Anda di halaman 1dari 7

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Microbacterium Tuberculosis ditemukan pertama kali

pada tahun 1882 oleh Robert Koch, penyakit tuberkulosis ini

umumnya menyerang gologan usia produktif dan golongan social

ekonomi rendah sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber daya

manusia yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara.

Sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh kuman microbacteri

tuberculosis dan masyarakat di dunia semakin banyak yang menderita

tuberculosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah.

(Notoatmodjo,2011). Tuberkulosis paru adalah penyakit yang menular

langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberkulosis.

sebagian besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ

tubuh lainnya bakteri ini melalui saluran pernafasan dan saluran

pencernaan (GI) dan luka pada kulit, tetapi paling banyak melalui

inhalansi droplet yang berasal dari organ yang terinfeksi tersebut.

(Depkes,2017).

Global Tuberkulosis Report yang di keluarkan WHO menunjukan

1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis paru pada tahun 2016.

Ditemukan bahwa 6 juta kasus baru tuberkulosis paru dilaporkan ke

WHO pada tahun 2016, lebih sedikit 2/3 dari jumlah 9,6 juta orang

diseluruh dunia yang menderita sakit TB pada tahun lalu (WHO,2016).

1
2

Di Indonesia pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus baru BTA

positif sebanyak 176.677 kasus. Jumlah kematian akibat tuberkulosis

paru diperkirakan 25 per 100.000 kematian (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia,2016). Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi

Jawa Timur menunjukan, jumlah pasien tuberculosis paru pada tahun

2016 mencapai 20.199 orang. Bila dilihat berdasarkan usia, maka yang

mendominasi penderita tuberkulosis paru adalah kkelompok usia

produktif yaitu usia 35-54 tahun (Depkes RI,2016). Banyuwangi

sendiri kasus tubekulosis paru pada tahun 2017 5259 sebagian orang

(Dines Banyuwangi,2017). Berdasarkan hasil rekamedik di Puskesmas

Kertosari pada tahun 2018 penyakit tubekulosis paru jumlah pasien

sebanyak 190.

Penyakit tuberkulosis paru dapat disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru juga dapat disebabkan

oleh beberapa faktor pencetus seperti kondisi social ekonomi, umur,

jenis kelamin, status gizi, dan kebiasaan merokok. Dimana seseorang

yang mengalami penyakit tuberkulosis paru diawali karena adanya

bakteri mycobacterium tuberculosis yang masuk melalu saluran

pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Bakteri pertama akan

masuk ke bronkus yang mengakibatkan peradangan dan infeksi.

Setelah adanya peradangan pada bronkus dapat mengakibtakan

penumpukan sekret, dimana sekret pada penderita tuberkulosis paru

ada yang efektif dan tidak efektif. (Chandra, 2014).

2
3

Pada sekret yang efektif akan dikeluarkan saat batuk dan pada

sekret yang tidak efektif akan menumpuk disaluran pernafasan. Setelah

adanya penumpukan sekret diparu akan mengakibatkan proses

inspirasi dan ekspirasi yang tidak dapat menyokong ventilasi secara

adekuat sehingga mengakibatkan seseorang mengalami sesak nafas

dan menyebabkan masalah gangguan pertukan gas. Apabila gangguan

pertukasan gas tidak ditangani berakibat seseorang akan mengalami

hipoventilasi dimana otak tidak dapat o2 yang bisa menyebabkan

kamatian pada otak, selain itu juga bisa terjadi gangguan metabolisme.

Gangguan pertukaran gas itu sendiri merupakan kelebihan atau

kekurangan oksigenasi atau eleminasi karbondioksida pada membran

alveolus-kapiler. (SDKI).

Untuk mengatasi masalah gangguan pertukaran gas intervensi

keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan posisi

pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi, berikan oksigen

sesuai dengan kebutuhan klien, motivasi klien untuk bernafas pelan,

dan ajarkan pasien untuk batuk efektif. (NIC,2018-2020). Penyakit

tuberculosis paru merupakan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya penyakit tuberculosis paru pada masyarakat yaitu dengan

memberikan promosi kesehatan bagaimana cara penularan penyakit,

menganjurkan masyarakat membuat ventilasi dan pencahayaan yang

baik dirumahnya, menganjurkan masyarakat untuk tidak meludah

sembarangan, selalu menutup mulit dan hidung saat bersin dan batuk.

3
4

Cara lain yang dapat dilakukan dimana dapat menganjurkan

masyarkat melakukan imunisasi, menganjurkan masyarakat selalu

menjaga pola makan dan mengupaya masyarakat mengomsumsi

vitamin. Pada penderita yang sudah terkena tuberculosis paru dapat

diberikan pengobatan degan cara memberikan OAT (Obat anti

Tuberkulosis paru) selama periode 6 sampai 12 bulan. Pengobatan

tuberculosis paru bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya

rentensi kuman terhadap OAT. Panduan obat ini diberikan untuk

pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya yaitu pasien yang

kambuh, pasien yang gagal, dan pasien dengan pengobatan (Depkes

RI, 2012).

Berdasarkan latar belakang di atas penelitian tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Asuhan keperawatan pada pasien

yang mengalami TB paru” dengan masalah keperawatan gangguan

pertukarann gas di Puskesmas Kertosari.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pada studi kasus

ini di batasi pada Asuhan Keperawatan pada pasien An.N yang

mengalami TB paru dengan masalah keperawatan Gangguan

Pertukaran Gas di Puskesmas Kertosari tahun 2019.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan di atas, maka rumusan masalah dalam studi

kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien An.N

4
5

Yang Mengalami TB Paru dengan Masalah Keperawatan Gangguan

Pertukaran Gas di Puskesmas Kertosari 2019 ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien An.N Yang

Mengalami TB Paru dengan Masalah keperawatan Gangguan

Pertukaran Gas di Puskesmas Kertosari2019.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien An.N yang

mengalami TB Paru dengan masalah keperawatan Gangguan

Pertukaran Gas di Puskesmas Kertosari tahun 2019

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien An.N yang

mengalami TB Paru dengan masalah keperawatan Gangguan

Pertukaran Gas di Puskesmas Kertosari tahun 2019

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien An.N yang

mengalami TB Paru dengan masalah keperawatan Gangguan

Pertukaran Gas di Puskesmas Kertosari tahun 2019

4) Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien An.N

yang mengalami TB Paru dengan Masalah keperawatan

Gangguan Pertukaran Gas di Puskesmas Kertosari tahun 2019.

5) Melakukan evaluasi pada pasien An.N yang mengalami TB

Paru dengan masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas

di Puskesmas Kertosari 2019

5
6

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat teoritis

Studi kasus diharapkan dapat memberikan informasi tentang

Asuhan Keperawatan pasien An.N yang mengalami TB paru dengan

masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas , sehingga bias

dikembangkan dan dijadikan dalam ilmu keperawatan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahun dan

pengalaman, serta yang utama peneliti mampu menerapkan

atau mengaplikasikan ilmunya dibidang asuhan keperawatan

klien dengan TB paru yang mengalami Gangguan pertukaran

Gas

2) Bagi Rumah Sakit

Dengan adanya penulisan laporan studi kasus ini, dapat

menambah bahan bacaan untuk mengingatkan mutu pelayanan

yang lebih khususnya pada kasus TB Paru.

3) Bagi intitusi pendidikan

Memberi masukan dalam kegiatan pemberian pembelajaran

terutama mengenai asuhan keperawatan TB paru dan sebagai

bahan bacaan tambahan untuk menambah wawasan mengenai

asuhan keperawatan TB paru

6
7

4) Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sambungan pemikiran dan informasi dibidang keperawatan

tentang asuhan keperawatan pada pasien TB paru.

5) Bagi klien dan keluarga

Dapat memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan

kesehatan tentang masalah-masalah klien dengan TB paru yang

di alami serta tindakan yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai