Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DASAR-DASAR FARMASI DAN SOSIAL


“TERAPI OBAT DAN TERAPI DIET / ASUHAN GIZI PASIEN ANAK DENGAN
PENYAKIT DIARE”

Disusun Oleh :
Anggota kelompok :
 Maayanthi Qu Anil Hawa (0661 15 002)
 Siti Aisyah (0661 15 027)
 Gama Ratih Tri Utari (0661 15 030)
 Isna Diana (0661 15 036)
 Cindy lestari (0661 15 711)
 Novianti listiani (0661 15 715)
 Novaliasari (0661 15 721)
 Marlia handayani (0661 15 198)

Kelompok :4
Kelas : 4A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Mei 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang


seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya angka kesakitan diare dari
tahun ke tahun. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihatkecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik
menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar
Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008
terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR
2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan
kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (Kementrian Kesehatan, 2011).

Di Laboratorium Ilmu Kesehatan AnakFK UNS / RSUD Moewardi, dari 1 Januari sampai
dengan 30 Juni 2007 diare menempati urutan kedua dari semua jenis penyakit yang dirawat
inap yaitu sebesar 21,4 % atau 160 dari 457 anak. Diare akut terdapat pada 158 anak, sisanya
2 anak mengalami diare kronik. Angka kematian sebesar 1,2% atau 2 dari 160 anak
(Soebagyo, 2008).

Obat-obat diare yang diberikan dapat memberikan efek samping yang tidak dikehendaki
misalnya memiliki efek samping mual muntah atau menambah frekuensi diare itu sendiri.
Dengan demikian perlu pemahaman yang baik mengenai obat yang relatif aman untuk pasien
diare akut, agar tidak merugikan pasien. Dasar inilah yang mendorong dilakukan penelitian
untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pada pasien diare akut pada anak di RSUD Dr.
Moewardi apakah sudah sesuai dengan standar WGO (World Gastroenterology
Organisation).

2.Tujuan
- Mengetahui gejala-gejala diare pada anak
- Mengetahui Jenis –jenis diare
- Mengetahui terapi obat pada anak
- Mengetahui cara penangan diare akut
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare
2.1.1 Pengertian Diare
Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarrea yang berarti mengalir melalui(Tjay
dan Rahardja, 2007).Diare didefinisikan sebagai berak mencret sehari lebih dari 3 kali,
yang lebih ditekankan oleh tingkat mencretnya dari pada jumlah beraknya (Sartono, 2005).
Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita)
dengan disertai muntah dan buang air besar encer, penyakit diare pada anak apabila tidak
ditangani dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes
RI, 2004). Diare merupakan salah satu penyakit sistem pencernaan yang sering dijumpai di
masyarakat yaitu penyakit yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali
dalam sehari (WHO, 2009).
2.1.2 Patofisiologi
Diare akut mengakibatkan terjadin ya :
a) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yangmenyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.
b) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-renjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah,perfusi jarin gan
berkurang sehingga sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat;
peredaran otak dapat terjadi,kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tak
cepat diobati, penderita dapat meninggal.
c) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karenadiare
dan muntah; kadang-k adang orang tuanya menghentikan pemberian makanan per-
oral karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan
tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi
pada anak yan g sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi d engan gagal
bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak
yang dapat mengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).

2.1.3 Etiologi
Diare pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Virus (umumnya adalah rotavirus), gejalanya : berak -berak air, berbusa,dan
berbau asam.
b. Bakteri, gejalanya berak darah dan lendir disertai sakit perut.
c. Parasit (giardiasis), gejala berak disertai darah dan lendir, serta perut terasa mulas.
d. Alergi susu, diare ini biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum
susu. Susu yang men yebabkan alergi biasanya susu sapi dan produk-produk
yang terbuat dari susu sapi (Primisasiki, 2007).
e. Obat-obatan seringkali menyebabkan diare. Agensia yang lazim menimbulkan
diare meliputi laksatif, antasida, medikasi jantung (misalnya:digitalis dan
quinidine), colchicine dan agensia-agensia antimikrobial.Antimikrobial bisa
menimbulkan diare dengan menyebabkan perubahan non spesifik pada flora
usus atau dengan menimbulkan colitis pseudomembranosa yang memerlukan
terapi spesifik. Diarrhea yang bertalian dengan penggunaan antibiotika tanpa
tanda-tanda collitis pseudomembranosa biasanya memberikan respon terhadap
pemhentian pemaparan terhadap agensia yang menimbulkan (Woodley dan
Whelan,1995).
f. Makanan, makanan yang basi atau mengandung racun serta alergi terhadap
makanan tertentu juga menjadi penyebab penyakit diare.
g. Malabsorpsi, diare dapat terjadi karena gangguan absorpsi zat-zat gizi,seperti
karbohidrat umumnya jenis laktosa lemak dan protein.
h. Psikologis, faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas/stres juga dapat
menyebabkan diare. Kasus ini masih jarang dijumpai (Sulistijani dan
Herliyanti, 2001).

2.1.4 Jenis Diare


1. Diare akut : diare yang berlangsung secara mendadak, tanpa gejala gizi
kurang dan demam serta berlangsun g serta berlangsung beberapa
hari.
2. Diare kronis : diare yang berlanjut sampai lebih dari 2 minggu,
biasanyadisertai dehidrasi (penderita ban yak kehilangan
elektrolit tubuh) (Sulistijani dan Herliyanti, 2001).

2.1.5 Gejala Diare


1. Tinja cair
2. Diare disertai lendir atau darah.
3. Kadang-kadang disertai panas/suhu tubuh meningkat.
4. Nafsu makan menurun d an sering haus.
5. Terjadi mendadak
6. Rasa lemas
7. Kadang demam
8. Dan muntah berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari

Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi Penderita Diare (Sukandar dkk, 2008)


Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang
Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Sangat haus Malas/tidakbisa minum
Kekenyalan kulit Normal Kembali Kembali sangat lambat
Lambat
2.1.6 Diagnosis Diare
a. Pada diare, pemeriksaan fisik abdomen dapat mendeteksi hiperperistaltik
dengan borborygmi (bunyi pada lambun g). Pemeriksaan rektal dapat
mendeteksi massa atau kemungkinan fecal impaction , penyeb ab utama
diare pada usia lanjut.
b. Pemeriksaan turgor kulit dan tingkat k eberadaan saliva oral berguna dalam
memperkirakan status cairan tubuh. Jika terdapat hipotensi, takikardia,
denyut lemah, diduga terjadi dehidrasi. Adanya demam mengindikasikan
adanya infeksi.
c. Untuk diare yang tidak dapat dijelaskan, terutama pada situasi kronis
dapat dilakukan pemeriksaan parasit dan ova pada feses, darah, mukus dan
lemak. Selain itu juga dapat diperiksa osmolaritas feses, pH, dan elektrolit
(Sukandar dkk, 2008).

2.1.7 Tatalaksana Diare


WHO telah menetapkan empat unsur utama dalam penanggulan diare akut yaitu :

1. Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mecegah


maupun mengobati dehidrasi.

2. Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI, selama


diare dan dalam masa peyembuhan.

3. Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba


hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau
amubiasis

4. Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya
tentang upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan
cara mencegah diare di masa yang akan datang (Anonim, 2002).
Penanganan diare akut menurut sumber : The Treatment of Diarrhoea, a
manual for physicians and other senior health workers, WHO 2005 :

1. Kalau anak diare, khususnya bayi dan b alita, biasanya orangtua panik. Apalagi
kalau disertai mual-muntah. Anak diare biasanya disertai mual-muntah. Ini adalah hal
yang umum terjadi, dan tidak butuh penanganan khusus. Artinya tidak butuh
obat mual-muntah. Diare akut tanpa penyulit. Artin ya bukan disentri (diare
disertai darah), diare kronik/persisten,atau diare dengan dehidrasi berat. SATU
HAL PENTING : diare sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh
juga.Diare membuang semua virus dan bakteri yang mengganggu sistem
pencernaan.Begitu juga dengan muntah. Kalau penyakit belum keluar semua,
kemudian diare di-STOP, atau muntah di-STOP, bisa-bisa kuman berputar-putar
saja di salurancerna, b erkembang biak lebih banyak, dan bisa mengakibatkan
penyakit bertambah berat. PRINSIPNYA : cegah dehidrasi. ORALIT, inilah obat
utamadan andalan untuk semua diare. Jadi jangan lupa, kalau anak diare :
minum ORALIT. Prinsipnya adalah anak harus banyak minum dan makan, jika
oralit belum/tidak tersedia.
2. Pada anak, diare sebagian besar disebabkan oleh Rotavirus, yang akan
sembuhdengan sendirinya, antar a 2 sampai 7 hari. Jadi didiamkan saja anak
tersebut.Antibiotika malah bisa memperparah diare. Berhubung tidak ada bakteri
jahat yang harus dibunuh (karena akibat virus, bukan bakteri), jadi
antibiotikamembunuh bakteri baik. Makanya ada yang namanya antibiotic-
associated-diarrhea. Antibiotika hanya diberikan pada disentri, kolera dengan
dehidrasi BERAT, dan pen yakit lain seperti pneumonia.
3. Anti diare ada yan g istilahnya adsorben, macamnya : kaolin -pektin,
attapulgite,smectite, karbon, dan kolestiramin. Obat-obat ini digunakan karena
mampu mengikat dan menonaktifkan racun (toksin) bakteri atau bahan kimia
lainnya yang menyebabkan diare, dan kemampuann ya untu k "melindungi"
mukosa usus halus. Penelitian tidak menunjukkan kegunaan obat jenis ini.
4. Obat antimuntah seperti chlorpromazine, metoclopramide, dan
domperidonemalah dapat menimbulkan efek mengantuk, gangguan
keseimbangan, dan berinteraksi secara kimiawi dengan oralit. Muntah akan
berhenti dengan sendirinya jika diare hilang.
5. Obat antimotilitas, misalnya : loperamide, hyoscine, dan lain -lain diberikan untuk
mengurangi gerakan usus, sehingga tinja tidak cair, dan diare mereda. Padahal ini
dapat men yebabkan ileus paralitik (usus b erhenti bergerak/berkontraksi sama
sekali), dan berakibat mengancam nyawa (kematian). Pen yakit pun tidak bisa
dikeluarkan jika usus tidak mau mengeluarkan.
6. Ada beberapa obat lain seperti nifuroxazide (antibiotika), ini juga tidak perlu,
danada juga antijamur. Padahal diare yang timbul akibat jamur hanya pada
anak dengan gan gguan sistem daya tahan tubuh (HIV/AIDS, lupus, kanker,
terapi steroid jangka panjang) (Apin, 2007).

2.2 Rasionalitas Pengobatan


Menurut definisi dari WHO, penggunaan obat secara rasional adalah
mensyaratkan bahwa penderita menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan
klinik, dalam dosis yang memenuhi keperluan individual sendiri, untuk
periode waktu yang memadai, dan har ga yang terendah bagi mereka dan
komunitas mereka (Siregar,2004)
Suatu pengobatan harus baik dan rasional, yaitu memenuhi kriteria
sebagai berikut :

1. Tepat indikasi

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Misalnya, antibiotik


diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian pemberian obat ini
hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
2. Tepat pasien
Pemilihan obat berdasarkan kondisi fisiologis dan patologis pasien, karena
respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini dikondisikan,
misaln ya pada penderita dengan kelainan ginjal, pada usia lanjut, pada ibu
hamil.

3. Tepat obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
4. Tepat dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat san gat berpengaruh terhadap efek
terapi obat.
5. Waspada terhadap efek samping obat
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada p emberian obat dengan dosis terapi ( Wijaya,
2010).

2.3 Pengobatan Diare


2.3.1 Obat-obat diare
1. Pemberian cairan
Sebelum dehidrasi terjadi, penderita diberi minuman, seperti larutan oralit
(larutan gula dan garam) atau larutan tepung beras dan garam setiap buang air
beras. Cara-cara pemberian oralit sebagai berikut.
a. Tuangkan satu bungkus oralit ke dalam gelas yang berisi 200 cc air
matang/air minum dan aduk sampai rata.
b. Minumkan cairan oralit tersebut segera sedikit demi sedikit. Takaran cairan
oralit yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Takaran Pemberian Oralit (Sulistijani dan Herliyanti, 2001)
Usia Anak 3 Jam Pertama Selanjutnya Setiap Kali Diare
Kurang dari 1 tahun (bayi) 1 ½ gelas ½ gelas
Kurang dari 5 tahun (balita) 3 gelas 1 gelas

2. Zinc
Komposisi :
Zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg.
Indikasi :
Pengobatan diare pada anak di bawah 5 tahun, diberikan bersama oralit.

Efek samping :
Pemakaian jangka panjang dosis tinggi menyebabkan konsentrasi
lipoprotein plasma dan absorbsi tembaga.

Dosis :
1. Bayi 2-6 bulan : ½ tablet dispersibel (10 mg zink) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut.
2. Anak 6 bulan - 5 tahun : 1 tablet dispersibel (20 mg zinc) diberikan
setiap hari selama 10 hari berturut-turut bahkan ketika diare telah berhenti

b. Etiologi diare Menurut Warman (2008) diare disebabkan oleh:


1) Faktor infeksi Jenis-jenis bakteri dan virus yang umumnya menyerang dan
mengakibatkan infeksi adalah bakteri E.coli, Salmonela, Vibrio cholerae (kolera)
Shigella,Yersinia enterocolitica, virus Enterovirus echovirus, human Retrovirua
seperti Agent, Rotavirus, dan parasit oleh cacing (Askaris), Giardia calmbia,
Crytosporidium, jamur (Candidiasis).
2) Faktor makanan Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang
matang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu
masih banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang memperhatikan
kebersihan makanan seperti pengelolaan makanan terhadap fasilitas pencucian,
penyimpanan makanan, penyimpanan bahan mentah dan perlindungan bahan
makanan terhadap debu.
3) Faktor lingkungan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk (2009) diare
dapat disebabkan dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih
dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang
sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan bersih setelah
buang air besar, kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga
kebersihannya c. Tanda dan gejala diare Tanda dan gejala awal diare ditandai
dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
menurun, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami 12 kehilangan air dan
elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi (Sodikin, 2011).
BAB 3
PEMBAHASAN

Cara penanganan diare terbaik adalah dengan melakukan rehidrasi (pengembalian


cairan yang hilang) dan mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit. Cairan intravena hanya
diberikan pada keadaan dehidrasi berat.
Satu-satunya jenis diare yang perlu diobati dengan antibiotik adalah diare dehidrasi
berat didaerah kolera dan disentri

Jangan beri obat antidiare dan anti muntah (anti emetik) pada anak dan bayi, karena
obet tersebut tidak mengobati diare dan beberapa diantaranya berbahaya. Obat-obat
berbahaya tersebut antara lain anti spasmodik (codein, opium tinctur diphenoxylate,
loperamide) atau anti muntah (chlorpromazine).  Diantaranya ada yang mengakibatkan
lumpuhnya gerakan usus atau tidur terus secara tidak normal. Bebrapa juga berakibat fatal
terutama bila diberikan pada bayi. Obat anti diare lain yang tidak membahayakan tetapi tidak
efektif unutk mengobati diare adalah : kaolin, attalpugite, smectine dan activated
charcoal/norit. Pemakaian obat anti diare dapat menunda penanganan dengan oralit karena
dapat menghambat penyerapan oralit oleh tubuh.

Pemberian tablet zinc untuk semua penderita diare


Zinc merupakan zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan. Zinc
yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar saat anak menderita diare.
Penggantian zinc  yang hilang sangat diperlukan dalam proses kesembuhan untuk menjaga
kesehatan pada bulan berikutnya. Berikut  tata cara pemberian zinc pada anak diare :

 Pastikan semua anak mendapat tablet zinc sesuai dosis dan waktu yang ditentukan,
kecuali bayi muda (kurang dari 2 bulan).

 Dosis tablet zinc (1 tablet = 20 mg) : dosis tunggal selama 10 hari  

 Umur 2 bulan-6 bulan            : ½ tablet

 Umur ≥ 6 bulan                         : 1 tablet

 Cara pemberian tablet zinc :

 Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan larut
kurang lebih 30 detik), segera berikan kepada anak jangan mencampur tablet zinc
dengan oralit atau LGG (larutan gula garam)

 Apabila anak muntah sekitar ½ jam setelah pemberian tablet zinc, ulangi
pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali
hingga satu dosis terpenuhi.
 Ingatkan untuk memberikan tablet zinc selama 10 hari mfeskipun diare sudah
berhenti

 Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan infus , tetap berikan tablet
zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
Rancana Terapi A : Penangan Diare Dirumah
Rencana terapi A yaitu : untuk pengobatan diare tanpa dehidrasi. Ada 4 aturan perawatan
dirumah, yaitu :
1.       Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

a) Jelaskan kepada ibu :

 Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian

 Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan

 Jika anak tidakmemperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut
ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) aaatau air matang

b) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200
ml) untuk digunakan dirumah

c) Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit/cairan lain yang harus diberikan
setiap kali anak BAB :

 Sampai umur 1 tahun            : 50 – 100ml setiap kali BAB

 Umur 1-5 tahun                       : 100 – 200ml setiap kali BAB

d) Katakan pada ibu :

 Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas

 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat

 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti


 
2.       Beri tablet zinc
Zat gizi zinc dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat
regenerasi sel yang rusak. Penelitian telah membuktikan bahwa pada anak diare,
pemberian zinc dapat menurunkan keparahan diare 2-3 bulan berikutnya, bahkan
dapat meningkatkan selera makan anak.
Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat tablet zinc sesuai dosis dan
waktu yang telah ditentukan.
3.       Lanjutkan pemberian makanan
4.       Kapan harus kembali Nasihati ibu untuk kembali segera jika : BAB anak
bercampur darah, dan anak malas untuk minum.
 
Rencana terapi B : penangan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit
Berikan oralit diklinik sesuai dianjurkan selama priode 3 jam.
Umur Sampai 4 4-12 Bulan 12-24 Bulan 2-5 Tahun
Bln
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-1400
Cairan

a) Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (kg) X 75 ml

Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui

 Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman diatas

 Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga 100-
200 ml air matang selama periode ini.
b)  Tunjukkan cara pemberian oralit

 Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.

 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat

 Lanjutkan ASI selama anak mau

c) Beri tablet zinc selama 10 hari

d) Setelah 3 jam

 Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya

 Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

 Mulailah memberi makan anak

e) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai

 Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit dirumah

 Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan untuk menyelesaikan 3


jam pengobatan

 Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan 6 bungkus lagi sesuai
yang dianjurkan dalam rencana terapi A

 Jelaskan 4 aturan perawatan oralit dirumah


Rencana terapi C : penanganan dehidrasi berat dengan cepat
Alur rencana terapi C
Dapatkah saudara memberi cairan intravena?
tidak ya
Lanjutkan ke bawah Beri cairan intravena secepatnya.
Jika anak bisa minum, beri oralit
melalui mulut, sementara  infus
disiapkan. Beri 100m/kgBB cairan
RL (ringer laktat), jika tidak
tersedia gunakan Naclyang dibagi
sebagai berikut :
umur Pemberian Pemberian
pertama selanjutnya
30 70 ml/kg
ml/kgBB selama :
selama :
Bayi 1 jam 5 jam
(< 12
bulan)
Anak 30 menit 2,5 jam
(12
bulan-
5
tahun)
Ulangi sekali lagi jika denyut nadi
sangat lemah atau tak teraba
·  Periksa kembali anak setiap 15-
30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat
·  Juga beri oralit (±5 ml/kg/jam)
segera setelah anak mau minum,
biasanya setelah 3-4 jam (bayi)
atau 1-2 jam (anak) dan berianak
tablet zinc sesuai dosis dan jadwal
yang dianjurkan.
·  Periksa kembali bayi sesudah 6
jam atau anak sesudah 3 jam .
nilai dehidrasinya. Kemudian pilih
rencana terapi yang cocok

 
Apakah ada fasilitas cairan intravana yang terdekat (dalam 30 menit)?
tidak ya
Lanjutkan kebawah ·       Rujuk segera untuk
pengobatan intravena
·       Jika anak bisa minum, beri
ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anak
sedikit demi sedikit selama
dalam perjalanan
Apakah saudara telah dilatih menggunakan pipa orogstrik unutk rehidrasi?
Tidak Ya
Lanjutkan kebawah ·       Mulailah melakukan
rehiddrasi dengan oralit melalui
pipa orogastrik : beri 20
ml/kg/jam (total120 ml/kg)
·       Periksa kembali anak setiap 1-
2 jam :
·       Sesudah 6 jam, periksa
kembali anak.  Klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian tentukan
rencana terapi  yang sesuai
(A,B,C) unutk melanjutkan
penanganan
Apakah anak masih bisa minum?
Tidak Ya
Rujuk segera ke rumah sakit untuk ·       Mulailah melakukan
pengobatan IV dan OGT rehiddrasi dengan oralit melalui
pipa orogastrik : beri 20
ml/kg/jam (total120 ml/kg)
·       Periksa kembali anak setiap 1-
2 jam :
·       Sesudah 6 jam, periksa
kembali anak.  Klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian tentukan
rencana terapi  yang sesuai
(A,B,C) unutk melanjutkan
penanganan
 
CATATAN :
Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan
hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral
 
KESIMPULAN
1. Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima
tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar encer, penyakit diare
pada anak apabila tidak ditangani dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat
mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2004)

2. Gejala –gejala diare yang sering terjadi pada anak adalah Tinja cair, Diare disertai
lendir atau darah, Kadang-kadang disertai panas/suhu tubuh meningkat, Nafsu
makan menurun d an sering haus,Terjadi mendadak, Rasa lemas, Kadang demam,
Dan muntah berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari .

3. Terapi obat yang baik pada anak umumnya diberikan adalah diberikan cairan
tambahan seperti oralit dan diberikan tablet zink .

4. Jangan beri obat antidiare dan anti muntah (anti emetik) pada anak dan bayi,
karena obat tersebut tidak mengobati diare dan beberapa diantaranya berbahaya.
Obat-obat berbahaya tersebut antara lain anti spasmodik (codein, opium tinctur
diphenoxylate, loperamide) atau anti muntah (chlorpromazine). Diantaranya ada
yang mengakibatkan lumpuhnya gerakan usus atau tidur terus secara tidak normal

5. jenis diare yang perlu diobati dengan antibiotik adalah diare dehidrasi berat
didaerah kolera dan disentri.

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta: Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.Jakarta: EGC.
Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24.Jakarta: Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai