Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

Disusun Oleh :

Achmad Al Jaaiz Nurilham 717621063

Ayu Permatasari 718621065

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2019-2020

KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan DHF”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pengajar Keperawatan Medikal Bedah (KMB).


2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam rangka
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
sebelumnya.

Sumenep, November 2019

Kelompok

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.3 Metode Penulisan................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian………………………………………………………… 4
2.2 Etiologi…………………………………………………………… 5
2.3 Klasifikasi DHF…………………………………………………. 5
2.4 Patofisiologi………………………………………….………….. 8
2.5 WOC……………………………………....................………….. 8
2.6 Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8
2.7 Komplikasi…………………………………………..................... 9
2.8 Pemeriksaan Diagnostik……………………………………….. 8
2.9 Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian……………………………………………………… 23
3.2 Diagnosa……………………………………………………….. 28
3.3 Intervensi………………………………………………………. 29

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………… 35
4.2 Saran……………………………………………………………. 36

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic


Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008). Demam Berdarah Dengue
(DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam tinggi, fenomena
hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat, terjadi tanda – tanda
kegagalan sirkulasi (WHO, 1999).

Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di area
yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun,
diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan kira – kira 24 juta
kematian (WHO, 1999).

Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus dengan
wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode 1960 – 1970, 1.070.207
kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar adalah anak – anak (WHO,
1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara – negara endemik, seperti
Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS
menyebar secara perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa
besar yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285
kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF /
DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade 1980 –
an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.

Dari data – data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan mahasiswa/i dapat
lebih memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya dapat menurunkan angka
kejadian penyakit DHF di Indoensia.
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa/i Semester III fakultas ilmu kesehatan universitas wiraraja sumenep


mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa/i Semester III fakultas ilmu kesehatan universitas wiraraja sumenep


mampu :

1. Menjelaskan pengertian DHF dengan baik.


2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem hematologi dengan baik.
3. Menyebutkan etiologi DHF dengan tepat.
4. Menyebutkan klasifikasi DHF dengan tepat.
5. Menjelaskan patofisiologi dengan baik.
6. Menyebutkan manifestasi klinis DHF dengan tepat.
7. Menyebutkan komplikasi DHF dengan tepat.
8. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk DHF dengan tepat.
9. Menyebutkan penatalaksanaan pasien dengan DHF dengan tepat.
10. Menjelaskan konsep dasar keperawatan DHF yang terdiri atas : pengkajian,
diagnosa keperawatan, dan intervensi dengan baik.
11. Melakukan pengkajian pada pasien DHF dengan baik.
12. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien DHF dengan tepat.
13. Membuat intervensi pada pasien DHF dengan tepat.
14. Melaksanakan implementasi pada pasien DHF dengan baik.
15. Membuat evaluasi pada pasien DHF dengan tepat.

1.3 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus dan kepustakaan yang didapt dari buku – buku sumber yang
tersedia serta proses konsultasi kepada pembimbing praktek bagian (PPB) dan
pembimbing dari pendidikan.

1.4 Sistematika penulisan

Makalah ini tersusun menjadi lima bab, yaitu bab satu pendahuluan yang berisi
latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab dua tinjauan teori yang berisi pengertian, anatomi dan fisiologi sistem
hematologi, etiologi DHF, klasifikasi DHF, patofisiologi DHF, manifestasi klinis DHF,
komplikasi DHF, pemeriksaan diagnostik DHF, penatalaksanaan pasien DHF, dan konsep
dasar keperawatan DHF yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, serta
intervensi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER ( DHF )

1. Pengertian

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus denguesejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).(Effendy, 1995).

Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah


penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.(Noer, 1999).

Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. (Behrman, et al,
2000).

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah


penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti.(Nursalam, dkk, 2008).

Jadi, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (betina) dan terdapat pada anak dan dewasa.

2.2 Etiologi

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue

tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat

dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam

genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia

misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya

sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk

aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain

merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan

menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;

420).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus

dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti

merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan

(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang

biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam

rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di

dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes

Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari

terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan

mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin

untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan

infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama

kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

(Soedarto, 1990 ; 38).

2.3 Klasifikasi DHF

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan derajat


beratnya penyakit, secara klinis terbagi menjadi : ( WHO, 1986 )

 Derajat I : demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan spontan, uji


torniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
 Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
 Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan darah
lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda
dini renjatan).
 Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
2.4 Patofisiologi

Hal pertama yang terjadi setelah virus masukke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal – pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa
(splenomegali).

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke
dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah
vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit
(trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat.
Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan. Pada
keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan
yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin
berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru
sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi
pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.

Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak.
Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan
asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran
hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen
dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka
mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan
mediator faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau
terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF.
2.5 WOC

 Perjalanan penyakit DHF/DBD

(Nursalam, 2008)
viremia

Demam Sakit kepala mual Nyeri otot petekhie Pembesaran


kelenjar getah
bening

trombositopeni Pembesaran Hepato megali hiperemia


a limfa
(splenomegali)

Vaskulitis Reaksi
imunologis

Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)

Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %),
Hipoproteinemia, Hiponatremia
dan Efusi serosa.

hipovolume Peningkatan reabsorbsi air dan Na


oleh ginjal dan penurunan eksresi
Na urine serta peningkatan
syok osmolalitas

Hipoksia
jaringan

DIC Asidosis
metabolik

perdarahan
2.6 Manifestasi Klinis

Menurut Aziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat bervariasi yaitu:

1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas mendadak
berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2. biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan berlangsung selama 3-4
hari.
3. hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin lembab, terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki.
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit
dingin dan gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terukur.

2.7 Komplikasi

Komplikasi potensial yang mungkin terjadi :

1. Gagal jantung (CHF)


2. Gagal ginjal (CRF)
3. Hipotensi
4. Sianosis hati
5. Stroke
6. Ensepalitis dengue
7. Edema paru
2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Darah

Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji


torniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masi
dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang.

Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,


serta hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum, dan pH darah meningkat sedangkan
reserve alkali merendah.

2. Urine

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

3. Sumsum Tulang

Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada


hari ke–5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke-10 biasanya sudah
kembali normal untuk semua sistem.

4. Serologi

Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok
besar, yaitu :

a. Uji serologi memakai serum ganda

Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada
uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal
empat kali. Termasuk dalam uji ini ialah pengikatan komplemen (PK), uji
neutralisasi (NT), dan uji dengue blot.

b. Uji serologi memakai serum tunggal

Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu
antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot
yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya;
uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas
Ig M.
5. Isolasi Virus

Bahan pemeriksaan adalah darah pasien, jaringan – jaringan, baik dari


pasien hidup (melalui biopsi) dan pasien meninggal (autopsi).

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Lakukan tirah baring atau istirahat baring


2. Pemberian diet makanan lunak
3. Berikan minum banyak (2 – 2,5 liter / hari) dapat berupa : susu, teh manis, sirup,
dan beri penderita oralit. Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan karena
mengandung Na+ 130 mEq / L, K+ 4 mEq / L, korektor basa 28 mEq / L, Cl - 109
mEq / L, dan Ca2+ 3 mEq / L.

5. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan
pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik.
Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan
dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau hangat.

8. Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut.


9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter).
10. Monitor tanda – tanda dini renjatan, meliputi : keadaan umum, perubahan tanda –
tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Apabila timbul kejang, dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
12. Transfusi darah bila penderita mengalami perdarahan yang membahayakan.

 Tindakan perawatan invasif :

a. Pemasangan infus untuk pemberian cairan melalui intravena.


b. Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan kimia atau hematologi
darah.
c. Pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah
dengan menambahkan heparin ke dalam darah yang akan diperiksa.
d. Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) untuk mengeluarkan cairan
lambung pada perdarahansaluran pencernaan atas.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Diri Klien

Nama : An. C

Umur : 6 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Jln. Kalimantan, Rawa makmur

Tanggal masuk : 10 Oktober 2014

Tanggal pengkajian : 10 oktober 2014

Diangnosa medis : DHF ( Dengue heamoragic fever )

2. Penanggung jawab

Nama Ayah : Tn. A

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Alamat : Jln. Kalimantan, Rawa makmur

3. Keluhan utama : Ibu mengatakan anaknya panas

a. Riwayat kesehatan sekarng

Kurang lebih 3 hari yang lalu anak panas tinggi, mendadak, timbul bintik - bintik
dikulit seperti digigit nyamuk, anak rewel, menanggis, muntah 2 kali dengan konsistensi
cair seperti apa yang dimakan dan diminum, batuk, tidak pilek dan oleh keluarga untuk
dibawa berobat ke Rumah Sakit Bayangkara jitra kota Bengkulu, untuk perawatan lebih
lanjut.

b. Riwayat kesehatan dahulu.

1) Ibu mengatakan anaknya baru pertama kali ini dirawat dirumah sakit, sebelumnya belum
pernah dirawat di RS.

2) Tindakan operasi : An.C belum pernah dilakukan tindakan operasi.

3) Kecelakaan : An.C tidak pernah mengalami kecelakaan.

4) Imunisasi : An. C sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar

Usia 1 bulan : BCG

Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II

Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III

Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak

c. Riwayat kelahiran dan kehamilan

1) Pre Natal

Selama kehamilan Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin kebidan kurang lebih
6x dan mendapatkan imunisasi TT 2x. ibu pertama kali periksa kehamilan pasa saat usia 4
bulan kehamilan. Ibu juga menyatakan tidak pernah menderita sakit selama hamil, obat
yang diminum selama hamil yaitu tablet penambah darah dari bidan.

2) Natal

An. C lahir ditolong oleh dukun, lahir spontan, langsung menangis, lahir cukup bulan
(9 bulan 4 hari). BBL tidak ditimbang dan untuk panjang badan, LK, LLA, LD juga tidak
diukur karena didukun tidak ada alatnya.

3) Post Natal
An. C diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan diberi ASI sejak lahir sampai usia 2
tahun. Sejak usia 6 bulan An. C diberikan susu formula dan bubur tim dan diberi makan
nasi biasa sampai sekarang.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti klien, ibu juga
menyatakan tidak ada tetangganya yang menderita penyakit yang sama dengan yang
diderita An.C.

e. Riwayat tumbuh kembang

1) Pertumbuhan

Ibu menyatakan An. C lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari), menurut ibu An. C tumbuh
normal seperti anak- anak yang lain. Ibu menyatakan BBL dan PB tidak diukur, BB
Sekarang : 14,4 Kg, dengan TB : 102 cm.

2) Perkembangan

Menurut keterangan ibunya An. C saat usia 11 bln sudah bisa berjalan dengan
dipegangi kedua lengannya. Saat ini semenjak sakit An. C lebih banyak berada di tempat
tidur karena badanya lemas dan anak juga kurang gerak. Perkembangan bahasa An. C
sudah mulai mengoceh sejak usia 6,5 bulan dan sekang anak sudah bisa mengucapkan
kata-kata dan menyusun kalimat serta menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum : Baik

Keasadaran : composmentis

Vital sign :N : 100 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 38,6 derajat C

b. Sistem pernafasan
Nafas melalui hidung, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, RR 20 x/menit (reguler).

Paru-paru : Ins : Simetris statis dinamis (SSD)

Pal : taktil fremitus teraba sama kuan pada paru kanan-kiri

Pe : sanor di semua lapang paru.

Aus: Vesikuler

c. Sistem kardiovaskuler : Tidak ada cyanosis, kapiler refill 3 detik, akral hangat.

Jantung :

Ins : ictus cordis tak tampak

Pal : ictus cordis teraba di IC ke V

Pe : pekak

Aus: S1 dan S2 murni, tidak ada suara tambahan (s3)

d. Sistem Pencernaan

Ibu mengatakan sebelum dirawat anaknya BAB 1-2 x/hari, konsisitensi padat, warna
coklat, saat ini an. C BAB 1-2 x/hari, konsistensi lembek, warna hitam.

Ins : Perut datar

Aus : Bising Usus 20 x/menit

Per : Timpani

Pal : Hepar dan Lien tidak teraba

e. Sitem perkemihan

Ibu menyatakan sebelum dirawat anak BAK tidak mengalami keluhan sakit, dan
BAK 6-8 x/hari, selama dirawat anak BAK 6-7 x/hari, warna kuning, bau khas. Anak
tidak mengelug saat berkemih.

f. Sistem Muskuloskletal
Anak tidak mengalami kelemahan otot, naka kurang gerak hanya tiduran ditempat
tidur, ADL sepenuhnya dibantu oleh orang tua, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah
5. pada tangan kanan terpasang infuse Z-A ½ N 15 tpm. Dengan tonus otot baik.

g. Sistem reproduksi

Anak berjenis kelamin laki-laki, tidak ada pembesaran pada scrotum, tidsak ada
hipospadia.

h. Sistem Integumen

Kulit anak berwarna coklat, turgor kulit cukup, tekstur kenyal, anak terpasang infus di
tangan kanan dan terdapat bintik-bintik warna merah dibawah kulit. (ptecie).

5. Pemeriksa penunjang

Hasil laboratorium tanggal 10 Oktober 2014

Tabel 1.2

Data Penunjang

No. Pemeriksaan Nilai rujukan Satuan Hasil

1 Hemoglobin 12 – 16 Gr/dL 11,7

2 Hematokrit 40-53 % 35,3%

3 Leokosit 4.500 - 11.500 Mm2 6.100

4 Eritrosit 4,6 - 4,5 uL 4,2

5 Trombosit 150.000 – Mm2 195.000


450.000

6 MCV 81 – 96 fL 83,8

7 MCH 27 – 36 pg 27,6

8 MCHC 31 – 37 g/L 33,1


ANALISA DATA

No Data Fokos Etiologi Masalah

1 Ds : Ibu klien mengatakan An.C badanya Gigitan nyamuk Peningkatan suhu tubuh
panas semakin tinggi sudah tiga hari. ( Hipertermi )

Do : Badan An.C teraba hangat.


Virus dengue
TTV : S : 38,6 0 C

N : 100x/mnt
Viromia
RR : 20x/menit

Leokosit : 6.100 jt/mm


Peningkatan suhu
tubuh

2 Ds : ibu mengatakan An. C , malas Gigitan nyamuk Kekurangan volume cairan


minum.

Do :
Virus dengue
- Mukosa bibir kering.

- Mata terlihat cekung.


Mual Dan
- Turgor kulit cukup. Muntah

Kurngnya
masukan cairan

3 Ds :Ibu mengatakan An,C malas makan, Gigitan nyamuk Resiko kekurangan


karna takut muntah. pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
Do : Virus dengue kebutuhan tubuh

- Pasien tampak les.u

-Pasien tampak lemah. Viemia

Mual muntah

Tidak nafsu
makan

4 Ds : Ibu mengatakan anaknya Gigitan nyamuk Resiko terjadi perdarahan.


mengalami gusi berdarah.

Do :
Virus dengue
-Gusi pasien tampak merah

-Di bawah kulit ada bintik-bintik mereh.


Verimia
-Trombosit 195.000 m

Permebelitas
kapiler meningkat

Resiko
pendarahan

Prioritas Masalah

1. Hipertermi.

2. Gangguan keseimbangan cairan.

3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


4. Resiko terjadi perdarahan.

C. Diagnosa keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh ( Hipertermi ) b.d Proses penyakit

2. Ganguan keseimbangan cairan b.d peningkatan metabolisme dalam tubuh

3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan anoreksia.

4. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan


darah ( trombositopeni )

Intervensi keperawatan

Tabel 1.4

Intervensi

Diagnosa
No Tujuan/kreteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan

1 Peningkatan suhu Tujuan : 1.Berikan 1.Memberikan


tubuh ( Hipertermi ) kompres air pengeluaran panas
Setelah dilakukan
b.d Proses penyakit biasa dengan cara konduksi
tindakan
keperawatan 1x24 2. Monitor TTV 2.Untuk mengetahui
jam diharapkan terutama suhu keadaan umum pasien
hipertermi teratasi
3.anjurkan 3. Mengganti cairan
dgn KH:
banyak minum yang hilang akibat
Suhu tubuh normal : air putih kurang evaporasi
36 – 37° C lebih 600-800
4.Memberikan rasa
ml/hari.
nyaman memperbesar
4.anjurkan penguapan.
memakai
5. Menurunkan panas
pakaian yang
tipis.
5.berikan
antibiotik/
antipiretik
sesuai program

2 Ganguan Tujuan : 1. Kaji tanda – 1.Deteksi dini dapat


keseimbangan cairan tanda dehidrasi mencegah terjadi
Setelah dilakukan
b.d peningkatan ketidak seimbangan
tindakan 2. Monitor TTV
metabolisme dalam volume cairan dan
keperawatan 1x24
tubuh 3.Motivasi klien menentukan pilihan
jam diharapkan
untuk banyak intervensi
volume cairan
minum air putih
adekuat dgn 2.Mengetahui
kurang lebih
perkembangan pasien
KH : 600-800 ml/hari.
3.Mengganti cairan
- Mukosa bibir 4. Catat intake
yang hilang.
lembab dan output dan
hitung balance
- TTV dalam batas
cairan.
normal 4.Kehilangan urine
yang berlebihan dapat
- Haluaran urine
menunjukkan terjadi
normal 5.Berikan cairan
dehidrasi.
tambahan infuse
RL ½ N 15 5.Mengganti cairan
tetes/menit. yang hilang.

3 Resiko kekurangan Tujuan : a. Kaji riwayat 1.Mengidentifikasi


pemenuhan nutrisi, termasuk menduga
Setelah dilakukan
kebutuhan nutrisi makanan yang kemungkinan
perawatan selama …
kurang dari disukai. intervensi
x 24 jam diharapkan
kebutuhan tubuh
tidak terjadi b.Observasi dan 2. Mengawasi
berhubungan dengan
gangguan kebutuhan catat masukan masukan kalori,
intake nutrisi yang
tidak adekuat akibat nutrisi makanan pasien konsumsi makanan
mual dan anoreksia
Kriteria : c.Timbang BB 3.Mengawasi
tiap hari (bila penurunan.
g. Tidak ada tanda-
memungkinkan
tanda malnutrisi 4.Makanan sedikit
)
dapat menurunkan
h. Menunjukkan
d.Berikan kelemahan dan
berat badan yang
makanan sedikit meningkatkan
seimbang.
namun sering masukan juga
dan atau makan mencegah distensi
diantara waktu gaster.
makan
5. Meningkatkan
e. Berikan dan nafsu makan dan
Bantu oral masukan peroral.
hygiene.
6. Menurunkan
f. Hindari distensi dan iritasi
makanan yang gaster.
merangsang dan
mengandung
gas.

4 Resiko terjadi Tujuan : 1. Monitor 1. Penurunan


perdarahan tanda-tanda trombosit merupakan
Setelah dilakukan
berhubungan dengan penurunan tanda adanya
perawatan selama …
penurunan factor- trombosit yang kebocoran pembuluh
x 24 jam tidak
faktor pembekuan disertai tanda darah.
terjadi perdarahan
darah klinis.
2.Untuk mengetahui
( trombositopeni ) Kriteria :
2.Monitor kemungkinan
TD 100/60 mmHg trombosit setiap perdarahan yang
hari. dialami pasien.
N: 80-100x/menit
reguler, 3.Anjurkan 3. Aktifitas pasien
pasien untuk yang tidak terkontrol
pulsasi kuat banyak istirahat dapat menyebabkan
( bedrest ). terjadinya perdarahan.
Tidak ada tanda
perdarahan lebih 4. Berikan 4.Keterlibatan pasien
lanjut, trombosit penjelasan dan keluarga dapat
meningkat kepada klien dan membantu untuk
keluarga untuk penaganan dini bila
melaporkan jika terjadi perdarahan.
ada tanda
5. Mencegah
perdarahan
terjadinya perdarahan
seperti: BAB
lebih lanjut.
hitam, gusi
berdarah dll.

5.Antisipasi
adanya
perdarahan :
gunakan sikat
gigi yang lunak,
pelihara
kebersihan
mulut, berikan
tekanan 5-10
menit setiap
selesai ambil
darah.
Implemantasi keperawatan
Tabel 1.5
Implentasi

Tanggal dan
No No DX Implementasi Respon hasil
waktu

10 Oktobtr 1. Memberikan 1. Biasa Panas


2014. kompres air berkurang.
16:00 2.Memonitor 2. TTV :
TTV terutama S : 38OC
suhu RR : 20x/mnt
3.Menganjurkan N : 100x/mnt
16:20 dan memotivasi 3. Minum sedikit,
banyak minum Mukosa bibir kering
air putih krg lbh 4.Klien
600 - 800ml/hr. menggunakan kaos
1 1 4.Anjurkan yang tipis.
untuk memakai 5.Obat masuk dan
pakaian yang tidak terdapat tanda-
16:25 tipis. tanda alergi.
5. Memberikan
antibiotic/antipir
etik (sanmol 1 ½
sth, amoxsan
250 mg dan
kalmetason ½
ampul IV

2 10 Oktobtr 2 1.Mengkaji 1.Bibir tampak kering


2014 tanda – tanda 2. TTV :
16:00 dehidrasi - N : 100 X/ menit
2.Memonitor - P : 20 x/menit
TTV - S : 38oC
3.Memotivasi 3. Pasien minum
klien untuk air sedikit
16:20 banyak minum 4. BC : - 354 cc
air putih kurang 5.tpm infus RL ½ N
lebih 600-800 masuk 15 tpm
ml/hari.
4.Mencatat
intake dan
output dan
hitung balance
16:25 cairan
5. Memberiken
cairan tambahan
infuse RL ½ N
15 tetes/menit.

3 10 Oktobtr 3 1.Mengkaji 1.Pasien menyukai


2014 riwayat nutrisi, makanan nasi goreng.
17:00 termasuk 2.Pasien makan ½
makanan yang porsi dari makanan
disukai. yang di sediakan.
2.Mengobservasi 3. BB 14, 5 kg
dan catat 4.Pasien makan 4 x/
masukan hari
makanan pasien. 5.Pasien sikat gigi 2 x
3.Menimbang /hari
BB tiap hari 6. Pasien tidak ada
17:00 (bila makan-makanan ber
memungkinkan ) gas.
4.Memberikan
makanan sedikit
namun sering
dan atau makan
diantara waktu
makan
5.Memberikaa
dan Bantu oral
hygiene.
6.Menghindari
17:30 makanan yang
merangsang dan
mengandung
gas.

4 10 Oktobtr 4 1.Memonitor 1.Tidak ada tanda


2014 tanda-tanda klinis yang
18:00 penurunan menunjukan
trombosit yang penurunan trombosit.
disertai tanda 2. Trombasit pasien
klinis. tetap.
2.Memonitor 3. Pasien tidur malam
trombosit setiap 10 jam dan tidur
hari. siang 4 jam.
3. Menganjurkan 4.Keluarga dan
pasien untuk pasien tidak ada
banyak istirahat menunjukan
( bedrest ). pendarahan.
4.Memberikan 5.Pasien
18:20 penjelasan menggunakan sikat
kepada klien dan gigi yang lembut.
keluarga untuk
melaporkan jika
ada tanda
perdarahan
seperti: BAB
hitam, gusi
berdarah dll.
5.Mengantisipasi
18:25 adanya
perdarahan :
gunakan sikat
gigi yang lunak,
pelihara
kebersihan
mulut, berikan
tekanan 5-10
menit setiap
selesai ambil
darah.

Evaluasi keperawatan

Tabel 1.6
Evaluasi

No Diagnosa keperawatan Tanggal Evaluasi

1 Peningkatan suhu 10 Oktober 2014 S : Ny.A mengatakan


tubuh ( Hipertermi ) An.C panasnya sudah
b.d Proses penyakit turun sedikt
O : An.C masih panas
TTV :
Suhu : 37,7 oC,
Nadi : 88 x/menit,
RR : 22 x/menit.
KU :
composmentis
A : Masalah belum
teratasi
P : Pasien
dipindahkan keruangan
rawat inap

2 Ganguan 10 Oktober 2014 S :Ny. A anaknya


keseimbangan cairan sudah mulai meningkat
berhubungan dengan dan banyak minum
peningkatan O :Minum kurang
metabolisme dalam lebih 4-5 gelas/hr
tubuh A :Masalah belum
teratas
P :Pasien dipindahkan
keruangan rawat inap.

3 Resiko kekurangan 10 Oktober 2014 S :Ny.A mengatakan


pemenuhan kebutuhan an.C masih malas
nutrisi kurang dari makan.
kebutuhan tubuh O : BB : 14,5 kg
berhubungan dengan A :Masalah belum
intake nutrisi yang teratasi
tidak adekuat akibat P :Pasien dipindahkan
mual dan anoreksia. keruang rawat inap.

4 Resiko terjadi 10 Oktober 2014 S :Ny.A mengatakan


perdarahan an.C tidak ada tanda-
berhubungan dengan tanda pendarahan.
penurunan factor- O :Feses kuning, gusi
faktor pembekuan tdak berdarah.
darah A :Masalah belum
( trombositopeni ) teratasi
P :Pasien dipindahkan
keruangan

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. C dengan kasus DHF ( Dengue
haemoragic fever ) di Ruang IGD Rumah sakit Bayangkara jitra kota Bengkulu pada
tahun 2014 yang dimulai dari tangal 10 Oktober Sampai 10 Oktober ditemukan
beberapa persamaan/ kesenjangan antar teori yang ada dengan data yang didapatkan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan
data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan. Pada pengkajian yang penulis
lakukan selama studi kasus ini tidak banyak perbedaan antara teori dan hasil
pengkajian. Menurut Smeltzer (2002), pasien dengan DHF akibat dari gigitan nyamuk
Aedes Aegyti (Betina) dengan manifetasi klinis panas tinggi, timbul bintik-bintik
seperti gigitan nyamuk dan pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada An.C
ditemukan adanya panas tinggi, timbul bintik-bintik seperti gigitan nyamuk.
Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari dan kondisi lingkungan dan biasanya
penyakit ini terjadi lebih rentang pada anak-anak karna nyamuk Aedes menggigit
pada pagi hari sesuai saat anak sedang tidur.
B. Diagnosa keperawatan
Pada konsep dasar teori yang dikemukakan oleh doengoes (2000), akan muncul lima
diagnosa keperawatan yahitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler
ke ekstravaskuler
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Resiko kekuranagan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dnegan penurunan factor-fakto
pembekuan darah ( trombositopeni )
Sedangkan diangnosa keperawatan yang muncul pada An. C pada pengkajian yang
dilakaukan pada tanggal 10 Oktober 2014 tersusun diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
1. Peningkatan suhu tubuh ( Hipertermi ) b.d Proses penyakit.
2. Ganguan keseimbangan cairan b.d peningkatan metabolisme dalam tubuh.
3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan anoreksia.
4. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah ( trombositopeni )
Dari hasil pengkajian ditemukan data yang mendukung untuk menegakan diagnosa
tersebut Hipertermi yang dirasakan pada pasien. Hal ini dikarnakan adanya virus
dengue yang masuk menyebabkan viremia. diagnosa ini ditegakan sebagai diagnosa
actual karna memiliki data yang mendukung sesuai dengan teori yakni. Ibu klien
mengatakan An.C badanya panas semakin tinggi sudah tiga hari.Badan An.C teraba
hangat,muka tampak memerah TTV: S : 38,6 0 C, N : 100x/mnt, RR :
20x/menit, Leokosit : 6.100 jt/mm
Gangguan keseimbangan cairan terjadi karna hipertermi yang dialami pasien
menyebabkan penguapan, dan akibat muntah yang dialami pasen. Mukosa bibir
kering, Mata terlihat cekung, Turgor kulit cukup. Sesuai dengan manifestasi klinis
menutut Lewis (2006)
Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terjadi
karana: Ibu mengatakan An,C malas makan, karna takut muntah, Pasien tampak lesu,
Pasien tampak lemah.
Resiko terjadi perdarahan terjadi karna pasien mengalamidengan manifestasi klinis:
Ibu mengatakan anaknya tidak mengalami gusi berdarah, Gusi pasien tamapak merah,
Di bawah kulit ada bintik-bintik mereh, Trombosit 195.000 m
C. Intervensi Keperawatan
Dalam tahap intervensi keperawatan harus lebih speseifik pada penderita DHF
( Dengue haemoragic fever ) penulis susun sesuai dengan prioritas masalah
keperawatan yang dirumuskan tetap mengacu pada asuhan keperawatan teori dan
sesuai dengan perencanaan pada kasus.
D. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan nyata terhadap pasien dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan, pemenuhan kebutuhan klien harus disesuaikan dengan
masing-masing diagnose keperawatan yang ditemukan pada kasus. Perencanaan dapat
penulis susun dan laksanakan berdasarkan acuan tindakan seperti yang tertuang dalam
konsep teori, namun demikian tidak semua rencana keperawatan dapat diwujudkan
dalam bentuk nyata, tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien.
Implimentasi dapat dilakukan selama sehari pada tanggal 10 oktober 2014 dan
dilakukan sesuai dengan kondisi klien. Pada diagnosa Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses penyakit. Implementasi yang dilakukan
antara lain: Memberikan kompres air, Memonitor TTV terutama suhu, Menganjurkan
dan memotivasi banyak minum air putih krg lbh 600 - 800ml/hr, menganjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis, Memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1 ½ sth,
amoxsan 250 mg dan kalmetason ½ ampul IV.
Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 10 oktober 2014 pada diagnosa
Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan Proses penyakit yahitu
menkaji penurunaan suhu klien dan memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1 ½
sth, amoxsan 250 mg dan kalmetason ½ ampul IV, sesuai dengan indikasi.
E. Evaluasi
Dari dua diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan masalah utama klien
saat melakukan studi kasus ini dalam perawatan dari tanggal 10 Oktober sampai
tanggal 10 Oktober Dikatakan baru berhasil sebagian. Dari diagnosa keperawatan
tersebut belum ada yang di katakan berhasil karna pasien pindah ke ruangan rawat,
Karna penulis berdinas diruang IGD.

BAB IV
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :


1. DHF ( Dengue haemoragic fever ) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina).
2. Dari pengkajian yang dilakukan ditemukan pasien mengeluh panas tinggi. Dari analisa
data yang telah dilakukan, ditemukan masalah keperawatan bagian kekebalan tubuh
sehingga diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah Proses penyakit, peningkatan
metabolisme dalam tubuh, nyeri pada bagian persendihan
3. Dari diagnosa keperawatan yang telah ditemukan, maka intervensi keperawatan yang
dibuat adalah etiologi dan masalah
4. Dari intervensi keperawatan yang telah dibuat, maka implementasi yang dilakukan
adalah tujuan dan kreteria hasil
5. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan studi kasus ini dalam beberapa hari tanggal 10
Oktober sampai 10 Oktober dikatakan belum berhasil. Karna pasien dipindahkan ke
ruang rawat inap, karna saya berdinas diruangan IGD.
6. hasil pembahasan, ditemukan adanya kesenjangan antara masalah kasus denghan
riwayat kesehatan pasien.
7. proses keperawatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada An.C
1.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap
sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di
takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan
fatal pada klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di
ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah
yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika

Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

Effendy, Christantie.1995. Perawatan Pasien DHF. EGC : Jakarta.


WHO. Demam Berdarah Dengue: Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian
2th Ed. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk.2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hastuti, Oktri.2008. Demam Berdarah Denngue: Penyakit & Cara Pencegahannya (1 vols).
Kanisius (Anggota IKAPI) : Yogyakarta

Candra, Aryu.2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator Journal of Vector-Borne Diseases Studies,2 (2), 110-119.

Anda mungkin juga menyukai