Makalah Covid
Makalah Covid
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan
sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS
dan SARS. Penularannya dari hewan ke manusia (zoonosis) dan penularan dari
manusia ke manusia sangat terbatas. Untuk COVID-19 masih belum jelas bagaimana
penularannya, diduga dari hewan ke manusia karena kasus-kasus yang muncul di
Wuhan semuanya mempunyai riwayat kontak dengan pasar hewan Huanan
Virus corona atau COVID-19 muncul di Wuhan, China pada akhir 2019. Pada 24
januari 2020, setidaknya 830 kasus telah didiagnosis di Sembilan negara: China,
Thailand, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Taiwan, Nepal dan Amerika
Serikat. Dua mendasarinya. Dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019,
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang sedang mewabah hampir
di seluruh dunia saat ini, dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARSCOV2). Dimulai dari daerah Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok
yang melaporkan pertama kali mengenai kasus Pneumonia yang tidak diketahui
penyebabnya. Data dari website WHO tanggal 7 Maret 2010 didapatkan kasus
konfirmasi sebanyak 90870 dengan total kematian 3112 orang.
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia
sebesar 2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi Hubei sebesar
3,1%. Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96 kasus yang
terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang dan menjadi negara ke 65
yang positif konfirmasi COVID-19. Secara keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-
19 masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus
tipe lain yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome-coronavirus (SARSCoV) dan
Middle East Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masingmasing sebesar
10% dan 40%.
Di Indonesia sendiri terdapat setidaknya sebanyak 56.974 kasus dengan specimen
diperiksa sebanyak 48.092 negatif dan 8.882 kasus terkonfirmasi positif. Selain itu
sejumlah 1.107 kasus dengan kesembuhan dan 743 kasus dinyatakan meninggal
(PHEOC Kemenkes RI. 2020).
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam
satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS,
syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi
sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul
ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis
baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
Sampai saat ini beberapa vaksinasi digunakan dalam pengobatan COVID-19 namun
memiliki efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu saya membuat makalah
penggunaan jahe merah (Zingiber officinale) sebagai pengobatan. Pengobatan yang
dimaksud difokuskan hanya untuk meringankan gejala COVID-19 sendiri. Selain itu
dalam makalah ini akan dijelaskan senyawa yang terkandung dalam jahe merah
(Zingiber officinale) yang berpotensi untuk meringankan gejala COVID-19.
Berdasarkan studi firokimia, Jahe Merah (Zingiber officinale) digunakan di Asia dan
negara-negara lain dan secara empirik sebagai obat demam (Antipiretik), batuk dan
sesak nafas, diduga jahe merah dapat mengurangi respon alergi karena memiliki sifat
anti peradangan, antioksidan dan mencegah pelepasan histamin sehingga dapat
membuat otot-otot pernapasan lebih rileks sehingga dapat meredakan sesak nafas.
Gambar 2.1 Tanaman jahe merah (Zingiber officinale Rosc) dan rimpang jahe merah
(Zingiber officinale Rosc) (Gatingningsih, 2008).
Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tak
menguap (non-volatile oil), dan pati. Minyak menguap disebut minyak atsiri
merupakan komponen pemberi aroma khas, sedangkan minyak yang tak menguap
disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang
terdiri dari oleoresin merupakan kandungan jahe merah yang meliputi fixed oil yang
terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin (Ravindran, dkk, 2005). Berdasarkan beberapa
penelitian, dalam minyak atsiri jahe merah terdapat unsur-unsur n-nonylaldehyde, d-
camphene, cineol, geraniol, dan zingiberene. Bahanbahan tersebut merupakan sumber
bahan baku terpenting dalam industri farmasi atau obat-obatan. Kandungan minyak
atsiri dalam jahe merah kering sekitar 1-3 %. Komponen utama minyak atsiri jahe
merah yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol. Oleoresin jahe
merah banyak mengandung komponenkomponen non volatil yang mempunyai titik
didih lebih tinggi daripada komponen volatil minyak atsiri. Oleoresin tersebut
mengandung komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu gingerol sebagai
komponen utama serta shagaol dan zingeron dalam jumlah sedikit. Kandungan
oleoresin jahe merah segar berkisar antara 0,4 – 3,1 persen (Ravindran, dkk, 2005).
Jahe merah merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu,
termasuk keluarga Zingiberaceae. Jahe merah banyak dimanfaatkan untuk mengobati
berbagai macam penyakit seperti masuk angin, gangguan pencernaan, antipiretik,
antiinflamasi, dan juga analgesic. Jahe merah merupakan salah satu tanaman yang
banyak digunkan di Asia, Australia dan negara-negara lain. Secara empirik, jahe dapat
digunakan sebagai obat sistem pencernaan, sakit kepala, rematik, batuk dan pilek jahe
merah dapat mengurangi respon alergi karena memiliki sifat anti peradangan,
antioksidan dan mencegah pelepasan histamin sehingga dapat membuat otot-otot
pernapasan lebih rileks sehingga dapat meredakan sesak nafas. (Herawati, Irma erika.
2019).
Studi Fitokimia pada jahe merah (Zingiber officinale Roscoe Var. Sunti Val) yang
dilakukan oleh Herawati, Irma Erika dan Saptarini, Nyi Mekar dengan Pemisahan
senyawa flavonoid dilakukan dengan metode kromatografi kolom menggunakan
gradien pelarut. Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan pereaksi geser pada
Spektrofotometri UV. Pengukuran aktivitas antioksidan jahe merah dilakukan dengan
metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl).
Hasil penapisan fitokimia adalah h untuk mengetahui golongan metabolit sekunder
yang terdapat pada simplisia dan ekstrak. Hasil penapisan fitokimia menujukkan bahwa
tidak perubahan kandungan metabolit sekunder dari simplisia dan ekstrak. Hal ini
membuktikan bahwa metode ekstraksi yang digunakan tidak merubah metabolit
sekunder pada simplisia.
kemudian pada penentuan kadar flavonois total pada rimpang, batang dan daun jahe
merah yaitu terdapat Kadar flavonoid total tertinggi yang ada dalam rimpang pada
campuran pelarut etanol 96% dan HCl 12 N dengan perbandingan 98 : 2 yaitu sebesar
0,0068%. Hal ini sudah sesuai dengan penggunaan tanaman jahe merah secara empiris,
di mana yang digunakan dalam pengobatan adalah bagian rimpangnya. Campuran
pelarut dengan asam bertujuan untuk membantu hidrolisis. Hidrolisis dilakukan untuk
membantu menghasilkan aglikon dengan tujuan memberikan data yang konsisten
bahwa flavonoid yang diserap hanya sebagai aglikon berdasarkan penelitian Humadi
dan Istudor (2008). Metode Christ dan Mȕller menggunakan reaksi kompleks aglikon
dengan AlCl3 sehingga dengan sedikit modifikasi pada metode ini dapat membantu
meningkatkan pengambilan aglikon dari simplisia.
Sehingga, dari hasil interpretasi perubahan panjang gelombang pada fraksi 12 dan 13 hasil
KCV dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid yang terdapat pada rimpang jahe merah
adalah 4’,7-dihidroksiflavonol
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman
rimpang jahe merah (Zingiber officinale Roscoe Var. Sunti Val) dapat digunakan untuk
mengurangi gejala COVID-19 berupa demam, batuk dan sesak nafas. Senyawa yang
berpotensi dalam pengobatan gejala COVID-19 pada jahe merah adalah 4’,7-
dihidroksiflavonol.
3.2 Saran
COVID-19 adalah kasus yang dapat dikatakan kasus yang langka dan baru, sehingga
teori yang diperoleh dan dimunculkan ke dalam makalah ini masih terdapat kekurangan
dan masih perlu dilakukan studi kasus selanjutnya sehingga dapat digunakan sebagai
bahan acuan maupun sebagai referensi secara luas mengenai COVID-19
DAFTAR PUSTAKA
Barcena M, Oostergetel GT, Bartelink W, Faas FG, Verkleij A, Rottier PJ, Koster AJ, Bos
BJ. Cryoelectron tomography of mouse hepatitis virus: Insights into the structure of the
coronavirion. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of
America, 2009; 106(2): 582–587
Herawati, Irma Erika., Saptarini, Nyi Mekar. 2019. “Studi Fitokimia pada jahe merah
(Zingiber officinale Roscoe Var. Sunti Val)”. Bandung, Universitas Al-Ghifari.
KEMENKES RI. 2020. :Novel Coronavirus (2019-nCoV) drg. Vensya Sitohang, M. Epid”.
Direktur surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI, Jakarta
Luk H. K., Li X., Fung J., Lau S. K., Woo P. C. (Molecular epidemiology, evolution and
phylogeny of SARS coronavirus. Infection, Genetics and Evolution, 2019; 71: 21-30.
Ravindran, P.N., Babu, K. N. 2005. “Ginger The Genus Zingiber”. CRC Press. New York.