Anda di halaman 1dari 15

1.

Etika bisnis dan lingkungan yang berubah


Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan,

dengan kata lain bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang

disediakan oleh lingkungan. Di samping itu bisnis tidak terlepas dengan adanya faktor-faktor

lingkungan yang mendukung maupun yang menghambat atas tujuan yang ingin dicapai bisnis.

Di lain pihak lingkungan bisnis merupakan seluruh karakter dan faktor yang dapat

mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak terhadap bisnis. Sebaliknya bisnis dapat

secara langsung maupun tidak dapat mempengaruhi atau menciptakan pengaruh terhadap 

lingkungannya. Oleh karena itu interaksi antara bisnis dan lingkungannya atau sebaliknya

menjadi tema pencermatan yang cukup penting dan sangat urgen bagi kegiatan bisnis terhadap

masyarakat. Sehingga eksistensi bisnis layak diterima atau memberikan pengaruh tertentu yang

positif atau negatif terhadap lingkungannya. Secara umum lingkungan bisnis dapat kita

kelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal.

LINGKUNGAN EKSTERNAL

Lingkungan Eksternal adalah semua faktor atau pihak-pihak atau variable dinamis yang

berada di luar bisnis atau perusahaan. Jika perusahaan didirikan di suatu daerah atau Negara di

dalam suatu system masyarakat, maka praktis perusahaan ini merupakan bagian yang tak

terpisahkan dengan masyarakat ini, dan merupakan sub system masyarakat yang sudah tentu

dituntut untuk berperilaku harmoni  dengan semua unsur di dalam masyarakat. Unsur-unsur

tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa unsur :

 Unsur Hukum yang berlaku di masyarakat

 Unsur Budaya atau Kultur di masyarakat

 Unsur Agama atau Kepercayaan


 Unsur Politik Pemerintahan

 Unsur Ekonomi Umum

 Unsur Sosial atau Masyarakat

 Unsur Geografik

 Unsur Pendidikan.

Faktor/pihak yang bersifat Dinamis tersebut jelas akan ada pengaruhnya baik bersifat

langsung  mapun tidak langsung terhadap bisnis. Dan dalam banyak hal lingkunga eksternal ini

merupakan variable strategis dan memiliki dimensi jangka panjang dan secara strategis sering

menentukan peluang maupun tantangan yang akan dihadapi bisnis.

Variabel atau faktor-faktor lingkungan eksternal ini relatife sulit dapat dikendalikan oleh

bisnis,lebih sering bisnis mengikuti dan menyesuaikan terhadap perubahan atau dinamika dari

variable eksternal ini.

LINGKUNGAN INTERNAL

Lingkungan Internal merupakan sejumlah faktor, variable atau atribut-atribut yang

melekat pada variable atau faktor tersebut yang berada di lingkungan bisnis dan cukup langsung

mempengaruhi bisnis, antara lain yaitu Tenaga Kerja, Modal, Alat-alat, Sistem Manajemen,

sarana dan prasarana yang tersedia di dalam perusahaan.

Dalam interaksinya mereka secara terorganisasi cepat dapat dikendalikan oleh

manajemen perusahaan dan secara langsung dapat dipengaruhi. Tingkat pengendaliannya relative

lebih mudah dilakukan, karena perusahaan memiliki Bargaining Power yang cukup kuat untuk

mempengaruhi variable-variabel ini sesuai dengan sasaran dan tujuan perusahaan.


STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITY DAN TREATMENT

Lingkungan bisnis dapat dipilah-pilah secara lebih spesifik menurut kepentingan tertentu

yang orientasinya adalah dalam persfektif penyusunan strategis yang secara garis besar terbagi

dalam 4 kelompok besar :

1.  Strength ( Kekuatan ) ;

Variabel-variabel yang masuk dalam kelompok ini mencerminkan kekuatan-kekuatan

internal yang dimiliki perusahaan, dan sering dijadikan andalan untuk menetapkan dan

menyusun strategi perusahaan, sehingga substansi strategi ini benar-benar sesuai dengan fakta

dan prediksi kekuatan yang dimiliki perusahaan.

2.  Weakness ( Kelemahan) ;

Sejumlah variable kelemahan ini juga bersifat internal, untuk lebih menjamin keputusan

manajerial lebih akurat berdasar fakta. Sehingga dengan mengetahui kelemahan fasilitas dan

kapasitas perusahaan tentu akan dilakukan rencana strategi yang lebih baik.

3.  Opportunity (Peluang/Kesempatan) ;

Lingkungan eksternal ini sangat dinamis dan sering terjadi berbagai perubahan di mana

perlu disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang ada.

4.  Treatment (Tantangan) ;

Treatment ini merupakan keadaan lingkungan eksternal yang merupakan tantangan yang

dihadapi perusahaan  yang diprediksi akan menghambat keberhasilan pengusaha dalam

mencapai tujuan-tujuannya.

Dalam hal ini untuk meghadapi lingkungan demikian adalah mengkiati agar perusahaan

dalam meraih keberhasilan dan tujuan bisnis tidak sampai merusak apalagi menghancurkan
lingkungan. Pengetahuan mengenai SWOT hanya merupakan data dan informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan kebijakan perusahaan yang bijaksana dan fair terhadap lingkungan ini.

Kebijakan yang dilatar belakangi oleh informasi lingkungan akan dijadikan sebagai masukan

yang berharga dalam rangka menyusun strategi perusahaan yang akan didukung oleh lingkungan

dalam jangka panjang

2. Pengertian dan pentingnya etika bisnis

Etika (dalam bahasa Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”)

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis

lainnya, untuk mendapatkan laba

Menurut Para ahli

Hill dan Jones


Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar. Di mana

hal tersebut dapat memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika

mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan masalah moral

yang kompleks.

Velasques
Studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi

pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.

Jadi Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan

kegiatanbisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan

ataupun masyarakat.

Contoh Etika Bisnis 


1. Menyebutkan Nama
Pengusaha yang mengerti etika bisnis, biasanya akan menyebutkan nama secara lengkap ketika

bertemu dengan orang baru. Hal ini penting dilakukan untuk menunjukkan bahwa Anda

memiliki etika yang baik. Namun, jika nama Anda terlalu panjang untuk diucapkan, Anda dapat

menyingkatnya sedikit.

2. Berdiri Saat Berkenalan


Selain menunjukkan kesopanan, berdiri saat memperkenalkan diri juga mempertegas kehadiran

Anda. Namun, jika kondisinya tidak memungkinkan untuk berdiri, Anda dapat sedikit

membungkuk. Dengan begitu, rekan bisnis akan melihat bahwa Anda adalah orang memiliki

nilai positif dan memiliki citra baik.

3.  Ucapkan Terima Kasih


Ketika Anda menghadiri suatu acara bisnis jangan pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih,

misalnya “terima kasih sudah datang”. Namun, jangan pernah ucapkan kata tersebut secara

berlebihan. Dengan mengucapkan terima kasih secara berlebih, rekan kerja akan memandang

bahwa Anda sangat membutuhkan bantuan dari mereka. Dan setelah pertemuan selesai, ada

baiknya untuk mengirimkan pesan dan mengucapkan terima kasih melalui email.

Dengan demikian pentingnya Etika bisnis sangat dibutuhkan oleh semua pengusaha baru

maupun pengusaha yang sudah lama terjun di dunia bisnis. Tujuan etika bisnis bagi pengusaha

adalah untuk mendorong kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan bagi para pengusaha

atau pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau

dirty business. Di mana, hal itu dapat merugikan banyak pihak yang terkait.

Dengan etika bisnis, para pelaku bisnis memiliki aturan yang dapat mengarahkan mereka dalam

mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik, sehingga dapat diikuti oleh semua orang

yang memercayai bahwa bisnis tersebut memiliki etika yang baik. Memiliki etika bisnis juga

dapat menghindari citra buruk seperti penipuan, serta cara kotor dan licik. Bisnis yang memiliki
etika baik biasanya tidak akan pernah merugikan bisnis lain, tidak melanggar aturan hukum yang

berlaku, tidak membuat suasana yang tidak kondusif pada saingan bisnisnya, dan memiliki izin

usaha yang sah.

3. Tingkatan dalam Etika Bisnis


Etika bisnis tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan individual dalam bisnis,
tetapi juga menyangkut kepentingan semua pihak yang berkepentingan (individu dan
organisasi), baik y a n g b e r a d a d i d a l a m m a u p u n d i l u a r p e r u s a h a a n . W e i s s
( 1 9 9 5 : 9 ) m e n g u t i p p e n d a p a t Carroll (1989) membahas lima tingkatan Etika Bisnis,
yaitu:
1. Tingkat individual, 

menyangkut apakah seseorang akan berbohong mengenai rekening pengeluaran, mengatakan


rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada di tempat kerja, menerima suap, mengikuti saran
teman sekerja sekalipun melampaui perintah atasan. Jika masalah etis hanya terbatas pada
tanggung jawab individual, maka seseorang harus memeriksa motif dan standar etikanya
sebelum mengambil keputusan.

2. Tingkat organisasional, 

masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau
memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh sejawat demi kepentingan keharmonisan perusahaan
atau jika seorang karyawan disuruh melakukan perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit
kerjanya.

3. Tingkat asosiasi

seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer harus melihat anggaran dasar atau
kode etik organisasi profresinya sebagai pedoman sebelum ia memberikan saran pada kliennya.
4. Tingkat masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi 
menentukan perbuatan yang dapat diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di
semua negara. Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang atau badan yang dapat
dipercaya sebelum melakukan kegiatan bisnis di negara lain.

5. Tingkat internasional 

masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan karena faktor nilai-nilai dan budaya,
politik dan agama ikut berperan. Oleh karena itu, konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu
dipahami dengan baik sebelum seesorang mengambil keputusan.

4. Mitos Mengenai Etika Bisnis

Sebuah mitos adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang diberikan tanpa dikritis

penerimaannya oleh anggota dari suatu kelompok, teruama dalam mendukung kebiasaan

tradisional dan lembaga yang ada.

Mitos mengenai hubungan antara bisnis dan etika tidak mewakili kebenaran melainkan

gagasan populer dan teruji.

Menurut Joseph W. Weiss, terdapat 5 mitos mengenai etika bisnis diantaranya :

1. Etika adalah pribadi, urusan pribadi, bukan secara umum dan tidak penting untuk

diperdebatkan

Mitos ini menyatakan bahwa etika individual di dasarkan pada keyakinan pribadi atau

agama, dan salah satu yang memutuskan apa yang benar dan apa yang salah dalam

privasi seorang nurani.

Mitos ini juga mengatakan bahwa etika terkait dengan isu-isu bisnis terutama soal pilihan

pribadi atau induvidu sama saja meremehkan peran, sikap, dan perilaku anggota dalam

suatu organisasi.
2. Mitos dan Etika Tidak Digabungkan

Mitos ini menyatakan bahwa praktek bisnis pada dasarnya amoral, karena bisnis

beroperasi di pasar bebas. Mitos ini menegegaskan bahwa manajemen berdasarkan

ilmiah, bukan agama atau etika, prinsip-prinsip

3. Etika Bisnis adalah Relatif

Mitos ini menyatakan bahwa etka tidak hanya didasarkan pada kebenaran yang absolut,

Contohnya : Banyak masyarakat percaya dan dipraktekan perbudakan, namun pada

individu kontemporer pengalaman, perbudakan adakah salah secara moral, dimana pada

akhirnya logika ini akan menyatakan bahwa tidak ada benar atau salah terlepas dari

individu atau prinsip-prinsip masyarakat

4. Bisnis Yang Baik Berarti Etika Yang Baik

Inti dari mitos ini yaitu etika bukanlah sesuatu yang ditambahkan ke operasi bisnis. Ada

slogan “Etika yang Baik berarti Bisnis yang baik” slogan ini lebih sejalan dengan

pengamatan perusahaan sukses yang beretika dan juga menguntungkan

5. Informasi adalah Netral dan Amoral

Informasi tentang individu dapat digunakan sebagai penyalahgunaan informasi dan

komputerisasi. Implikasi etika yang hadir tapi terselubung, kebenaran dan akurasi harus

dilindungi dan dijaga

5. Alasan Penggunaan Etika dalam Bisnis

Etika bisnis sangat dibutuhkan oleh semua pengusaha baru maupun pengusaha yang

sudah lama terjun di dunia bisnis. Tujuan etika bisnis bagi pengusaha adalah untuk mendorong

kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan bagi para pengusaha atau pelaku bisnis untuk
menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business. Di mana,

hal itu dapat merugikan banyak pihak yang terkait

Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu

untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi serta

mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis dalam kegiatan

berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang

tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang.

Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain

bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.

Tolak ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika

selalu mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini

dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk bagi

orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.

Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain 

pengendalian diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan

informasi dan teknologi, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,

menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan,

mampu menyatakan hal yang benar, Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan

pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah, Konsekuen dan konsisten dengan aturan main

yang telah disepakati bersama dan lain sebagainya


Adapun manfaat menerapkan etika bisnis dalam perusahaan adalah:

1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai

corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang karyawannya

tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara

intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan mengambil

kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.

2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika. (penerimaan

komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam melindungi

lingkungan hidup).

3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.

4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk

mengatur diri sendiri (self regulation).

5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa meningkatnya

kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga saham, maka dapat

menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.

6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.

7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat menjaga

kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).

6. Pengembangan Moral

Pengertian Moral Menurut Chaplin (2001), moral adalah hal yang menyinggung

akhlak, tingkah laku yang susila, ciri-ciri khas seseorang dengan perilaku pantas dan baik,

menyinggung hukum, adat istiadat, kebiasaan yang mengatur tingkah laku.


Moralitas

Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan

salah, atau baik dan jahat.

Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan

yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-

objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral seperti “selalu

katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya

diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang

bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”.

Perkembangan Moral

Menurut ahli psikologi, Lawrence Kohlberg, dengan risetnya selama 20 tahun, menyimpulkan,

bahwa ada 6 tingkatan (terdiri dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yang teridentifikasi dalam

perkembangan moral seseorang untuk berhadapan dengan isu-isu moral. Tahapannya adalah

sebagai berikut :

1) Level satu : Tahap Prakonvensional

Pada tahap pertama, seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dan dapat

menerapkan label-label baik, buruk, benar dan salah.

Tahap satu : Orientasi Hukuman dan Ketaatan

Pada tahap ini, konsekuensi fisik sebuah tindakan sepenuhnya ditentukan oleh kebaikan atau

keburukan tindakan itu. Alasan anak untuk melakukan yang baik adalah untuk menghindari

hukuman atau menghormati kekuatan otoritas fisik yang lebih besar.


Tahap dua : Orientasi Instrumen dan Relativitas

Pada tahap ini, tindakan yang benar adalah yang dapat berfungsi sebagai instrument untuk

memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau kebutuhan mereka yang dipedulikan anak itu.

2) Level dua : Tahap Konvensional

Pada level ini, orang tidak hanya berdamai dengan harapan, tetapi menunjukkan loyalitas

terhadap kelompok beserta norma-normanya. Remaja pada masa ini, dapat melihat situasi

dari sudut pandang orang lain, dari perspektif kelompok sosialnya.

Tahap Tiga : Orientasi pada Kesesuaian Interpersonal

Pada tahap ini, melakukan apa yang baik dimotivasi oleh kebutuhan untuk dilihat sebagai

pelaku yang baik dalam pandangannya sendiri dan pandangan orang lain.

Tahap Empat : Orientasi pada Hukum dan Keteraturan

Benar dan salah pada tahap konvensional yang lebih dewasa, kini ditentukan oleh loyalitas

terhadap negara atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar. Hukum dipatuhi kecuali tidak

sesuai dengan kewajiban sosial lain yang sudah jelas.

3) Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip

Pada tahap ini, seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan norma

kelompoknya. Dia justru berusaha melihat situasi dari sudut pandang yang secara adil

mempertimbangkan kepentingan orang lain. Dia mempertanyakan hukum dan nilai yang
diadopsi oleh masyarakat dan mendefinisikan kembali dalam pengertian prinsip moral yang

dipilih sendiri yang dapat dijustifikasi secara rasional. Hukum dan nilai yang pantas adalah

yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang memotivasi orang yang rasional untuk

menjalankannya.

Tahap Lima : Orientasi pada Kontrak Sosial

Tahap ini, seseorang menjadi sadar bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapat

personal yang bertentangan dan menekankan cara yang adil untuk mencapai consensus

dengan kesepahaman, kontrak, dan proses yang matang. Dia percaya bahwa nilai dan norma

bersifat relative, dan terlepas dari consensus demokratis semuanya diberi toleransi.

Tahap Enam : Orientasi pada Prinsip Etika yang Universal

Tahap akhir ini, tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yang

dipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi. Alasan seseorang untuk

melakukan apa yang benar berdasarkan pada komitmen terhadap prinsip-prinsip moral

tersebut dan dia melihatnya sebagai criteria untuk mengevaluasi semua aturan dan tatanan

moral yang lain.

Moral Dalam Bisnis

Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan agama dan  kebudayaan. Dalam

kehidupan sehari – hari, moral moral digunakan sebagai alat untuk mendorong melakuka

kebaikan dalam berprilaku. Begitu  juga halnya dalam dunia bisnis. Sebagai bagian dari

aktifitas , tentunya moral sangat dibutuhkan dalam  berbisnis. Moral yang baik dalam berbisnis
tentunya juga akan memberikan dampak yang baik untuk perkembangan bisnis tersebut  serta

dapat menjalin relasi yang baik juga. Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui

ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan

orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan

memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam

berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh

pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama

yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Aplikasi moral dalam kehidupan sehari – hari misalnya adalah kejujuran. Apabila sebuah bisnis

dilandasi dengan kejujuran dalam setiap transaksi dan pengambilan keputusan,maka akan

memberikan kepuasan bagi kedua pihak yang saling terkait.

Sumber :
arimurti-indo.blogspot.com
http://anggunrizkiaprilliani.blogspot.com/2017/03/nilai-etika-dan-moral-dalam-bisnis.html?m=1

https://rikanovyanti.wordpress.com/2010/02/18/etika-bisnis-bisnis-dan-lingkungannya/

https://zahiraccounting.com/id/blog/ini-manfaat-penerapan-etika-bisnis-dalam-perusahaan/

https://www.jurnal.id/id/blog/2017/pengertian-tujuan-dan-contoh-etika-bisnis-dalam-

perusahaan.amp?locale=id

Weiss Bab 1

Anda mungkin juga menyukai