mencoba

43
13. Berdiri dengan satu kaki 4 = mampu menempatkan tandem kaki secara independen dan tahan 30 detik
didepan 3 = mampu menempatkan kaki depan independen dan tahan 30 detik
2 = dapat mengambil langkah kecil secara mandiri dan tahan 30 detik
1 = kebutuhan membantu untuk melangkah tapi dapat menyimpan 15 detik
0 = kehilangan keseimbangan saat melangkah atau berdiri

14. Berdiri dengan satu kaki 4 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan> 10 detik
3 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan 5-10 detik
2 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan ≥ 3 detik
1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara independen.
0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk mencegah jatuhnya.

Total score = 56
Interpretasi
0-20     = harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40   = berjalan dengan bantuan
41-56   = mandiri/independen

44
Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Nyeri akut
1. Klien mengatakan kaki kanan dan kirinya
sakit
P : Asam urat
Q : di tusuk
tusuk
R : kaki kiri
S : 6 (0-10)
T: Hilang timbul

DO :
1. Klien meringis kesakitan
2. Hasil tes asam urat 9,5 mg/dL

45
2. DS :
1. Klien mengatakan kaki sulit digerakkan Hambatan Mobilitas
2. Klien mengatakan rasa nyeri di kakinya Fisik

DO :
Kekuatan otot :
5 5

4 4

46
Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Perencanaan


Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri akut bd Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan (5820)
agen cidera keperawatan selama 3x
biologis pertemuan diharapkan masalah 1. Observasi reaksi
nyeri akut berhubungan dengan ketidaknyamanan
agen cedera biologis dapat 2. Observasi nyeri secara
diatasi dengan : komprehensif
3. Ajarkankan ps teknik
Kontrol Nyeri (1605) relaksasi nafas dalam
4. Kolaborasi pemberian
1. Nyeri klien berkurang terapi farmakolgi
2. Kilen merasa lebih rileks

47
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Latihan (0200)
mobilitas fisik keperawatan selam 3x 1. Monitor dari tanda – tanda
bd kekakuan pertemuan diharapkan inflamasi
sendi masalah hambatan mobilitas
2. obsrevasi asam urat
fisik berhubungan dengan
klien
kekakuan sendi dapat diatasi
3. Anjurkan ps untuk berobat
dengan :
ke layanan kesehatan

Pergerakan (0208)

1. kekuatan otot klien


kembali normal
2. ps tidak measa kram
3. ps dapat beraktivitas
normal

48

Anda mungkin juga menyukai