Anda di halaman 1dari 53

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................. i

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3


2.1. Embriogenesis Tiroid.......................................................................... 3
2.2. Anatomi Tiroid................................................................................... 3
2.3. Fisiologi Tiroid................................................................................... 6
2.4. Histologi Tiroid.................................................................................. 7
2.5. Definisi Karsinoma Tiroid.................................................................. 9
2.6. Etiologi Karsinoma Tiroid.................................................................. 9
2.7. Epidemiologi Karsinoma Tiroid......................................................... 9
2.8. Faktor Risiko Karsinoma Tiroid......................................................... 10
2.9. Klasifikasi Karsinoma Tiroid............................................................. 11
2.9.1. Menurut WHO............................................................................ 11
2.9.2. Berdasarkan Histopatologi.......................................................... 12
2.9.3. Berdasarkan Sistem Lain............................................................ 14
2.10. Manifestasi Klinis Karsinoma Tiroid............................................... 14
2.11. Diagnosis Karsinoma Tiroid............................................................. 20
2.11.1. Anamnesis Karsinoma Tiroid................................................... 20
2.11.2. Pemeriksaan Fisik Karsinoma Tiroid........................................ 21
2.11.3. Pemeriksaan Penunjang Karsinoma Tiroid............................... 22
2.12. Differential Diagnosis Karsinoma Tiroid......................................... 44
2.13. Penatalaksanaan Karsinoma Tiroid.................................................. 45
2.14. Prognosis Karsinoma Tiroid............................................................. 46

BAB 3 KESIMPULAN AKHIR.................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 51

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page i


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karsinoma tiroid merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering
ditemukan yaitu sekitar 95% dari seluruh keganasan endokrin. Differentiated thyroid
carcinoma (DTC) meliputi tipe papiler dan folikuler serta variannya, yang mencakup
lebih dari 90% dari semua kanker tiroid. Insiden karsinoma tiroid meningkat sekitar 7%
setiap tahunnya, peningkatan insiden lebih cepat dibandingkan kanker solid jenis lain.
Angka kejadian karsinoma tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu sekitar 0,5-10 jiwa per
100.000 populasi.
Karsinoma tiroid berdasarkan gambaran histopatologisnya dibagi menjadi
karsinoma tipe papiler, folikuler, meduler, dan anaplastik. Dari segi agresifitasnya,
karsinoma tipe anaplastik memiliki prognosis paling buruk, dimana angka kematiannya
hampir 100%, disusul oleh tipe meduler dengan angka harapan hidup dalam 10 tahun
sebesar 65%. Tipe folikuler dan papiler prognosisnya lebih baik, angka kematian dalam
30 tahun pertama pada tipe folikuler sebesar 15% dan papiler 6%. Insidensi kanker tiroid
telah meningkat di beberapa negara selama 30 tahun terakhir (dari 3.6 per 100.000 pada
tahun 1973 menjadi 8.7 per 100.000 pada tahun 2002), sementara tingkat mortalitas
perlahan-lahan menurun. Fenomena ini terutama disebabkan oleh peningkatan insidensi
tumor papiler kecil (<2 cm) sementara tidak ada perubahan signifikan pada insidensi
kanker folikuler, meduler, dan anaplastik. Peningkatan ini disebabkan oleh metode
deteksi yang lebih baik sebagai hasil dari peningkatan akurasi diagnostik (ultrasonografi
[US] leher dan fine-needle aspiration cytology [FNAC]). Karena adanya perubahan
gambaran klinis DTC dalam beberapa tahun terakhir, tujuan dari manajemen kanker
tiroid adalah untuk memastikan perawatan yang paling efektif tetapi paling tidak invasif,
dan follow up yang memadai. Penyakit ini sebagian besar disembuhkan hanya dengan
operasi dan jarang bersifat fatal.
Salah satu faktor yang mempengaruhi gambaran histopatologi karsinoma tiorid
adalah asupan yodium. Asupan yodium ditentukan oleh kandungan yodium yang terdapat
di alam. Kandungan yodium suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan geografisnya,
dimana sering ditemukan daerah kekurangan yodium atau yang sering dikenal dengan

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 1


sebutan daerah endemik goiter di dataran tinggi dan pegunungan. Hal tersebut disebabkan
karena curah hujan yang tinggi di daerah pegunungan dan keadaan topografi yang relatif
curam dan bergelombang sehingga lebih sering terjadi erosi dan menyebabkan yodium
larut dan terkikis dari tanah.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 2


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriogenesis Tiroid


Bagian yang mengandung sel folikular dari kelenjar tiroid berkembang dari
pertengahan epitelium yang tebal pada dasar faring. Jaringan ini mulai bermigrasi
sepanjang duktus sentral (thyroglossal duct) ke posisi akhir dasar leher, dimana akan
membentuk lobus kanan dan kiri, kemudian bergabung dengan adanya mesodermal C-
cell, dimana bermigrasi secara medial dari dua neural-crest yang berasal dari
ultimobrachial bodies pada kantong faringeal ke empat.
Ada kalanya kelenjar tiroid mencapai posisi akhir, duktus tiroglosus biasanya
regresi, meskipun bagian kaudal membentuk lobus kecil, sentral, berbentuk piramid.
Struktur utama kelenjar menyerupai kelenjar eksokrin dimana merefleksikan struktur
jaringan yang longgar dari kelenjar matur dengan lobus utama kiri dan kanan, yang
masing-masing mengandung beberapa lobulus yang dibentuk oleh folikel-folikel yang
memproduksi dan menyimpan hormon tiroid.

2.2. Anatomi Tiroid


Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia pre-
vertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar
dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pre-trakealis dan melingkaran
trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid
umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah
kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervys
vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di latero dorsal tiroid. Nervus
rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus
simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan pre-vertebralis.
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin yang berwarna merah kecoklatan dengan
konsistensi yang lunak. Kelenjar tiroid terdiri dari dua buah lobus yang simetris.
Berbentuk konus dengan ujung kranial yang kecil dan ujung kaudal yang besar. Antara
kedua lobus dihubungkan oleh istmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 3


piramidalis yang bertumbuh ke kranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya
lobus piramidalis berada di sebelah kiri linea mediana.
Setiap lobus kelenjar tiroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh
fascia propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superfisialnya terdapat fascia
pretrachealis yang membentuk false kapsul.
Kelenjar tiroid berada di bagian anterior leher, di sebelah ventral bagian kaudal
laring dan bagian kranial trakea, terletak berhadapan dengan vertebra servikal 5-7 dan
vertebra thorakal 1. Kedua lobus bersama-sama dengan istmus memberi bentuk huruf
“U”. Ditutupi oleh otot sternohyoideus dan otot sternothyroideus. Ujung kranial lobus
mencapai linea obliqua cartilaginis thyreoideae, ujung inferior meluas sampai cincin
trakea 5-6. Istmus difiksasi pada cincin trakea 2,3 dan 4. Kelenjar tiroid juga difiksasi
pada trakea dan pada tepi kranial kartilago krikodea oleh penebalan fascia pretrachealis
yang dinamakan ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi tersebut menyebabkan kelenjar tiroid
ikut bergerak pada saat proses menelan berlangsung.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 4


Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid

Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri karotis
superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri, dan kedua arteri
tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri
tiroidea ima, cabang dari turnkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea
superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena
tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara
(plica vocalis) yaitu nervs rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior.

Gambar 2. Vaskularisasi Kelenjar Tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 5


2.3. Fisiologi Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T 4) yang


kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium non-organik
yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan
kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam
jaringan tiroid T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk
koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi
sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang.
Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengkiat tiroid
Thyroid Binding Globulin (TBG) atau pre-albumin pengikat albumin Thyroxine Binding
Pre-albumine (TBPA). Hormon stimular tiroid Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik
negatif sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada
pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang
berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum
terhadap tulang.
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid
dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior
hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelesan tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH) dari hipotalamus.
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori, yaitu:
1. Efek pada laju metabolisme
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan.
Hormon ini adalah regular terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran
energi tubuh pada keadaan istirahat.
2. Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan penigkatan produksi panas.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 6


3. Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiorid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam
metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik
bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian
karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga
dapat menginduksi efek yang bertentangan.
4. Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem
saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
5. Efek pada kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung
sehingga curah jantung meningkat.
6. Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga
mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein
struktural baru dan pertumbuhan rangka.
7. Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf
terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk
aktivitas normal SSP pada orang dewasa.

2.4. Histologi Tiroid


Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Jaringan
tiroid terdiri atas folikel yang berisi koloid. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan ikat
longgar yang menjulurkan septa ke dalam parenkim.
Kelenjar tiroid hampir seluruhnya terdiri atas kista-kista bulat yang disebut
folikel. Folikel adalah unit struktural dan unit fungsional, terdiri atas epitel selapis kubis
yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi koloid. Folikel-folikel bervariasi ukurannya
dari diameter sekitar 50 μm sampai 1 mm dan yang terbesar tampak secara makroskopis.
Folikel dikelilingi oleh membrana basalis yang tipis dan jaringan ikat interstisial
membentuk jala-jala retikulin sekeliling membrana basalis.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 7


Sel-sel folikular biasanya berbentuk kubis, tetapi tingginya berbeda-beda,
tergantung pada keadaan fungsional kelenjar itu. Jika tiroid secara relatif tidak aktif, sel-
selnya hampir gepeng. Sedangkan dalam keadaan kelenjar sangat aktif, sel-sel akan
berbentuk kolumnar. Namun keadaan fungsional kelenjar tidaklah harus secara ekslusif
berdasarkan pada tingginya epitel.
Sel-sel folikular semuanya membatasi lumen dan mempunyai inti bulat dengan
warna agak pucat. Di ruang interfolikular, terdapat fibroblast yang tersebar dan serat-serat
kolagen yang tipis. Ultrastruktur sel-sel folikular memperlihatkan semua ciri-ciri sel yang
pada saat yang sama membuat, mengekskresikan, menyerap dan mencerna protein.
Bagian basal sel-sel ini penuh dengan retikulum endoplasma kasar. Inti umumnya bulat
dan terletak di pusat sel. Kompleks Golgi terdapat pada kutub apikal. Di daerah ini
terdapat banyak lisosom dan beberapa fagosom besar. Membran sel kutub apikal
memiliki mikrovili. Mitokondria, retikulum endoplasma kasar dan ribosom tersebar di
seluruh sitoplasma.

Gambar 3. Gambaran Histologi dari Kelenjar Tiroid

Koloid terdiri atas tiroglobulin yaitu suatu glikoprotein yang mengandung asam
amino teriodinisasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan dalam folikel sebagai koloid. Selain
sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat di kelenjar tiroid. Sel-sel ini
terdapat di dalam epitel folikel atau diantara folikel. Adanya banyak pembuluh darah di
sekitar folikel, memudahkan mencurahkan hormon ke dalam aliran darah.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 8


Sel-sel C terletak di antara membrana basalis dan sel-sel folikular. Berbentuk
lonjong, lebih besar dan lebih pucat daripada sel folikular dan juga berisi inti lebih besar
dan lebih pucat.

2.5. Definisi Karsinoma Tiroid


Karsinoma tiroid adalah suatu pertumbuhan yang ganas dari kelenjar tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensi baik, yaitu
bentuk papiler, folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma meduler yang berasal dari
sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin (APUD-oma), dan karsinoma
berdiferensiasi buruk/anaplastik. Karsinoma sekunder pada kelenjar tiroid sangat jarang
dijumpai. Perubahan dari struma endemik menjadi kasinoma anaplastik dapat terjadi
terutama pada usia lanjut.

2.6. Etiologi Karsinoma Tiroid


Seperti pada banyak jenis kanker yang lainnya, penyebab spesifik timbulnya
karsinoma tiroid masih merupakan suatu misteri pada sebagian besar pasien. Diketahui
ada beberapa faktor yang mendukung, antara lain adanya riwayat terkena radiasi pada
bagian kepala dan leher, terutama saat masih anak-anak, adanya faktor genetik (terutama
karsinoma jenis medular).
Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk karsinoma anaplastk dan
meduler. Diperkirakan jenis anaplastik berasal dari perubahan karsinoma tiroid
berdeferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali
lebih besar. Ada dua hal yang sering dibicarakan yang berperan dalam timbulnya
karsinoma tiroid khususnya untuk well differentiated carcinoma (papiler dan folikuler)
yaitu radiasi dan endemic goiter. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena
perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.

2.7. Epidemiologi Karsinoma Tiroid


Karsinoma tiorid biasanya timbul pada nodul tiroid asimptomatik yang sudah ada
sebelumnya. Keganasan ini jarang terjadi, didapatkan insiden 7 per 100.000 populasi
setiap tahun. Namun demikian, karsinoma tiorid merupakan keganasan endokrin yang
sering terjadi. Di Indonesia belum ada data yang pasti karena masih belum akuratnya data

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 9


kesehatan. Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat 25.700 kasus baru. Hampir 70%
dari penderita adalah wanita. Karsinoma tiroid dapat tumbuh secara indolen, dan banyak
penderita meninggal dengan sebab lain. Prevalensi nodul tiroid meningkat sebanding
dengan peningkatan usia, dan peningkatan terjadinya nodul adalah 0,08 per tahun mulai
dari baru lahir sampai usia dekade ke-8.
Secara klinis nodul tiroid terdapat pada 4-7% pada populasi dewasa, dan palig
sering terjadi pada wanita. Angka kejadian keganasan pada nodul tiroid adalah sebesar 5-
12% pada pasien dengan nodul tunggal dan 3% pada pasien dengan nodul multiple.
Karena itu, menemukan karsinoma diantara nodul tiroid seperti mencari jarum dalam
tumpukan jerami. Bermacam metode telah dikembangkan untuk mencegah operasi yang
tidak diperlukan pada nodul tiroid ini.
Meskipun insidensinya meningkat, mortalitas akibat kanker tiroid telah menurun
selama 3 dekade terakhir. Di Eropa dari tahun 1992 hingga 2002, angka mortalitas untuk
kanker tiroid menurun pada pria dan wanita (masing-masing 23% dan 28%). penurunan
angka kematian disebabkan oleh diagnosis dini dan perkembangan terapi. Tingkat
kematian yang disesuaikan berdasarkan usia adalah 0,5 per 100.000 pria dan wanita per
tahun, meningkat dari 0,1% pada mereka yang lebih muda dari 20 tahun menjadi 30%
pada dekade ketujuh dan kedelapan.1

2.8. Faktor Risiko Karsinoma Tiroid


Faktor resiko terjadinya karsinoma tiroid antara lain:
1. Usia
Kanker tiroid dapat terjadi pada orang dengan usia berapapun, tetapi banyak kasus
dari karsinoma papiliferum dan folikular ditemukan antara usia 20 dan 60 tahun.
Faktor resiko ini terkait dengan jenis histopatologis karsinoma tiroid. Anak-anak
usia dibawah 20 tahun dengan nodul tiroid dingin mempunyai resiko keganasan
dua kali lebih besar dibanding kelompok dewasa
2. Jenis kelamin, perempuan : laki-laki adalah ± 2-3 : 1
3. Ras
Di Amerika, orang kulit hitam memiliki resiko 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan
orang kulit putih. Tetapi secara umum, di dunia tidak ada perbedaan ras untuk
resiko karsinoma tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 10


4. Faktor genetik
5. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga
6. Diet
Daerah endemik goiter mempunyai resiko karsinoma lebih tinggi, terutama untuk
yang tipe folikuler dan papiliferum. Umumnya orang dewasa memerlukan yodium
hanya 100 mcg/hari dan dengan pemberian suplementasi yodium dapat
menurunkan resiko terkena goiter.
7. Riwayat pernah menderita kelainan tiroid sebelumnya
8. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau
9. Kecepatan tumbuh tumor, dan
10. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher.

2.9. Klasifikasi Karsinoma Tiroid


2.9.1. Menurut WHO
1. Epithelial tumor
a. Benign
- Follicular adenoma 8330/0
- Others
b. Malignant
- Follicular carcinoma Minimally invasive (encapsulated)
Widely invasive
Oxyphilic cell type
Clear cell variant
- Papillary carcinoma Papillary microcarcinoma
Encapsulated variant
Follicular variant
Diffuse sclerosing variant
Oxyphilic cell type
- Medullary (C-cell) carcinoma Mixed medullary-follicular carcinoma
- Undefferentiated (anaplastic) carcinoma
- Others

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 11


2. Nonepithelial tumors
3. Malignant lymphomas
4. Miscellaneous tumors
5. Secondary tumors
6. Unclassified tumors
7. Tumor-like lesions

2.9.2. Berdarsarkan histopatologi


Menurut American Thyroid Association (2005) berdasarkan histopatologinya
karsinoma tiroid dibagi menjadi:
1. Karsinoma Papilar
Karsinoma papilar adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering ditemukan
(75-85%) yang timbul pada akhir masa anak-anak atau dewasa muda. Merupakan
karsinoma tiroid yang berkaita dengan riwayat terpapar radiasi pengion tumor ini
tumbuh lambat, penyebaran melalui kelenjar limfe dan mempunyai prognosis
yang lebih baik diantara jenis karsinoma tiroid lainnya. Faktor yang
mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis
histologik dominan papilar.
Sifat biologik dari tumor primer ini kecil bahkan tidak teraba tetapi metastasis ke
kelenjar getah bening dengan massa atau tumor yang besar atau nyata. Tumor ini
sering tampil sebagai nodul tiroid soliter dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus, dengan angka ketahanan hidup
10 tahun mencapai 95%.
Secara mikroskopis, karsinoma papilar merupakan tumor yang tidak berkapsul
dengan struktur berpapil dan bercabang. Sel karakteristik dengan inti sel yang
berlapis-lapis dan sitoplasma yang jernih. Ada beberapa varian dari karsioma
papilar yaitu:
a. Microcarcinoma d. Tall-cell
b. Encapsulated e. Clear cell
c. Folikular f. Diffuse sclerosing carcinoma
20-80% berupa tumor yang multisentrik dan bilateral pada 1/3 kasus.
2. Karsinoma Folikular

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 12


Karsinoma folikular meliputi sekitar 10-20% keganasan tiroid dan biasa
ditemukan pada usia dewasa atau diatas 40 tahun. Pada kasus yang jarang, tumor
ini mungkin hiperfungsional (tirotoksikosis). Insiden karsinoma folikular
meningkat di daerah dengan defisiensi yodium.
Diagnosis tumor ini secara stiologi sulit dibedakan dengan ademoa folikular,
diagnosis pasti dengan pemeriksaan frozen section pada durante operasi atau
dengan pemeriksaan histopatologi untuk melihat adanya invasi ke kapsul atau
pembuluh darah. Karsinoma folikular bermetastasis terutama melalui pembuluh
darah ke paru, tulang, hati, dan jaringan lunak. Karsinoma folikuar diterapi
dengan tiroidektomi total diikuti pemberian iodin radioaktif. Juga karena sel
karsinoma ini menangkap yodium maka radioterapi dengan Y 131 dapat
digunakan dengan pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang
digunakan bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor. Angka
ketahanan hidup 10 tahun mencapai 85%.
3. Karsinoma medular
Karsinoma medular meliputi sekitar 5% keganasan tiroid dan berasal dari sel
parafolikular atau sel C yang memprofuksi kasitonin. Karsinoma ini tumbul
secara sporadik (80%) dan familial (20%), dimana tumor ini diturunkan sebagai
sifat dominan autosom yang berhubungan dengan MEN-2a atau MEN-2b atau
endokrinopati lainnya.
Massa tumor berbatas tegas dan keras pada perabaan, pada tumor yang lebih luas
tampak daerah nekrosis dan perdarahan dan dapat meluas sampai ke kapsul.
Mikroskopis tampak kelompokan sel-sel berbentuk poligonal sampai lonjong dan
membentuk folikel atau trabekula. Tampak adanya deposit amiloid pada
stromanya yang merupakan gambaran khas pada karsinoma tipe medular.

4. Karsinoma Anaplastik
Karsinoma tiroid anaplastik merupakan salah satu kegansan paling agresif dan
jarang dijumpai yaitu kurang dari 5%. Karsinoma anaplastik berkembang
menginfiltrasi ke jaringan sekitar. Tumor ini terutama timbul pada usia lanjut, di
daerah endemik gonodk, dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kasus
muncul dengan riwayat pembengkakan yang cepat membesar pada leher, disertai

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 13


dengan adanya kesulitan bernafas dan menelan, serta suara serak karena infiltrasi
ke nervus rekurens. Pertumbuhan sangat cepat walau diterapi. Metastasis ke
tempat jauh sering terjadi, tetapi umumnya kematain terjadi dalam waktu kurang
dari setahun. Angka ketahanan hidup 5 tahun < 5%.
Tampak massa tumor yang tumbuh meluas ke daerah sekitarnya. Gambaran
mikroskopis, tampak sel-sel anaplastik (undifferentiated) dengan gambaran
morfologi yang sangat pleomorfik, serta tidak terbentuknya gambaran folikel,
papil maupun trabekula.

2.9.3. Berdsarkan sistem lain


Klasifikasi Karsinoma Tiroid (National Cancer Institute, 2014):
Tumor Epitel Maligna Tumor Maligna Lainnya
- Karsinoma folikular - Sarkoma
- Karsinoma papilar - Limfoma maligna
- Campuran Folikular + Papilar - Haemangiomthelioma maligna
- Karsinoma Anaplastik (Undifferentiated) - Teratoma maligna
- Karsinoma Sel Skuamosa Tumor Non Epitel Maligna
- Karsinoma tiroid Medular - Fibrosarkoma
- Lain-lain

Klasifikasi Klinik TNM (National Cancer Institure, 2014):


Stadium I (T1N0M0)
T1 Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau kurang, masih terbatas pada tiroid
N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening

Gambar 4. Karsinoma Tiroid Stadium I

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 14


Stadium II (T2N0M0)
T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih
terbatas pada tiroid
N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening

Gambar 5. Karsinoma Tiroid Stadium II

Stadium III (T3N0M0, T1N1aM0, T2N1aM0, T3N1aM0


T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid atau
tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke
otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid)
N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervical level VI
(pretrakheal dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan delphian)

Gambar 6. Karsinoma Tiroid Stadium III

Stadium IVa (T4aN0M0, T4AN1aM0, T1N1bM0, T2N1bM0, T3N1bM0, T4N1bM0)


T4a Tumor telah keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut: jaringan lunak
subkutan, laring, trakhea, esofagus, dan n. laringeus
N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral, bilateral atau kontralateral
atau ke kelenjar getah bening mediastinal atas/superior

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 15


Gambar 7. Karsinoma Tiroid Stadium IVa

Stadium IVb (T4b berbagai N M0)


T4b Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri karotis

Gambar 8. Karsinoma Tiroid Stadium IVb

Stadium IVc (Berbagai T N dan M1)


M1 Terdapat metastasis jauh

Gambar 9. Karsinoma Tiroid Stadium IVc

T Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak didapat tumor primer
T1 Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau kurang, masih terbatas pada tiroid
T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih
terbatas pada tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 16


T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid atau
tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke
otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid)
T4a Tumor telah keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut: jaringan lunak
subkutan, laring, trakhea, esofagus, dan n. laringeus
T4b Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri karotis
T4a* (Karsinoma Anaplastik) tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas pada tiroid#
T4b* (Karsinoma Anaplastik) tumor (ukuran berapa saja) berekstensi keluar kapsul
tiroid$
Catatan
Tumor multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanya (m) ukuran terbesar
menentukan klasifikasi, contoh : T2(m)
*Semua karsinoma tiroid anaplastik/undifferntiated termasuk T4
#
Karsinoma anaplastik intratiroid – resektabel secara bedah
$
karsinoma anaplastik ekstra tiroid  irresetabel secara bedah

N Kelenjar Getah Bening Regional


Nx Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervical level VI
(pretrakheal dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan delphian)
N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral, bilateral atau kontralateral
atau ke kelenjar getah bening mediastinal atas/superior

M Metastasis Jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Terdapat empat tipe histopatologi mayor:


1. Papilar karsinoma

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 17


2. Folikular karsinoma
3. Medular karsinoma
4. Anaplastic karsinoma

Stadium Klinis (National Cancer Institute, 2014):


Karsinoma Tiroid Papilar atau Folikular Umur < 45 tahun
Stadium I Tiap T Tiap N M0
Stadium I Tiap T Tiap N M1

Papilar atau Folikular Umur > 45 tahun dan Medular


Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1, T2,T3 N1a M0
Stadium IVA T1, T2,T3 N1b M0
T4a N0, N1 M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M1

Anaplastik (Semua kasus stadium IV)


Stadium IVA T4a Tiap N M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M1

2.10. Manifestasi Klinis Karsinoma Tiroid

Gambar 10. Karsinoma Tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 18


Gejala karsinoma tiroid adalah sebagai berikut :
1. Pembesaran nodul yang relatif cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung
dalam minggu), tanpa nyeri.
2. Merasakan adanya gangguan mekanik di leher, seperti gangguan menelan yang
menunjukan adanya desakan esophagus, atau perasaan sesak yang menunjukkan
adanya desakan ke trakea.
3. Pembesaran KGB di daerah leher (mungkin metastasis)
4. Penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis ke tengkorak)
5. Perasaan sesak dan batuk-batuk disertai dahak berdarah (metastasis di paru-paru
bagi jenis folikular)
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan atas observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis, dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang
dan rendah.
Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
 Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga
 Pertumbuhan tumor cepat
 Nodul teraba keras
 Fiksasi daerah sekitar
 Paralisis pita suara
 Pembesaran kelenjar limfe regional
 Adanya metastasis jauh

Kecurigaan sedang adalah:


 Usia > 60 tahun
 Riwayat radiasi leher
 Jenis kelamin pria dengan nodul soliter
 Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar
 Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik

Kecurigaan rendah adalah tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 19


2.11. Diagnosis Karsinoma Tiroid
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan USG
4. Pemeriksaan scanning tiroid / sidik tiroid
5. Pemeriksaan needle biopsy
6. Pemeriksaan potong beku.
7. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe

Diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan FNAB belum


dapat menggantikan pemeriksaan ini.

Gambar 11. Alur Diagnosis Karsinoma Tiroid

2.11.1. Anamnesis Karsinoma Tiroid


1. Pengaruh usia dan jenis kelamin

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 20


Apabila nodul tiroid terjadi pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
mempunyai resiko malignansi lebih tinggi
2. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala
Radiasi pada masa anak-anak dapat menyebabkan malignansi pada tiroid ± 33-37
%.
3. Kecepatan tumbuh tumor
 Nodul jinak membesar dalam waktu yang tidak terlalu cepat
 Nodul ganas membesar dalam waktu yang cepat
 Nodul anaplastik membesar dengan sangat cepat
 Kista dapat membesar dengan cepat
4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak, perubahan suara dan nyeri (dysfagia)
dapat terjadi akibat desakan dan/atau infiltrasi tumor.
5. Riwayat penyakit serupa pada keluarga (karsinoma tiroid atau panyakit yang
tergolong pada multipel endokrin neoplasma II (phaeochromocitoma, mukosal
neuroma dan ganglioneuromatosis, paratiroid hiperplasia)

2.11.2. Pemeriksaan Fisik Karsinoma Tiroid


Inspeksi:
 Adanya benjolan di leher depan atau lateral
 Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea

Palpasi:
 Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan ikut ke
atas.
 Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari jenis
patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu karsinoma
berukuran > 4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa digerakkan dari
dasarnya.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 21


 Bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa tetap
curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan menekan lobus
lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan pada trakea.
 Ada tidaknya pembesaran KGB regional secara lengkap.
 Ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula, sternum serta tempat
metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.

Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple, namun pada
umumnya pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya keras sampai
sangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas kecuali apabila salah satu dari nodul
tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya. Nodul soliter pada tiroid
kemungkinan ganasnya 15-20%, sedangkan nodul multipel mempunyai kemungkinan
5%. Apabila suatu nodul nyeri pada penekanan dan mudah digerakkan, kemungkinannya
ialah suatu perdarahan ke dalam kista, suatu adenoma atau tiroditis. Tetapi kalau nyeri
dan sukar digerakkan kemungkinan besar suatu karsinoma.
Nodul yang tidak nyeri, apabila multiple dan bebas dan digerakan mungkin ini
merupakan komponen struma difus atau hyperplasia tiroid. Namun apabila nodul multiple
tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan ada kemungkinan itu suatu keganasan. Adanya
limfadenopati mencurigakan suatu keganasan dengan anak sebar.
Dari suatu penelitian yang dilaksanakan di Subbagian Bedah Onkologi tentang
tanda-tanda klinis kecurigaan pada keganasan dengan ketepatan sebesar 82,6 % untuk
keadaan :
 Batas nodul yang tidak tegas
 Nodul dengan konsistensi keras
 Nodul disertai pembesaran kelenjar getah bening leher
 Letak nodul di isthmus
 Permukaan nodul yang berbenjol (tidak rata)

2.11.3. Pemeriksaan Penunjang Karsinoma Tiroid


Pemeriksaan penunjang untuk karsinoma tiroid antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 22


Pemeriksaan fungsi tiroid, kadar TSH (sensitif) dan T4 bebas (Free T4 atau
FT4). Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal. Namun, perlu
diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid T3 dan T4 tidak menghilangkan
kemungkinan keganasan meskipun memang kecil.
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk membantu diagnosis
karsinoma tiroid, kecuali untuk karsinoma jenis meduler. Pada karsinoma jenis
meduler, pemeriksaan kadar kalsitonin penting untuk diagnostik maupun untuk
follow up setelah terapi.
Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase dan antibodi
antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto, terutama
bila disertai peningkatan kadar TSH. Sering pada Hashimoto juga timbul nodul
baik uni/bilateral sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto pun masih mungkin
terdapat keganasan.
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid cukup sensitif
tetapi tidak spesifik karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada
tiroiditis, penyakit Graves, dan adenoma tiroid. Pemeriksaan kadar tiroglobulin
sangat baik untuk monitor kekambuhan karsinoma tiroid pascaterapi. Tetapi tidak
dapat untuk memonitor karsinoma tiroid medulare dan anaplastik, karena sel
anaplastik tidak mensekresi tiroglobulin. Pada pasien dengan riwayat keluarga
karsinoma tiroid medulare, tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu
dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid medulare atau
neoplasia endokrin multipel II, pemeriksaan kalsitonin tidak dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin.
Apabila meningkat kadar tiroglobulin setelah total tiroidektomi, kecurigaan pada
rekurensi / metástasis, dan perlu diselidiki lebih lanjut. Kadar Tg serum normal
1,5 – 3,0 ng/ml. Pada kelainan jinak rata-rata 323 ng/ml dan apada keganasan
rata-rata 424 ng/ml.
2. Radiografi Polos
Radiografi polos dapat menunjukkan jaringan lunak massa dan deviasi trakea.
Ekstensi retrosternal dan penyakit paru-paru metastasis juga dapat dideteksi pada
rontgen dada. Namun, dengan pemeriksaan radiografi polos tidak begitu
signifikan dalam mendiagnosa kelainan pada tiroid. Pemeriksaan radiografi foto

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 23


polos berguna untuk melihat dorongan dan tekanan pada trakea serta kalsifikasi
didalam jaringan tiroid dan foto toraks dibuat untuk melihat kemungkinan
penyebaran ke mediastinum bagian atas atau paru.
Berdasarkan tingkat akurasi diagnostik, temuan radiografi polos adalah tidak
sensitif dan tidak spesifik. Gondok retrosternal yang disebabkan oleh stenosis
trakea adalah cukup besar untuk menimbulkan gejala dan dapat ditampilkan pada
radiografi polos, namun Tomografi Komputer adalah lebih sensitif dan spesifik.
Selain itu,penemuan kalsifikasi pada kanker tiroid bertumpang tindih dengan yang
dari penyakit jinak. Di samping itu, gambaran radiografi polos juga tidak dapat
menunjukkan diagnosa yang benar, contohnya seperti stenosis trakea atau
penyimpangan dapat disebabkan oleh penyebab lain, bukan hanya gondok
retrosternal. Demikian pula, pengapuran di leher dapat memiliki beberapa
penyebab lain selain kanker tiroid.

Gambar12. Radiografi apikal bentuk kon dari dada atas menunjukkan kalsifikasi
lengkung dalam adenoma tiroid pada akar leher di sisi kanan.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 24


Gambar 13. Foto rontgen dada posteroanterior menunjukkan gondok retrosternal besar
(G) yang mendorong trakea ke kiri (panah).

3. USG
Ultrasonografi (USG) tiroid yang dilakukan dengan frekuensi tinggi (7,5-13
MHz), menjadi banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk evaluasi dari
sebuah nodul. USG dapat mendeteksi adanya nodul padat yang berukuran 3 mm
dan kistik nodul yang berukuran 2 mm. Dengan teknik pencitraan dari USG juga
dapat membedakan komponen dari nodul, yaitu padat, kistik, atau campuran, serta
dapat memperkirakan ukuran dari nodul tersebut. Beberapa ciri yang didapatkan
dari hasil USG dapat mengarah menuju keganasan, seperti misalnya nodul yang
hipoekoik, tepi yang ireguler, adanya mikrokalsifikasi dan hipervaskularisasi.
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat dan cair (nodul
solid atau kistik). Selain itu dengan berbagai penyempurnaan, sekarang USG
dapat membedakan beberapa bentuk kelainan tetapi belum dapat membedakan
dengan pasti apakah suatu nodul itu ganas atau jinak. Pemeriksaan ini mudah
dilakukan tetapi interpretasinya agak lebih sukar dari pada sidik tiroid. Selain itu
USG juga digunakan sebagai penuntun dalam tindakan radiologi.
USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk menentukan ukuran dan
jumlah nodul. USG pada nodul dingin sebagian besar akan menghasilkan
gambaran solid, campuran solid-kistik dan sedikit kista simpel. USG juga

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 25


dikerjakan untuk menentukan multinodularitas yang tidak teraba dengan palpasi,
khususnya pada individu dengan riwayat radiasi pengion pada daerah kepala dan
leher.
Beberapa gambaran USG dapat mengarahkan kepada jenis karsinoma., walaupun
tidak secara spesifik. Pada karsinoma papilifer, gambaran nodul adalah solid,
hipoekoik, dan ireguler, mempunyai komponen kistik sekitar 20-30%, halo sign
yang inkomplit, dan adanya kalsifikasi. Pada karsinoma folikuler, gambaran nodul
adalah solid dengan iso atau hipoekoik, beberapa ada yang memiliki komponen
kistik, dan adanya halo sign. Pada karsinoma medulare, gambarannya juga hampir
sama yaitu nodul yang solid, hipoekoik dan ireguler, dan adanya chaotic
vasculature. Pada karsinoma jenis anaplastik, nodul memiliki gambaran yang
solid, hipoekoik, massa besar yang ireguler, dan hipovaskuler dengan adanya
kemungkinan nekrosis.
Gambaran USG yang didapat dibedakan atas dasar kelainan yang difus atau fokal
yang kemudian juga dibedakan atas dasar derajat ekonya yaitu hipoekoik,
isoekoek atau campuran. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis secara USG
ialah:
 Kista : kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoeiksonolusen, dindingnya
tipis.
 Adenoma/nodul padat : iso atau hiperekoik, kadang disertai halo yaitu
suatu lingkaran hipoekoik di sekelilingnya.
 Kemungkinan karsinoma : nodul padat biasanya tanpa halo.
 Toroditis : hipoekoek difus meliputi seluruh kelenjar.

Gambar 14. Pemeriksaan USG pada Karsinoma Tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 26


Keuntungan USG antara lain :
 Dapat dilakukan kapan saja
 Tidak perlu persiapan
 Lebih aman
 Dapat dilakukan pada wanita hamil dan anak-anak
Terdapat tujuh peranan sonografi yang penting pada pemeriksaan tonjolan tiroid:
1. Dengan cepat dapat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau di
luar tiroid.
2. Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik dari lesi solid.
3. Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau
lebih dari satu.
4. Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif.
5. Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak
diketahui tumor primernya.
6. Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk
menemukan keganasan tiroid.
7. Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi tiroid.
Sonografi tiroid dilakukan dengan teknik yang mudah dengan alat yang
disediakan. Persediaan pasien adalah dengan memakai pakaian yang nyaman.
Pasien baring dalam posisi terlentang dan kepala diekstensi maksimal dengan
diganjal bantal. Sebelum pemeriksaan, jelly dipakai pada alatnya supaya kontak
dengan kulit dan transduser baik. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi transduser
yaitu transversal mulai dari pole bawah digeser ke pole atas dan kemudian
dilakukan dengan posisi transduser longitudinal yaitu dimulai dari lateral ke
medial.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 27


Gambar 15. Gambaran longitudinal dan transversal kelenjar tiroid

Pada gambaran normal sonografi, tiroid kelihatan terdiri dari dua lobus yaitu
kanan dan kiri yang dihubungkan dengan isthmus. Kelenjar tiroid dipisahkan dari
kulit yang hiperekogenik hanya oleh lapisan otot tipis yang hipoekoik
(sternohyoid, sternotiroid), yang menyusun dinding anterior tiroid. Kelenjar tiroid
nampak sedikit lebih padat daripada struktur di sampingnya karena kandungan
yodium dari tiroid itu sendiri. Ia memiliki gambaran homogen dengan penampilan
seperti kaca yang mengkilap. Setiap lobus memiliki kontur bulat berbentuk halus
dan tidak lebih dari 3 - 4 cm tingginya, 1 - 1,5 cm lebar, dan kedalaman 1 cm.
Isthmus diidentifikasi dengan sangat baik, terletak di anterior trakea sebagai
struktur yang homogen yang kira-kira 0,5 cm dan 2 - 3 mm kedalamannya. Lobus
piramidal tidak terlihat, kecuali diperbesar secara signifikan. Otot-otot sekitarnya
ekogenisitasnya lebih rendah daripada jaringan tiroid. Trakea berisi udara tidak
mengirimkan sinyal sonografi dan hanya bagian anterior dari cincin tulang rawan
memiliki gambaran yang jelas. Arteri karotis dan pembuluh darah lainnya
memiliki gambaran echo-free kecuali jika terjadi kalsifikasi.
Nodul tiroid mungkin besar atau kecil. Mereka mungkin mendistorsi/mengubah
arsitektur tiroid di sekitarnya atau mungkin tinggal di dalam lobus dan akan
mengganggu bentuk sebenarnya. Teknik Doppler dapat menunjukkan
vaskularisasi meningkat dalam nodul atau halo. Nodul bukan penyakit tunggal

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 28


tetapi merupakan manifestasi penyakit yang berbeda termasuk adenoma,
karsinoma, radang, kista, daerah fibrosis, daerah pembuluh darah, dan akumulasi
koloid.
Sonografi dengan lebih mudah dapat membedakan lesi tiroid tunggal dan lesi
yang lebih dari satu. Hal ini sangat penting karena biasanya suatu keganasan itu
terdiri dari lesi yang tunggal. Menurut beberapa penulis, jika secara pemeriksaan
klinis teraba satu tonjolan di tiroid, maka sebanyak 40% akan ditemui lesi
multiple pada pemeriksaan sonografi, demikian juga secara skintigrafi ditemui lesi
tunggal, maka untuk 25-30% akan ditemui lesi multipel pada pemeriksaan
sonografi

Gambar 16. Nodul Tiroid yang Malignan

Secara umum terdapat beberapa gambaran USG yang dapat mengarah kepada
adanya keganasan pada nodul tiroid, yaitu:
1. Ukuran nodul
Ukuran nodul tidak terlalu membantu dalam membedakan nodul ganas dengan
nodul jinak. Ukuran nodul lebih digunakan untuk tujuan follow-up pasien.
Nodul kistik menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat daripada nodul
padat.
2. Komponen nodul

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 29


Nodul kistik jarang ditemukan pada karsinoma tiroid, namun komponen kistik
ditemukan pada 13-26% dari keseluruhan karsinoma tiroid. 20 Sekitar 5% dari
nodul kistik telah dilaporkan menjadi suatu keganasan pada studi akhir - akhir
ini.21 Adanya komponen padat dengan vaskularisasi, lokasi eksentrik dari
bagian padat atau mikrokalsifikasi dapat diasumsikan sebagi nodul ganas,
terutama pada karsinoma tiroid papilifer.
Nodul dengan mikrokistik multipel yang dipisahkan dengan septae tipis atau
parenkim isoekoik (spongiform appearance) dipercaya merupakan nodul jinak
dengan spesivitas 99,7% - 100%.
Beberapa penelitian mengkatogerisasikan jenis isi nodul menurut rasio antara
bagian kistik dengan bagian padat. Kategori tersebut adalah: ≤ 50% ),
predominantly cystic ( bagian kistik > 50% dan ≤ 90% ), dan cystic (bagian
kistik > 90%) Definisi dari spongiform appearance adalah agregasi dari
komponen mikrokistik multipel lebih dari 50% volume nodul.

Gambar 17. Gambaran USG dari komponen nodul tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 30


Gambar 18. Spongiform appearance pada USG

3. Bentuk nodul
Bentuk nodul mempunyai peran penting dalam membedakan nodul jinak dan
ganas, bentuk tinggi lebih dari lebar menunjukkan sebagai nodul ganas dengan
spesivitas 93%. Pada studi multicenter yang lebih besar, bentuk tinggi lebih
dari panjang menunjukkan sugestif lebih tinggi untuk keganasan dengan
spesivitas 89% dan nilai prediktif positif 86%. Penemuan ini menunjukkan
bahwa nodul ganas tumbuh melewati jaringan normal dalam jalur sentrifugal,
sedangkan nodul jinak tumbuh dengan cara paralel.
Nodul dengan batas ireguler juga sering dijumpai pada bentuk-bentuk jinak
seperti tiroiditis fokal, sama halnya dengan nodul ganas. Ada juga studi yang
mengkatogerisasikan bentuk nodul menjadi: ovoid sampai bundar (jika
diameter anteroposterior nodul sebanding atau kurang dari diameter
transversal dalam bidang transversal atau longitudinal), tinggi lebih dari
panjang (jika diamter anteroposterior nodul lebih panjang dari diameter
transversalnya), atau ireguler (jika bukan termasuk kriteria ovoid atau tinggi
lebih dari panjang).

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 31


Gambar 19. Gambaran USG dari bentuk nodul tiroid

4. Tepi nodul
Studi yang dilakukan oleh Won Ji Moon et al. membagi tepi dari nodul tiroid
dibagi menjadi smooth, spiculated/microlobulated, dan ill-defined. Studi
tersebut juga melaporkan bahwa jika spiculated atau microlobulated dan ill-
defined adalah sugestif keganasan.26,30 Spiculated margin mempunyai
sugestif tinggi dalam memprediksikan keganasan dengan spesivitas 92% dan
nilai prediktif positif sebesar 81%.

Gambar 20. Gambaran USG dari tepi nodul tiroid

5. Eksogenitas
Nodul hipoekoik sering merupakan suatu keganasan daripada nodul yang
hiperekoik. Komponen padat harus dipertimbangkan dalam ekogenisitas. Jika
komponen padat adalah heterogen, ekogenisitas nodul didefinisikan menurut
mayoritas nodul. Hipoekogenisitas memiliki spesivitas tinggi untuk nodul

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 32


ganas yaitu sebesar 92 - 94%.26,30 Walaupun ekogenisitas parenkim kelenjar
tiroid bervariasi di antara masing - masing individu, ekogenisitas dapat
dipakai sebagai referensi ekogenisitas nodul. Referensi lain untuk menentukan
ekogenisitas nodul adalah strap muscle dengan ekogenisitas rendah seperti
otot sternohyoid, otot sternotiroid, dan otot sternocleidomastoid.
Beberapa peneliti menyarankan bahwa ekogenisitas nodul dikategorisasikan
menurut ekogenisitas relatif dibandingkan dengan referensi di atas. Nodul
dengen marked hypoechoic (jika nodul adalah relatif hipoekoik dibandingkan
strap muscle ), hypoechoic (jika nodul relatif hipoekoik dibandingkan
parenkim tiroid), isoechoic (jika nodul mempunyai ekogenisitas yang sama
dengan parenkim tiroid), dan hyperechoic (jika nodul relatif ekogenik
dibandingkan parenkim tiroid).

6. Kalsifikasi
Kalsifikasi dapat nampak pada nodul jinak maupun ganas. Kalsifikasi dapat
merupakan mikrokalsifikasi, coarse atau makrokalsifikasi atau kalsifikasi
perifer dalam nodul tiroid. Secara patologis, mikrokalsifikasi adalah
psammoma body yang berdiameter 10-100 μm, laminer, kristalin, deposit
kalsifikasi, yang sangat spesifik untuk karsinoma tiroid, terutama karsinoma
jenis papilifer.
Mikrokalsifikasi pada USG merupakan suatu temuan yang sangat mengarah
kepada keganasan dengan spesivitas 86 - 95% dan memiliki nilai prediktif
positif sebesar 42 - 94%.24,26,30-32 Kalsifikasi yang besar dan ireguler dapat
berkembang secara sekunder karena adanya nekrosis jaringan dan kalsifikasi
ini dapat ditemukan pada nodul jinak maupun ganas. Nodul padat dengan
makrokalsifikasi yang lebih besar dari 1 mm lebih mengarah ke nodul ganas
dibandingkan ke nodul jinak. Arti dari ditemukannya kalsifikasi perifer,
eggshell, maupun rim calsification masih diperdebatkan untuk membuat
perbedaan di antara nodul jinak dan ganas. Beberapa studi menemukan bahwa
ketika nodul mempunyai eggshell atau rim calsification, halo hipoekoik, dan
atau rusaknya kalsifikasi eggshell, maka sudah mengarah pada suatu
keganasan.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 33


Pada USG, kalsifikasi ditentukan sebagai fokus ekogenik yang menonjol
dengan atau tanpa shadowing posterior. Tidak adanya shadowing posterior
tidak menghilangkan kemungkinan adanya kalsifikasi karena beberapa
kalsifikasi berukuran terlalu kecil untuk memproduksi shadowing posterior.
Ketika fokus tanda ekogenik disertai juga dengan reverberation artefact, hal
itu bisa dikarenakan material koloid dan bisa dibedakan dengan mudah dari
kalsifikasi pada real time USG.
Beberapa peneliti mengkatogerisasikan kalsifikasi menurut ukurannya, yaitu
mikrokalsifikasi (jika kalsifikasi kecil, fokus tanda ekogenik 1 mm atau
kurang, dengan atau tanpa posterior shadowing), makrokalsifikasi (jika fokus
tanda ekogenik lebih besar dari 1 mm), dan rim calsification (jika nodul
mempunyai kalsifikasi periferal curvilinear atau eggshell).

Gambar 21. Gambaran USG dari kalsifikasi nodul tiroid

7. Perluasan Ekstrakapsuler
Perluasan ekstrakapsuler ditemukan pada 36% kasus dari semua keganasan
tiroid ketika pembedahan. 30 Invasi lokal agresif merupakan sesuatu yang
umum ada pada karsinoma anaplastik, limfoma, dan sarkoma. Seorang
radiologis harus mencari apakah sebuah nodul melebihi kapsul tiroid dan
menginvasi struktur di sekitar, seperti trakhea, esophagus, dan kartilago tiroid.
8. Vaskularisasi tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 34


USG Color Doppler atau USG power Doppler dapat digunakan untuk
mengevaluasi vaskularisasi dari nodul tiroid. Hipervaskularisasi intratumor
ditemukan pada 69 - 74% kasus karsinoma tiroid, hal tersebut merupakan
temuan yang nonspesifik. Aliran perinodular terutama merupakan
karakteristik untuk nodul jinak, namun aliran perinodular juga ditemukan pada
22% nodul ganas. Menurut beberapa studi, indek resistif, kecepatan sistolik
maksimal, dan pola vaskularisasi pada USG Doppler tidak banyak membantu
untuk membedakan nodul jinak atau ganas. Dengan alasan itulah, penggunan
USG Color Doppler dan USG power Doppler tidak direkomendasikan untuk
digunakan secara rutin pada nodul tiroid.
9. Elastrografi USG
Elastrografi USG merupakan teknik baru untuk mengukur elastisitas jaringan.
Jaringan karsinoma bersifat lebih keras dan kuat daripada parenkim tiroid
normal atau nodul tiroid. Elastrografi menghitung kekokohan jaringan dan
digambarkan dalam peta elastrografi. Strain index pada elastrografi telah
disarankan sebagai faktor prediktif yang baik untuk nodul tiroid.

Gambar 22. Elastrografi USG

4. CT-Scan
Pada potongan aksial tomografi komputer kelenjar tiroid terlihat seperti struktur
yang tampak berbatas tegas, terletak pada kedua sisi trakea. Kelenjar tiroid akan
sangat jelas terlihat pada pemberian kontras media Iodine pada pemeriksaan
tomografi komputer. Di bagian posterior lobus tiroid terdapat kelenjar parathioid
yang kecil – kecil dan biasanya berjumlah 4 buah.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 35


Gambar 23. Anatomi Normal Kelenjar Tiroid pada Potongan Aksial Tomografi
Komputer

5. MRI
Pencitraan resonansi magnetik merupakan salah satu cara pemeriksaan diagnostik
dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi, yang menghasilkan gambaran
potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnit tanpa
menggunakan sinar-X. Prinsip dasar pencitraan resonansi magnetik adalah inti
atom yang bergetar dalam medan magnet. Pencitraan resonansi magnetik
menggunakan medan magnet, bukan sinar-X, untuk menghasilkan gambar rinci
dari tubuh. Sebuah media kontras (pewarna khusus) dapat disuntikkan ke dalam
vena pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 36


Gambar 25. Potongan transversal dan koronal dari pencitraan resonansi magnetic
menunjukkan suatu massa heterogen 2.5x2.2x3.5 cm below pada lobus kiri tiroid

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 37


Gambar 26. Hiperplasia kelenjar tiroid difus (a) potongan depan, (b) potongan
transversal, (c) potongan sagital

Gambar 27. Potongan koronal pencitraan resonansi magnetic leher. Terlihat kelenjar
tiroid homogeny dengan massa hipointense (panah merah) pada inferior kedua kelenjar
tiroid.

6. Pemeriksaan Needle Biopsy


Dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau FNBA ( biopsi jarum halus).
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) atau Fine Needle Aspiration (FNA),
mempergunakan jarum suntik no. 22-27 cara ini mudah aman dapat dilakukan
dengan berobat jalan. Dibandingkan dengan biopsy cara lama (jarum besar),

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 38


biopsi jarum halus tidak nyeri, tidak menyebabkan dan hampir tidak ada bahaya
penyebaran sel-sel ganas pada kista, dapat juga dihisap cairan secukupnya,
sehingga dapat mengecilkan nodul, jadi selain diagnostik, bisa juga terapeutik.
BAJAH merupakan metode yang sangat efektif untuk membedakan nodul jinak
atau ganas. Keterbatasan metode ini adalah sering ditemukan hasil yang tidak
adekuat sehingga tidak dapat dinilai. Keterbatasan yang lain adalah tidak mampu
membedakan neoplasma sel folikular dan sel Hurtle adalah jinak atau ganas
karena keduanya mirip. Keduanya bisa dibedakan dari ada atau tidak adanya
invasi kapsul atau invasi vaskular pada pemeriksaan histopatologis sediaan dari
operasi.
Ada beberapa kerugian pada biopsi, jarum ini yaitu dapat memberikan hasil
negatif palsu atau positif palsu. Negative palsu karena lokasi biopsi kurang tepat,
teknik biopsi yang kurang benar atau preparat yang kurang baik dibuatnya. Hasil
positif palsu terjadi karena salah interpretasi oleh ahli sitologi. Prosedur ini
semakin lama semakin banyak dipakai. Bagi yang belum menerima memberikan
beberapa alasan antara lain :
 Jaringan yang memadai atau jaringan tumor sering sukar didapat walaupun
dikerjakan oleh yang berpengalaman.
 Kekhawatiran terjadinya penyebaran sel-sel ganas dan implantasi di kulit.
 Keengganan dan kesukaran dalam pembacaan untuk membuat diagnosis
oleh patolog dari jaringan yang minim.
 Ahli bedah sering menemukan perlengketan-perlengketan sebagai akibat
tindakan ini, yang mempersulit tindakan bedah.
Hasil BAJAH dibagi menjadi empat kategori yaitu :

 Jinak
 Mencurigakan
 Ganas
 Tidak adekuat.
Beberapa faktor yang menyebabkan hasil yang tidak adekuat adalah operator
kurang terampil, vaskularitas nodul, terdapat lesi kistik, posisi nodul sulit (kecil
dan di posterior), dan pengenceran aspirat dalam darah atau cairan kista.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 39


Untuk mengurangi hasil yang tidak adekuat tersebut, dianjurkan mengulang
BAJAH apabila nodul masih teraba setelah aspirasi cairan kista, atau
menggunakan USG untuk menuntun tindakan BAJAH khususnya untuk nodul
tiroid yang sulit.
Jenis karsinoma yang dapat segera ditentukan adalah karsinoma papilare,
medulare atau anaplastik. Sedangkan untuk jenis folikulare, untuk
membedakannya dengan adenoma folikulare dan adenomatosus goiter, harus
dilakukan pemeriksaan histopatologi, yang dapat memperlihatkan adanya invasi
kapsul tumor atau invasi vaskuler.

Gambar 29. Pemeriksaan Needle Biposy pada Karsinoma Tiroid

7. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan biopsi patologi anatomi atau disebut juga dengan biopsi insisional
merupakan diagnostik pilihan dan merupakan gold standart dalam menentukan
jenis nodul tiroid. Pemeriksaan ini bersifat invasif dengan mengambil sebagian
jaringan untuk kemudian diperiksa menggunakan mikroskop oleh ahli patologi
anatomi.
Kelebihan teknik biopsi patologi anatomi dibandingkan dengan biopsi aspirasi
jarum halus adalah biopsi patologi anatomi dapat memperoleh hasil lebih luas dan
memperoleh sampel berupa jaringan sehingga didapatkan hasil yang lebih sensitif
dan spesifik. Kelemahan dari teknik ini adalah karena memerlukan proses yang
lebih rumit dan biaya yang lebih besar.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 40


Pemeriksaan ini menggunakan parafin coupe merupakan pemeriksaan definitif
atau gold standar. Untuk kasus inoperable, jaringan diambil dengan biopsi insisi.
Ada 4 tipe histologi mayor :
 Papillary carcinoma (including follicular variant of papillary carcinoma)
Pada pemeriksaan makroskopis, karsinoma papilifer merupakan suatu
neoplasma keputihan invasif dengan ill-defined margin. Dengan
menggunakan mikroskop terlihat neoplasma yang tidak berkapsul yang
mempunyai karakteristik tumbuh dengan papila yang terdiri dari epitel
neoplastik menutupi tangkai fibrovaskuler. Tumor yang sangat
terdiferensiasi dapat mempunyai pola yang komplek. Nukleus memiliki
empty ground glass appearance dengan lekukan nukleus uang khas dan
adanya pseudoinklusi.
Mitosis jarang dijumpai pada karsinoma papilifer. Gambaran mikroskopis
lain adalah adanya psammoma bodies yang terjadi pada sekitar 50% dari
karsinoma papilifer. Psammoma bodies adalah dasar kalsifikasi yang
mempunyai tampilan sirkuler yang berlapis - lapis dan dapat ditemukan
pada stroma tumor. Karsinoma papilifer biasanya multisentrik dengan
fokus yang terdapat pada lobus ipsilateral dan kontralateral.

Gambar 30. Papillary carcinoma

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 41


Gambar 31. Ground glass appearance

Gambar 32. Psammoma bodies

 Follicular carcinoma (including Hurthle cell carcinoma)


Pada pemeriksaan makroskopis karsinoma folikuler, biasanya tumor
berbentuk bulat, berkapsul, dan berwarna coklat. Pada tumor sering
ditemukan adanya fibrosis, perdarahan, dan perubahan kistik. Dengan
menggunakan mikroskop dapat terlihat neoplasma yang terdiri dari sel
folikuler yang secara garis besar dapat terdiri dari pola yang padat,
trabekular, atau pertumbuhan folikuler (biasanya menghasilkan
mikrofolikel). Pada karsinoma folikuler tidak ditemukan adanya gambaran
khas seperti pada karsinoma papilifer. Karsinoma folikuler dapat
dibedakan dari adenoma folikuler dengan adanya invasi kapsul atau invasi
vaskuler. Dengan alasan inilah, membedakan adenoma folikuler dan
karsinoma folikuler tidak dapat dibedakan hanya dengan menggunakan
biopsi aspirasi jarum halus atau analisis dari frozen surgery.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 42


Gambar 33. Follicular carcinoma

 Medullary carcinoma
Pemeriksaan makroskopis karsinoma medulare dapat menunjukkan bentuk
tumor dengan batas yang baik, walaupun tidak mempunyai kapsul.
Biasanya tumor berwarna merah muda dan terdiri dari bagian granuler
kuning yang merupakan adanya kalsifikasi lokal. Sebagian besar tumor
tumbuh di tengah dan sepertiga atas dari lobus kelenjar tiroid, setara
dengan dengan sel C parafolikuler pada kelenjar tiroid. Hasil pemeriksaan
mikroskopis dapat bervariasi, biasanya pola dari tumor adalah
pertumbuhan lobaris, trabekular, insuler, namun beberapa tumor
mempunyai pola fibrotik. Sel ganas dapat mempunyai penampakan inti
bundar, poligonal, atau berbentuk spindel, sitoplasma eosinofilik dan
bergranuler. Pada stroma tumor sering dijumpai adanya deposit amiloid
yang berwarna green birefringence pada pengecatan Congo dan
penampakan ini adalah karakteristik yang dapat membedakan karsinoma
meduler dari keganasan jenis lain. Karakteristik lain yang didapatkan dari
karsinoma meduler adalah ditemukannya hiperplasia sel C.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 43


Gambar 34. Medullary carcinoma

 Undifferentiated (anaplastic) carcinoma


Karsinoma anaplastik tiroid dengan pemeriksaan makroskopis akan
terlihat sebagai tumor yang besar dan invasif. Adanya area yang nekrosis
dan perdarahan memberikan penampakan yang bervariasi dari tumor.
Tumor sering meluas melewati kapsul tiroid itu sendiri. Area tumor yang
berdiferensiasi baik dapat juga ditemukan bersamaan dengan pertumbuhan
anaplastik tersebut. Dengan menggunakan mikroskop dapat terlihat
beberapa variasi sel, yaitu skuamoid, sel spindel, atau sel besar. Ketiga
variasi histologik tersebut menunjukkan adanya aktifitas mitotik, fokus
nekrosis yang luas, dan adanya infiltrasi. Pada pengecatan
immunohistiokimia biasanya positif untuk keratin bermolekul rendah dan
terkadang positif untuk tiroglobulin.

Gambar 35. Anaplastic carcinoma

2.12. Differential Diagnosis Karsinoma Tiroid


Karsinoma tiroid dapat didiagnosis bandingkan dengan:
1. Struma difusa toksik (Basedow = Grave’s disease) merupakan pembesaran
kelenjar tiroid yang umumnya difus. Terdapat gejala hipertiroid yang jelas berupa
berdebar-debar, gelisah, palpitasi, banyak keringat, kulit halus dan hangat, tremor,
kadang-kadang dijumpai eksoftalmus.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 44


2. Struma nodosa non toksik, dapat multinodosa atau soliter dan uninodosa.
Disebabkan kekurangan masukan iodium dalam makanan (umumnya yang tinggal
di pegunungan) atau defek bawaan (dishormogenesis).
3. Tiroiditis subakut, biasanya sehabis infeksi saluran pernapasan. Pembesaran yang
terjadi simetris dan nyeri dengan gejala penurunan berat badan, nervositas,
disfagia, dan otalgia.
4. Tiroiditis riedel, tertuama pada wanita berusia < 20 tahun. Gejalanya terdapat
nyeri, disfagia, paralysis laring, dan pembesaran tiroid unilateral yang keras
seperti batu atau papan yang melekat ke jaringan sekitarnya.
5. Struma hashimoto, sering pada wanita. Merupakan penyakit autoimun, biasanya
ditandai oleh adanya benjolan struma difusa disertai keadaan hipertiroid, tanpa
rasa nyeri. Pada kasus yang jarang dapat terjadi hipertiroid.
6. Adenoma paratiroid, biasanya tidak teraba dan terdapat perubahan kadar kalsium
dan fosfor.
7. Karsinoma paratiroid, biasanya teraba, terdapat metastasis ke tulang, kadar
kalsium naik, dan batu ginjal dapat ditemukan.
8. Metastasis tumor
9. Teratoma, biasanya pada anak-anak dan berbatasan dengan kelenjar tiroid
10. Limfoma malignum.

2.13. Penatalaksanaan Karsinoma Tiroid


1. Kemoterapi
Penggunaan kemoterapi tidak begitu bermanfaat dalam penatalaksanaan
karsinoma tiroid. Kemoterapi digunakan terbatas untuk karsinoma tiroid
anaplastik, namun hasilnya masih mengecewakan.
Pemakaian levothyroxine dalam dosis subtoksik tetap masih kontroversial. Tujuan
terapi ini adalah untuk menekan TSH yang diduga merupakan perangsang/faktor
pertumbuhan karsinoma tiroid.
Sitostatika lainnya yang dipakai vincristin, adriablastin, ciosplatinum. Akan tetapi
hasilnya belum memuaskan.
2. Terapi Radiasi

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 45


Apabila keadaan tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi untuk
lobus kontralateral, maka dapat dilakukan:
 Radiasi interna dengan iodine 131, masih kontroversial bertujuan untuk
memaksimalkan angka bebas penyakit dan menurunkan kemungkinan
rekurensi serta meningkatkan harapan hidup.
 Radiasi eksterna-beam radiation therapy (EBRT) Co 60 dengan dosis total
4000-5000 rad, hanya diberikan pada karsinoma anaplastik sebagai terapi
paliatif, terutama karsinoma yang telah bermetastasis jauh atau stadium
lokal advance. Pada karsinoma tiroid tipe meduler juga dianjurkan EBRT
post operasi.

3. Pembedahan
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operabel, operasi yang
dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan
risiko bila ganas kemungkinan ada sel-sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan
umumnya berupa tirodektomi total. Enukleasi nodulya saja adalah berbahaya
karena bila ternyata nodul tersebut ganas, telah terjadi penyebaran (implantasi)
sel-sel tumor dan operasi ulang untuk tirodektomi secara teknis akan menjadi
lebih sukar.

2.14. Prognosis Karsinoma Tiroid


Prognosis karsinoma tiroid bergantung pada:
1. Tipe histopatologi
2. Stadium klinik patologi
3. Lamanya penyakit hingga terdiagnosa dan diberikan pengobatan
4. Usia penderita
Sebagian besar karsinoma tiroid memiliki prognosis baik dan dapat disebuhkan.
Di antara tipe karsinoma tiroid maka tipe karsinoma papiler mempunyai prognosis
terbaik. Karsinoma tipe meduler lebih jarang dijumpai dan prognosisnya lebih buruk,
karsinoma anaplastik memiliki prognosis paling buruk. Untuk survival rate 10 tahun:
1. 60% karsinoma folikuler
2. 74% karsinoma papiler

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 46


3. 82% karsinoma tipe campuran.
Ketahanan hidup 5 tahun pada karsinoma tiroid:
1. Papiler 80-90%
2. Folikuler 50-70%
3. Meduler 30-40%
4. Anaplastik < 5%
Prognosa lebih baik pada usia dibawah 40 tahun daripada usia lebih tua terutama
untuk tipe papiler.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 47


BAB 3
KESIMPULAN AKHIR

Karsinoma tiroid adalah suatu pertumbuhan yang ganas dari kelenjar tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensi baik, yaitu
bentuk papiler, folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma meduler yang berasal dari
sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin (APUD-oma), dan karsinoma
berdiferensiasi buruk/anaplastik. Perhatikan risiko terjadinya karsinoma tiroid.
Untuk mendiagnosa suatu karsinoma tiroid diperlukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang yang adekuat. Secara klinis yang didapatkan gejala dan
tanda seperti dibawah ini:
1. Usia penderita dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
2. Ada riwayat radiasi leher pada masa anak-anak
3. Disfagia, sesak nafas, dan perubahan suara,
4. Nodul soliter, pertumbuhan cepat, dan konsistensi keras
5. Ada pembesaran kelenjar getah bening leher (jugular, cervical, atau
submandibular),
6. Ada tanda-tanda metastasis jauh.

Untuk pemeriksaan fisik khas yang akan didapatkan antara lain:


Inspeksi:
 Adanya benjolan di leher depan atau lateral
 Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea
Palpasi:
 Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan ikut ke
atas.
 Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari jenis
patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu karsinoma
berukuran > 4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa digerakkan dari
dasarnya.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 48


 Bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa tetap
curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan menekan lobus
lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan pada trakea.
 Ada tidaknya pembesaran KGB regional secara lengkap.
 Ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula, sternum serta tempat
metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.
Pada pemeriksaan penunjang disarankan untuk pemeriksaan:
1. Histopatologi (goal standard), diperiksa dengan metode parafin coupe setelah
dilakukan pembedahan untuk melihat tipe karsinomanya:
- Papillary carcinoma (including follicular variant of papillary carcinoma)
- Follicular carcinoma (including Hurthle cell carcinoma)
- Medullary carcinoma
- Undifferentiated (anaplastic) carcinoma
2. USG, merupakan goal standard pada pemeriksaan pencitraan dilakukan untuk
menidentifikasikan ukuran nodul, komponen nodul, bentuk nodul, tepi nodul,
eksogenitas, kalsifikasi, perluasan ekstrakapsuler, vaskularisasi (USG Doppler)
Menurut beberapa studi, indek resistif, kecepatan sistolik maksimal, dan pola
vaskularisasi pada USG Doppler tidak banyak membantu untuk membedakan
nodul jinak atau ganas. Dengan alasan itulah, penggunan USG Color Doppler dan
USG power Doppler tidak direkomendasikan untuk digunakan secara rutin pada
nodul tiroid, elastisitas jaringan (Elastrografi USG).
3. Pemeriksaan laboratorium, fungsi tiroid T3 dan T4, serta kadar TSH pada
karsinoma tiroid hasil dapat normal, dan tidak sensitif.

Diagnosis Banding pada suatu karsinoma tiroid:


- Struma difusa toksik (Basedow = Grave’s disease)
- Struma nodosa non toksik
- Tiroiditis subakut

Penatalaksanaan pada karsinoma tiroid:

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 49


1. Pembedahan, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik atau
lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan ada sel-sel karsinoma
yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tirodektomi total
2. Terapi radiasi, terapi radasi interna iodine 131 dan terapi radiasi eksterna-beam
radiation therapy (EBRT) Co 60
3. Kemoterapi (masih kontroversial).

Untuk prognosis dari suatu karsinoma tiroid bergantung pada:


1. Tipe histopatologi
2. Stadium klinik patologi
3. Lamanya penyakit hingga terdiagnosa dan diberikan pengobatan
4. Usia penderita

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 50


DAFTAR PUSTAKA

Pacini F et al. Approach to and Treatment of Differentiated Thyroid Carcinoma. Med


Clin N Am. 2012;96:369–383.
Brown RL et al. Thyroid Cancer : Burden of Illness and Management of Disease. J
Cancer. 2011;2:193–9.
Shah JP. Thyroid Carcinoma: Epidemiology, Histology, and Diagnosis. Clin Adv
Hematol Oncol. 2015;13(4):3–6.
Schmidbauer B et al. Differentiated Thyroid Cancer—Treatment: State of the Art. Int J
Mol Sci. 2012;18,:1292.
American Thyroid Association Updates Guidelines for Thyroid Nodules and Cancer.
From : http://www.medscape.com
Devita, Hellman, and Rosenberg’s : CANCER Principles & Practice of Oncology:
Thyroid Tumors, Chapter 44. From: www.cancerppo8.com
Doherty, Gerrard M. 2006. Malignant tumors of the thyroid. In current Surgical
Diagnosis & Treatment. Lange Medical Publication. Hal: 283-285.
Fischbach FT, Dunning MB III, eds. (2009). Manual of Laboratory and Diagnostic
Tests, 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Ganong, W.F. 2006c. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Grace Pierce A, Borley Niel R. 2006. Benjolan Leher dan Keganasan Tiroid. At a
Glance, Ilmu Bedah, Erlangga. Hal: 10 & 134
Khan N.A., Thyroid Nodule Imaging, Medscape Reference, 2012.
Nakahara H, Noguchi S, Murakami N, et al. MRI of thyroid and parathyroid masses.
Radiology. 1997;202:765-772.
Ramli, Muchlis. 2000. Kanker Tiroid Penatalaksanaan Diagnosis dan Terapi dalam
Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 9 – 31
Sanel T, Hemadi, Haghighatkhah HR, et al. Prevelance of Incidential Thyroid Nodules
Diagnosed by Ultrasound in Iranian Population. Iran. J. Radiol; 2008.
Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik. Edisi 2: 528-535, 2008
Sjamsuhidajat R. Jong WD. 1997. Sistem Endokrin. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 926-940.

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 51


Subekti, Imam. 2006. Karsinoma Tiroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
edisi keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1959 –
1963

Universitas Tarumanagara – Karsinoma Tiroid Page 52

Anda mungkin juga menyukai