(FACTORING)
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Bank Dan LKS
Dosen Pengampu : Rina El Maza, SHI, MSI
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Kelompok 9
ii
DAFTAR PUSTAKA
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan sejarah modal ventura dan anjak piutang ...............3
1. Modal ventura .............................................................................3
a. Pengertian ..............................................................................3
b. Sejarah ...................................................................................4
2. Anjak piutang..............................................................................6
a. Pengertian ..............................................................................6
b. Sejarah ...................................................................................8
B. Jenis dan manfaat modal ventura dan anjak piutang .......................9
1. Modal ventura .............................................................................9
a. Jenis-jenis...............................................................................9
b. Manfaat...................................................................................10
2. Anjak piutang .............................................................................10
a. Jenis-jenis...............................................................................10
b. Manfaat...................................................................................11
C. Pihak-pihak yang terlibat ................................................................14
1. Modal ventura .............................................................................14
2. Anjak piutang .............................................................................15
D. Mekanisme modal ventura dan anjak piutang .................................15
1. Modal ventura .............................................................................15
2. Anjak piutang .............................................................................16
iii
E. Skema modal ventura dan anjak piutang ........................................17
1. Modal ventura .............................................................................17
2. Anjak piutang .............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
ekonomi masyarakat khususnya masyarakat kecil. Namun sayangnya
pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak ditopang oleh
pembangunan hukum yang memadai, sehingga Pemerintah diharapkan selalu
memberi bimbingan dan pengarahan terhadap masyarakat tentang
perekonomian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.93
2
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoretis dan
Praktis, (Jakarta : kencana, 2010). Cet. 1. hlm.372
3
pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian
atas hasil usaha.3
b. Sejarah
Di Indonesia kegiatan usaha ditandai dengan adanya kecenderungan
beberapa kelemahan sehingga sulit untuk berkembang maju, kecuali
pengusaha-pengusaha yang memiliki modal yang kuat. Salah satu kelemahan
yang menonjol menurut pengamatan para ahli ekonomi adalah kurang
kuatnya modal yang dipunyai oleh para pengusaha menengah. Padahal
pengusaha yang memiliki modal yang kuat diharapkan akan mampu berperan
sebagai “jembatan” antara kepentingan usaha skala kecil dengan usaha skala
besar agar dapat dicapai suatu keharmonisan dalam kehidupan perekonomian
nasional.
Kalangan pengusaha menengah memang kurang beruntung, karena bagi
mereka tidak ada subsidi yang berarti. Pada umumnya, mereka ini yang
bergerak di sector antara (intermidiate sector) dituntut agar mampu berdiri
sendiri, bekerja lebih ekonomis, produktif dan kompetitif, tetapi bagaimana
untuk mendapat semua ini tanpa ada suatu bantuan khususnya kredit untuk
memperkuat modal kerja.
Bertolak dari kenyataan tersebut, kemudian dicoba untuk melakukan
terobosanterobosan oleh sementara pihak dengan membuka suatu kegiatan
usaha yang khusus bergerak di bidang penyertaan modal saham untuk
menolong kalangan usaha yang mengalami kesulitan permodalan tersebut,
dengan cara dan persayaratan yang sedapat mungkin akan meningkatkan
beban perusahaan yang dibantunya.
Kemudian pada tahun 1973 lahirlah PT. Bahana Pembinaan Usaha
Indonesia (selanjutnya disingkat PT. Bahana) yang didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973 tentang Penyertaan Modal
Negara untuk mendirikan suatu Perseroan dalam bidang pengembangan usaha
3
Irham Fahmi, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Teori dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta
CV, 2014), hlm.195.
4
swasta nasional. Maksud dan tujuan didirikan PT. Bahana ,
adalah pertana untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
berusaha dari pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan
mengusahakan segala macam bantuan yang diperlukan tanpa mengabaikan
kaidah berusaha yang sehat. Kedua, membantu kelancaran pertumbuhan
perusahaan kecil dan menengah dengan jalan mengadakan pinjaman jangka
menengah/panjang serta menyediakan bantuan keahlian yang diperlukan
untuk mengatasi masalah perusahaan bersangkutan. Ketiga, membantu
menciptakan kondisi berusaha yang lebih baik bagi pengusaha-pengusaha
kecil dan menengah agar mereka dapat tumbuh menjadi pengusaha-
pengusaha yang dapat diandalkan.
Dengan pola penyertaan saham dalam usaha-usaha skala kecil dan
menengah seperti PT. Bahana telah berperan secara nyata dalam memperkuat
struktur permodalan perusahaan yang dibantunya. Ternyata modal itu dapat
dilakukan sesudah perusahaan yang akan dibantunya itu dinilai memang patut
dan bisa dibantu, dengan memeprhatikan antara lain factor-faktor prospek
usaha, mental pengusaha dan memungkinkan untuk dikembangkan dalam
wadah Perseroan Terbatas dengan gaya manajemen yang berencana dan
teratur atau ini diibaratkan seperti “beasiswa” yang hanya diberikan kepada
murid yang pandai, serius dan selalu naik kelas namun kesulitan biaya.
Tidak dapat dibantah bahwa sejarah lahirnya modal ventura di
Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran PT. Bahana tersebut di atas,
yang modalnya dipegang oleh Depatemen Keuangan dan Bank Indonesia
yang tujuan utamanya adalah untuk membantu perusahaan skala kecil dan
menengah.
Namun demikian, sebenarnya pola-pola yang mirip dengan modal
ventura telah pula dilakukan di Indonesia jauh-jauh hari sebelum PT. Bahana
berkiprah. Pada dasawarsa limapuluhan, bank Industri Nasional (Bin) telah
memberikan bantuan dan membiayai pabrik-pabrik yang terbengkalai seperti
Semen Gresik, hotel Indonesia dan lain-lain. Kemudian Bank Industri
Nasional (BIN) diubah menjadi Bank Pembangunan Nasional(Bapindo).
5
Masa perkembangan modal ventura di Indoensia ditandai dengan
dikeluarkannya Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan yang dalam Pasal 2 dikatakan bahwa modal ventura merupakan
satu-satunya kegiatan Lembaga Pembiayaan. Keppres Nomor 61 Tahun 1988
selanjutnya ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan dan Keppres Nomor 448 Tahun 2000 tentang Perusahaan
Pembiayaan.
Setalah PT. Bahana berdiri, selanjutnya disusul oleh pendirian beberapa
perusahaan modal ventura lainnya, seperti Koperasi Pembiayaan Indonesia
( Kopindo) dan PT. Summa Modal Ventura, serta perusahaan yang lainnya.
Dalam proses perkembangan selanjutnya, kegiatan modal ventura
berkembang semakin pesat. Pemerintah berusaha memasyarakatkan pola
penyertaan modal yang dapat membantu pengusaha kecil dan menengah
dengan mendirikan perusahaan modal di berbagai daerah.4
2. Anjak Piutang
a. Pengertian
Anjak piutang (factoring) apabila dilihat secara leksikal (kosa kata)
terdiri dari dua kata, yaitu anjak dan piutang. Dalam hal ini, anjak diartikan
berpindah atau bergerak, sedangkan piutang artinya uang yang dipinjamkan
(yang dapat ditagih dari seseorang), atau tagihan uang perusahaan kepada
para pelanggan yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu tertentu sejak
tanggal keluarnya tagihan. Jadi, anjak piutang adalah berpindahnya piutang
atau perjanjian yang mendasari perpindahan tagihan sejumlah piutang kepada
pihak lain.
Anjak piutang (factoring) merupakan suatu usaha pembiayaan dalam
bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar
4
Liya Sukma Muliya Dkk, Perusahaan Modal Ventura Dalam Persepektif Hukum Bisnis
Dan Hukum Islam, (Bandung: Fakultas Hukum Universitas Islam, 2008), hlm.19-22.
6
negeri. Hal ini senada dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.021/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan dan Keputusan Presiden
Nomor 61 Tahun 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.021/2006 tentang
Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 (e) dinyatakan bahwa anjak piutang
(factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang
dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut. Sedangkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan bahwa
perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dan transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri.
Secara konvensional, anjak piutang (factoring) didefinisikan sebagai
kontrak di mana perusahaan anjak piutang menyediakan jasa-jasa sekurang-
kurangnya antara lain jasa pembiayaan, jasa pembukaan (maintenance of
account), jasa penagihanpiutang, jasa perlindungan terhadap risiko kredit dan
untuk itu, klien berkewajiban kepada perusahaan anjak piutang secara terus-
menerus menjual atau menjaminkan piutang yang berasal dari penjualan
barang-barang atau pemberian jasa-jasa.
Anjak piutang (factoring) secara syariah dapat merujuk pada Fatwa
DSN Nomor 67/DSN-MUI/III/2008 yang menyatakan bahwa anjak piutang
syariah adalah pengalihan penyelesaian piutang atau tagihan jangka pendek
dari pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang kemudian menagih
piutang tersebut kepada pihak yang berhutang atau pihak yang ditunjuk oleh
pihak yang berhutang sesuai prinsip syariah.5
5
Naerul Edwin Kiky Aprianto, “Anjak Piutang (Factoring) Dalam Ekonomi Islam”, Ekonomi
Islam, Vol.8 No.1, 2017,hlm.96-97
7
b. Sejarah
Dalam sejarah umat manusia, kegiatan anjak piutang sudah dikenal
sejak 2000 tahun yang lalu dan pertama kali dipraktekkan di Mesopotamia.
Tetapi pada saat itu kegiatan anjak piutang dilakukan dengan cara sederhana,
yaitu pihak factor biasanya bertindak sebagai agen penjualan yang juga
sekaligus berperan sebagai pemberi perlindungan kredit. Selanjutnya,
kegiatan anjak piutang diteruskan di wilayah Amerika Utara khususnya pada
sektor industri tekstil yang sampai saat ini masih merupakan salah satu bidang
kegiatan usaha utama anjak piutang. Di negara- negara lain usaha ini masih
merupakan industri yang sangat baru, dimulai sekitar dekade 1970-an.
Perusahaan Anjak Piutang di Eropa mengikuti pola perkembangan
usaha Anjak Piutang di Amerika. Pada akhir abad ke-19, perusahaan-
perusahaan anjak piutang meninggalkan profesi sebagai agen dan
mengkonsenterasikan kegiatannya pada pengelolaan kredit bagi klien yang
meliputi menjamin kredit, menagih dan menyediakan dana. Bentuk inilah
yang menjadi embrio bisnis Anjak Piutang modern. Kegiatan Anjak Piutang
pada dasarnya merupakan bidang usaha yang relatif baru di Indonesia.
Eksistensi Kelembagaan Anjak Piutang dimulai sejak ditetapkan Paket
Kebijaksanaan 20 Desember 1988 atau PAKDES 20, 1988 yang diatur
dengan KEPPRES No. 61 Tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan
NO.172/KMK.06/2002 ( sekarang sudah tidak berlaku lagi ). Pengenalan
usaha Anjak Piutang ditujukan untuk memperoleh sumber pembiayaan
alternatif di luar sektor perbankan.
Perusahaan Anjak Piutang bisa didirikan secara independen (berdiri
sendiri) atau dapat dilakukan oleh Multi Finance Company yaitu lembaga
pembiayaan yang dapat melakukan kegiatan usaha secara sekaligus di bidang
Anjak Piutang (factoring), sewa guna usaha (leasing), Modal Ventura (joint
venture), kartu kredit (credit card), dan pembiayaan konsumen. Bank pada
prinsipnya dapat memberikan jasa anjak piutang sebagai bagian dari
produknya tanpa perlu membentuk badan usaha baru. Karena volume usaha
anjak piutang ini biasanya relatif besar, maka umumnya bank-bank cenderung
8
memisahkan kegiatan anjak piutang ini dari operasional sehari-hari dengan
membentuk suatu badan hukum terpisah.
6
Liya Sukma Muliya Dkk, Perusahaan Modal Ventura Dalam Persepektif Hukum Bisnis
Dan Hukum Islam, hlm.282-283.
9
b. Manfaat
Dari sisi perusahaan pasangan usaha (investee company), masuknya
modal ventura sebagai sumber pembiayaan pada perusahaan akan memberi
manfaat bagi perusahaan yang bersangkutan antara lain sebagai berikut :
1) Kemungkinan Berhasilnya Usaha Lebih Besar.
2) Meningkatkan Efesiensi Pendistribusian Produk.
3) Meningkatkan Bankabilitas.
4) Meningkatkan Kemampuan Memperoleh Keuntungan.
5) Meningkatkan Likuiditas.7
2. Anjak Piutang
a. Jenis-jenis
Segi pemberitahuan kepada pihak customer, anjak piutang (factoring)
dapat dibagi dalam bentuk:
1) Disclosed factoring, yaitu customer diberitahu bahwa tagihan telah
dialihkan kepada lembaga factoring dan pembayaran dilakukan langsung
kepada lembaga factoring tersebut.
2) Undisclosed factoring, yaitu pihak customer tidak diberi tahu tentang
telah dialihnya piutang sampai terjadi sesuatu yang dapat menimbulkan
risiko terhadap lembaga factoring tersebut.
Segi keterlibatan klien, anjak piutang (factoring) dapat dibagi dalam
bentuk:
1) Recourse factoring, yaitu pihak klien ikut serta memikul risiko yang
mungkin timbul atas tagihan yang dialihkannya. Factoring dapat saja
mengembalikan tagihan yang telah dijual itu kepada klien dan ini harus
dituangkan dalam kontrak factoring. Dengan jenis recourse factoring ini,
pihak factoring diberikan hak opsi untuk menjual kembali piutang
tersebut kepada klien.
7
Liya Sukma Muliya Dkk, Perusahaan Modal Ventura Dalam Persepektif Hukum Bisnis
Dan Hukum Islam, hlm.29-32.
10
2) Non recourse atau without recourse factoring, yakni jenis ini
membebankan semua tagihan beserta risiko terhadap tagihan yang tidak
terbayar kepada perusahaan factoring. Namun, perjanjian factoring dapat
dicantumkan bahwa di luar keadaan macetnya tagihan tersebut dapat
diperlakukan recourse yang bertujuan untuk menghindari tagihan yang
tidak terbayar karena pihak klien ternyata mengirimkan barang-barang
yang cacat atau rendah mutunya.
Segi jumlah hutang yang dialihkan, anjak piutang (factoring) dapat
dibedakan menjadi:
1) Facultative factoring, yaitu pihak factoring diberikan hak opsi untuk
menentukan apakah piutang diterima dengan kontrak factoring atau
tidak. Sebelum piutang itu dinyatakan diterima, klien bebas menjual
piutangnya kepada pihak lain.
2) Whole turn over factoring, yaitu perjanjian factoring dilakukan atas
seluruh turn over (total keseluruhan dana yang ditransaksikan) dari
perusahaan klien atas piutang yang ada atau yang akan datang. Hal ini
untuk menghindari klien menjual piutangnya kepada pihak lain.
Berdasarkan wilayah, anjak piutang (factoring) dapat dibedakan
menjadi:
1) Domestic factoring, yaitu kegiatan transaksi anjak piutang dengan
melibatkan perusahaan anjak piutang, klien, dan customer yang
semuanya berdomisili di dalam negeri.
2) International factoring, yaitu kegiatan anjak piutang untuk transaksi
ekspor impor barang yang melibatkan dua perusahaan factoring di
masing-masing negara sebagai expor factor dan import factor.8
b. Manfaat
Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan anjak piutang akan
memberikan atau memperoleh keuntungan bagi masing-masing pihak yang
8
Naerul Edwin Kiky Aprianto, “Anjak Piutang (Factoring) Dalam Ekonomi Islam”, hlm.98-
100
11
terlibat, baik perusahaan anjak piutang, klien, maupun customer. Secara
umum anjak piutang memberikan manfaat, sebagai berikut:
1) Manfaat bagi klien, di mana manfaat yang dapat diterima klien terdiri
dari:
a. Manfaat karena menerima jasa pembiayaan, antara lain:
1. Peningkatan penjualan, yakni dengan adanya jasa pembiayaan
memungkinkan klien melakukan penjualan dengan cara kredit
(pembiayaan). Penjualan dengan kredit ini sebenarnya sulit untuk
dilakukan apabila klien mengalami kesulitan modal. Namun
dengan adanya jasa anjak piutang, klien mampu menjual dengan
cara kredit. Penjualan dengan cara kredit meningkatkan
kemampuan dan daya tarik bagi pembeli dengan dana terbatas.
2. Kelancaran modal kerja, yakni jasa anjak piutang memungkinkan
klien untuk mengkonversikan piutangnya yang belum jatuh tempo
menjadi dana tunai dengan prosedur yang relatif mudah dan cepat.
Tersedianya dana tunai yang lebih besar ini dapat dimanfaatkan
oleh klien untuk mendanai kegiatan operasional klien seperti
pembelian bahan baku, pembayaran gaji pegawai, dan lain-lain.
3. Pengurangan risiko tidak tertagihnya piutang, yakni pembayaran
dengan cara without recourse memungkinkan adanya pengalihan
sebagian risiko tidak tertagihnya piutang kepada lembaga
factoring. Pengalihan risiko ini sangat menguntungkan bagi
kelancaran dan kepastian usaha bagi pihak klien.
b. Manfaat yang diterima karena jasa non pembiayaan, antara lain:
1. Memudahkan penagihan piutang, yaitu jasa penagihan piutang
yang diberikan oleh lembaga factoring yang dalam ini klien tidak
perlu secara langsung melakukan penagihan piutang pada customer
sehingga waktu dan tenaga karyawan dapat dimanfaatkan untuk
melakukan kegiatan lain yang lebih produktif.
2. Efisiensi usaha, yakni jasa administrasi penjualan memungkinkan
klien untuk mengelola kegiatan penjualan secara lebih rapi dan
12
efisien karena administrasinya dilakukan oleh pihak factoring yang
sudah lebih berpengalaman.
3. Peningkatan kualitas piutang, yaitu jasa administrasi penjualan
memungkinkan pemberian fasilitas kredit kepada pembeli secara
lebih efektif, sehingga kemungkinan tertagihnya piutang menjadi
lebih tinggi.
1) Manfaat bagi factor (lembaga factoring), di mana manfaat utama yang
diterima lembaga factoring adalah penerimaan dalam bentuk fee dari
pihak klien. Dalam hal ini, fee tersebut terdiri dari:
a. Discount fee, yaitu fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena
factor memberikan jasa pembiayaan (uang muka) atas piutang yang
diberikan oleh factor. Discount fee diperhitungkan sebesar persentase
tertentu terhadap besarnya pembiayaan yang diberikan atas dasar
risiko tertagihnya piutang, jangka waktu, dan rata-rata tingkat bunga
perbankan.
b. Service fee, yaitu fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena
factor memberikan jasa non pembiayaan yang nilainya ditentukan
sebesar persentase tertentu dari piutang atas dasar beban kerja yang
akan dilakukan oleh factor. Semakin besar volume penjualan, maka
fee ini juga semakin besar. Semakin sulit penagihan piutang, maka fee
ini juga semakin besar.
2) Manfaat bagi customer, antara lain:
a. Kesempatan untuk melakukan pembelian dengan kredit, di mana
dengan kehadiran jasa pembiayaan anjak piutang memungkinkan
klien untuk melakukan penjualan secara kredit.
b. Pelayanan penjualan yang lebih baik, di mana jasa administrasi
penjualan memungkinkan klien melakukan penjualan dengan lebih
cepat dan tepat.
Secara umum dengan adanya jasa dari perusahaan anjak piutang, klie
mendapat manfaat dari transaksi yang diberikan. Klien mendapat kas
langsung dari penjualannya dalam bulan berjalan dan tidak perlu menunggu
13
waktu sampai pembayaran dari customer. Dengan demikian, likuiditas
perusahaan akan lebih terjamin dan modal kerja akan terus bergulir. Kas yang
diperoleh dari perusahaan anjak piutang dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan biaya produksi. Biaya produksi dapat dipangkas dengan
memanfatkan diskonto dari para pemasok karena melakukan pemberian tunai.
Pemberian tunai pastinya mendapatkan diskon. Besarnya diskon dapat
digunakan untuk mengkompensasi biaya bunga yang dibayarkan kepada
pihak perusahaan anjak piutang. Klien juga dibantu dari sisi administrasi
piutang. Klien tidak perlu lagi melakukan penagihan kepada customer, karena
perusahaan anjak piutang yang akan melakukannya sekaligus memberikan
posisi piutang kepada klien. Laporan ini juga akan berguna ketika customer
mengajukan kembali permohanan pembelian secara angsuran.9
9
Naerul Edwin Kiky Aprianto, “Anjak Piutang (Factoring) Dalam Ekonomi Islam”,
hlm.100-102
14
terpisah namun harus melihatnya sebagai satu kesatuan yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya.10
2. Anjak Piutang
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan transaksi anjak
piutang adalah:
a. Kreditur atau klien yang menyerahkan tagihannya kepada pihak anjak
piutang untuk ditagih atau dikelola atau diambilalih dengan cara dikelola
atau dibeli sesui perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat.
b. Perusahaan anjak piutang (factoring), yaitu perusahaan yang akan
mengambilalih atau mengelola piutang atau penjualan kredit debiturnya.
c. Debitur yaitu nasabah yang mempunyai masalah (utang) kepada kreditur.11
10
Irham Fahmi, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Teori dan Aplikasi, (Bandung : Alfa
Beta CV, 2014).hlm.196-197
11
Irham Fahmi, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Teori dan Aplikasi, hlm.185-186.
15
dari investor, dan dikelola secara profesional untuk diinvestasikan kepada
perusahaan yang membutuhkan modal.
Pengertian divestasi adalah penjualan aktiva suatu perusahaan, suatu
bagian perusahaan atau perusahaan lain milik pemegang saham. Bagian
perusahaan ini bisa merupakan divisi atau anak perusahaan lain. Penjualan
dilakukan kepada karyawan, manajemen atau pihak ketiga. Divestasi juga
mencakuppenjualan aktiva perusahaan yang menghasilkan dana untuk
dimanfaatkan perusahaan. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura dalam pasal 1 ayat 7,
divestasi adalah penjualan saham perusahaan modal ventura yang berada pada
perusahaan pasangan usaha yang bersangkutan. Proses divestasi wajib
dilakukan sebagaimana yang tertera pada pasal 6 ayat (2) dilakukan setelah
jangka 10 tahun. Penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usaha tidak
boleh melebihi 10 tahun.
Pada pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012,
divestasi dapat dilakukan dengan cara :
a. Penawaran umum melalui pasar modal (Initial Public Offering)
b. Menjual kembali kepada perusahaan pasangan usaha (Buy Back)
c. Menjual kepada perusahaan lain/investor baru.12
2. Anjak Piutang
Factoring bekerja sebagai pihak pengalihan piutang dari seorang klien
atau usaha kepada perusahaan factoring. Kieso dan Weygandt
mengemukakan tiga alasan pengalihan piutang(1998:350). Pertama adalah
alasan persaingan. Kedua, perusahaan memerlukan kas sedangkan untuk
memperoleh pinjaman memerlukan biaya lebih mahal. Ketiga, penagihan
piutang memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal.
Sehingga sebuah perusahaan factoring pada dasarnya juga akan melihat
dan menilai tentang kelayakan untuk mengambilalih piutang tersebut. Seperti
12
Miranda Nasihin, Segala Hal Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan (Yogyakarta: Buku
Pintar, 2012), hlm.117.
16
tingkat kesulitan, berbagai kelengkapan administrasi, legalitas usaha dari segi
hukum, dan lain sebagainya.
Karena pada saat keputusan melakukan pengambilalihan piutang
disetujui untuk dilakukan oleh perusahaan factoring maka penjelasan dan
pemberitahuan kepada pihak debitur atau yang berutang menjadi layak untuk
diinformasikan. Tujuannya agar segala sesuatu menjadi jelas.
Selanjutnya pihak piutang cukup berhubungan dengan pihak factoring
saja tanpa perlu berhubungan lagi dengan pihak debituratau yang berutang.
Dan jika yang menjadi debitur dalam masalah ini adalah terdiri dalam jumlah
yang banyak maka semua itu telah ditangani oleh perusahaan factoring. Jelas
semua ini akan memudahkan pihak pemberi piutang dalam menjalankan
aktivitas usahanya tanpa perlu direpotkan lagi oleh urusan piutang, paling
cuma perlu memberi sejumlah fee sesuai dengan yang disepakati kedua belah
pihak yaitu antara piutang dan perusahaan factoring.13
13
Irham Fahmi, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Teori dan Aplikasi,(Bandung : Alfa
Beta CV, 2014).hlm.186-187.
17
b. Pendekatan Dua tingkat (two tier approach)
Pendekatan ini memungkinkan sebuah PPU untuk menerima bantuan
pembiayaan dan bantuan manajemen dari PMV yang berbeda. Berdasarkan
pengertian tersebut, pihak-pihak yang terkait meliputi tiga pihak, yaitu (1)
Perusahaan Modal Ventura yang memberikan bantuan pembiayaan, (2)
Perusahaan Modal Ventura yang memberikan bantuan manajemen, dan (3)
Perusahaan Pasangan Usaha. Dalam hal ini, modal ventura dibentuk
kemudian pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan manajemen
investasi yang memang memiliki kelebihan di bidang modal ventura.14
14
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.
74-75.
18
2. Anjak Piutang
BAB III
PENUTUP
15
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah.hlm. 79-80.
19
A. Kesimpulan
Modal ventura adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee
company) dalam jangka waktu tertentu. Jenis-jenis pembiayaan yang
dilakukan oleh perusahaan modal ventura adalah equity financing, semi
equity financing, mendirikan usaha baru,dan bagi hasil. Mekanisme modal
ventura dimulai dengan masuknya pemodal dengan membentuk suatu pool of
funds, proses pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha, sampai proses
penarikan kembali penyertaan tersebut (divestasi). Modal ventura adalah
kumpulan dana (pool of funds) yang berasal dari investor, dan dikelola secara
profesional untuk diinvestasikan kepada perusahaan yang membutuhkan
modal. Mekanisme modal ventura ada dua, yaitu single tier approach dan two
tier approach
Anjak piutang (factoring) merupakan suatu usaha pembiayaan dalam
bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri. Jenis-jenis anjak piutang yaitu dilihat dari segi pemberitahuan kepada
pihak customer, segi keterlibatan klien, segi jumlah hutang yang dialihkan,
dan berdasarkan wilayah. Factoring bekerja sebagai pihak pengalihan piutang
dari seorang klien atau usaha kepada perusahaan factoring. Kieso dan
Weygandt mengemukakan tiga alasan pengalihan piutang(1998:350). Pertama
adalah alasan persaingan. Kedua, perusahaan memerlukan kas sedangkan
untuk memperoleh pinjaman memerlukan biaya lebih mahal. Ketiga,
penagihan piutang memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irfan. 2014. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Teori Dan Aplikasi.
Bandung: Alfabeta
Huda, Nurul dan Mohammad Heykal. 2010. Lembaga Keungan Islam : Tinjauan
Teoretis dan Praktis. Jakarta : kencana
Muliya, Liya Sukma dkk. 2008. Perusahaan Modal Ventura Dalam Persepektif
Hukum Bisnis Dan Hukum Islam. Bandung: Fakultas Hukum Universitas
Islam
Naerul Edwin Kiky Aprianto. 2017.“Anjak Piutang (Factoring) Dalam Ekonomi
Islam”, Ekonomi Islam, Vol.8 No.1
Nasihin, Miranda. 2012. Segala Hal Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan ,
Yogyakarta: Buku Pintar
Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Kencana
Suhrawardi. 2014.Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika