Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembahasan struktur dalam bab ini tidak hanya menyangkut aspek sosial,
melainkan juga mencakup aspek phisik bahwa dan biologisnya. Pertimbangan
yang mendasari keputusan ini adalah karena dalam kenyataannya struktur  
masyarakat  ( desa ) tidak hanya ditentukan oleh faktor sosial-budayanya,
melainkan juga dipengaruhi oleh faktor phisik dan biologis. Sebagai contoh,
sering dikemukakan bahwa masyarakat yang tradisinya kuat ternyata
disebabakan oleh keterisolasian mereka secara phisik georafis dengan
demikian struktur phisik atau khususnya dalam hal ini tatanan keruangan
(spatial), sangat mempengaruhi tatanan kehidupan sosial. Demikian pula
masih terlihat jelas di kebanyakan desa bahkan desa yang telah maju sekalipun
bahwa golongan laki-laki dan usia tua menduduki status sosial yang tinggi. Ini
menandakan bahwa stuktur biologis juga sangat mempengaruhi tatanan
kehidupan sosial masyarakatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur Sosial Masyarakat?
2. Bagaimana Struktur fisik Desa?
3. Apa itu Pelapisan sosial masyarakat Desa?
4. Bagaimana Terjadinya Lapisan-Lapisan Dalam Masyarakat?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Struktur Sosial Masyarakat
2. Untuk mengetahui Struktur Pisik Desa
3. Untuk mengetahui Pelapisan sosial masyarakat Desa
4. Untuk mengetahui Terjadinya Lapisan-Lapisan Dalam Masyarakat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Sosial Masyarakat


Struktur sosial ialah konsep perumusan asas-asas hubungan antar individu
dalam kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah laku
individu.pengertian ini tidak jauh berbeda dengan dalam sosiologi dalam
dictionary of sociologi an related sciences (h.p, 1975), stuktur sosial diartikan
sebagai pala yang mapan dari organisasi internal setiap kelompok sosial.
Dalam rumusan ini telah mencakup pengertian mengenai karakter atau pola
dari semua hubungan yang ada antara nanggota dalam suatu kelompok
maupun antara kelompok.1
Stuktur sosial sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. J. B. A. F. Mayor
polak lewat pendapat bahwa antara kebudayaan dan struktur terdapat kolerasi
fungsional. Artinya, antara kebudaan dan struktur dalam suatu masyarakat
terjadi keadaan saling mendukung dan membenarkan.
Stuktur sosial di bagi menjadi dua yakni stuktur sosial vertikal dan
horisontal. Struktur sosial vertikal atau stratifikasi sosial, atau pelapisan sosial
menggambarkan kelompok-kelompok sosial dalam dalam susunan yang
bersifat hirarkis, berjenjang. Sehingga dalam dimensi struktur terdapat
kelompok masyarakat yang berkedudukan tinggi (lapisan ata), sedang (lapisan
menengah), dan rendah(lapisan bawah). Struktur sosial horisontal atau
diferensiasi sosial, menggambarkan kelompok –kelompok sosial tidak di lihat
dari tinggi rendahnya kedudukan kelompok satu sama lain, melainkan lebih
tertuju kepada variasi atau kekayaan pengolompokan yang ada dalam suatu
masyarakat. Semakin maju atau berkembangnta masyarakat semakin
bervariasi dan komples pengelompokannya, bukan saja secara kuantitatif
tetapi juga kualitatif.

1
Ahmadi Abu. Ilmu Sosial Dasar : Mata Kuliah Dasar Umum. (Jakarta : Rineka Cipta.
2003) h. 89

2
B. Struktur Pisik Desa
Struktur phisik suatu desa berkaitan erat dengan lingkungan phisik desa itu
dalam pelbagai aspeknya. Seecara agak lebih khusus ia berkaitan dengan
lingkungan geografisdengan segala ciri-cirnya seperti : iklim, curah hujan,
keadaan atau jenis tanah, ketinggian tanah, tingkat kelembaban udara,
topografi, dan lainnya. Variasi dalam perbedaan ciri-ciri fisik akan
menciptakan pula perbedaan dalam jenis tanaman yang di tanam, sistem
pertanian yang di terapkan, dan lebih lanjut pola kehidupan dari masing-
masing kelompok masyarakatnya. Lingkungan geografis yang memberi
kemungkinan untuk budi daya tanaman padi akan menciptakan masyarakat
petani sawah yang berbeda dengan lingkungan geografis yang cocok untuk 
budi daya tanaman gandum dengan petani gandungmnya. Tanah-tanah yang
kurang subur akan cenderung menciptakan desa-desa kecil yang terpencar,
berjauhan satu sama lain, dengan penduduk yang jarang titik. Sebaliknya,
tanah-tanah yang subur akan cenderung menciptakan desa-desa yang besar,
berdekatan satu sama lain, dan berpenduduk padat.2
Pola pemukiman tersebut merupakan salah satu aspek yang dapat
mengambarkan dengan jelas keterkaitan antara struktur fisik desa dengan pola
kehidupan internal masyarakatnya. Pola pemukiman menurut smith dan zopf
adalah berkaitan dengan hubungan-hubungan keruangan antara pemukiman
yang satu dengan yang lain dan dengan lahan pertanian mereka. Dalam
bentuknya terdapat 2 pola pemukiman yakni :3
1. Yang pemukiman penduduknya berdekatan satu sama lain dengan lahan
pertanian berada di luar dan terpisah dari lokasi pemukiman.
2. Yang pemukiman penduduknya terpencar dan terpisah satu sama lain, dan
masing-masing berada di dalam atau di tengah lahan pemukiman mereka.
Pola pemukiman menurut paul H. Landis iya memperkirakan empat pola
pemukiman yang terdapat di dunia, yakni :

2
Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012) h. 112
3
Astrid S, Susanto. Pengantar Sosiologi. (Bira Cipta. 1983) h. 34

3
1. The farm village type atau yang menurut smith dan Zopf (FVT)  ialah pola
pemukiman dalam mana penduduk (petani) tinggal bersama-sama dan 
berdekatan di suatu tempat dengan lahan pertanian berada di luar lokasi
pemukiman.
2. The nebulous farm type (NFT) hampir sama dengan pola FVT DI atas.
Bedanya, di samping yang tinggal bersama-sama di suatu tempat , terdapat
penduduk yang tinggal tersebar di luar pemukiman, kecuali bagi penduduk
yang tinggal di luar pemukiman itu.
3. The arranged isolated farm type (AIFT) adalah pola pemukiman dalam
mana penduduk tinggal di sekitar jalan dan masing-masing berada di lahan
pertanian mereka, dengan suatu  trde center di antara mereka.
4. The pure isolated farm type (PIFT) adalah pola pemkiman yang
penduduknya tinggal dalam lahan pertanian mereka masing-masing,
terpisah dan berjahuan satu sama lain dengan suatu trade center.

C. Pelapisan sosial masyarakat Desa


Pelapisan sosial sudah dikenal sejak manusia menjalin kehidupan bersama.
Bagaimanapun wujudnya, kehidupan bersama sudah tentu membutuhkan
penataan atau organisasi. Dalam rangka penataan masyarakat inilah terbentuk
pelapisan sosial. Pada masyarakat yang taraf kebudayaannya relatif rendah
maka pelapisan sosial amat terbatas sifatnya. Dalam masyarakat mentawai
misalnya, belum ada perbedaan status yang tegas antara warga masyarakat
yang satu dengan yang lain. Setiap warga masyarakat menjalani cara hidup
yang sama dan statis, yakni berkebun dan berburu. Akibatnya pelapisan sosial
hanya terbatas pada penentuan pemimpin dan pihak yang di pimpin. Dalam
masyarakat kota, cara hidup sudah mulai dinamis dan majemuk dibandingkan
di desa. Bagi masyarakat kota yang relatif modern, pembagian peran atau
status dilingkungan kota sudah semakin tegas dan rinci. Misalnya ada
karyawan, manager perusahaan, guru, pengacara, hakim, polisi, pedagang dan
profesi lainnya. Masing-masing warga masyarakat memiliki profesinya
sendiri-sendiri. Akibatnya pelapisan sosial di kota pun semakin beraneka

4
ragam. Apabila kita membandingkan kehidupan masyarakat tradisional dan
modern, kita akan memperoleh kesimpulan sebagai berikut :4
1. Pelapisan sosial dalam masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan-
perbedaan tertentu yang menyangkut status diri atau turunan, misalnya
atara pemimpin dan rakyat, kalangan terhormat dan jelata, serta golongan
bangsawan dan rakyat biasa
2. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin majemuk,
pelapisan sosial kemudian didasarkan juga pada pekerjaan yang digeluti
(profesi) atau bahkan kekayaan yang dimiliki.
3. Perkembangan masyarakat yang terus berlanjut itu membuat dasar
pelapisan sosial semakin beragam juga. Misalnya ada perbedaan
berdasarkan aspek intelektual (golongan terpelajar dan bukan terpelajar),
politik ( pemerintahan dan rakyat), dan ekonomi (majikan dan pegawai)
(Nur Rohman,2010)
D. Terjadinya Lapisan-Lapisan Dalam Masyarakat
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan
masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur,
sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin
juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan
bagi tiap-tiap masyarakat. Ada masyarakat lain yang menganggap kerabat
kepala masyarakatlah yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
masyarakat, misalnya pada masyarakat Ngaju di Kalimantan Selatan.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi,
sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial. Pembedaan atas
lapisan merupakan gejala universitas yang merupakan bagian sistem sosial
setiap masyarakat. Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses
lapisan dalam masyarakat yaitu:

4
Harwantiyoko, Neltje F.Katuuk . MKDU Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta : Universitas
Gunadarma. 1997) h. 21

5
a. Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem demikian
hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu.
b. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam arti-arti.
c. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan,
kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju kejahatan)
d. Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise
dan penghargaan) kriteria sistem pertentangan dapat bedasarkan kualitas
pribadi, keanggotaan, kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau
kekuasaan lambing-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara
berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi.
e. Mudah sukarnya bertukar kedudukan
f. Solidaritas diantara individu atau kelompok-kelompok sosial yang
menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat.5
Seperti yang telah diuraikan, ada pula sistem lapisan yang dengan sengaja
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Hal tersebut biasanya berkaitan
dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-
organisasi formal, seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik, angkatan
bersenjata atau perkumpulan. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur
khusus dalam sistem lapisan.
1. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat
Di dalam uaraian tentag teori lapisan, senantiasa dijumpai istilah kelas
(social class). Istilah tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada
hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam
masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut dengan
“class-system”. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukan mereka diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan
demikian, pengertian kelas paralel dengan pengertian lapisan tanpa
membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, atau dasar lainnya.
Ada pula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang
berdasarkan atas unsur ekonomis. Sementara itu, lapisan yang berdasarkan

5
Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012) h. 67

6
atas kehormatan dinamakan dengan kelompok kedudukan (status group).
Selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara
kelas dan kelompok kedudukan.
Pada beberapa masyarakat dunia, terdapat kelas-kelas karena orang-
orang dari kelas tersebut memperoleh sejumlah hak dan kewajiban yang
dilindungi oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat
tersebut mempunyai kesadaran dan konsepsi yang jelas tentang seluruh
susunan lapisan dalam masyarakat. Misalnya di Inggris terdapat istilah-istilah
tertentu seperti commener bagi orang biasa nobility bagi bangsawan. Sebagian
besar warga masyarakat Inggris menyadari bahwa orang-orang nobility berada
diatas commener (sesuai dengan adat istiadat).6
Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan
dapat dijumpai beberapa kriteria yang tradisional, yaitu :
a. Besar jumlah anggota-anggotanya,
b. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban warganya,
c. Kelanggengan,
d. Tanda atau lambang-lambang yang merupakan ciri khas,
e. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain), dan
f. Antagonisme tertentu.7
Berdasarkan kriteria diatas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup yang
tertentu (life chances) bagi anggotanya. Misalnya keselamatan atas hidup dan
harta benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi, dan sebagainya, yang
dalam arti tertentu tidak dipunyai oleh para warga kelas lainnya. Selain itu
kelas juga mempengaruhi gaya dan tingkah laku hidup masing-masing warga
(life style) karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai
perbedaan dalam kesempatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi

6
Ahmadi Abu. Ilmu Sosial Dasar : Mata Kuliah Dasar Umum. (Jakarta : Rineka Cipta.
2003) h. 77
7
Harwantiyoko, Neltje F.Katuuk . MKDU Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta : Universitas
Gunadarma. 1997) h. 43

7
tertentu. Misalnya ada perbedaan dalam apa yang telah dipelajari warganya,
perilakunya, dan sebagainya.
2. Dasar-Dasar Lapisan-Lapisan Dalam Masyarakat
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang
jumlahnya relatif banyak.  Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu
macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat.  Akan tetapi,
kedudukanya yang tinggi itu bersifat kumulatif.  Artinya, mereka yang
mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan
dan mungkin juga kehormatan.  Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk
menggolongkan anggota-anggota masyarakat kedalam suatu lapisan adalah
sebagai berikut :
a. Ukuran kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam
lapisan teratas.  Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk
rumah yang bersngkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan
pakain serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja
barang-barang mahal dan seterusnya.
b. Ukuran kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
wewenang terbesar menempati lapisan atasan.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran ini mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan.  Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat
yang teratas.  Ukuran semacam ini, banyak dijumpai oada masyarakat-
masyarakat  tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka
yang pernah berjasa.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan.  Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-
kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif karena ternyata

8
bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar
kesarjanaannya.
Ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif karena masih ada ukuran-ukuran
lain yang dapat digunakan.  Akan tetapi ukuran-ukuran diatas amat
menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat
tertentu.  Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, golongan
pembuka tanahlah yang dianggap menduduki lapisan tertinggi.  Kemudian
menyusul para pemilik tanah yang walaupun bukan keturunan pembuka tanah,
mereka disebut pribumi,sikep atau kuli kenceng.   Selanjutnya mereka yang
hanya mempunyai pekarangan atau rumah saja (golongan ini disebut kuli
gundul), dan akhirnya mereka hanya menumpang saja ditanah orang lain.8
Lapisan atasan masyarakat tertentu, dalam istilah sehari-hari juga
dinamakan “elite”. Jadi disini yang pokok adalah nilai anggota, dan biasanya
lapisan atasan merupakan golongan kecil dalam masyarakat yang
mengendalikan masyarakat tersebut.  Kekayaan dapat dijumpai pada setiap
masyarakat dan dianggap sebagai hal yang wajar, walaupun kadang-kadang
tidak disukai oleh lapisan-lapisan lainnya apalagi bila pengendaliaannya tidak
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat umumnya.
3. Lapisan-Lapisan Yang Sengaja Disusun
Chester I Barnard membahas sistem lapisan yang sengaja disusun
dalam organisasai-organisasi formal untuk mengejar suatu tujuan tertentu.
Sistem kedudukan dalam organisasi-organisasi formal timbul karena
perbedaan –perbedaan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan individu.
Sistem pembagian kekuasaan dan wewenang dalam organisasi-
organisasi tersebut dibedakan dalam:
a. Sistem fungsional yang merupakan pembagian kerja kepada kedudukan
yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan
yang sederajat
b. Sistem skalar yang merupakan pembagian kekuasaan menurut kedudukan
dari bawah ke atas

8
Astrid S, Susanto. Pengantar Sosiologi. (Bira Cipta. 1983) h. 165

9
Sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena perbedaan –
perbedaan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan individu yang
mencangkup hal-hal sebagai berikut:9
a. Perbedaan kemampuan individu. Kemampuan khusus yang dimiliki
seseorang dan diakui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan
memiliki kedudukan tertentu.
b. Perbedaan –perbedaan yang menyangkut kesukaran-kesukaran untuk
melakukan bermacam-macam jenis  pekerjaan
c. Perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan. Suatu kedudukan
tinggi dalam organisasi formal tergantung pula dari kemampuan khusus
untuk mengerjakan jenis-jenis pekerjaan yang penting
d. Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat
organisasi
e. Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang
4. Perlunya Sistem Berlapis-Lapis Dalam Masyarakat
Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat
tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagai akibat penempetan tersebut. Dengan demikian,
masyarakat menghadapi dua persoalan, yaitu menempatkan individu tersebut
dan mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya. Apabila kewajiban
selalu sesuai dengan keinginan individu dan sesuai dengan kemampuannya
maka persoalannya tak akan terlalu sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi,
pada kenyataannya tidaklah demikian dikarenakan kedudukan dan peranan
tertentu sering memerlukan kemampuan dan latihan tertentu. Hal yang paling
penting adalah individu mendapat hak-hak yang merupakan himpunan
kewenangan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Sering pula dijumpai hak-hak yang secara tidak langsung berhubungan dengan
kedudukan dan peranan seseorang. Hak-hak tersebut di lain pihak juga
mendorong individu untuk memperoleh kedudukan dan peranan tertentu
dalam masyarakat. Siapapun ingin menjadi anggota Dewan Perwakilan

9
Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012) h. 154

10
Rakyat misalnya, karena dengan menduduki kedudukan tersebut akan
diperoleh pula hak-hak tertentu.
Dengan demikian, sistem lapisan diperlukan masyarakat karena gejala
tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat yaitu
penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial
dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan
kedudukan serta perananya. Jelas bahwa kedudukan dan peranan yang
dianggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang
dianggap terpenting serta memerlukan kemampuan dan latihan yang makimal.
Oleh sebab itu, pada umumnya warga lapisan atas (upper class) tidak terlalu
banyak apabila dibandingkan dengan lapisan menengah (middle class) dan
lapisan bawah (lower class).10

10
Harwantiyoko, Neltje F.Katuuk . MKDU Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta : Universitas
Gunadarma. 1997) h. 66

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Pembahasan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Struktur sosial ialah konsep perumusan asas-asas hubungan antar individu
dalam kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah laku
individu
2. pelapisan sosial yakni pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
3. Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat.
4. Kelas-kelas dalam masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk
menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata.
5. Sistem lapisan diperlukan masyarakat karena gejala tersebut memecahkan
persoalan yang dihadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam
tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar
melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta perananya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat dengan keterbatasan materi yang kami
miliki, kritik dan aran dari rekan-rekan dan dari doen pembimbing sangat
kami harapkan guna untuk kebaikan dalam kami menulis tugas-tugas
selanjutnya

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu. Ilmu Sosial Dasar : Mata Kuliah Dasar Umum. 2003. Jakarta :
Rineka Cipta.

Astrid S, Susanto. Pengantar Sosiologi. Bira Cipta. 1983 .

Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Rajawali Pers.

Harwantiyoko, Neltje F.Katuuk . 1997. MKDU Ilmu Sosial Dasar . Jakarta :


Universitas Gunadarma

13
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Struktur Sosial Masyarakat.................................................................. 2
B. Struktur Pisik Desa.............................................................................. 3
C. Pelapisan sosial masyarakat Desa....................................................... 4
D. Terjadinya Lapisan-Lapisan Dalam Masyarakat................................. 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

14ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kebaikan makalah ini sangat diharapkan
dari para pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Bengkulu, Maret 2018

Penulis

i 15
MAKALAH
SOSIOLOGI PEDESAAN
“Kelompok Masyarakat yang ada di Lingkungan Desa”

Disusun Oleh
Muhammad Irsyad Burhanuddin
1811330040

Dosen :
Arum Puspitasari, MA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2020

16

Anda mungkin juga menyukai