YAYASAN
“ CASE: KASUS PENDIRIAN YAYASAN MELATI”
Kelompok 8 :
A. PENGERTIAN YAYASAN
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
tentang Yayasan dan Undang-undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih dengan membuat akta
pendirian. Akta pendirian ini disusun oleh notaris yang sekaligus mengajukan
permohonan pengesahan kepada Menteri Hukum dan HAM. Setelah itu Menteri yang
Orang yang mendirikan yayasan mencakup orang pribadi (natuurlijk person atau
individual person) atau berupa badan hukum (recht person atau legal entity).
Dimungkinkan pula pendirian yayasan oleh orang asing atau kombinasi dengan orang
asing (pasal 9 ayat (5) UUY). Dalam akta pendirian telah dimuat organ-organ
Pengumuman dalam tambahan berita negara merupakan penjabaran fiksi hukum agar
masyarakat dianggap secara hukum mengetahui keberadaan yayasan dan segala
pengesahan dari Menteri Hukumì dan HAM. Dengan status badan hukum, yayasan
dapat menuntut hak dan menjalankan kepentingannya secara mandiri. Yayasan juga
memiliki harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan para pendirinya sebagai
kekayaan awal (pasal 9 ayat (1) UUY). Saat pendirian yayasan, tidak terdapat
persyaratan minimal modal yang harus disediakan oleh para pendirinya. Kekayaan
yang dimiliki yayasan tersebut dapat berupa uang dan barang serta kekayaan lain
yang bersumber dari: (a) sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat (b) wakaf (c)
hibah (d) hibah wasiat; dan (e) perolehan lain yang tidak bertentangan dengan
(pasal 26 ayat (2) UUY). Kekayaan yayasan dapat pula berasal dari negara untuk hal-
hal tertentu yang sesuai dengan pasal 34 UUD 1945 seperti pemeliharaan fakir miskin
dan anak terlantar, pengembangan sistem jaminan sosial, dan penyediaan fasilitas
yayasan, bahwa akta pendirian Yayasan harus dibuat dihadapan Notaris (Notariil) dan
oleh karenanya harus merupakan akta Otentik. Bahwa Pasal 14 ayat (1) Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan, “Akta pendirian memuat Anggaran
Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu.” Akta pendirian maupun perubahan
Yayasan, anggaran dasar yayasan harus dibuat notarial dihadapan notaris yang
Bahwa notaris dalam membuat setiap akta harus diusahakan jelas, benar,
lengkap dan absah, yang dengan demikian seharusnya Notaris dalam membuat akta
atau Peraturan Pemerintah (PP) terkait dengan Yayasan yang berlaku pada saat akta
tersebut dibuat.
sehubungan dengan Yayasan tidak mendasarkan atas ketentuan hukum yang berlaku
bagi Yayasan ketika akta tersebut dibuat. Apabila akta Notaris salah jika dipakai
Yayasan yang dalam hal ini adalah para pengurus Yayasan tersebut.
Seperti halnya yang terjadi antara Yayasan Pelita Melati Surakarta dengan ahli
waris Drs. Budi Ismoyo (Ketua Yayasan) terkait dengan kepemilikan Tanah Hak
Milik pangrila dengan luas 14000 m² berupa tanah dan bangunannya yang menjadi
objek atau tanah sengketa. Bahwa Yayasan Melati didirikan Pada tanggal 14 April
1975 di Surakarta, berdasarkan akta Notaris RM. Wiranto, S.H Notaris Surakarta.
Mendapat aset berupa tanah dan bangunannya dari Pengageng Kraton berdasarkan
akta Pangrila dengan luas 14000 m² kepada Yayasan Melati di Surakarta, yang berada
Tanah Hak Milik pangrila dari Pengageng Kraton seluas 14000 m² yang
diatasnamakan Drs Budi Ismoyo selaku ketua yayasan menggantikan Drs. Sutanto
yang telah meninggal dunia. Untuk mengantisipasi agar ahli waris dari pengurus
yayasan tidak mengklaim tanah tersebut adalah milik orang tuanya maka dibuat akta
objek sengketa, dibuat oleh atas nama Drs Budi Ismoyo dan diperkuat pernyataan
istrinya bahwa atas nama tersebut hanya sebatas peminjaman nama untuk
warisan.
Tahun 2001 dan PP Nomor 63 Tahun 2008 tentang Yayasan,maka Yayasan Melati di
Surakarta berniat mendaftarkan nama ke Kementerian Hukum & HAM tetapi ditolak
oleh Kementerian Hukum & HAM karena nama tersebut sudah dipakai oleh Yayasan
yang berdudukan di Jakarta dan diketahui Yayasan Melati Jakarta didirikan atas nama
Bandi Waseso yang merupakan anak dari Pengurus Yayasan Melati Surakarta dan
Anggaran Dasar atau akta penyesuaian sesuai dengan Undang-Undang akan ditolak
oleh Kementrian Hukum & HAM,karena nama Yayasan Melati sudah dipakai oleh
tersebut, maka namanya harus diganti. Kemudian tahun 2010 nama Yayasan Melati
di Surakarta diganti dan dibuatkan akta dengan No. 20 dengan nama baru yaitu
“Yayasan Pelita Melati” di Surakarta oleh Notaris Nyonya Susanti Pustika, S.H
membuat akta penyesuaian, tetapi Aset Yayasan yang lama yaitu Tanah Hak Milik
maupun kedalam akta penyesuaian mengenai kekayaan yang sudah dimilik Yayasan
Dalam perkara ini, yang menarik adalah terkait adanya akta penyesuaian
Yayasan Pelita Melati Surakarta yang dibuat oleh Notaris Nyonya Susanti Pustika,
S.H dimana didalam akta tersebut tidak ada penjelasan terkait Yayasan Pelita Melati
Surakarta merupakan kelanjutan dari Yayasan Melati Surakarta, tidak dimasukan aset
Yayasan berupa Tanah Hak Milik Pangrila dari Pengageng Kraton dengan luas 14000
m² yang merupakan bagian yang penting dalam akta. Kemudian diketahui bahwa
Yayasan Melati yang berada di Jakarta didirikan oleh ahli waris Pengurus Yayasan
yang namanya dipinjamnamakan dalam akta tanah yayasan. Pendirian itu
Indonesia tidak akan disetujui atas namaYayasan yang sama yaitu Yayasan Melati.
C. ANALISIS KASUS
yang berlaku sehubungan dengan yayasan pada saat pengurus menghadap Notaris.
Pemerintah, bahwa yayasan tersebut termasuk yayasan yang diakui sebagai badan
Sehingga dalam kasus ini notaris bisa saja digugat untuk membayar ganti rugi,
bunga dan biaya sebagai akibat dari Pengurus Yayasan yang dirugikan. Notaris harus
lebih teliti dan berhati-hati terkait dengan Yayasan, khususnya terhadap yayasan yang
pembuatan akta penyesuaian pendirian mengenai yayasan sesuai yang diamatkan oleh
Undang-Undang dan juga harus memperhatikan mengenai daftar asset yayasan yang
akan dimasukan kedalam akta, karena hal tersebut sangat rentan terjadinya kesalahan
yang disangaja atau tidak terkait dengan kepemilikan aset tersebut, apakah sudah atas
nama yayasan atau belum, guna menghindari sengketa hukum dikemudian hari.