Anda di halaman 1dari 2

blematika Konservasi Arsitektur kota Bandung

Seperti kota-kota lain yang tengah berkembang, Bandung sarat dengan dinamika dan
juga persoalan. Salah satu persoalan penting yang seringkali luput dari perhatian masyarakat
dan pemimpin adalah hilangnya benda cagar budaya, dalam hal ini bangunan¬-bangunan
kuno yang merupakan saksi sejarah dan penanda (identitas) sekaligus kekayaan kota. Seperti
halnya Semarang, Malang, Medan dan Cirebon, dari waktu ke waktu, Bandung kehilangan
bangunan kuno yang kaya dengan langgam arsitekturnya mulai dari Neo-Gothic, Art
Nouveau, Art Deco, Fungsionalisme Modern dan lain sebagainya.

Gambar 4.1 Foto udara kota Bandung tahun 1875


Sumber : http://media-kitlv.nl diakses tanggal 26 November 2017
Di Bandung, bangunan-bangunan yang dianggap sebagai benda cagar budaya dan harus
dilindungi sudah dimasukkan dalam daftar. Daftar yang selama ini menjadi acuan ada dua.
Pertama yang disusun oleh Seksi Museum dan Kepurbakalaan (Muskala) Kantor Wilayah
Depdikbud Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat sebanyak 421 bangunan. Daftar kedua
disusun oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) bekerja sama dengan
Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage). Keduanya tidak memiliki
landasan hukum yang kuat karena tidak kunjung disahkan baik dengan SK Mendikbud
ataupun SK Walikota. Ini mengakibatkan kurang kuatnya landasan hukum untuk mengikat
pemilik bangunan agar memelihara bangunan tersebut ataupun menindak pemilik yang
menyalahi ketentuan perawatan maupun pemugaran.

Gambar 4.2 Kawasan Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika tahun 1954
Sumber : http://media-kitlv.nl diakses tanggal 26 November 2017
Beberapa bangunan kuno masih ada namun mengalami perubahan yang cukup drastis
sehingga bisa dibilang sudah tidak ada lagi. Nilai heritage-nya sangat kecil, contohnya
bangunan di Jalan Gatot Subroto yang sekarang menjadi Holland Bakery, beberapa
bangunan, juga Jalan Asia afrika sebagai kawasan bernilai sejarah di kota Bandung. Bahkan,
Kantor Polwiltabes Bandung yang berlanggam Indische Empire Stijl juga mengalami
perubahan pada bagian mukanya akibat renovasi yang kini tengah berlangsung. Bangunan-
bangunan tersebut telah mengalami kerusakan desain yang biasanya terjadi karena
berubahnya fungsi bangunan akibat pemasangan papan reklame atau billboard.
Meskipun sebenarnya sudah ada Undang-Undang yang mengatur tentang masalah ini,
yaitu UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, ternyata kasus pembongkaran,
penelantaran dan tidak berfungsinya bangunan kuno masih terus terjadi. Ini membuktikan
bahwa peraturan yang ada tersebut belum cukup efektif dalam melindungi bangunan
bersejarah yang ada di kota Bandung. Undang-undang tersebut dinilai masih terlalu umum
dan kurang aplikatif sehingga saat ini belum bisa menjadi alat yang ampuh untuk
menyelesaikan masalah.

Anda mungkin juga menyukai