NIM : 2018.132.042
Semester/Prodi : IV/D3 Farmasi
Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta
Tugas Farmakologi II
ASMA
Pengertian Asma
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai
dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas.
Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-
batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal yang kerap
memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus,
atau bahkan terpapar zat kimia.
Patofisiologi
Etiologi
Etiologi asthma berhubungan dengan faktor-faktor risiko tertentu. Namun pemahaman mengenai
patofisiologi athsma telah berkembang dan telah mengidentifikasi bentuk asthma yang heterogen
hingga variasi secara molekular yang disebut sebagai fenotip dan endotip.
Etiologi asthma berhubungan dengan genetik dan fenotip. Asthma merupakan penyakit yang
disebabkan oleh faktor genetika dan faktor lingkungan dengan inflamasi kronis sebagai patologi
utamanya. Walaupun begitu pasien asthma memiliki heterogenitas yang tinggi dan 30-45%
pasien asthma tidak respon dengan pemberian kostikosteroid inhalasi. Dari heterogenitas asthma
dapat dinilai perbedaan fenotipnya.[3]
Fenotip adalah sifat atau karakteristik individu yang dapat diobservasi dan merupakan hasil
interaksi antara genotip dan lingkungan. Pembagian fenotip asthma dikelompokkan dalam
berbagai level antara lain fenotip selular, fenotip klinis, dan fenotip molekular.
Jenis Penyakit
Asma alergi.
Asma olahraga.
Asma batuk.
Asma karena pekerjaan tertentu.
Asma malam hari (nokturnal) .
Asma obat.
Kondisi lainnya yang bisa memicu asma
Secara umum, berikut beberapa tanda dan gejala asma paling khas yang perlu Anda waspadai.
1. Batuk
Batuk dapat berupa batuk kering maupun berdahak (berlendir). Umumnya batuk cenderung akan
semakin parah pada malam hari dan membuat Anda sulit tidur.
2. Mengi
Mengi adalah suara berbunyi lirih seperti “ngik-ngik” yang terdengar setiap kali Anda bernapas.
Bunyi ini terjadi karena udara dipaksa keluar melalui saluran pernapasan yang tersumbat.
3. Dada sesak
Saluran udara yang tengah meradang dan tersumbat menyebabkan dada terasa sesak atau sakit.
Dada Anda mungkin terasa seperti ditekan atau ditindih dengan benda yang sangat berat.
4. Sesak napas
Saluran udara yang meradang dan tersumbat akan membuat sulit bernapas. Sulit bernapas lega
kemudian dapat menyebabkan perasaan gelisah, yang mungkin makin memperburuk gejala ini.
5. Gejala lain
Selain yang sudah disebutkan di atas, orang dengan kondisi ini juga bisa memunculkan gejala,
seperti:
Pengobatan
Inhaler (obat hirup untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan
secara langsung dengan cara dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara
dihirup dinilai efektif karena obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu,
tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda cara
menggunakan alat tersebut dan melakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun.
Selain inhaler, ada juga yang disebut sebagai spacer. Ini merupakan wadah dari logam atau
plastik yang dilengkapi dengan corong isap di satu ujungnya dan lubang di ujung lainnya untuk
dipasangkan inhaler. Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui
corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi risiko sariawan di mulut atau
tenggorokan akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.
Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan mengurangi
efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah
memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan
distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan.
Ada dua jenis inhaler yang digunakan dalam penanganan penyakit asma, yaitu:
Inhaler pereda. Inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat
saat serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang
disebut short-acting beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat
(misalnya terbutaline dan salbutamol). Obat ini mampu melemaskan otot-otot di sekitar
saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat terbuka
lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan lebih mudah.
Obat-obatan yang terkandung di dalam inhaler pereda jarang menimbulkan efek samping
dan aman digunakan selama tidak berlebihan. Inhaler pereda tidak perlu sering digunakan
lagi jika asma sudah terkendali dengan baik. Bagi pengidap asma yang harus
menggunakan obat ini sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu, maka keseluruhan
penanganan perlu ditinjau ulang.