ASUHAN KEPERAWATAN DHF Ilhammm
ASUHAN KEPERAWATAN DHF Ilhammm
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan DHF”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
sebelumnya.
Kelompok
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Pengertian………………………………………………………… 4
2.2 Etiologi…………………………………………………………… 5
2.3 Klasifikasi DHF…………………………………………………. 5
2.4 Patofisiologi………………………………………….………….. 8
2.5 WOC……………………………………....................………….. 8
2.6 Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8
2.7 Komplikasi…………………………………………..................... 9
2.8 Pemeriksaan Diagnostik……………………………………….. 8
2.9 Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9
3.1 Pengkajian……………………………………………………… 23
3.2 Diagnosa……………………………………………………….. 28
3.3 Intervensi………………………………………………………. 29
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………… 35
4.2 Saran……………………………………………………………. 36
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).
Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di area
yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun,
diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan kira – kira 24 juta
kematian (WHO, 1999).
Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus dengan
wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode 1960 – 1970, 1.070.207
kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar adalah anak – anak (WHO,
1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara – negara endemik, seperti
Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS
menyebar secara perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa
besar yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285
kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF /
DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade 1980 –
an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.
Dari data – data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan mahasiswa/i dapat
lebih memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya dapat menurunkan angka
kejadian penyakit DHF di Indoensia.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini tersusun menjadi lima bab, yaitu bab satu pendahuluan yang berisi
latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab dua tinjauan teori yang berisi pengertian, anatomi dan fisiologi sistem
hematologi, etiologi DHF, klasifikasi DHF, patofisiologi DHF, manifestasi klinis DHF,
komplikasi DHF, pemeriksaan diagnostik DHF, penatalaksanaan pasien DHF, dan konsep
dasar keperawatan DHF yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, serta
intervensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. (Behrman, et al,
2000).
2.2 Etiologi
1. Virus dengue
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam
genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti
(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang
biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di
dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masukke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal – pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa
(splenomegali).
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke
dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah
vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit
(trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat.
Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan. Pada
keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan
yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin
berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru
sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi
pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak.
Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan
asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran
hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen
dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka
mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan
mediator faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau
terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF.
2.5 WOC
(Nursalam, 2008)
viremia
Vaskulitis Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)
Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %),
Hipoproteinemia, Hiponatremia
dan Efusi serosa.
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut Aziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat bervariasi yaitu:
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas mendadak
berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2. biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan berlangsung selama 3-4
hari.
3. hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin lembab, terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki.
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit
dingin dan gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terukur.
2.7 Komplikasi
1. Darah
2. Urine
3. Sumsum Tulang
4. Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok
besar, yaitu :
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada
uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal
empat kali. Termasuk dalam uji ini ialah pengikatan komplemen (PK), uji
neutralisasi (NT), dan uji dengue blot.
Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu
antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot
yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya;
uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas
Ig M.
5. Isolasi Virus
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan DHF adalah sebagai berikut :
5. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan
pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik.
Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan
dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau hangat.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Diri Klien
Nama : An. C
Umur : 6 tahun
Agama : Islam
2. Penanggung jawab
Kurang lebih 3 hari yang lalu anak panas tinggi, mendadak, timbul bintik - bintik
dikulit seperti digigit nyamuk, anak rewel, menanggis, muntah 2 kali dengan konsistensi
cair seperti apa yang dimakan dan diminum, batuk, tidak pilek dan oleh keluarga untuk
dibawa berobat ke Rumah Sakit Bayangkara jitra kota Bengkulu, untuk perawatan lebih
lanjut.
1) Ibu mengatakan anaknya baru pertama kali ini dirawat dirumah sakit, sebelumnya belum
pernah dirawat di RS.
1) Pre Natal
Selama kehamilan Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin kebidan kurang lebih
6x dan mendapatkan imunisasi TT 2x. ibu pertama kali periksa kehamilan pasa saat usia 4
bulan kehamilan. Ibu juga menyatakan tidak pernah menderita sakit selama hamil, obat
yang diminum selama hamil yaitu tablet penambah darah dari bidan.
2) Natal
An. C lahir ditolong oleh dukun, lahir spontan, langsung menangis, lahir cukup bulan
(9 bulan 4 hari). BBL tidak ditimbang dan untuk panjang badan, LK, LLA, LD juga tidak
diukur karena didukun tidak ada alatnya.
3) Post Natal
An. C diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan diberi ASI sejak lahir sampai usia 2
tahun. Sejak usia 6 bulan An. C diberikan susu formula dan bubur tim dan diberi makan
nasi biasa sampai sekarang.
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti klien, ibu juga
menyatakan tidak ada tetangganya yang menderita penyakit yang sama dengan yang
diderita An.C.
1) Pertumbuhan
Ibu menyatakan An. C lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari), menurut ibu An. C tumbuh
normal seperti anak- anak yang lain. Ibu menyatakan BBL dan PB tidak diukur, BB
Sekarang : 14,4 Kg, dengan TB : 102 cm.
2) Perkembangan
Menurut keterangan ibunya An. C saat usia 11 bln sudah bisa berjalan dengan
dipegangi kedua lengannya. Saat ini semenjak sakit An. C lebih banyak berada di tempat
tidur karena badanya lemas dan anak juga kurang gerak. Perkembangan bahasa An. C
sudah mulai mengoceh sejak usia 6,5 bulan dan sekang anak sudah bisa mengucapkan
kata-kata dan menyusun kalimat serta menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya.
4. Pemeriksaan fisik
Keasadaran : composmentis
RR : 20 x/menit
S : 38,6 derajat C
b. Sistem pernafasan
Nafas melalui hidung, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, RR 20 x/menit (reguler).
Aus: Vesikuler
c. Sistem kardiovaskuler : Tidak ada cyanosis, kapiler refill 3 detik, akral hangat.
Jantung :
Pe : pekak
d. Sistem Pencernaan
Ibu mengatakan sebelum dirawat anaknya BAB 1-2 x/hari, konsisitensi padat, warna
coklat, saat ini an. C BAB 1-2 x/hari, konsistensi lembek, warna hitam.
Per : Timpani
e. Sitem perkemihan
Ibu menyatakan sebelum dirawat anak BAK tidak mengalami keluhan sakit, dan
BAK 6-8 x/hari, selama dirawat anak BAK 6-7 x/hari, warna kuning, bau khas. Anak
tidak mengelug saat berkemih.
f. Sistem Muskuloskletal
Anak tidak mengalami kelemahan otot, naka kurang gerak hanya tiduran ditempat
tidur, ADL sepenuhnya dibantu oleh orang tua, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah
5. pada tangan kanan terpasang infuse Z-A ½ N 15 tpm. Dengan tonus otot baik.
g. Sistem reproduksi
Anak berjenis kelamin laki-laki, tidak ada pembesaran pada scrotum, tidsak ada
hipospadia.
h. Sistem Integumen
Kulit anak berwarna coklat, turgor kulit cukup, tekstur kenyal, anak terpasang infus di
tangan kanan dan terdapat bintik-bintik warna merah dibawah kulit. (ptecie).
5. Pemeriksa penunjang
Tabel 1.2
Data Penunjang
6 MCV 81 – 96 fL 83,8
7 MCH 27 – 36 pg 27,6
1 Ds : Ibu klien mengatakan An.C badanya Gigitan nyamuk Peningkatan suhu tubuh
panas semakin tinggi sudah tiga hari. ( Hipertermi )
N : 100x/mnt
Viromia
RR : 20x/menit
Do :
Virus dengue
- Mukosa bibir kering.
Kurngnya
masukan cairan
Mual muntah
Tidak nafsu
makan
Do :
Virus dengue
-Gusi pasien tampak merah
Permebelitas
kapiler meningkat
Resiko
pendarahan
Prioritas Masalah
1. Hipertermi.
C. Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan
Tabel 1.4
Intervensi
Diagnosa
No Tujuan/kreteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
5.Antisipasi
adanya
perdarahan :
gunakan sikat
gigi yang lunak,
pelihara
kebersihan
mulut, berikan
tekanan 5-10
menit setiap
selesai ambil
darah.
Implemantasi keperawatan
Tabel 1.5
Implentasi
Tanggal dan
No No DX Implementasi Respon hasil
waktu
Evaluasi keperawatan
Tabel 1.6
Evaluasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. C dengan kasus DHF ( Dengue
haemoragic fever ) di Ruang IGD Rumah sakit Bayangkara jitra kota Bengkulu pada
tahun 2014 yang dimulai dari tangal 10 Oktober Sampai 10 Oktober ditemukan
beberapa persamaan/ kesenjangan antar teori yang ada dengan data yang didapatkan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan
data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan. Pada pengkajian yang penulis
lakukan selama studi kasus ini tidak banyak perbedaan antara teori dan hasil
pengkajian. Menurut Smeltzer (2002), pasien dengan DHF akibat dari gigitan nyamuk
Aedes Aegyti (Betina) dengan manifetasi klinis panas tinggi, timbul bintik-bintik
seperti gigitan nyamuk dan pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada An.C
ditemukan adanya panas tinggi, timbul bintik-bintik seperti gigitan nyamuk.
Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari dan kondisi lingkungan dan biasanya
penyakit ini terjadi lebih rentang pada anak-anak karna nyamuk Aedes menggigit
pada pagi hari sesuai saat anak sedang tidur.
B. Diagnosa keperawatan
Pada konsep dasar teori yang dikemukakan oleh doengoes (2000), akan muncul lima
diagnosa keperawatan yahitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler
ke ekstravaskuler
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Resiko kekuranagan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dnegan penurunan factor-fakto
pembekuan darah ( trombositopeni )
Sedangkan diangnosa keperawatan yang muncul pada An. C pada pengkajian yang
dilakaukan pada tanggal 10 Oktober 2014 tersusun diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
1. Peningkatan suhu tubuh ( Hipertermi ) b.d Proses penyakit.
2. Ganguan keseimbangan cairan b.d peningkatan metabolisme dalam tubuh.
3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan anoreksia.
4. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah ( trombositopeni )
Dari hasil pengkajian ditemukan data yang mendukung untuk menegakan diagnosa
tersebut Hipertermi yang dirasakan pada pasien. Hal ini dikarnakan adanya virus
dengue yang masuk menyebabkan viremia. diagnosa ini ditegakan sebagai diagnosa
actual karna memiliki data yang mendukung sesuai dengan teori yakni. Ibu klien
mengatakan An.C badanya panas semakin tinggi sudah tiga hari.Badan An.C teraba
hangat,muka tampak memerah TTV: S : 38,6 0 C, N : 100x/mnt, RR :
20x/menit, Leokosit : 6.100 jt/mm
Gangguan keseimbangan cairan terjadi karna hipertermi yang dialami pasien
menyebabkan penguapan, dan akibat muntah yang dialami pasen. Mukosa bibir
kering, Mata terlihat cekung, Turgor kulit cukup. Sesuai dengan manifestasi klinis
menutut Lewis (2006)
Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terjadi
karana: Ibu mengatakan An,C malas makan, karna takut muntah, Pasien tampak lesu,
Pasien tampak lemah.
Resiko terjadi perdarahan terjadi karna pasien mengalamidengan manifestasi klinis:
Ibu mengatakan anaknya tidak mengalami gusi berdarah, Gusi pasien tamapak merah,
Di bawah kulit ada bintik-bintik mereh, Trombosit 195.000 m
C. Intervensi Keperawatan
Dalam tahap intervensi keperawatan harus lebih speseifik pada penderita DHF
( Dengue haemoragic fever ) penulis susun sesuai dengan prioritas masalah
keperawatan yang dirumuskan tetap mengacu pada asuhan keperawatan teori dan
sesuai dengan perencanaan pada kasus.
D. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan nyata terhadap pasien dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan, pemenuhan kebutuhan klien harus disesuaikan dengan
masing-masing diagnose keperawatan yang ditemukan pada kasus. Perencanaan dapat
penulis susun dan laksanakan berdasarkan acuan tindakan seperti yang tertuang dalam
konsep teori, namun demikian tidak semua rencana keperawatan dapat diwujudkan
dalam bentuk nyata, tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien.
Implimentasi dapat dilakukan selama sehari pada tanggal 10 oktober 2014 dan
dilakukan sesuai dengan kondisi klien. Pada diagnosa Peningkatan suhu tubuh
(Hipertermi) berhubungan dengan Proses penyakit. Implementasi yang dilakukan
antara lain: Memberikan kompres air, Memonitor TTV terutama suhu, Menganjurkan
dan memotivasi banyak minum air putih krg lbh 600 - 800ml/hr, menganjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis, Memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1 ½ sth,
amoxsan 250 mg dan kalmetason ½ ampul IV.
Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 10 oktober 2014 pada diagnosa
Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan Proses penyakit yahitu
menkaji penurunaan suhu klien dan memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1 ½
sth, amoxsan 250 mg dan kalmetason ½ ampul IV, sesuai dengan indikasi.
E. Evaluasi
Dari dua diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan masalah utama klien
saat melakukan studi kasus ini dalam perawatan dari tanggal 10 Oktober sampai
tanggal 10 Oktober Dikatakan baru berhasil sebagian. Dari diagnosa keperawatan
tersebut belum ada yang di katakan berhasil karna pasien pindah ke ruangan rawat,
Karna penulis berdinas diruang IGD.
BAB IV
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
Candra, Aryu.2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator Journal of Vector-Borne Diseases Studies,2 (2), 110-119.