Anda di halaman 1dari 20

i

MAKALAH

“PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK”

Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Disusun oleh:

1. Umi Imamatus Sa’diyah (18030017)


2. Adi Widayanti (18030026)
3. Erdianti Noor R (18030034)

STIE YPPI REMBANG

2020
ii

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
..........................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Pelayanan Publik yang Dapat Dijual............................................. 3
2.2 Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan........................ 8
2.3 Prinsip dan Praktik Pembebanan................................................... 10
2.4 Kegunaan Pembebanan dalam Praktik.......................................... 10
2.5 Penetapan Harga Pelayanan : Berapa Harga yang Harus
Dibebankan
.......................................................................................................
.......................................................................................................
11
2.6 Permasalahan Marginal Cost Pricing............................................. 13
2.7 Kompleksitas Strategi Harga......................................................... 14
2.8 Taksiran Harga............................................................................... 15
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
iii
1

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana kita ketahui bahwa sektor publik sebagai suatu entitas
yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang
dan pelayanan publik dalam memahami kebutuhan dan hak publik.
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan berbagai
pelayanan publik yang diperlukan oleh masarakat, mulai dari pelayanan
dalam bentuk pengaturan atau pelayanan-pelayanan lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan,
utilitas dan lainnya.
Pemberiaan pelayanan publik pada dasarnya diabayai melalui 2
sumber yaitu (1) Pajak dan (2) Pembebanan langsung kepada masyarakat
sebagai konsumen jasa publik. Pajak, Jika pelayanan publik dibiayai
dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa
mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut
atau tidak. Hal ini karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada
negara yang tidak memiliki jasa timbal balik (kontraprestasi) individual
yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak. Kemudian
Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik,
Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang
membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik
tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk
membayar. Permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah suatu
pelayanan publik lebih baik dibiayai melalui pajak atau dengan
pembebanan langsung kepada konsumen.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan mengenai pembebanan tarif pelayanan publik yang ada dalam
pelayanan publik yang dapat dijual ?
2. Apa saja yang menjadi argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan ?
3. Bagaimana prinsip dan praktek pembebanan ?
4. Apa saja kegunaan pembebanan dalama praktek ?
5. Apa saja yang menjadi kesulitan dalam penentaapan harga pelayanan ?
6. Apa yang menjadi permasalahan marginal cost pricing ?
7. Sebutkan kompleksitas strategi harga ?
8. Hal hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam taksiran biaya ?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami pembebanan tarif pelayanan publik yang ada dalam
pelayanan publik yang dapat dijual .
2. Dapat mengetahui argumen terhadap pembebanan tarif pelayanan.
3. Agar dapat mengetahui prinsip dan praktek pembebanan.
4. Agar lebih memahami kegunaan pembebanan dalam praktek.
5. Dapat mengetahui kesulitan-kesulitan dalam penetapan harga pelayanan.
6. Dapat mengetahui permasalahan marginal cost pricing.
7. Dapat mengetahui kompleksitas startegi harga.
8. Agar dapat mengetahui apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam
taksiran biaya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Publik yang Dapat Dijual


Dalam memberikan pelayanan publik, Pemerintah dapat dibenarkan
menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak
langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik
yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya :
1. Penyediaan air bersih
2. Transportasi public
3. Jasa pos dan telekomunikasi
4. Energy dan listrik
5. Perumahan rakyat
6. Fasilitas rekreasi (pariwisata)
7. Pendidikan
8. Jalan tol
9. Irigasi
10. Jasa pemadaman kebakaran
11. Pelayanan kesehatan
12. Pengolahan sampah/limbah
Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan
karena beberapa alasan, yaitu :
1. Adanya barang privat dan barang publik
Terdapat 3 jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:
a. Barang privat
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang
atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang
membelinya, sedangkan yang tidak mengkonsumsi tidak dapat
menikmati barang/jasa tersebut.
Contoh : makanan, listrik dan telepon.
4

b. Barang publik
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya
dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama.
Contoh : pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi.
c. Campuran antara barang privat dan publik
Terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran
antara barang privat dan barang publik. Karena, meskipun dikonsumsi
secara individual seringkali masyarakat secara umum juga
membutuhkan barang dan jasa tersebut.
Contoh : pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air
bersih. Barang-barang tersebut sering disebut dengan “merit good”
karena semua orang membutuhkannya akan tetapi tidak semua orang
bisa mendapatkan barang dan jasa tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat menyediakannya secara
langsung (direct public privision), memberikan subsidi, atau
mengontrakkan ke pihak swasta. Sebagai contoh pendidikan, meskipun
pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan pendidikan, namun
bukan berarti barang tersebut sebagai pure public good yang harus
dibiayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan sendiri oleh
pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam penyediaan
pelayanan pendidikan tersebut.
Pada tataran praktek, terdapat kesulitan membedakan barang
publik dan barang barang privat. Beberapa sebab kesulitan
membedakan barang publik dengan barang privat tersebut antara lain:
1) Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk
ditentukan.
2) Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tapi
dalam penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa
elemen pembebanan langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan
medis, tarif obat-obatan, dan air. Pembebanan terhadap pemanfaatan
5

barang tersebut memaksa orang untuk berhati-hati dalam


mengkonsumsi sumber-sumber yang mahal atau langka.
3) Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan
daripada membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah
pengumpulannya. Jika digunakan pajak, maka akan terdapat
kesulitan dalam menentukan besar pajak yang pantas dan cukup.
Sedangkan jika digunakan pembebanan tarif pelayanan, orang harus
membayar untuk memperoleh jasa yang diinginkannya, dan mungkin
bersedia untuk membayar lebih tinggi dibandingkan dengan tarif
pajak. Terdapat argumen yang menyatakan bahwa pembebanan pada
dasarnya demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang
ingin mereka bayar dan apa yang tidak mereka inginkan, sehingga
pola pengeluaran publik dapat diarahkan menurut pilihan mereka.
Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu diperhatikan
adalah:
1) Identifikasi barang/jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat (apakah
barang publik atau privat)
2) Siapa yang lebih berkompeten (lebih efisien) untuk menyediakan
kebutuhan publik tersebut (pemerintah atau swasta)
3) Dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada
sektor swasta dan sektor ketiga
4) Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh
pemerintah namun dapat ditangani oleh swasta.
6

Pola hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Pelayanan publik yang dibebani tarif pelayanan langsung:


- Penyediaan air bersih
- Transportasi publik
- Jasa pos & telekomunikasi
- Energi & listrik
- Perumahan
- Rekreasi/wisata
- Pendidikan
- Irigasi
- Pemadam kebakaran
- Kesehatan
- Pengelolaan limbah/sampah
7

- Jalan tol
2. Efisiensi ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa
yang mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki perang penting
dalam mengalokasikan sumber daya melalui:
a. Pendistribusian permintaan, pihak yang mendapatkan manfaat paling
banyak harus membayar lebih banyak pula.
b. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
c. Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi.
d. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa (supply of servise).
Tanpa adanya suatu mekanisme harga, permintaan dan penawaran
tidak mungkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya
tidak efisien, seperti penyediaan air, obat-obatan, dan sebagainya. Akan
tetapi, dalam kenyataannya pasar sering kali tidak sempurna. Dalam
banyak hal pemerintah mungkin menjadi supplier namun tidak boleh
memanfaatkan situasi ini untuk memaksimalkan keuntungan, seperti
penyediaan air dan obat-obatan. Ketika barang atau jasa mengandung sifat-
sifat public goods ( eksternalitas positif ), pemerintah lebih baik
menetapkan harga di bawah harga normalnya ( full price ) atau bahkan
tanpa dipungut biaya. Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan
salah satu cara untuk menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan
publik.
3. Prinsip keuntungan
Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga
menguntungkan bagi pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah
satu sumber penerimaan pemerintah. Hanya saja pemerintah tidak boleh
memaksimalkan keuntunga, bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah
full cost, memberikan subsidi, atau memberikannya secara gratis.
Charging for service berbeda dengan fee. Fee adalah biaya atas
perijinan atau lisensi yang diberikan pemerintah. Biaya perijinan/lisensi
8

relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi dan pengawasan, yang


didasarkan pada:
a) Kategori perijinan yang dilakukan.
b) Ada tidaknya keuntungan yg diperoleh pemegang ijin/lisensi atas
ijin/lisensi yang dimiliki.

2.2 Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan


 Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan
Pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena
alasan-alasan sebagai berikut :
1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat,
mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil
bila biayanya dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak,
sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut.
2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau
langka sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya
pembebanan terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan
dengan pilihan daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas
rekreasi.
4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang
menguntukan dan untuk memenuhi kebutuhan domestic secara
individual maupun industrial, misalnya air, listrik, jasa pos dan telepon.
5. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala
permintaan publik atas suatu jasa apabila jenis dan standar
pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas.
Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni, terdapat
argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu:
1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar
3. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal.
9

 Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya


pelayanan
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem
pencatatan dan pengukuran yang handal (seperti: tarif jalan tol,
meteran untuk air). Hal tersebut dapat meningkatkan biaya penyediaan
pelayanan. Akan tetapi keterukuran membuat penafsiran tarif
pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan pajak
(seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah
dibandingakan dengan menghitung pajak penghasilan).
 Yang miskin tidak mampu untuk membayar
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan
orang miskin tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya
mereka dapatkan, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih,
transportasi umum dan bahkan makanan sehat.
Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat
daftar kebutuhan dasar secara objektif. Yang penting bagi seseorang
belum tentu penting bagi orang lain, sehingga skala prioritas dan
pilihan individu berbeda-beda. Pilihan yang berbeda-beda tesebut
membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula, sehingga
pembebanan tarif pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan
kebutuhan seseorang.
Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan
kurang efektif. Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang miskin?
Mungkin saja subsidi menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh
birokrasi. Atau justru yang miskin mensubsidi yang kaya. Bila kita
peduli pada golongan miskin, pendekatan terbaik adalah melalui
distribusi pendapatan (lumpsum transfer), tetapi hal ini sulit dilakukan
di Negara berkembang.
 Adanya Eksternalitas, Merit Good, Dan Persyaratan Legal
Eksternalitas positif (spilover effects) misalnya tarif pelayanan
yang terlalu tinggi membuat masyarakat tidak terdorong untuk
10

menggunakannya. Demikian juga barang yang dianggap sebagai


merid good mungkin lebih baik diberikan secara gratis atau tanpa
beban biaya, seperti pendididkan. Selain itu terdapat peraturan
perundang-undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk
menyediakan pelayanan tertentu seperti pendidikan dasar 9 tahaun,
sehingga kebutuhsan barang tersebut biasanya dianggap bebas dari
beban masyarakat dan tidak perlu ditarik tarif pelayanan.

2.3 Prinsip dan Praktik Pembebanan


Prinsip dan praktek pembebanan sebagian barang dan jasa yang
disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif.
Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat, semakin sesuai
barang tersebut dikenai tarif. Namun, batasan identifikasi barang privat dan
publik kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar tiap pelayanan.
Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit
dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang
kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan
kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang memuaskan. Kesalahan
penetapan tarif pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit anggaran
di negara berkembang (Devas, 1989), pelayanan gratis mengakibatkan
insentif yang rendah sehingga kualitas menjadi sangat rendah dan tidak
memuaskan.

2.4 Kegunaan Pembebanan dalam Praktik


Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda untuk setiap
negara, antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang
disediakan oleh perusahaan milik negara, serta antara pemerintah pusat dan
daerah. Charging for services merupakan salah satu sumber penerimaan bagi
pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh penerimaan dari
beberapa sumber, antara lain :
1. Perpajakan
11

2. Pembebanan langsung kepada masyarakat ( charging for service )


3. Laba BUMN/BUMD
4. Penjualan aset milik pemerintah
5. Utang
Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama
antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan
oleh perusahaan milik negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net
defisit atau surplus yang muncul dalam rekening pemerintah.

2.5 Penetapan Harga Pelayanan : Berapa Harga yang Harus Dibebankan


Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada
konsumennya, maka pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas
dan wajar, atau dengan kata lain berapa harga pelayanan yang akan
ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa beban (change) dihitung
sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (full cost
recovery). Akan tetapi, untuk menghitung biaya total tersebut terdapat
bebrapa kesulitan :
1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk
menyediakan suatu pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu
memperhitungkan semua biaya sehingga dapat mengindentifikasi biaya
secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun tidak boleh terjadi
pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus ada
prinsip different costs for different purposes. Biaya overhead harus
dibebankan secara proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu
juga harus diidentifikasi adanya biaya-biaya tersembunyi (hidden cost)
dalam penyediaan pelayanan publik. Hidden cost juga terkait dengan biaya
birokrasi (cost of bureaucracy).
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
Karena jumlah biaya untuk melayani satu orang dengan orang lain
berbeda-beda, maka diperlukan pembedaan pembebanan tarif pelayanan,
sebagai contoh diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan sampah
12

dari lokasi rumah yang sulit dijangkau atau memiliki jarak yang jauh. Jika
hal ini dilakukan maka akan terlihat tidak adil, meskipun untuk hal
tertentu. Misalnya: bus kota, jarak jauh maupun dekat dikenai tarif sama.
Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus merefleksikan
biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk
membayar. Jika orang miskintidak mampu membayar suatu pelayanan
yang sebenarnya vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu
dibuat diskriminasi harga atau diskriminasi produk untuk menghindari
subsidi.
4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi
langsung (current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya
modal (capital cost). Aturan umumnya adalah bahwa kita harus
memasukkan bukan saja biaya operasi dan pemeliharaan, akan tetapi juga
biaya penggantian barang modal yang sudah usang (kadaluwarsa), dan
biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut marginal cost
pricing.
Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal
cost pricing, yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk
melayani konsumen tambahan (cost of serving the marginal consumer).
Harga tersebut adalah harga yang juga berlaku dalam pasar persaingan untuk
pelayanan tersebut. Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan
marginal cost pricing, setidaknya harus memperhitungkan:
1. Operasi biaya variabel (variable operating cost);
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang
digunakan untuk memberikan pelayanan;
3. Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalan penyediaan
pelayanan;
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.
13

Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure


historic capital cost atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali
dengan penggunaan jasa.

2.6 Permasalahan Marginal Cost Pricing


Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan,
antara lain:
1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa
tertentu, dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan
sebagai pengganti walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan
efisiensi. Juga terdapat masalah pengukuran dan pengumpulan data biaya
yang membuat marginal cost sulit diimplementasikan.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek
(short run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal
cost). Dalam kasus penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika marginal
consumer memerlukan pabrik baru. Tidak mungkin mengharapkan
konsumen menanggung full cost sendirian.
3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital
cost tidak mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika
sumber daya yang terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan
adanya penghematan yang dikorbankan (opportunity loss) dalam
pemakaian alternative sumber daya tersebut. Kerugian tersebut harus
diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency loss) yang berasal
dari penaikan harga di atas marginal cost.
4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:
a) Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
b) Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya
dalam menyediakan pelayanan tersebut.
5. Ekternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih
untuk minum dan mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga”
yang ditentukan oleh marginal cost.
14

6. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling


tidak untuk jasa seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk
diskriminasi harga, (seperti tarif progesif) yang mungkin digunakan.

2.7 Kompleksitas Strategi Harga


a. Two-part tariffs: banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut
dengan two-part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead
atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya
konsumsi.
b. Peak-load tariffs: pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan
kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus
menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi
umum).
c. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk
mengakomodasikan pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan
penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan berbeda dapat
diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda, pelayanan yang
diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut
tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan
pelayanan yang dimaksudkan untuk orang miskin.
d. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau
biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan
biaya penuh atas pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan
(equity) dan kemampuan publik untuk membayar.
e. Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan
harga diatas marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa
biaya perijinan atau licence fee.
15

2.8 Taksiran Harga


Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya
adalah mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini
melibatkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
-Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll,
-Opportunity cost of capital,
-Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to
society (opportunity cost),
-Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu,
-Cadangan inflasi.
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat
agar dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga
pelayanan yang tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk
penentuan harga di sektor publik. Marginal cost pricing bukan merupakan
satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik. Digunakan MC
pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga
pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu
mengidentifikasi skala subsidi publik.
16

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Harga di dalam sektor publik mempunyai suatu dampak yang penting
pada konsumsi dan perilaku. Harga juga mempunyai kemampuan untuk
mencapai sejumlah pencapaian lain, teramsuk dalam penggunaan sumber
daya efisien, peningkatan pendapatan dan pemerataan pendapatan. Seing kali
harga di atur dalam cara-cara yang bertentangan dengan sasaran hasil
kebijakan publik. Sering kali hal ini juga merupakan hasil dari suatu
pemahaman yang kurang mengenai peran harga dan keberadaan alternatif
mekanisme penetapan harga.
Ketika menentukan harga untuk suatu fasilitas yang ada, adalah hal
yang penting untuk memahami bahwa ada banyak pilihan dalam penentapan
harga dan tidak ada suatu metode tunggal yang benar untuk tiap-tiap situasi.
Pemanfaatan sumber daya efisien tergantung pada penetapan biaya marginal,
walaupun untuk kebanyakan barang publik, hal ini mengarah pada
pendapatan jangka pendek. Masih ada sejumlah stategi penetapan barang
publik yang lebih efisien, seperti two-part tarif. Akhirnya, harga didalam
sector publik tidak terpisah dengan permasalahan politis, distribusional,
kelembagaan dan faktor historis sering kali sangat penting. Memang disadari
bahwa penentapan harga pada barang publik ditunjukkan untuk mengganti
biaya penyediaan barang publik pada awalnya memiliki tujuan tertentu. Tidak
seperti barang swasta yang secara pasti bertujuan untuk mendapatkan laba
semaksimal mungkin. Penyediaan barang publik lebih mengaruh pada
pencapaian kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan-tujuannya biasa
berupa peningkatan pendapatan, pemerataan pendapatan, ataupun
mewujudkan eksternalitas positif dari penyediaan.
17

DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2018, Akuntansi Sektor Publik.Penentuan Harga Pelayanan Publik,
Edisi Terbaru, Yogyakarta: CV Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai