Anda di halaman 1dari 4

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI CAGAR BUDAYA

Pemerintah sampai saat ini cukup memperhatikan pelestarian kawasan dan benda cagar
budaya, hanya saja implementasi / pelaksanaannya yang terkadang tidak sesuai dengan
peraturan yang telah ada. Peraturan-peraturan tersebut diantaranya adalah :
a. UU RI No.11 tahun 2010, tentang cagar budaya
Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa, Cagar Budaya adalah warisan
budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan. Bebrapa kriteria benda, bangunan atau struktur cagar budaya
adalah sbb :
 Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih
 Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun
 Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan / atau
kebudayaan
 Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
Pada pasal 13 disebutkan bahwa kawasan cagar budaya hanya dapat dimiliki
dan/atau dikuasai oleh Negara, kecuali yang secara turun-temurun dimiliki oleh
masyarakat hukum adat. Ini berarti kawasan Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Puro
Pakualaman tetap menjadi wewenang Sultan dan Adipati, dengan letak wilayah di
dalam Negara Republik Indonesia.
Pemugaran cagar budaya harus memperhatikan beberapa hal (pasal 77):
 keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, dan/atau teknologi pengerjaan
 kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin
 penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak
 kompetensi pelaksana di bidang pemugaran.
Pemugaran juga harus disesuaikan dengan masa mendatang dengan tetap
mempertimbangkan keamanan masyarakat dan keselamatan cagar budaya.
b. Perda DIY No.11 tahun 2005, tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dan
Benda Cagar Budaya
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kawasan cagar budaya (KCB) dan
benda cagar budaya (BCB) yang memiliki entitas (tata pemerintahan berbasis
kultural), sekaligus identitas lokal berupa nilai religi, nilai spiritual, nilai filosofis, nilai
estetika, nilai perjuangan, nilai kesejarahan, dan nilai budaya yang harus dijaga
kelestariannya.
Pada pasal 31 juga dijelaskan mengenai kepemilikan tanah di wilayah DIY, yaitu
tanah di dalam Kawasan Cagar Budaya yang dinyatakan menjadi hak dan dikuasai
oleh pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Sultan Ground) dan Kadipaten
Pakualaman (PA Ground), dengan alasan apapun tidak dapat dijual. Selain itu, Tanah
Kasultanan dan Pakualaman yang sudah diserahkan kepada Pemerintah tidak dapat
dipindahtangankan haknya kepada Pihak lain tanpa seijin Kasultanan dan atau
Pakualaman dan Pemerintah.
c. Peraturan Walikota Yogyakarta No.66 Tahun 2010, tentang pedoman perhitungan
pemberian insentif pajak bumi dan bangunan kepada bangunan cagar budaya dan
bangunan warisan budaya
Dalam rangka memberikan apresiasi terhadap pelestarian Bangunan Cagar
Budaya dan Bangunan Warisan Budaya, Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan
insentif berupa bantuan sosial pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
2.1. Peraturan Dan Kebijakan Konservasi Bangunan Dan Lingkungan
Peraturan atau undang-undang mengenai konservasi di lingkungan
Keraton Yogyakarta tampaknya tidak tersurat didalam suatu sistim hukum formal sebab
tidak tertulis di dalam kitab Angger-angger yang menjadi sumber hukum resmi keraton,
tetapi lebih tersirat dalam kehidupan keraton dan masyarakat Yogyakarta sendiri
Dalam tingkat internasional, peraturan terkait upaya konservasi
bangunan dan lingkungan masih mengacu pada dasar hukum :
 Internanional Charter for the Conservation and Restoration of Monuments and
Sites, Venice, 1966
 Resolutions of 5th General Assembly of ICOMOS, Moscow, 1978
 ICOMOS Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra,
Australia, 1981
Pada acuan yang terahir, yang dikenal sebagai Burra Charter, tercakup
mulai dari batasan pengertian tentang konsevasi, prinsip dan proses konservasi, sampai
dengan pelaksanaan konsevasi secara praktis dan pragmatis
Dalam tingkat nasional, peraturan dan perundang-undangan mengenai
cagar budaya dan konservasi dipayungi oleh dasar hukum sebagai berikut :
 Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, Tahun 1945
yang mengamanatkan bahwa : “Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”
 Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.10 Tahun 1993 tentang pelaksanan
UU No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang masih tetap berlaku
 Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Bab IX tentang Kebudayaan, Pasal 31 tentang
Kewenangan Kebudayaan
Sedangkan dalam tingkat regional, pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta mengeluarkan beberapa peraturan-peraturan sebagai berikut :
 Perda Provinsi DIY Nomor 11 tahun 2005 tentang Pengelolaan Kawasan Cagar
Budaya dan Benda Cagar Budaya
 Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang Tata Nilai Budaya Yogyakarta
 Peraturan Gubernur DIY Nomor 11 tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan
dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa
 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 66 tahun 2010 tentang Pedoman
Perhitungan Pemberian Insentif Pajak Bumi dan Bangunan Kepada Bangunan
Cagar Budaya dan Bangunan Warisan Budaya

Anda mungkin juga menyukai