Seringkali kita bingung untuk menentukan jenis pajak yang dikenakan atas
suatu transaksi apakah termasuk PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 4 ayat (2) final.
Transaksi yang paling sering adalah sewa. Biasanya setiap ada sewa, untuk
urusan pajaknya yang muncul pertama kali terlintas di benak kita adalah PPh
Final.
Sesuai dengan:
Pasal 23 ayat (1) Huruf C Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No.
17 Tahun 2000.
Pasal 2
Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah,
rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung
pertokoan, atau gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko,
rumah toko, gudang dan bangunan industri, dikenakan Pajak Penghasilan
yang bersifat final.
Pasal 3
Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi
maupun Wajib Pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari persewaan tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 adalah 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau
bangunan.
Jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau
terutang oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk
biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanaan dan service charge
baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan
dengan perjanjian persewaan yang bersangkutan.
Nah jadi lebih jelas, sewa mana yang dikenakan PPh Pasal 23 dan mana yang
dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2).
Model 1
Pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pemerintah,
Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan
orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
Adapun langkahnya: